PERTEMUAN II
JARINGAN
IRIGASI
Kemampuan Akhir
Mahasiswa dapat
merencanakan jaringan irigasi dalam bentuk peta, skema
jaringan, dan skema bangunan irigasi berdasarkan peta
topograf
2
BAGIAN-BAGIAN JARINGAN IRIGASI
•Bangunan utama (bendung, bendungan, barrage dan pengambilan/intake)
•Saluran irigasi primer, sekunder, tersier, kuarter
•Saluran pembuang primer, sekunder, tersier, kuarter
•Petak-petak irigasi primer, sekunder, tersier, sub- tersier, kuarter
•Bangunan bagi dan sadap
•Bangunan pengukur dan pengatur muka air (alat ukur debit, pintu air)
•Bangunan pembawa (talang, sipon, terjunan, got miring, gorong-gorong)
•Bangunan pelengkap (jalan, jembatan, tempat cuci,
Bendung
4
Bendungan
Pengambilan
6
Saluran irigasi dengan pasangan
Saluran irigasi tanpa pasangan
8
Bangunan bagi/sadap, boks
Pintu air
10
PENGGAMBARAN JARINGAN IRIGASI
•
PETA IKHTISAR/TATA LETAK (LAY-OUT MAP)
•
SKEMA JARINGAN IRIGASI
•
SKEMA KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI
Jenis Petak Irigasi:
•Petak primer: Petak irigasi yang dilayani oleh
saluran primer, baku luas > 3000 ha
•Petak sekunder: Petak irigasi yang dilayani oleh
saluran sekunder, baku luas 100 – 3000 ha
•Petak tersier: Petak irigasi yang dilayani oleh
saluran tersier, baku luas 50 – 100 ha, min 50 ha
•Petak kuarter: Petak irigasi yang dilayani oleh
saluran kuarter = Petak2 sawah, baku luas 8 – 15 ha
12
PETA LAY-OUT
• Pengertian: Peta tata letak jaringan lay-out irigasi lengkap dengan topograf daerah untuk sebagian dari jaringan atau untuk petak-petak tersier
• Isi peta ikhtisar:
• Peta situasi
• Topograf daerah
• Bangunan utama
• Sistem saluran irigasi
• Sistem saluran pembuang
• Petak-petak irigasi
• Bangunan bagi dan sadap
• Bangunan pengukur dan pengatur muka air
• Bangunan pembawa
• Bangunan pelengkap
• Batas daerah irigasi
• Non-irrigated area (daerah yang dapat ditanami tapi tidak termasuk daerah irigasi ladang, kebun, hutan lindung, rawa, sawah tadah hujan)
14
Level primer
Level tersier
SKEMA JARINGAN IRIGASI
•
Pengertian: Skema petak-petak sawah dan sistem salurannya disertai informasi luas petak irigasi, kebutuhan air irigasi, dan kapasitas saluran serta
penamaannya
•
Isi:
• Bangunan utama
• Sistem saluran irigasi dengan kapasitas saluran
• Petak-petak irigasi dengan luas petak dan kebutuhan air irigasi
• Bangunan bagi dan sadap
• Bangunan pelengkap
16
Level primer
Level tersier
SKEMA KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI
• Pengertian: Skema saluran irigasi danbangunan-bangunannya dan penamaannya
• Isi:
• Bangunan utama
• Sistem saluran irigasi
• Bangunan bagi dan sadap
• Bangunan pembawa
SKALA PETA
•- Peta ikhtisar 1: 25.000
•- Peta ikhtisar detail 1: 5000
•- Peta lay-out unit tersier 1: 5000 , 1: 2000
18
Level primer
PERENCANAAN LAY-OUT JARINGAN IRIGASI
•Pengertian layout jaringan irigasi:
Tata letak jaringan lay-out irigasi lengkap dengan topograf daerah
•Maksud perencanaan layout jaringan irigasi:
Untuk membedakan bagian-bagian yang terdapat dalam sistem jaringan irigasi dalam bentuk
penggambaran-penggambaran
PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI LEVEL PRIMER
20
Urutan Jaringan Irigasi
PRIMER:
Bendung Pengambilan Sal. primer Bangunan Bagi/Bagi Sadap Saluran2
Sekunder
Bangunan Sadap Petak2 Tersier
Jenis Saluran dalam Jaringan Irigasi
•
Saluran pembawa/saluran irigasi
Saluran yang membawa air irigasi dari bangunan utama ke petak-petak sawah
•
Saluran pembuang/saluran drainasi
Saluran yang dibuat untuk menampung buangan/kelebihan air dari petak-petak
sawah ke sungai
22
Jenis Saluran Pembawa
• Saluran primer: Saluran yang membawa air langsung dari pengambilan
• Saluran sekunder: Saluran yang
menerima air dari sal. Primer dan
membaginya
www.dpuairjatim.org/data/download/DI-PUSAT.xls
24
Jenis Bangunan Pembagi:
•
Bangunan bagi: Membagi air dari saluran primer ke saluran-saluran
sekunder, tanpa ada sadapan ke saluran tersier
•
Bangunan sadap: Mengambil air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier
•
Bangunan bagi sadap: Membagi air dari saluran primer ke saluran-saluran
sekunder sekaligus mengambil air untuk
dialirkan ke saluran tersier
Langkah Perencanaan Lay-out Jaringan Irigai Primer:
1.Mengumpulkan data
2.Menentukan batas petak irigasi yang akan diairi
3.Menentukan lokasi petak irigasi yang tidak diairi
4.Menentukan posisi bendung dan pengambilan
5.Menentukan trase saluran primer (dari bendung ke petak)
6.Membagi petak primer menjadi tersier2
7.Menentukan elevasi tiap sudut petak tersier
8.Menentukan posisi bangunan sadap pada tiap petak tersier di salah satu sudutnya
9.Menentukan trase saluran2 sekunder
10.Menentukan jenis bangunan di tiap saluran
11.Memberi penamaan saluran, bangunan, dan petak
26
Contoh peta lay-out
jaringan irigasi level primer
Menyiapkan data
• Peta situasi
• Peta topograf skala 1: 25.000 dan 1:
5000 dan peta lokasi benchmark
• 1m (datar) atau 1 m (berbukit) level tersier
• Peta tata guna lahan
• Peta jaringan fasilitas
28
Menentukan batas petak yang akan diairi
• Batas alam: Topograf (mis:
puncak gunung, lembah), sungai
• Batas administrasi: Batas
kabupaten, kota, kecamatan, desa, dll
• Batas lain-lain: Parit, jalan, dll
Menentukan lokasi petak yg tidak diairi
• Non-irrigated area: tidak diairi
• Non-irrigable area: tidak dapat diairi
30
Menentukan posisi bendung &
pengambilan
Pertimbangannya adalah:
• Posisi daerah irigasi yang akan diairi
• Ditempatkan di ruas-ruas sungai yang morfologinya stabil
• Ditempatkan di ruas-ruas sungai yang
memiliki luas penampang melintang
yang tidak terlalu lebar
Menentukan lay-out saluran pembawa
•Lahan irigasi berada di sisi 1 sungai
•Saluran primer berada di posisi titik-titik elevasi tertinggi dari lahan irigasi (mengikuti garis kontur)
•Saluran sekunder melintasi punggung/bukit medan (memotong beberapa garis kontur)
•Lahan irigasi di tengah 2 sungai
•Saluran primer di tengah garis aliran kedua sungai
•Saluran sekunder mengikuti garis kontur
32
STANDAR TATA NAMA
•LINGKUP PRIMER
•BANGUNAN UTAMA: Nama sesuai daerah lokasi bangunan
•DAERAH IRIGASI: Nama sesuai daerah/desa setempat
•PENGAMBILAN: Nama sesuai nama daerah irigasi
•SALURAN PRIMER: Nama sesuai daerah irigasinya
•RUAS-RUAS SALURAN: R + Singkatan nama saluran + Urutan ruas
• LINGKUP SEKUNDER
•
SALURAN SEKUNDER: Nama sesuai
daerah/desa dimana saluran sekunder berada
•
RUAS-RUAS SALURAN: R + Singkatan nama saluran + Urutan ruas
•
BANGUNAN BAGI, SADAP, BAGI SADAP: B + Singkatan nama ruas sebelumnya +
Urutan bangunan
34
BANGUNAN IRIGASI
•BANGUNAN UTAMA: Membelokkan aliran
sungai ke saluran irigasi
•Bendung/bendung gerak: Fungsinya meninggikan muka air. Direncanakan jika muka air sungai lebih rendah dibanding elevasi sawah
•Pengambilan bebas: Digunakan bila muka air sungai lebih tinggi dari daerah yang diairi
•Pengambilan dari waduk:: Fungsinya mengatur aliran sungai (menampung air). Digunakan jika diperlukan pengaturan aliran sungai sekaligus peninggian muka air
•Pengambilan Pompa: Digunakan jika sistem gravitasi
Bangunan air pada level primer
•BANGUNAN PENGUKUR MUKA AIR: Mengukur tinggi muka air (dan debit) yang melalui suatu saluran
•Alat ukur ambang lebar di sal. primer dengan aliran besar
•Alat ukur Parshall
•Alat ukur Cipoletti
•Alat ukur/pintu Romijn di bang. bagi/sadap/bagi sadap
•Alat ukur Crump-de Gruyter di bang. bagi/sadap/bagi sadap
•BANGUNAN PENGATUR MUKA AIR: Mengatur tinggi muka air (dan debit) yang melalui suatu saluran
•Alat ukur/pintu Romijn
•Alat ukur Crump-de Gruyter
•Pintu sorong
•Pintu radial
36
•BANGUNAN PEMBAWA: Membawa air sepanjang sal. irigasi
•Bangunan terjun (tegak/miring)
•Memusatkan penurunan muka air di suatu titik dan mengurangi kemiringan saluran
•Biasanya sal. tersier dilengkapi dengan terjunan-terjunan
•Got miring
•Berbentuk mirip terjunan miring dengan slope lebih kecil dan lebih panjang
•Digunakan jika kemiringan medan terlalu curam
•Gorong-gorong
•Jika sal. melewati bawah bangunan (jalan)
•Talang
•Berbentuk saluran terbuka
•Jika sal. irigasi lewat di atas sal. lainnya
•Sipon
•Berbentu sal. tertutup
•Untuk melewatkan air irigasi di bawah jalan/sungai/bang. lain
•Digunakan jika energinya cukup
•Flum
•Terowongan
•BANGUNAN PELENGKAP
•Jembatan
PERENCANAAN
JARINGAN IRIGASI LEVEL TERSIER
38
Urutan Jaringan Irigasi
TERSIER
Bangunan Sadap Petak2 Tersier Saluran2 Tersier
Boks Bagi Saluran2 Tersier & Kuarter
Jenis Saluran Pembawa
•Saluran tersier: Membawa air dari sal sekunder ke petak-petak tersier
•Saluran kuarter: Membawa air dari sal. tersier ke parit sawah di dalam petak tersier
40
Jenis Bangunan Pembagi:
•
Boks bagi tersier: Membagi air dari saluran tersier ke saluran tersier dan kuarter-kuarter
•
Boks bagi kuarter: Membagi air dari
saluran tersier ke kuarter-kuarter
Petak Tersier Ideal
42
lebar petak tersier maks. 400 m
jarak dg pembuang maks. 300 m
panjang petak maks. 500m
jumlah petak kuarter dalam 1 petak tersier maks. 8
Langkah Perencanaan Lay-out:
1.Mengumpulkan data
2.Menentukan batas petak irigasi yang akan diairi
3.Menentukan lokasi petak irigasi yang tidak diairi
4.Membagi petak tersier menjadi kuarter2
5.Menentuka lokasi bangunan sadap
6.Menentukan tata letak saluran (trase) kuarter
7.Menentukan tata letak saluran tersier yang
menghubungkan kuarter2 dengan bangunan sadap
8.Menempatkan boks2 tersier dan kuarter
9.Memberi penamaan saluran, bangunan, dan petak
Contoh
peta lay-out jaringan irigasi level tersier
44
46
Contoh
skema lay-out jaringan irigasi level tersier
Menyiapkan data
•Peta situasi
•Peta topograf skala 1: 2000 dengan interval 0.5 m (datar) atau 1 m (berbukit)
•Peta tata guna lahan
•Peta jaringan fasilitas
48
Menentukan batas petak yang akan diairi
• Batas alam: Topograf (mis:
puncak gunung, lembah), sungai
• Batas administrasi: Batas
kabupaten, kota, kecamatan, desa, dll
• Batas lain-lain: Parit, jalan, dll
Non-irrigated area: tidak diairi
Non-irrigable area: tidak dapat
Menentukan lokasi petak yg
tidak diairi
Syarat Perencanaan
•
Syarat perencanaan petak tersier:
•Berbentuk segiempat
•Memiliki batas daerah yang jelas
•Berbatasan langsung (dekat) dg sal. primer dan sekunder
•Luas 50 – 100 ha
•Memiliki pengambilan sendiri (dari bang. sadap)
•Dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan pembuang
•Panjang sal. tersier maks. 1500 m
•
Syarat perencanaan petak kuarter:
•Petak tersier dibagi menjadi luasan 8 – 15 ha
•Panjang sal. kuarter maks. 500 m
50
Menentukan layout saluran
•Saluran tersier dibuat untuk mengalirkan air ke petak tersier. Panjang sal. tersier maks.
1500 m
•Saluran tersier dibuat untuk mengalirkan air ke petak kuarter. Panjang sal. kuarter maks 500 m
•Saluran hendaknya berupa garis-garis lurus sepanjang mungkin. Jika tidak lurus,
dihubungkan lengkung-lengkung bulat
STANDAR TATA NAMA
•Petak tersier digambarkan dalam kotak dengan informasi:
•nama petak: Singkatan nama ruas sebelumnya, ki/ka, nomor urut
•luas
•kebutuhan air irigasi
52
BANGUNAN SADAP: B + Singkatan nama ruas sebelumnya + posisi saluran (ki / ka) + urutan saluran
BOKS TERSIER: T + nomor urut dari hulu ( )
RUAS SALURAN TERSIER: Nama mengikuti nama boks tersier di ujung hulu dan hilirnya
BANGUNAN PEMBAWA: B + nama ruas saluran (tanpa R) + abjad a, b, c… sesuai urutan
bangunan
•
Petak-petak kuarter yang merupakan 1 kelompok rotasi dikelompokkan dengan abjad A,B,C
•
Petak kuarter diberi nama sesuai kelompok rotasinya + urutan petak kuarter searah
jarum jam
•
BOKS KUARTER: T + nomor urut dari hulu
SYARAT TAMBAHAN UNTUK
PERENCANAAN LAY-OUT SAL. IRIGASI:
•
Sebisa mungkin mengikuti batas sawah
•
Hindari persilangan dengan saluran pembuang
•
Sebisa mungkin mengikuti kemiringan medan
•
Hindari galian/timbunan yang besar
•
Tidak boleh melintasi petak tersier yang lain
•
Batasi jumlah bangunan
54
STANDAR
PENGGAMBARAN
STANDAR PENGGAMBARAN
•Ukuran kertas: A0 s/d A4
•Posisi blok judul (kop): Sudut kanan bawah kertas gambar
•Tebal huruf/angka: 1/10 tinggi huruf/angka
•Tebal garis bantu: 0.25 mm
•Satuan bangunan dalam m/cm, elevasi dalam m
•Skala peta lay out primer, sekunder 1:25000 , 1:5000
•Skala peta lay out petak tersier 1:5000 , 1:2000
•Skala potongan memanjang saluran hor 1:2000 , 1:1000 &
ver 1:200 , 1:100
•Skala potongan melintang saluran hor 1:200 & ver 1:100 (atau sama)
•Denah bangunan 1:500 , 1:200 , 1:100 , 1:50
•Potongan & detail bangunan 1:100 , 1:50 , 1:20 , 1:10
56
Standar garis & lambang
58