STRATEGI KAMPANYE PUBLIC RELATIONS DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARENESS TENUN LURIK KURNIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta PR Dosen Pembimbing: Niken Puspitasari, M.A
Disusun Oleh:
Defi Dilalatul Haq (20107030046) Viecri Bendarwis Adikara (20107030058)
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2023
A. PENDAHULUAN
Perkembangan komunikasi digital membuat peran public relations menjadi sangat penting. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, menjadikan kegiatan public relations sebagai suatu kebutuhan. Hal inilah yang membuat public relations di Indonesia belakangan ini mendapatkan posisi khusus hampir di seluruh perusahaan maupun instansi (Kirana, 2020).
Salah satu brand yang memanfaatkan peranan public relations dan menjadikannya sebagai salah satu struktur yang memegang peranan penting dalam perusahaan ialah Tenun Lurik Kurnia. Tenun Lurik Kurnia merupakan sebuah brand home industry textile yang hadir di Indonesia sejak tahun 1962 dan berlokasi di Krapyak, Yogyakarta. Perusahaan yang didirikan oleh alm. H. Dibyo Sumarto ini, dari awal berdiri hingga kini, tetap konsisten mempertahankan pembuatan lurik secara tradisional dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Tenun Lurik Kurnia senantiasa melakukan kegiatan kampanye tersebut dalam rangka mengimplementasikan prinsip dasar mereka yang bahwasannya semua proses pembuatan lurik di Tenun Lurik Kurnia dikerjakan secara manual atau tradisional oleh tangan-tangan handal yang sudah berpengalaman. Prinsip tersebut merupakan komitmen awal sejak saat didirikan.
Wujud kepedulian Tenun Lurik Kurnia ini ialah dengan meluncurkan kampanye public relations yakni #WeMadeLurikWithTraditionalHands dan #Alat TenunBukanMesin yang menyuarakan isu pelestarian warisan budaya nusantara. Dalam perkembangannya seni kerajinan lurik tradisional di Kabupaten Klaten yang dikategorikan sebagai industri mikro dan kecil ini cenderung mengalami kemunduran atau bisa dikatakan hampir punah. Hal ini antara lain dapat dilihat dari semakin menurunnya jumlah permintaan terhadap produk seni kerajinan lurik tradisional ini.
Salah satu penyebabnya adalah munculnya pesaing berupa industri tekstil raksasa yang memproduksi kain bermotif lurik. Berbeda dengan produk tekstil lurik pabrikan yang mudah ditemukan, mudah dan cepat diproduksi dalam jumlah besar, serta harganya lebih murah, lurik tradisional, yang diproduksi dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), memiliki segmen pasar terbatas.
Biaya produksi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pembuatan lurik pabrikan oleh industri tekstil raksasa menyebabkan harga jual produk seni kerajinan lurik
tradisional menjadi lebih mahal. Sebagai akibatnya banyak konsumen yang lebih memilih untuk membeli kain bermotif lurik buatan pabrik yang harganya lebih murah dibandingkan dengan kain lurik hasil karya seni yang dihasilkan oleh pengrajin. Hal ini juga menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat pengguna terhadap karya seni kerajinan lurik masih tergolong rendah. Berbeda dengan produk prabrikan dalam jumlah masal yang bisa dihasilkan dalam waktu singkat, pembuatan lurik tradisional menuntut ketekunan, kesabaran, dan ketelitian para pengrajinnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan karya tenun lurik tersebut. Selain itu, langkanya tenaga kerja dan minimnya upah juga menjadi faktor lain budaya tenun lurik mengalami kemunduran. Untuk itu seluruh pekerjaan pengrajin lurik tersebut memerlukan apresiasi dalam bentuk upah tenaga kerja yang memadai (Irawan & Susilo, 2019).
Tenun tradisional Indonesia merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Asisten Deputi Bidang Koordinasi Pemajuan Pelestarian Kebudayaan Kemenko PMK Jazziray Hartoyo menegaskan, para stakeholder harus menjaga budaya Indonesia, terlebih jika mendapatkan pengakuan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Intangible Cultural Heritagen (ICH) UNESCO (“Kemenko PMK,” t.t.).
Berangkat dari fenomena tersebut, Tenun Lurik Kurnia mencoba mempertahankan dan mengangkat kembali kain lurik khas Klaten agar tidak punah dan menjadi kain tradisional yang digemari oleh semua kalangan. Alasan tersebut membuat Tenun Lurik Kurnia tergerak untuk meluncurkan kampanye ini. Mereka ingin membenahi perspektif masyarakat akan tenun lurik tradisional. Memakai yang tradisonal bukanlah simbol ketinggalan jaman, namun ini adalah tentang nilai, tentang melestarikan tradisi, tentang mencintai produk budaya, dan tentang kepedulian, untuk sekedar membantu mereka mencoba bertahan, untuk menyambung nafas kehidupan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pelestarian warisan budaya nusantara merupakan isu yang penting untuk diperjuangkan. Namun, banyak pihak yang belum sadar akan pentingnya kewajiban sebagai warga negara Indonesia untuk melestarikan kekayaan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun lamanya. Kampanye Tenun Lurik Kurnia yang diciptakan bertujuan untuk mengedukasi terkait cara pembuatan dan filosofi tenun lurik tradisional. Sekaligus disajikan pula tentang ulasan
berbagai jenis kain tenun lurik masa kini yang memiliki aspek fungsi yang sudah dikembangkan mengikuti selera pasar dan semangat zaman modern saat ini. Sehingga, gerakan kampanye ini dilakukan dalam rangka konsumsi dan produksi berkelanjutan.
Pengemasan strategi kampanye Tenun Lurik Kurnia harus dilakukan secara maksimal melalui pertimbangan dan proses yang baik agar tujuan utama dapat tercapai dengan baik dan mendapat kesuksesan.
Tenun Lurik Kurnia sebagai pelaku UMKM agar dapat bersaing di pasar global seperti saat ini, untuk itu dibutuhkan strategi bisnis produk yang kreatif, variatif serta komunikatif yang dikemas melalui strategi kampanye public relations dengan menggunakan konsep AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Adapun penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi deskriptif.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut terkait bagaimana strategi kampanye public relations
#WeMadeLurikWithTraditionalHands yang dijalankan oleh Tenun Lurik Kurnia. Peneliti sekaligus akan memaparkan hasil realisasi yang diberikan dari kampanye
#WeMadeLurikWithTraditionalHands bagi pihak internal Tenun Lurik Kurnia Indonesia serta konsumen maupun masyarakat sekitar.
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti bertujuan untuk menjelaskan terkait uraian dan analisis data sekaligus memaparkan secara rinci terkait hasil penelitian yang telah dilakukan.
Strategi Kampanye Public Relations Tenun Lurik Kurnia
Menurut Ruslan (2008) dalam (Setiawan dkk., 2020), kampanye public relations memiliki dua arti, dalam arti sempit kampanye public relations bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat. Sedangkan dalam arti luas kampanye public relations memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program melalui teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana agar mencapai citra yang positif.
Kampanye public relations merupakan suatu kegiatan manajemen komunikasi yang telah di rencanakan sebelumnya oleh suatu perusahaan atau instansi yang tujuannya telah di tentukan sebelumnya, tujuan kegiatan kampanye ini biasanya untuk merubah sikap masyarakat sebagai publik perusahaan atau instansi agar sesuai dengan keinginan perusahaan atau suatu instansi. Tujuan kampanye setiap perusahaan atau instansi tentunya beragam, sesuai dengan tujuan berdirinya perusahaan dan instansi tersebut (Saifulloh & Lazuardi, 2021).
Tenun Lurik Kurnia merupakan sebuah brand home industry textile yang hadir di Indonesia sejak tahun 1962 dan berlokasi di Krapyak, Yogyakarta. Tenun Lurik Kurnia telah memanfaatkan peranan penting public relations yakni kampanye Public Relations.
Kampanye yang diluncurkan oleh Tenun Lurik Kurnia sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian budaya ialah #WeMadeLurikWithTraditionalHands dan #Alat TenunBukanMesin yang menyuarakan isu pelestarian warisan budaya nusantara.
Kampanye ini dibuat berdasarkan semakin menurunnya jumlah permintaan terhadap produk seni kerajinan lurik tradisional ini. Salah satu penyebabnya adalah munculnya pesaing berupa industri tekstil raksasa yang memproduksi kain bermotif lurik.
Berangkat dari fenomena tersebut, Tenun Lurik Kurnia mencoba mempertahankan dan mengangkat kembali kain lurik khas Klaten agar tidak punah dan menjadi kain tradisional yang digemari oleh semua kalangan. Alasan tersebut membuat Tenun Lurik Kurnia tergerak untuk meluncurkan kampanye ini. Mereka ingin membenahi perspektif masyarakat akan tenun lurik tradisional. Memakai yang tradisonal bukanlah simbol ketinggalan jaman, namun ini adalah tentang nilai, tentang melestarikan tradisi, tentang mencintai produk budaya, dan tentang kepedulian, untuk sekedar membantu mereka mencoba bertahan, untuk menyambung nafas kehidupan.
Dalam mendukung kesuksesan kampanye tersebut, pihak Tenun Lurik Kurnia melakukan beragam strategi untuk menciptakan keberhasilan yang terdiri dari:
1. Membangun Government Relations
Berbicara terkait peraturan gubernur DIY tentang Penggunaan Pakaian Tradisional gaya Yogyakarta untuk seragam, maka tak lepas dari pemerintah
khususnya pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sosok utama yang melakukan pengesahan. Oleh karena itu, pihak Tenun Lurik Kurnia berusaha membangun government relations dan melakukan advokasi melalui interaksi kepada pemerintah sehingga aspirasi masyarakat dapat diwakilkan dengan baik oleh Tenun Lurik Kurnia. Yang pada awalnya target market Tenun Lurik Kurnia yakni abdi-abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Yayasan Tarakanita, namun semakin hari target marketnya sudah lebih meluas. Sejak adanya kebijakan di DIY yaitu penerapan hari Kamis Pahing dan Selasa Pon untuk menggunakan pakaian adat, desa dengan prajurit, dan jemparingan Hal itu menjadikan banyak instansi dan desa yang pesan di Tenun Lurik Kurnia.
2. Memanfaatkan sosial media Instagram, Facebook dan Fanpage sebagai media untuk mengedukasi dan memberikan informasi kepada masyarakat
Sosial media mempermudah dalam membantu mencapai tujuan. Semua telah dikemas secara singkat dan mudah dipahami. Mereka juga membangun komunikasi dua arah dengan menggunakan teknik campaign journalism. Memberikan cerita seputar tenun lurik. Tak hanya bercerita, melainkan menarik pengikutnya untuk saling berinteraksi
3. Memiliki Series of Event yang unik disertai narasi persuasif untuk menarik partisipasi masyarakat
Pihak Tenun Lurik Kurnia memerlukan usaha lebih untuk mengubah persepsi masyarakat akan tenun lurik ATBM melalui beragam kegiatan dan disertai strategi yang baik. Kegiatan yang diluncurkan bersifat unik dan bertujuan untuk meraih tujuan. Dari beragam kegiatan menurut Sulyus Natoradjo (Kurniawan, 2022), dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori, yakni :
- Calendar Event CSR, open house atau tur proses pembuatan kain Lurik, serta Mengunggah konten edukasi atau marketing.
- Special Event (Komersial : Meluncurkan produk atau desain terbaru), (Non Komersial : kegiatan CSR bersama masyarakat sekitar).
- Momentum Event Mengajak masyarakat melihat pembuatan kain lurik di rumah produksi.
Hasil Realisasi Kampanye TBS Fight For Sisterhood
Dalam hasil realisasi kampanye, peneliti menganalisis hal tersebut dengan mengacu pada beberapa tujuan dari pelaksanaan kampanye public relations yang diungkapkan oleh (Ruslan, 2008). Adapun tujuan kampanye tersebut ialah :
1. Public awareness
Tenun Lurik Kurnia menumbuhkan awareness masyarakat terhadap kerajinan tenun lurik tradisioal melalui pesan yang terkandung dalam postingan yang diunggah dan narasi via sosial media. Mereka sekaligus memberlakukan ope house tour pembuatan tenun lurik tradisional menggunakan ATBM di store offline untuk menjangkau khalayak yang belum menggunakan sosial media secara aktif. Kampanye ini juga menyadarkan mereka akan prinsip yang dijalankan yakni peduli pada pelestarian warisan budaya sehingga konsumsi dan produksi dapat berkelanjutan.
2. Offer information
Tenun Lurik Kurnia memberikan informasi yang lebih mendalam dan dapat dijangkau siapapun terkait program kampanye sehingga publik dapat lebih tertarik dan peduli terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Medium penyampaian yang pihak public relations gunakan ialah beragam sosial media maupun booklet berisi seputar penjelasan kampanye yang diberikan saat konsumen/masyarakat berkunjung store.
Tak hanya pihak Tenun Lurik Kurnia saja yang menginformasikan melainkan stakeholder dan sosmed influencer.
3. Public Educations
Pihak Tenun Lurik Kurnia telah berhasil mengedukasi masyarakat dan menumbuhkan pemahaman masyarakat terkait membenahi perspektif masyarakat akan tenun lurik tradisional. Banyak masyarakat yang mengubah perspektif mereka dan mulai terbuka bahwa memakai yang tradisonal bukanlah simbol ketinggalan jaman, namun ini adalah tentang nilai, tentang melestarikan tradisi, tentang mencintai produk budaya. Beberapa masyarakat mulai berani tampil menggunakan produk buatan lurik tradisional dalam acara apapun dan mengaku bahwa mereka secara personal merasa teredukasi dan menganggap bahwa Tenun Lurik Kurnia merupakan brand yang bisa memenuhi kebutuhan fashion mereka.
4. Reinforce the attitudes and behavior
Banyak masyarakat yang telah setuju dengan adanya kampanye Tenun Lurik Kurnia. Mulai dari masyarakat, media, pemerintah, aktivis, maupun brand lain pun secara langsung mendukung adanya kampanye ini. Mereka mengakui bahwa kampanye ini sangat penting untuk diangkat dan disebarluaskan.
5. Behavior modifications
Walau pada awal diluncurkannya kampanye terdapat pihak yang menolak untuk berkontribusi, namun melalui negosiasi dan komunikasi persuasif yang dilakukan, Tenun Lurik Kurnia berhasil mengubah pandangan awal mereka untuk kemudian berujung pada pemberian kontribusi mereka ke dalam kampanye yang dijalankan.
Dan kabar terbaiknya ialah adanya kebijakan di DIY yaitu penerapan hari Kamis Pahing dan Selasa Pon untuk menggunakan pakaian adat, desa dengan prajurit, dan jemparingan, pada Pemerintah Gubernur DIY Nomor 75 tahun 2016 lalu. Hal ini merupakan pencapaian Tenun Lurik Kurnia karena melalui kegiatan dan advokasi yang dilakukan, secara berhasil menciptakan adanya perubahan.
C. KESIMPULAN
Tenun Lurik Kurnia melalui kampanye #WeMadeLurikWithTraditionalHands dan #Alat TenunBukanMesin yang dijalankan telah mengemas beragam strategi public relations dengan baik melalui perencanaan yang maksimal. Sehingga, kampanye
#WeMadeLurikWithTraditionalHands dan #Alat TenunBukanMesin dapat diterima oleh masyarakat dan terlaksana dengan baik. Pihak Tenun Lurik Kurnia juga telah berhasil dalam mencapai tujuan utama mereka yakni menyuarakan isu isu pelestarian warisan budaya nusantara salah satunya tenun lurik tradisional. Mereka sekaligus mendapatkan hasil realisasi yang baik disertai dengan pandangan positif bagi perusahaan UMKM mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, B. B., & Susilo, A. (2019). PENGEMBANGAN INDUSTRI LURIK TRADISIONAL UNTUK MENGUATKAN PEREKONOMIAN LOKAL DAN MENDUKUNG
PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH. 20.
Kemenko PMK. (t.t.). Jaga Warisan Budaya untuk Generasi Muda. Diambil 6 April 2023, dari https://www.kemenkopmk.go.id/index.php/jaga-warisan-budaya-untuk-generasi-muda Kirana, N. (2020). Strategi Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Dalam
Menjaga Citra Positif Kepolisian. Commerciums, 3(2), 1–15.
Kurniawan, D. H. (2022). STRATEGI KAMPANYE PUBLIC RELATIONS TBS FIGHT FOR SISTERHOOD THE BODY SHOP INDONESIA. Commercium, 05(02), 218–224.
Saifulloh, M., & Lazuardi, M. F. (2021). MANAJEMEN KAMPANYE PUBLIC RELATIONS DALAM SOSIALISASI PROGRAM TANGGAP COVID-19. JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, 4(1), 53–65.
Setiawan, D. P., Baskara Putri, R. L. M., & Mahdalena, V. (2020). STRATEGI ‘KAMPANYE PRODUK’ PR AGENCY DI SOSIAL MEDIA. Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis, 5(2), 268–291.