• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Audit Keseluruhan & Program Audit (2)

N/A
N/A
Haerunnisa

Academic year: 2024

Membagikan "Strategi Audit Keseluruhan & Program Audit (2)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Audit Keseluruhan &

Program Audit (2)

(2)

Sub Bab Pembahasan

Kombinasi Bukti Kombinasi Bukti

Perancangan Program Audit

Perancangan Program Audit

Ikhtisar Proses Audit

Ikhtisar Proses Audit

(3)

Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit

Standar auditing memberi pedoman bagi para auditor dari entitas yang mengirim, memproses, menyimpan, atau mengakses transaksi dalam jumlah yang signifikan secara elektronik. Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi sehingga

ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substansif.

Standar auditing memberi pedoman bagi para auditor dari entitas yang mengirim, memproses, menyimpan, atau mengakses transaksi dalam jumlah yang signifikan secara elektronik. Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi sehingga

ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substansif.

KOMBINASI BUKTI

Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan

kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya, kombinasi ini di sebut dengan kombinasi bukti.

(4)

Variasi pada Kombinasi Bukti

Keterangan : L = Jumlah pengujian yang Luas S = Jumlah pengujian Sedikit M = Jumlah pengujian Medium T = Tidak ada pengujian

Pengujian Pengandalia

n

Pengujian

Substantif golongan transaksi

Prosedur

Analitis Pengujian rinci Saldo

Audit 1 L S L S

Audit 2 M M L M

Audit 3 T L M L

Audit 4 M L L L

Analisis Audit 1 : Klien adalah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang canggih dan risiko inheren yang rendah. Karena itu, auditor melaksanakan pengujian pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif.

Analisis Audit 2 : Perusahaan ini adalah perusahaan yang tidak begitu besar (menengah) dengan sejumlah risiko pengendalian dan beberpa risiko inheren. Auditor telah memutuskan untuk

melakukan pengujian dalam jumlah sedang, bagi semua jenis pengujian, kecuali prosedur analitis.

Analisis Audit 3 : Perusahaan ini berukuran medium tetapi memiliki segelintir pengendalian yang efektif serta resiko inheren yang signifikan. Auditor menekankan pada pengujian rincian saldo dan pengujian substantif atas transaksi, tetapi beberapa prosedur analitis juga dilakukan

Analisis Audit 4 : Rencana awal mengikuti pendekatan Audit 2, namun auditor menemukan penyimpangan pengujian yang ekstensif, dan salah saji yang signifikan meskipun melakukan

pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis. Karena itu, auditor menyimpulkan bahwa, pengendalian internal tidak efektif

(5)

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT

Biasanya auditor in-charge mengajukan usulan kombinasi bukti kepada manajer audit. Setelah kombinasi bukti disetujui, auditor in-charge menyusun program audit atau memodifikasi program yang ada agar

dapat memenuhi semua tujuan audit, dengan mempertimbangkan hal-hal seperti : Materialitas, Kombinasi Bukti, Risiko Inheren, dan Risiko

Pengendalian.

Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya. Auditor dapat menggunakan subprogram di bawah ini :

a. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi b. Prosedur analitis tersendiri

c. Pengujian rinci saldo

(6)

A. PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI

A. PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI

Program audit ini,

biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pe mahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko.

Program audit ini,

biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pe mahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko.

(7)

Gambar 10-4 Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian

Substantif Golongan Transaksi

Gambar 10-4 Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian

Substantif Golongan Transaksi

Pemahaman Pengendalian Internal

Pemahaman Pengendalian Internal

Penetapan Risiko Pengendalian DirencanakanPenetapan Risiko Pengendalian Direncanakan Penentuan Luas Pengujian

Pengendalian

Penentuan Luas Pengujian Pengendalian

Perancangan pengujian pengendalian dan pengujian

substantif transaksi untuk memenuhi tujuan audit

transaksi

Perancangan pengujian pengendalian dan pengujian

substantif transaksi untuk memenuhi tujuan audit

transaksi

Prosedur Audit Prosedur Audit Ukuran Sampel Ukuran Sampel

Unsur – unsur yang dipilih

Unsur – unsur yang dipilih

Penetapan waktu Penetapan waktu

(8)

Gambar 10-5 Pendekatan Empat-Tahapan untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi

Gambar 10-5 Pendekatan Empat-Tahapan untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi

Terapkan tujuan audit transaksi pada suatu golongan transaksi (tahap

1)

Identifikasi pengendalian kunci dan buatlah penetapan

awal risiko pengendalian (tahap 2)

Merancang pengujian penegndalian (tahap 3)

Prosedur audit Ukuran sampel

Unsur-unsur yang dipilih Penetapan waktu

Merancang pengujian substantif transaksi

(tahap 4) Prosedur audit

Ukuran sampel

Unsur-unsur yang dipilih Penetapan waktu

(9)

PROSEDUR ANALITIS

Kebanyakan auditor menggunakan prosedur ini hampir pada setiap audit karena relatif murah. Prosedur ini yang dilakukan pada pengujian substantif, misalnya dalam audit atas piutang usaha, biasanya lebih fokus dan lebih mendalam dari pada yang diterapkan pada tahap perencanaan.

Dalam tahap perencanaan, auditor biasanya menghitung persentase laba kotor dari total penjualan, sedangkan dalam pengujian substantif piutang usaha, auditor menghitung persentase laba kotor perbulan atau bidang usaha klien.

Ketika auditor merencanakan untuk mengggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.

(10)

PENGUJIAN RINCI SALDO

Auditor menggunakan suatu metodologi yang diarahkan ke tujuan audit saldo.Contohnya apabila auditor akan memeriksa piutang usaha, prosedur audit yang direncanakan haruslah cukup memenuhi setiap tujuan audit saldo.

(11)

Gambar 10-6 Metodologi untuk Merancang Pengujian Rinci Saldo-Piutang Usaha

Gambar 10-6 Metodologi untuk Merancang Pengujian Rinci Saldo-Piutang Usaha

Identifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh terhadap piutang usaha

Identifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh terhadap piutang usaha

Tetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko inheren untuk piutang usaha Tetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi

dan risiko inheren untuk piutang usaha Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus

penjualan dan penerimaan piutang

Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penerimaan piutang

Rancang dan lakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi untuk

penjualan dan penerimaan piutang

Rancang dan lakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi untuk

penjualan dan penerimaan piutang

Rancang dan lakukan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha

Rancang dan lakukan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha

Rancang pengujian rinci saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit saldo

Rancang pengujian rinci saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit saldo

Prosedur Audit Prosedur Audit Ukuran sampel Ukuran sampel Unsur yang dipilih Unsur yang dipilih Penetapan waktu Penetapan waktu

(12)

2. Tetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Risiko Inheren untuk Piutang Usaha

Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk

mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan.

Risiko inheren/bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah,lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yangtinggi pada laporan keuangan tahun berjalan.

Risiko inheren/bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkaitsaldo. Risiko bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.

2. Tetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Risiko Inheren untuk Piutang Usaha

Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk

mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan.

Risiko inheren/bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah,lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yangtinggi pada laporan keuangan tahun berjalan.

Risiko inheren/bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkaitsaldo. Risiko bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.

1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh Terhadap Piutang Usaha

Sebagian dari kegiatan memperoleh pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut

mengakibatkan meningkatny arisiko salah saji dalam laporan keuangan.

1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh Terhadap Piutang Usaha

Sebagian dari kegiatan memperoleh pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut

mengakibatkan meningkatny arisiko salah saji dalam laporan keuangan.

(13)

3. Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penerimaan piutang

Berfungsi untuk mengevaluasi risiko pengendalian yang baik diterapkan untuk penjualan maupun untuk penerimaan kas dalam pengauditan piutang usaha. Hal ini berpengaruh pada bukti yang

diperlukan untuk pengujian substantif golongan transaksi dan pengujian rinci saldo.

4. Rancang dan lakukan pengujian

pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi untuk siklus penjualan dan penerimaan piutang

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan dicapai. Prediksi ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian rinci saldo.

(14)

5. Rancang dan lakukan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk suatu akun seperti piutang usaha, dengan dua tujuan:

a. untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian

dalam saldo akun.

b. untuk mengurangi pengujian audit rinci.

6. Rancang pengujian rinci saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit saldo

 Perencanaan pengujian rinci saldo meliputi prosedur- prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih, dan saat pengujian. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit saldo pada setiap akun.

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

Tujuan Audit

Ini adalah tujuan-tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu golongan

transaksi atau saldo akun telah disajikan secara wajar.

Tujuan Audit

Ini adalah tujuan-tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu golongan

transaksi atau saldo akun telah disajikan secara wajar.

(21)

Ikhtisar Proses Audit

Penerimaan klien dan menyusun perencanaan

Memahami bisnis dan bidang awal

usaha klien

Menilai risiko binis klien Melaksanakan prosedur

analitis pendahuluan Menetapkan materialitas

dan menilai risiko audit bisa diterima dan risiko

inheren

Memahami pengendalian internal dan menilai risiko

pengendalian

Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko

kecurangan

Mengembangkan strategi audit keseluruhan dan

program audit

Tahap I

Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit

(22)

Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko yang berhubungan dengan penerimaan klien, menilai risiko bisnis klien, dan melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.

Terutama untuk menilai risiko inheren dan risiko audit bisa diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit bisa diterima, risiko inheren, risiko pengendalian, dan risiko kecurangan terindentifikasi untuk mengembangkan suatu strategi audit keseluruhan dan program audit.

Pada akhir tahap I, auditor harus telah memiliki suatu strategi audit yang terumuskan dengan baik dan rencana serta suatu program audit spesifik untuk keseluruhan audit.

(23)

Tidak Ya

Merencanakan untuk

mengurangi tingkat resiko pengendalian

Melaksanakan pengujian pengendalian

Melakasanakan pengujian substantif

transaksi

Menilai kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan

Tahap II

Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian

subtantif transaksi

(24)

Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian

substantif transaksi

Pada tahap ini auditor melakukan pengujian pengendalian dan subtantif transaksi. Tujuan tahap II ini adalah :

1. Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian spesifik yang memberi kontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan auditor (yakni, menurunkan risiko pengendalian pada suatu batas tertentu di bawah maksimum).

2. Memperoleh bukti untuk mendukung koreksi moneter transaksi

Tujuan pertama bisa dicapai dengan melaksanakan pengujian pengendalian, dan tujuan kedua bisa dipenuhi dengan melakukan pengujian substantif transaksi. Seringkali keuda pengujian tersebut dilakukan secara berbarengan untuk transaksi yang sama.

Apabila pengendalian dipandang tidak efektif atau apabila auditor menemukan penyimpangan (deviasi), pengujian substantif dapat diperluas pada tahap ini atau pada tahap II.

(25)

Renda

h Mediu

m

Tinggi atau tidak diketah

ui

Melaksanakan prosedur analitisMelaksanakan

pengujian unsur unsur kunci Melaksanakan

tambahan pengujian rinci

saldo

Tahap III Melaksanakan prosedur analitis

dan pengujian rinci saldo

(26)

Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo

• Tujuan tahap III adalah untuk memperoleh tambahan bukti yang cukup untuk menentukan apakah saldo akhir dan pengungkapan dalam laporan keuangan telah ditetapkan dengan wajar. Dua kategori umum pada prosedur-prosedur tahap II :

1. Prosedur analitis subtantif yang menilai kewajaran menyeluruh dari transaksi saldo.

2. Pengujian rinci saldo yaitu prosedur audit yang menguji kesalahan penyajian moneter dalam saldo di laporan keuangan

(27)

TAHAP KEGIATAN SAAT

TAHAP I Merencanakan dan merancang pendekatan audit. Memutakhirkan pemahaman pengendalian internal.

Memutakhirkan program audit.

Melakukan prosedur analitis pendahuluan

31-8-2013

TAHAP II Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif transaksi

selama 9 bulan pertama tahun yang diaudit

30-9-2013

TAHAP III Konfirmasi piutang usaha. Observasi persediaan melakukan pengujian pisah batas. Kirim konfirmasi lainnya.

Melakukan prosedur analitis,

menyelesaikan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, dan selesaikan pengujian rinci.

31-10-2013 31-12-2013 Tanggal

neraca 7-1-2014 Penutupan buku

TAHAP IV Melaksanakan prosedur-prosedur untuk mendukung tujuan audit penyajian dan pengungkapan,meringkas hasil,

mengumpulkan bukti final (termasuk prosedur analitis) dan menyelesaikan audit.

Menerbitkan laporan audit

15-2-2014 Tanggal akhir pekerjaan lapangan 25-2-2014

(28)

Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan

Mengumpulkan bukti final

Menerbitkan laporan audit

Komunikasi dengan manajemen dan pihak- pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

TAHAP IV

Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

(29)

Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan

Audit

Setelah tiga tahapan diselesaikan, auditor harus mengumpulkan tambahan bukti yang

berkaitan dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, meringkas temuan,

menerbitkan laporan audit dan melakukan

komunikasi lainnya

(30)

• Selain bukti yang diperoleh untuk setiap siklus tahap I dan II, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan selama tahap penyelesaian :

1. Melaksanakan prosedur analitis fina 2. Mengevaluasi asumsi going concern 3. Minta surat pernyataan dari klien

4. Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi tersebut konsisten dengan laporan keuangan

Mengumpulkan bukti final

(31)

MENERBITKAN LAPORAN AUDIT.

Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung pada bukti yang

dikumpulkan dan temuan audit.

MENERBITKAN LAPORAN AUDIT.

Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung pada bukti yang

dikumpulkan dan temuan audit.

Komunikasi dengan manajemen dan pihak yang bertanggung

jawab atas tata kelola.

Standar audit mewajibkan auditor untuk mengomunikasikan dalam pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak

yang bertanggung jawab atas tata kelola (termasuk di dalamnya komite audit) segera setelah audit selesai,atau bisa juga lebih dini.

Komunikasi dengan manajemen dan pihak yang bertanggung

jawab atas tata kelola.

Standar audit mewajibkan auditor untuk mengomunikasikan dalam pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak

yang bertanggung jawab atas tata kelola (termasuk di dalamnya komite audit) segera setelah audit selesai,atau bisa juga lebih dini.

(32)

Kombinasi bukti

Kombinasi bukti adalah variasi yang bisa terjadisatu dengan sikludiidentifikasi mmemperoleh buksebagai respon/r antara siklus yas lainnya. Untukti yg cukup isiko yg ng

elalui prosedur penilaian risiko, auditor melakukan kombinasi pada keempart pengu

jian audit lainnya.

Kombinasi bukti adalah variasi yang bisa terjadisatu dengan sikludiidentifikasi mmemperoleh buksebagai respon/r antara siklus yas lainnya. Untukti yg cukup isiko yg ng

elalui prosedur penilaian risiko, auditor melakukan kombinasi pada keempart pengu

jian audit lainnya.

(33)

Auditor harus merancang program audit untuk tujuan audit penyajian & pengungkapan.

Di samping bagian dari program audit yg berisi prosedur yg dilakukan pada tahap perencanaan audit, program audit

pada kebanyakan audit dirancang dalam tiga bagian

tambahan : pengujian pengendalian & pengujian substantif golongan transaksi, prosedur analitis substantif &

pengujian rinci saldo.

Perancangan program audit (1)

(34)

• Setiap siklus transaksi biasanya dievaluasi dengan menggunakan sub-program audit tersendiri. Sebagai contoh dalam siklus penjualan & penerimaan piutang, auditor bisa menggunakan :

1. Suatu program audit pengujian pengendalian & pengujian substantif golongan transaksi untuk penjualan & penerimaan kas

2. Suatu program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus

3. Program audit pengujian rinci saldo untuk kas, piutang usaha, kerugian piutang, cadangan kerugian piutang, piutang lain- lain.

Perancangan program audit (2)

(35)

• Berisi penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman tentang pengendalian internal yg diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.

• Program ini berisi deskripsi tentang pengendalian internal &

deskripsi tentang penilaian risiko pengendalian. Auditor menggunakan informasi untuk menyusun program audit pengujian pengendalian & pengujian substantif golongan transaksi.

Pengujian pengendalian & pengujian substantif

golongan transaksi

(36)

Auditor menggunakan pendekatan empat tahapan untuk menurunkan penilaian risiko pengendalian:

1. Menerapkan tujuan audit transaksi untuk golongan transaksi yang diaudit 2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yg akan mengurangi risiko

pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi

3. Menetapkan pengujian pengendalian yg tepat untuk seluruh pengendalian internal yg digunakan untuk mengurangi penetapan awal risiko pengendalian dibawah maksimum (pengendalian kunci)

4. Untuk jenis-jenis kesalahan penyajian potensial yg berkaitan dengan setiap tujuan audit transaksi, dirancang pengujian substantif golongan transaksi yg tepat, dengan mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal &

hasil pengujian pengendalian yg diharapkan pada tahap 3.

Prosedur audit

(37)

Prosedur analitis

Bahwa prosedur analitis relatif murah, kebanyakan auditor

menggunakan prosedur ini hampir pada setiap audit.

Prosedur analitis yang dilakukan pada penjualan substantif.

Bahwa prosedur analitis relatif murah, kebanyakan auditor

menggunakan prosedur ini hampir pada setiap audit.

Prosedur analitis yang dilakukan pada penjualan substantif.

(38)

Pengujian rinci saldo

Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh terhadap piutang

usaha

Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh terhadap piutang

usaha Tetapkan

materialitas pelaksanaan &

risiko inheren untuk piutang

usaha Tetapkan materialitas pelaksanaan &

risiko inheren untuk piutang

usaha

Tetapkan risiko pengendalian

untuk siklus penjualan dan

penerimaan piutang

Tetapkan risiko pengendalian

untuk siklus penjualan dan

penerimaan piutang

Rancang dan lakukan pengujian pengendalian

& pengujian substantif golongan transaksi untuk

siklus penjualan &

penerimaan piutang Rancang dan lakukan pengujian pengendalian

& pengujian substantif golongan transaksi untuk

siklus penjualan &

penerimaan piutang

Rancang &

lakukan prosedur analitis untuk saldo piutang

usaha Rancang &

lakukan prosedur analitis untuk saldo piutang

usaha

Rancang &

pengujian rinci saldo piutang

usaha untuk memenuhi tujuan

audit saldo Rancang &

pengujian rinci saldo piutang

usaha untuk memenuhi tujuan

audit saldo

(39)

Auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah hal tersebut

berakibat menaikkan risiko kesalahan penyajian material dengan laporan keuangan. Apabila teridentifikasi suatu resiko

bisnis klien yg berpengaruh terhadap piutang usaha, hal tersebut harus disatukan dalam evaluasi auditor tentang risiko

inheren atau risiko pengendalian

Auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah hal tersebut

berakibat menaikkan risiko kesalahan penyajian material dengan laporan keuangan. Apabila teridentifikasi suatu resiko

bisnis klien yg berpengaruh terhadap piutang usaha, hal tersebut harus disatukan dalam evaluasi auditor tentang risiko

inheren atau risiko pengendalian

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh Terhadap Piutang Usaha

(40)

Auditor harus memutuskan kebijakan awal tentang materialitas untuk audit sebagai keseluruhan & selanjutnya mengalokasikan

total materialitas ke saldo-saldo akun, guna menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi untuk setiap saldo yang

signifikan.

Auditor harus memutuskan kebijakan awal tentang materialitas untuk audit sebagai keseluruhan & selanjutnya mengalokasikan

total materialitas ke saldo-saldo akun, guna menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi untuk setiap saldo yang

signifikan.

Tetapkan materialitas pelaksanaan dan risiko

inheren untuk piutang usaha

(41)

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian diterapkan baik untuk penjualan maupun untuk penerimaan kas dalam pengauditan

piutang usaha. pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan hal ini berpengaruh pada bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif golongan transaksi dan pengujian rinci

saldo

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian diterapkan baik untuk penjualan maupun untuk penerimaan kas dalam pengauditan

piutang usaha. pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan hal ini berpengaruh pada bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif golongan transaksi dan pengujian rinci

saldo

Rancang & lakukan pengujian pengendalian & pengujian substantif golongan transaksi untuk siklus penjualan &

penerimaan piutang

(42)

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk suatu akun seperti piutang usaha dengan dua tujuan, yaitu : untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian dalam saldo akun dan untuk mengurangi pengujian audit rinci. Hasil

dari prosedur analitis substantif berpengaruh langsung pada luasnya pengujian rinci saldo.

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk suatu akun seperti piutang usaha dengan dua tujuan, yaitu : untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian dalam saldo akun dan untuk mengurangi pengujian audit rinci. Hasil

dari prosedur analitis substantif berpengaruh langsung pada luasnya pengujian rinci saldo.

Rancang & lakukan prosedur analitis untuk

saldo piutang usaha

(43)

Perencanaan pengujian rinci saldo meliputi prosedur-prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih dan saat pengujian.

Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit saldo pada setiap akun.

Perencanaan pengujian rinci saldo meliputi prosedur-prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih dan saat pengujian.

Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit saldo pada setiap akun.

Rancang pengujian rinci saldo piutang usaha

untuk memenuhi tujuan audit saldo

(44)

Bukti yang berkaitan dengan tujuan audit penyajian &

pengungkapan sejalan dengan pendekatan. Auditor melakukan pengujian pengendalian dan prosedur substantif untuk

memperoleh keyakinan bahwa semua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah-jumlah rupiah yang

dicakup oleh pengungkapan tersebut.

Bukti yang berkaitan dengan tujuan audit penyajian &

pengungkapan sejalan dengan pendekatan. Auditor melakukan pengujian pengendalian dan prosedur substantif untuk

memperoleh keyakinan bahwa semua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah-jumlah rupiah yang

dicakup oleh pengungkapan tersebut.

HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT SALDO & TUJUAN AUDIT

PENYAJIAN & PENGUNGKAPAN

(45)

Ringkasan terminologi bukti

Jenis pengujian

Jenis pengujian

Tujuan audit Tujuan audit

Keputusan pengumpulan

bukti Keputusan pengumpulan

bukti

Jenis bukti Jenis bukti

(46)

Tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu golongan transaksi

atau saldo akun telah diselesaikan secara wajar.

Tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu golongan transaksi

atau saldo akun telah diselesaikan secara wajar.

Tujuan audit

(47)

Jenis pengujian audit digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah

disajikan secara wajar.

Jenis pengujian audit digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah

disajikan secara wajar.

Jenis pengujian

(48)

Keputusan pengumpulan bukti diterapkan pada setiap jenis pengujian, kecuali untuk prosedur

analitis.

Keputusan pengumpulan bukti diterapkan pada setiap jenis pengujian, kecuali untuk prosedur

analitis.

Keputusan pengumpulan bukti

(49)

Hubungan antara jenis-jenis bukti dengan jenis- jenis pengujian

Hubungan antara jenis-jenis bukti dengan jenis- jenis pengujian

Jenis bukti

(50)

Ikhtisar proses audit

Mengumpulkan bukti final Mengumpulkan

bukti final

Melakukan pengujian tambahan untuk

penyajian &

pengungkapan Melakukan

pengujian tambahan untuk

penyajian &

pengungkapan

Menerbitkan laporan audit Menerbitkan laporan audit

Komunikasi dengan manajemen & pihak

yg

bertanggungjawab atas tata kelola Komunikasi dengan manajemen & pihak

yg

bertanggungjawab atas tata kelola

(51)

Bahwa auditor harus mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan tujuan penyajian &

pengungkapan. Prosedur yang dilakukan auditor untuk mendukung tujuan penyajian

& pengungkapan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk mendukung

tujuan audit transaksi dan tujuan audit saldo.

Bahwa auditor harus mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan tujuan penyajian &

pengungkapan. Prosedur yang dilakukan auditor untuk mendukung tujuan penyajian

& pengungkapan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk mendukung

tujuan audit transaksi dan tujuan audit saldo.

Melakukan pengujian tambahan untuk penyajian

& pengungkapan

(52)

Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti berikut untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan selama tahap penyelesaian :

- Melaksanakan prosedur analitis final - Mengevaluasi asumsi going concern - Minta surat pernyataan dari klien

- Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi tersebut konsisten dengan laporan keuangan

Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti berikut untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan selama tahap penyelesaian :

- Melaksanakan prosedur analitis final - Mengevaluasi asumsi going concern - Minta surat pernyataan dari klien

- Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi tersebut konsisten dengan laporan keuangan

Mengumpulkan bukti final

(53)

Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.

Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.

Menerbitkan laporan audit

(54)

Standar audit mewajibkan auditor untuk mengkomunikasikan defisiensi signifikansi dalam pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak yg bertanggung jawab atas tata kelola (termasuk didalamnya komite audit) segera setelah audit selesai, atau bisa juga lebih dini. Walaupun tidak diwajibkan, auditor seringkali juga memberi saran-saran kepada manajemen untuk memperbaiki kinerja bisnis.

Standar audit mewajibkan auditor untuk mengkomunikasikan defisiensi signifikansi dalam pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak yg bertanggung jawab atas tata kelola (termasuk didalamnya komite audit) segera setelah audit selesai, atau bisa juga lebih dini. Walaupun tidak diwajibkan, auditor seringkali juga memberi saran-saran kepada manajemen untuk memperbaiki kinerja bisnis.

Komunikasi dengan manajemen dan pihak yang

bertanggungjawab atas tata kelola

(55)

Thank You

Gambar

Gambar 10-4 Metodologi Untuk Perancangan  Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Gambar 10-5 Pendekatan Empat-Tahapan untuk Merancang Pengujian  Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi
Gambar 10-6 Metodologi untuk Merancang Pengujian  Rinci Saldo-Piutang Usaha

Referensi

Dokumen terkait