• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of STATUS PENCEMARAN SUNGAI ELO KABUPATEN MAGELANG BERDASARKAN VARIABEL TSS, BOD, DAN AMONIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of STATUS PENCEMARAN SUNGAI ELO KABUPATEN MAGELANG BERDASARKAN VARIABEL TSS, BOD, DAN AMONIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS PENCEMARAN SUNGAI ELO KABUPATEN MAGELANG BERDASARKAN VARIABEL TSS, BOD, DAN AMONIA

POLLUTION STATUS IN ELO RIVERS MAGELANG REGENCY BASED ON VARIABELS TSS, BOD, AND AMONIA

Ananda Tania Salsabilaa,*, Siti Rudiyantia, Oktavianto Eko Jatia

aProgram Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Departemen Sumber Daya Akuatik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

Jl. Prof Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah-50275, Telp/Fax +6224 7474698

*Koresponden penulis: [email protected]

Abstrak

Sungai Elo yang terletak di Kabupaten Magelang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan seperti pengairan sawah dan rekreasi. Sungai Elo telah mengalami pencemaran akibat limbah pertanian, pemukiman, dan industri. Perlu dilakukan analisis kualitas air untuk mengetahui status pencemarannya dan memberikan rekomendasi guna memperbaiki kualitas air Sungai Elo. Penelitian dilakukan pada Januari 2022. Tujuan penelitian untuk mengetahui konsentrasi kualitas air yang diukur, mengetahui status pencemaran sungai melalui analisis indeks pencemaran, dan mengetahui hubungan melalui korelasi pearson terhadap variabel TSS, BOD, dan amonia. Metode penelitian menggunakan metode survey. Penentuan lokasi sampling terdiri atas tiga stasiun yang dekat area pertanian, pemukiman, dan industri. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Penentuan tingkat pencemaran dilakukan melalui analisis indeks pencemaran (IP) serta uji korelasi. Hasil penelitian variabel yang diuji telah memenuhi baku mutu air kelas 2 berdasarkan PP. No.

22 Tahun 2021 kecuali variabel BOD. Hasil analisis indeks pencemaran stasiun 1 hingga 3 berturut-turut sebesar 1.16, 1.85, dan 1.00 termasuk kategori tercemar ringan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel kunci yang memberikan kontribusi terjadinya pencemaran adalah BOD. Variabel yang telah diuji tidak memiliki hubungan yang signifikan namun memiliki hubungan lemah hingga sangat kuat berdasarkan kategori nilai pearson correlation.

Kata kunci: Amonia, BOD, Indeks Pencemaran (IP), Sungai Elo, TSS Abstract

Elo River is located in Magelang Regency. Elo River is used for human life and has been polluted due to agricultural, residential, and industrial waste, so that necessary to analyze the level of pollution and recommendations to improve the water quality of Elo Rivers. The study was conducted in January 2022. The purpose of this study is to determine the concentration of main and supporting water quality variables, determine the status of river pollution based on TSS, BOD, and ammonia throught pollution index, and determine the relationship between variables TSS, BOD, and ammonia. The research method is by survey methods. Determination of the sampling location consists of three stations adjacent to agricultural, residential, and industrial areas. The sampling method is purposive sampling. Sampling data collection is a spatial method. Measurement of water quality is carried out by measuring main variables and supporting variables.

The results of this study that each variable meets the quality standard class 2 PP No. 22 Tahun 2021 except BOD. The results of the pollution index for station 1 to station 3 were 1.16, 1.85, and 1.00 and included in lightly polluted. Based on the result, they concluded that the variable causes pollution is BOD. The variables don’t have a significant relationship but have a weak to very strong relationship based on the pearson correlation category.

Keywords: Ammonia, BOD, Elo River, Pollution Index, TSS

(2)

PENDAHULUAN

Sungai Elo adalah salah satu sungai di Kabupaten Magelang yang berhulu di Gunung Merbabu. Sungai Elo juga digunakan sebagai objek wisata rafting. Penelitian mengenai status pencemaran sungai Elo belum banyak ditemukan. Data mengenai kualitas air di Sungai Elo dari DLH Kabupaten Magelang tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021 diketahui bahwa status mutu Sungai Elo termasuk dalam kategori tercemar ringan. Selain itu Sungai Elo yang termasuk salah satu sungai terbesar di Kabupaten Magelang dan letak Sungai Elo yang dikelilingi pemukiman, area pertanian, dan perkotaan ini tidak luput dari masukan limbah. Berdasarkan hal tersebut, sehingga diperlukan analisis terhadap status pencemaran Sungai Elo.

Pengukuran kualitas air di Sungai Elo dilakukan dengan mengukur variabel utama (TSS, BOD, amonia) serta variabel pendukung (temperatur, kecepataan arus, lebar sungai, debit sungai, kedalaman sungai, pH, dan oksigen terlarut). Variabel utama digunakan untuk analisis melalui indeks pencemaran, variabel TSS, BOD, dan amonia dipilih karena variabel-variabel tersebut merupakan variabel penentu pencemaran perairan. TSS Variabel pendukung digunakan untuk mengetahui karakteristik sungai. Sedangkan penentuan tingkat pencemaran Sungai Elo dilakukan melalui penentuan nilai indeks pencemaran (IP) yang berpedoman pada KepMenLH No.

115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. IP merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan status mutu air, dimana status mutu air merupakan tingkat kondisi mutu suatu air dengan membandingkannya dengan baku mutu [1].

Data yang digunakan dalam perhitungan IP didapatkan dari pengukuran variabel utama, diperlukan pula untuk mengetahui hubungan antar variabel TSS, BOD, dan amonia melalui analisis korelasi yang dapat bernilai (+) atau searah dan (-) atau berlawanan arah [2] serta rekomendasi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas air Sungai Elo seperti pemantauan kualitas air secara rutin maupun manajemen IPAL.

Tujuan dilakukannya penelitian adalah mengetahui konsentrasi variabel kualitas air utama dan pendukung Sungai Elo Kabupaten

Magelang, mengetahui status pencemaran Sungai Elo Kabupaten Magelang berdasarkan variabel TSS, BOD, dan amonia melalui analisis indeks pencemaran, dan mengetahui hubungan antar variabel TSS, BOD, dan amonia di Sungai Elo dengan analisis korelasi pearson.

METODE

Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah aquadest, tisu, kertas saring merk whatman ukuran 1,5Β΅m untuk pengukuran TSS, larutan air pengencer (FeCl3 / ferri clorida, MgSO4 / magnesium sulfat, CaCl3 / kalsium clorida) untuk pengenceran sampel uji BOD, bibit mikroba pada uji BOD yang berfungsi untuk melihat sisa oksigen dalam air sampel, MnSO4 (Mangan (II) sulfat), larutan alkali, Na2S2O3 (natrium thiosulfat), H2SO4

(asam sulfat) dan amilum untuk uji BOD, C5FeN6Na2O (natrium nitroprusid), dan larutan pengoksidasi (alkali sitrat, NaClO / natrium hipoklorit) untuk uji amonia.

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain botol PE 2L, cawan petri, oven merk Memmert UNB400 untuk pengovenan cawan petri dan kertas saring pada uji TSS, timbangan analitik merk Mettler Toledo EM204, pinset, peralatan filtrasi, termometer, roll meter, tongkat berskala, flow metter model 2030, stopwatch, DO meter merk Smart Sensor AR8210, pH meter merk Ynmik EZ9908, labu ukur 250 mL, botol winkler, magnetic stirrer, inkubator, gelas beaker, erlenmeyer 50 dan 100 mL, spektrofotometer UV-Vis merk Simadzu 1800 untuk uji amonia, alumunium foil, serta beberapa alat yang digunakan pada setiap pengujian seperti pipet gondok, pipet volumetri, gelas ukur, dan pipet filler.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan di Sungai Elo Kabupaten Magelang pada 5 Januari 2022, serta analisis labolatorium di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang pada 7-12 Januari 2022. Metode penelitian dilakukan dengan metode survey. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.

Penggunaan metode purposive sampling dalam penelitian ini dengan cara mengambil sampel air pada tiga titik dan mencampurkan air sampel

(3)

dari tiga titik tersebut dengan pertimbangan agar air sampel yang digunakan telah mewakili karakteristik wilayah sungai yang menjadi lokasi penelitian.

Penentuan lokasi sampling terdiri atas tiga stasiun. Stasiun 1 di Desa Madusari, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, lokasi tersebut diasumsikan sebagai lokasi sungai yang jauh dari perkotaan dan industri namun terdapat pemukiman dan lahan pertanian. Stasiun 2 di Dusun Kalimalang, Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, lokasi tersebut berada di perkotaan, sehingga

dapat melihat pengaruh adanya kegiatan perkotaan maupun kegiatan rumah tangga.

Stasiun 3 di Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, lokasi tersebut terletak setelah perkotaan, serta terdapat pemukiman warga dan lahan pertanian sehingga dampak adanya kegiatan perkotaan seperti kegiatan industri maupun rumah makan, pemukiman, serta pertanian dapat dilihat dan diwakili dengan melakukan sampling pada lokasi tersebut. Setiap stasiun dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel pada tiga titik. Berikut merupakan peta lokasi sampling:

Gambar 1. Peta Lokasi Sampling

Metode pengumpulan data sampling menggunakan metode spasial karena data yang dihasilkan diambil pada satu waktu saja.

Variabel TSS dan BOD diukur karena variabel tersebut dapat menggambarkan suatu perairan telah tercemar atau tidak, sedangkan amonia diukur karena pada lokasi penelitian terdapat berbagai kegiatan perkotaan dan pemukiman yang dapat menjadi sumber amonia. Amonia di perairan juga dapat bersumber dari limbah industri maupun pertanian. Variabel pendukung diperlukan guna mengetahui karakteristik sungai yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam pengujian parameter fisika yaitu TSS berdasarkan SNI 6989.3:2019 dan debit sungai dengan

perhitungan penampang melintang sungai melalui rumus [3]

Debit / Q (m3/detik) = W1(d0 + d1)2 x(v0 + v1)2 +…

…+W8(d7 + d8)2 x(v7 + v8)2

Keterangan :

W1 hingga W8 = lebar segmen (m) d = kedalaman (m)

v = kecepatan arus dalam tiap segmen (m/detik)

Metode yang digunakan pada pengujian parameter kimia yaitu BOD berdasarkan SNI 6989.72:2009, amonia berdasarkan SNI 06- 6989.30-2005, pH berdasarkan SNI.

06.6989.11.2004, dan oksigen terlarut dengan DO meter.

(4)

Analisis Indeks Pencemaran (IP)

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode indeks pencemaran (IP) berdasarkan KepMenLH No.

115 tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan rumus: [4]

Pij = √(Ci/Lij)

M

2 +(Ci/Lij)

R 2

2

Hasil perhitungan IP dapat diklasifikasikan berdasarkan IP menurut KepMenLH No. 115 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi baku mutu : IP ≀ 1 2. Tercemar ringan : 1 < IP ≀ 5 3. Tercemar sedang : 5 < IP ≀ 10 4. Tercemar berat : IP > 10 Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi dilakukan dengan software SPSS. Sebelum melakukan analisis

korelasi, maka dilakukan pengujian terhadap kenormalan data. Hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa data hasil penelitian telah berdistribusi normal yaitu 0.138 hingga 0.843.

Analisis korelasi pearson dilakukan dengan menyiapkan data pada program SPSS, dan memilih Analyze, Correlate, dan Bivariate [5]. Setelah melakukan analisis korelasi pearson, selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien determinasi (R2) [6].

HASILDANPEMBAHASAN

Parameter Fisika Sungai Elo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengukuran parameter fisika Sungai Elo yang disajikan pada tabel berikut

Tabel 1. Hasil Pengukuran Variabel TSS dan Temperatur

Variabel Titik ke- Baku Mutu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

TSS (mg/L) 50 26.75 10.50 6.00

Temperatur (Β°C) 1 Dev 3 23.30 26.20 26.70

2 23.50 26.20 26.60

3 23.50 26.10 26.70

Keterangan: Lampiran VI. Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya sesuai PP. No. 22 Tahun 2021

Tabel 2. Hasil Pengukuran Lebar, Kedalaman, Kecepatan Arus, dan Debit Sungai

Pengukuran Titik ke- Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Lebar (m) 14.60 29.30 43.00

Kedalaman (m) 1 0.35 0.41 0.47

2 0.99 0.85 0.32

3 0.10 0.40 1.00

Kecepatan Arus (m/s) 1 0.35 0.46 0.23

2 0.27 0.48 0.55

3 0.29 0.57 0.57

Debit (m3/s) 3.02 8.98 1.,46

Uji TSS yang telah dilakukan pada ketiga stasiun menghasilkan nilai TSS antara 6 mg/L hingga 26.75 mg/L yang telah memenuhi baku mutu air kelas 2 PP. No. 22 Tahun 2021. Kadar TSS di Sungai Elo dari stasiun 1 hingga stasiun 3 mengalami penurunan. Hal tersebut diduga karena stasiun 1 bersebelahan dengan area persawahan yang banyak mengandung bahan organik maupun lumpur, sedangkan pada stasiun 2 dan 3 lebih didominasi oleh

pemukiman. Kadar TSS yang disebabkan oleh limbah rumah tangga dapat berasal dari berbagai aktifitas seperti mandi dan mencuci [8]. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar TSS selalu berubah-ubah karena faktor yang menyebabkan perubahan kadar TSS seperi arus, pH, pasang surut, dan suhu.

Hasil pengukuran temperatur pada stasiun 1 hingga stasiun 3 adalah 23.3Β°C hingga 26.7Β°C.

Variasi nilai temperatur pada ketiga stasiun

(5)

disebabkan karena perbedaan waktu pengukuran. Hasil pengukuran temperatur telah memenuhi baku. Hasil pengukuran lebar sungai pada stasiun 1 hingga stasiun 3 yaitu 14.6m hingga 43m Perbedaan lebar Sungai Elo disetiap stasiun terjadi karena lebar sungai semakin menuju hilir akan semakin besar.

Pengukuran kedalaman pada ketiga stasiun di Sungai Elo menghasilkan kedalaman sungai yang tidak terlalu tinggi yaitu 0.1m hingga 1m.

Kedalaman menjadi lebih dangkal karena terjadinya pengendapan sedimen [9].

Pengukuran kecepatan arus yang telah dilakukan menghasilkan nilai sebesar 0.231m/s hingga 0.572m/s. Kecepatan arus tertinggi berada di stasiun 2. Hal tersebut terjadi karena stasiun 1 wilayahnya cenderung tidak terlalu

curam, sedangkan stasiun 2 dan 3 memiliki bentuk sungai yang lebih curam. Sungai Elo termasuk dalam kategori arus sedang (25-50 cm/s) dan arus lambat (10-24 cm/s).

Pengukuran debit Sungai Elo menghasilkan nilai debit yang semakin besar ketika menuju ke hilir yaitu 3.015 m3/s hingga 11.462 m3/s.

[10]. Besarnya debit dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya air limpasan, Debit sungai tidak konstan namun selalu berubah berdasarkan iklim dan keadaan biofisik sungai [11].

Parameter Kimia Sungai Elo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengukuran parameter kimia Sungai Elo yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Pengukuran Parameter Kimia Sungai Elo

Variabel Ulangan Baku Mutu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

BOD (mg/L) 3 3.60* 5.55* 3.43*

Amonia (mg/L) 0.2 0.14 0.20 0.06

pH 1 6-9 7.74 7.48 7.42

2 7.76 7.48 7.41

3 7.78 7.48 7.41

Oksigen Terlarut (mg/L)

1 4 5.95 6.98 6.76

2 5.93 6.99 6.69

3 5.92 6.98 6.75

*) melampaui baku mutu

Keterangan: Lampiran VI. Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya sesuai PP. No. 22 Tahun 2021

Uji BOD yang dilakukan menghasilkan kadar melampaui baku mutu berdasarkan baku mutu air kelas 2 PP. No. 22 Tahun 2021 yaitu 3.43 mg/L hingga 5.55 mg/L. Kadar BOD Sungai Elo mencerminkan bahwa perairan tersebut telah tercemar kandungan bahan organik. Kadar BOD di Sungai Elo mudah berubah pada setiap tahunnya, hal tersebut dimungkinkan karena pada saat pengambilan sampel terjadi masukan limbah, baik limbah industri, polutan alami, maupun limbah antropogenik. Polutan alami merupakan polutan yang memasuki perairan secara alami, polutan antropogenik adalah polutan yang memasuki perairan akibat kegiatan manusia [12].

Uji amonia yang telah dilakukan menghasilkan kadar yang memenuhi baku mutu yaitu 0.06 mg/L hingga 0.20 mg/L, namun kadar amonia pada stasiun 2 sama dengan baku mutu. Besarnya kadar amonia pada stasiun 2 dimungkinkan karena pada

stasiun tersebut berdekatan dengan pemukiman penduduk, hal ini memungkinkan terjadinya buangan limbah domestik ke sungai.

Amonia dalam air ada dalam bentuk nitrogen organik dan ion amoniak atau amonium anorganik, kadar amonia bergantung pada pH dan suhu di perairan [13].

Pengukuran pH menghasilkan nilai pH 7,41 hingga 7,78 dan sesuai baku mutu. Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kadar pH tertinggi pada stasiun 1 sedangkan temperatur tertinggi pada stasiun 3. Pendapat [14] kadar pH juga dapat dipengaruhi oleh suhu air, buangan industri, serta limbah domestik.

Uji oksigen terlarut yang dilakukan menghasilkan konsentrasi diatas baku mutu yaitu 5.92 mg/L hingga 6.99 mg/L. Kadar oksigen terlarut yang melebihi baku mutu termasuk baik. Hasil uji oksigen terlarut berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa semakin menuju ke hilir maka kadar oksigen terlarut yang dihasilkan menjadi semakin besar. Penelitian [15] menyatakan bahwa kadar

(6)

oksigen terlarut semakin menuju hulu menghasilkan kadar yang semakin tinggi.

Perbedaan tersebut terjadi karena pada penelitian yang telah dilakukan, menghasilkan tingkat pencemaran yang cukup tinggi pada stasiun 1 dan 2, sedangkan pada stasiun 3 masih memenuhi baku mutu, dimana semakin tinggi tingkat pencemaran maka kadar oksigen terlarut semakin menurun.

Status Pencemaran Sungai Elo

Hasil analisis indeks pencemaran disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Analisis Indeks Pencemaran Stasiun Nilai IP Kategori Stasiun 1 1,16 Tercemar ringan Stasiun 2 1,85 Tercemar ringan Stasiun 3 1,00 Memenuhi baku

mutu

Berdasarkan analisis indeks pencemaran menghasilkan kriteria tercemar ringan pada stasiun 1 dan 2, serta memenuhi baku mutu atau dalam kondisi baik pada stasiun 3.

Pencemaran oleh limbah domestik maupun industri mampu memberikan kontribusi yang sama besarnya terhadap penurunan kualitas air di sungai [16]. Sumber pencemaran stasiun 1 dimungkinkan dari area pertanian Sumber pencemaran stasiun 2 dimungkinkan dari limbah domestik, sedangkan stasiun 3 banyak dipengaruhi oleh kegiatan pertanian. Adanya pemukiman akan menyebabkan peningkatan buangan limbah rumah tangga maupun limbah industri sehingga akan terjadi peningkatan TSS, BOD, dan COD [17].

Variabel yang memberikan kontribusi terjadinya pencemaran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah variabel BOD karena pada ketiga stasiun, kadar BOD yang dihasilkan telah melampaui baku mutu.

Sehingga dapat diduga bahwa Sungai Elo telah tercemar oleh bahan organik. Selain variabel BOD, bahan organik juga dapat bersumber dari variabel TSS dan amonia, namun variabel- variabel tersebut masih sesuai baku mutu sehingga tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran di Sungai Elo.

Kegiatan pemukiman dan pertanian disekitar sungai dapat mempengaruhi kualitas air, semakin menuju hilir, maka tingkat pencemarannya semakin tinggi [18]. Tingkat

pencemaran Sungai Elo semakin menuju hilir tidak menunjukkan peningkatan, hal ini dimungkinkan karena kecepatan arus dan debit sungai pada stasiun 2 dan 3 cukup besar, sehingga zat pencemar dapat terbawa oleh arus. Perbedaan tingkat pencemaran dapat terjadi karena perbedaan wilayah sungai yang berada di pedesaan dan di perkotaan [19].

Terjadinya pencemaran Sungai Elo mengharuskan adanya rekomendasi agar kualitas air Sungai Elo dapat lebih baik. Cara yang dapat dilakukan agar kualitas air di Sungai Elo dapat menjadi lebih baik diantaranya dibutuhkan kesadaran masyarakat disekitar Sungai Elo dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan tidak membuang sampah tersebut di sungai, perlu dilakukan pengurangan beban pencemaran dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sungai serta melakukan pengelolaan dan manajemen IPAL yang lebih baik lagi.

Pengendalian pencemaran di sungai dapat dilakukan dengan cara menegakkan kebijakan pengendalian pencemaran dari penegak hukum yang disertai dengan pembinaan dan pengawasan serta peran aktif dari masyarakat [20]. Selain itu diperlukan pemantauan secara rutin terhadap kualitas air Sungai Elo dan dilakukan efektifitas pengelolaan IPAL komunal untuk masyarakat sehingga limbah dari industri maupun domestik tidak membahayakan.

Hubungan Antar Variabel TSS, BOD, dan Amonia

Hasil analisis korelasi dan nilai koefisien determinasi disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Pearson dan Koefisien Determinasi

Variabel r R2

TSS-BOD -0.241 0.058

TSS-Amonia 0.286 0.082

BOD-Amonia 0.861 0.741

Hasil analisis korelasi menghasilkan nilai - 0.950 hingga 0.900. Berdasarkan interpretasi dari r tabel, maka nilai tersebut lebih kecil dari r tabel yang artinya antar variabel tidak memiliki hubungan yang signifikan, hal tersebut disebabkan karena jumlah sampel terlalu kecil sehingga menghasilkan nilai r

(7)

tabel yang terlalu tinggi. Hasil analisis korelasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lokasi sampling, waktu sampling, banyaknya titik sampling, serta pengaruh musim [21].

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan interpretasi dari kategori nilai pearson correlation berdasarkan kategori [22] sehingga tiap variabel memiliki hubungan sangat lemah hingga sangat kuat.

Hasil analisis korelasi pearson bernilai negatif pada variabel TSS-BOD dengan nilai - 0.241. Korelasi pearson negatif menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berlawanan antar dua variabel artinya kenaikan suatu variabel akan menyebabkan penurunan pada variabel lain [23]. Korelasi positif terbesar pada variabel BOD-amonia sebesar 0.861 dengan koefisien determinasi 0,741 atau 74.1%

memiliki hubungan sangat kuat. Korelasi positif bersifat searah artinya kenaikan suatu variabel akan diikuti variabel lain [24].

Hubungan antar variabel yang telah diteliti, secara umum ketika terjadi peningkatan TSS maka kelarutan semakin besar dan menyebabkan proses fotosintesis terhambat sehingga kadar oksigen terlarut menjadi berkurang, hal ini menyebabkan peningkatan BOD. Peningkatan BOD juga akan berpengaruh pada penurunan pH, penurunan pH ini menyebabkan kadar amonia menurun.

Sebaliknya jika kadar pH meningkat maka amonia juga akan meningkat. Kenaikan pH dan suhu menyebabkan kadar amonia bebas yang tidak terionisasi dan bersifat toksik di perairan menjadi meningkat [25]. Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson, terjadi hal yang tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut dimungkinkan karena ketika dua variabel memiliki hubungan maka antar variabel tidak selalu saling mempengaruhi, namun dengan analisis korelasi mampu dijadikan sebagai penanda bahwa variabel satu dapat mempengaruhi variabel lainnya [26].

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas air utama yang serta variabel pendukung yang terdiri atas parameter fisika yaitu TSS dan temperatur serta parameter kimia di Sungai Elo stasiun 1 hingga stasiun 3 menghasilkan kadar yang memenuhi baku mutu, kecuali

variabel BOD, status pencemaran yang dihasilkan dari stasiun 1 hingga 3 di Sungai Elo termasuk dalam kategori tercemar ringan, serta stasiun 3 dalam kondisi baik, dan antar variabel yang diukur tidak terdapat hubungan yang signifikan, namun berdasarkan kategori nilai pearson correlation memiliki hubungan lemah hingga sangat kuat.

DAFTARPUSTAKA

[1] Sari, E. K. dan O. E. Wijaya. 2019.

Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran dan Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Ilmu Lingkungan. 17(3):486-491.

[2] Machrizal, R., R. H. Dimenta, dan Khairul. (2019). Correlation of Water Quality With Density of Hisla Shad (Tenualosa ilisha) in Bilah River Labuhanbatu Regency. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus.

5(2): 67-71.

[3] Haeruddin, P. W. Purnomo, dan S.

Febrianto. 2019. Beban Pencemaran, Kapasitas Asimilasi, dan Status Pencemaran Estuari Banjir Kanal Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Journal of Natural Resources and Environmental Management. 9(3):723- 735.

[4] Keputusan Menteri Lingkungan Hidup.

2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta-Indonesia: Menteri Negara Lingkungan Hidup.

[5] Roflin, E. dan F. E. Zulvia. 2021. Kupas Tuntas Analisis Korelasi. PT. Nasya Expanding Management, Pekalogan.

[6] Safitri, W. R. 2016. Analisis Korelasi Pearson dalam Menentukan Hubungan Antara Kejadian Demam Berdarah Dengue dengan Kepadatan Penduduk di Kota Surabaya pada Tahun 2012-2014.

Jurnal Ilmiah Keperawatan. 2(2):1-9.

(8)

[7] Peraturan Pemerintah. 2021.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta- Indonesia: Pemerintah Republik Indonesia.

[8] Natsir, M. F., Amaludin, A. A. Liani, dan A. D. Fahsa. 2021. Analisis Kualitas BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Domestik (Grey Water) pada Rumah Tangga di Kabupaten Maros 2021.

Jurnal Nasional ilmu Kesehatan.

4(1):20-25.

[9] Pratomo, D. G., K. Hutanti, dan Khomsin. 2019. Analisis Pola Sebaran Sedimen Untuk Mendukung Pemeliharaan Kedalaman Perairan Pelabuhan Menggunakan Pemodelan Hidrodinamika 3D (Studi Kasus:

Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya).

Jurnal Geoid. 14 (2): 78-86.

[10] Rahman, A. 2017. Penggunaan Indeks BMWP-ASPT dan Parameter Fisika- Kimia Untuk Menentukan Status Kualitas Sungai Besar Kota Banjarbaru.

Jurnal Biodidaktika. 12(1):7-16.

[11] Setiawan, A. dan E. Susanto. 2019.

Penentuan Liku Kalibrasi Debit (Rating Curve) pada Musim Hujan di Daerah Aliran Sungai (DAS) deli. Jurnal Ilmiah rekayasa Pertanian dan Biosistem. 7 (2):157-165.

[12] Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

[13] Kumar, L., R. Kaur, dan J. Sharma.

2021. The Efficiency of Zeolites in Water Teatment for Combating Ammonia – An Experimental Study on Yamuna River Water and Treated Sewage Effluents.

Journal of Inorganic Chemistry Communications. 134:1-10.

[14] Salim, D., Yuliyanto, dan Baharuddin.

2017. Karakteristik Parameter Oseanografi Fisika-Kimia Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Jurnal Enggano.

2(2): 218-228.

[15] Asrini, N. K., I. W. S. Adnyana, dan I.

N. Rai. 2017. Studi Analisis Kualitas Air di Daerah Aliran Sungai Pakerisan Provinsi Bali. Jurnal Ecotrophic. 11(2):

101-107.

[16] Marganingrum, D., D. Roosmin, Pradono, dan A. Sabar. 2013.

Diferensiasi Sumber Pencemaran Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemaran (IP) (Studi Kasus: Hulu DAS Citarum). Jurnal RISET. 23 (1): 37-48.

[17] Sahabuddin, H., D. Harisuseno, dan E.

Yuliani. 2014. Analisis Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal Teknik Pengairan. 5 (1): 19-28.

[18] Setyaningrum, D. dan L. Agustina R.

2020. Analisis Kualitas Air di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Wilayah Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Perikanan. 11(1):1-9.

[19] Santoso, T. dan A. Sutanto. 2021.

Perbedaan Keanekaragaman Makrobentos Sebagai Indikator Biologi Penentuan Kualitas Air di Area Perkotaan dan di Pedesaan Lampung.

Jurnal Biolova. 2 (2):1-6.

[20] Rosiana M. R., F. S. Handayani, dan S.

Qomariah. 2016. Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Pepe. Jurnal Matriks Teknik Sipil. 4 (2): 562-569.

[21] Suharyo, Y. 2019. Analisis Hubungan Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air Parameter Kimia (BOD, COD, Amonia) di Daerah Aliran Sungai Opak, Yogyakarta. [Skripsi]. Program Sarjana Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta.

(9)

[22] Siregar, S. 2015. Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi. Kencana, Jakarta.

[23] Sihombing, A. O. Dan R. H. Bangun.

2019. Analisis Korelasi Sektor Pertanian Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Agribisnis Sumatera Utara. 12(1):17-24.

[24] Priyono. 2021. Analisis regresi dan Korelasi Untuk Penelitian Survei.

Guepedia.

[25] Situmorang, M. V. dan R. R. D. S.

Manik. 2021. Dinamika Komunitas Fitoplankton Hubungannya dengan

Nutrien di Perairan Muara Sungai Nenas Siam Kabupaten Batu Bara. Widya Bhakti Persada Bandung, Bandung.

[26] Istyaningsih, R. 2015. Studi Perilaku Tentang Pengaruh Karakteristik Nasabah Bank dalam Memilih Deposito Berjangka. Jurnal Ilmiah CIVIS.

5(1):752-759.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Way Jelai Guna untuk mengetahui korelasi antara kondisi penggunaan lahan dan perubahannya di sepanjang sungai yang terdiri dari

Komponen utama tiga πΎπ‘ˆ3 variabel yang paling mempengaruhi terdiri dari banyaknya SMA 𝑋5 dan banyaknya warung makan 𝑋8 tetapi nilai korelasi dari 𝑋8 sehingga menandakan hubungan negative