Diterima: Juli 2020. Disetujui: Agustus 2020. Dipublikasikan: September 2020 197 DOI: 10.15575/reputation.v3i3.2274 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/humas
Kampanye Public Relations Program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung
Ari Nurizki Saputra1, Zaenal Mukarom2, Betty Tresnawaty3
1Jurusan Ilmu Komunikasi Humas, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Program Bandung Bersatu di Pemkot Bandung merupakan salah satu program terobosan baru dalam rangka meningkatkan kedisiplinan Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkungan Pemerintah kota Bandung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan konsep yang dikemukakan oleh Ostergaard. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hasil penelitian menunjukan kurang maksimal dilihat dari aspek proses identifikasi masalah yang tidak di kaji secara mendalam, pengelolaan kampanye yang kurang terkoneksi dengan baik, pelaksanaannya dibentuk melalui organisasi kampanye (campaign organizer), dan proses evaluasi tidak dilakukan secara konsisten dan berkala.
Kata Kunci : Kampanye Public Relations, Program Bandung Bersatu, Pemerintah Kota Bandung
ABSTRACT
The United Bandung program in the city goverment of Bandung is one of the breakthrough programs in order to improve the discipline of the state civil (ASN) within the Bandung City Government. The theory used in this studi uses the concept proposed by Ostergaard. The method used in this research is a case study. The results showed that it was not optimal, seen from the aspect of the problem identification process that was not studied in depth, the campaign organization (campaign organizer), and the evaluation process wass not carried out consistently and periodically.
Keywords : Public Relations Campaign, United Bandung Program, Bandung City Government
198 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
PENDAHULUAN
Kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam mensosialisasikan Bandung Kota Agamis tertuang dalam visi walikota Kang Oded yakni “membangun Kota Bandung Nyaman, Unggul, Sejahtera, dan Agamis. Visi tersebut di implementasikan lewat program-program Pemerintah Kota Bandung yang ditambahkan unsur Agamis. Agamis dalam kaitan ini di artikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang merupakan manifestasi dari kesempurnaan kehidupan beragama sebagai wujud perintah Tuhan, bahwa tujuan akhir dari kehidupan beragama harus mampu menjadi rahmat bagi alam semesta.
Dalam kaitan ini, Pemerintah kota Bandung meluncurkan program Bandung Berjamaah Shalat Tepat Waktu (Bersatu) sebagai jawaban dari masalah internal yang terjadi di Pemerintah Kota Bandung tentang kurangnya partisipasi dalam melaksanakan program kerja dan rendahnya sikap disiplin yang terjadi pada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berada dilingkungan Pemerinntah Kota Bandung.
Gagasan baru dari Pemkot Bandung ini di khususkan terlebih dahulu untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Pemerintah kota Bandung dengan berhentri sejenak 10 - 15 menit sebelum waktu shalat datang. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang beragama Islam harus menghentikan atau menunda seluruh aktivitas kegiaatan saat masuk waktu shalat fardhu untuk segera melaksanakan shalat berjamaah di mesjid atau di musholla, walikota Bandung kang Oded juga menghimbau para pimpinan SKPD atau Badan Pemerintah Kota agar mensosialisasikan dan melaksanakan gerakan Bersatu bersama karyawan atau karyawati di lingkungan kerja masing-masing.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan bebrapa fokus penelitian, yaitu: Bagaimana Pemerintah melakukan identifikasi masalah terkait dengan kegiatan program Bandung Bersatu dilingkungan ASN Pemkot Bandung, Bagaimana Pengelolaan kampanye terkait dengan kegiatan program Bandung Bersatu, Bagaimana Pelaksanaan kampanye Public Relations yang dilakukan oleh Pemerintah kota Bandung terkait program Bandung Bersatu, dan Bagaimana Evaluasi Kampanye Public Relations program Bandung Bersatu yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung.
Penelitian terdahulu memiliki tujuan sebagai penelaahan pada penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan sebagai bahan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai agar penelitian ini lebih kaya dan dapat memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Kesamaan dan perbedaan dalam sebuah penelitian merupakan suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Aldi Rinaldi (2018), mahasiswa
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 199
Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian ini berjudul Kampanye Public Relations Dalam Memberikan Informasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 (Studi Kasus pada Humas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat Jl.Braga No.108 Kota Bandung). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kegiatan Humas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat dalam melaksanakan Kampanye Public Relations dalam upaya memberikan informasi terpercaya dan memadai bagi masyarakat Jawa Barat mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah tahun emisi 2016 dengan memanfaatkan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga. Relevansi, penelitian yang dilakukan oleh Aldi Rinaldi dengan penelitian yang akan dilaksanakan sama-sama bertemakan mengenai Kampanye PR. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa proses kegiatan kampanye Public Relations diawali dengan tahapan perencanaan melalui analisis data, anggaran kegiatan dan menyusun tujuan yang ingin dicapai, selanjutnya tahapan pelaksanaan kampanye Public Relations berupa proses menentukkan komunikator sebagai penyampai informasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah tahun emisi 2016 dengan berbagai upaya dan pemanfaatan media.
Tahapan terakhir adalah penilaian keberhasilan kegiatan Kampanye Public Relations melalui penyebaran informasi pada khalayak dan evaluasi kerja oleh divisi Humas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rizky Nur Apriliansyah (2018), Mahasiswa Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian ini berjudul Strategi Mempertahankan Citra Lembaga melalui Intelligence Media Management (Analisis Deskriptif Kualitatif pada Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan peneliti.
Adapun pertanyaan tersebut adalah bagaimana penggunaan Intelligence Media Management dalam membantu proses pengumpulan data, bagaimana proses penentuan perencanaan pengambilan keputusan, bagaimana strategi Pemprov Jabar dalam menghadapi berita hoax dan pemberitaan negatif pada media, bagaimana hasil evaluasi saat ini mengenai penggunaan Intelligence Media Management dalam mempertahankan citra Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Rizky Nur Apriliansyah dengan penelitian yang akan dilaksanakan sama-sama bertempat di Pemerintahan. Hasil penelitian menunjukkan setiap hari subbagian pelayanan media membuat laporan berupa pemberitaan negatif dan positif, hot news, top news serta media share, yang nantinya laporan akan diberikan kepada Gubernur untuk membantu dalam menentukan suatu kebijakan, Pemprov Jabar menciptakan sistem kerja cepat tanggap dalam menghadapi berita hoax dan menimalisir pemberitaan negatif.
200 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
Hambatan yang dialami selama ini yaitu kurangnya sumber daya manusia dalam pengumpulan data menggunakan IMM, dan tidak tertampungnya semua aspirasi masyarakat, sejauh ini penggunaan Intelligence Media Management sangat membantu mempertahankan citra lembaga dalam proses pengumpulan data dan analisis, serta evaluasi program yang sudah ada atau membantu membuat kebijakan baru yang lebih baik lagi.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Iqbal (2018), Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan. Penelitian ini berjudul Implementasi Program Wirausaha Baru (WUB) Di Kota Bandung Pada Dinas Koperasi Dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis sejauh mana Implementasi Program Wirausaha Baru (WUB) di Kota Bandung Pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat.
Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Iqbal dengan penelitian yang akan dilaksanakan sama-sama membahas mengenai program baru yang diterapkan oleh pemerintah Kota Bandung. Hasil penelitian ini akan dibahas mengenai sejauh mana implementasi program baru diterapkan di Kota Bandung, hambatan yang dihadapi dan upaya apa saja yang dilakukan oleh pemrintah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam melaksanakan program baru.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Alodia Libertine Chandra (2014), mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya, VOL 2.
NO.1. Penelitian ini berjudul Strategi Kampanye Breast Cancer Awareness Month. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan oleh “Reach To Recovery Surabaya” (RRS) dengan menggunakan studi kasus kampanye “Breast Cancer Awareness Month”. Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana kampanye digunakan oleh sebuah komunitas untuk mencapai tujuan organisasinya.. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Alodia Libertine Chandra dengan penelitian yang akan dilaksanakan sama-sama bertemakan mengenai Kampanye PR. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dalam membuat sebuah program kampanye Reach to Recovery Surabaya (RRS) mengadaptasi pola seperti milik Cutlip, Center, dan Broom. Hal ini dapat dilihat dari tahapan pembuatan kampanye BCAM. Pertama-tama RRS melakukan analisis situasi, kemudian menetukan strategi, implementasi, dan kemudian evaluasi. Dalam kampanye BCAM 2012, pesan yang ingin disampaikan oleh RRS adalah mengenai pentingnya Deteksi Dini atau yang sering disebut sebagai SADARI. Pada kampanye 2012 RRS menarget remaja putri sebagai sasaran kampanyenya karena pada tahun 2012 ditemukan usia termuda pengidap kanker payudara adalah 19 tahun.
LANDASAN TEORITIS
Penelitian ini menggunakan konsep yang dijelaskan Menurut Ostergaard dalam Venus, (2012:14-17) memaparkan sebuah model kampanye yang berdasarkan
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 201
rancangan program kampanye untuk perubahan sosial yang tidak didukung dengan temuan-temuan ilmiah tidak layak untuk dilaksanakan. Alasan karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menanggulangi masalah sosial yang dihadapi. Maka dari itu sebuah program kampanye harus memiliki tahapan atau langkah-langkah yang jelas diantaranya sebagai berikut Langkah pertama, yaitu melakukan identifikasi masalah yang ada berdasarkan fenomena yang dirasakan berdasarkan analasis masalah yang sesuai dengan kondisi dilapangan. Kemudian mencari sebab dan akibat berdasarkan fakta yang ada dilapangan.
Langkah kedua, yaitu pengelolaan kampanye yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Tahap ini dibutuhkan riset untuk mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk merumuskan pesan, aktor kampanye, saluran hingga teknis dari kampanye yang sesuai. Pengelolaan ini berdasarkan seluruh isi program kampanye yang diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak sasaran.
Tahap ketiga, yaitu tahap evaluasi pada penanggulangan masalah. Tahap ini disebut juga tahap pasca kampanye. Evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam menghilangkan atau mengurangi masalah sebagaimana yang telah didefinisikan pada tahap pra kampanye.
Kampanye menurut Salima (2018: 65) merupakan sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye juga biasa dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian. Menurut Rogers dan Storey (1987), dalam (Venus, 2012:7), kampanye adalah segala serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu, pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Charles U. Larsen(1992) dalam (Venus, 2012:11), jenis-jenis kampanye dibagi tiga kategori dianatarnya yaitu pertama, Product Oriented Campaign Kampanye ini berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi konseptual, seperti peluncuran produk baru.
Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. Kedua, Candidate Oriented Campaign Kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya di motivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Ketiga Ideologically or cause oriented campaigns Jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial, atau Social Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yang ditujukan untuk mengenai masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.
202 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
Public Relations atau Humas menurut Hasybullah (2018: 54) pada hakikatnya merupakan kegiatan komunikasi, karena ciri utama komunikasi humas adalah komunikasi dua arah/timbal balik, adanya komunikasi timbal balik dilakukan dalam kegiatan humas sehingga tercipta umpan balik yang merupakan prinsip pokok dalam humas. Menurut Onong Uchjana (1990:134), Hubungan Masyarakat adalah fungsi Manajemen dari budi yang dijalankan secara berkesinambungan dan berencana, dengan mana organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang memiliki sangkut paut dengan menilai pandangan umum diantara mereka dengan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan mereka, guna mencapai kerja sama yang produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan melancarkan informasi berencana dan tersebar luas. Kegiatan Kampanye merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang Public Relations atau Humas, kegiatan kampanye ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan suatu lembaga dan organisasi sesuai dengan tujuan berdirinya lembaga dan organisasi tersebut.
Menurut Rosady Ruslan (2013:66) dalam Bukunya berjudul Kampanye Public Relations menjelaskan bahwa, Kampanye Public Relations merupakan kegiatan dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sebagai sasaran dan publik sebuah perusahaan atau organisasi untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi yang baik terhadap suatu kegiatan perusahaan atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara terencana dan dalam jangka waktu tertentu.
Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus dimana menurut Ardianto (2014:64) studi kasus (case study) merupakan pendekatan penelitian yang menelaah variable suatu kasus secara intensif, mendalam, menditail, dan kmprehensif yang memungkinkan dapat melahirkan pernyataan-pernyataan yang bersifat eksplanasi namun tidak dapat diangkat sebagai suatu generlisasi. Metode studi kasus pada penelitian ini memberikan deskripsi tentang hubungan kasual objek yang akan di teliti. Objek yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu kebijakan Pemerintah kota Bandung mengenai program Bandung Bersatu.
Program Bandung Bersatu merupakan salah satu program dalam mewujudkan visi kota Bandung yang Agamis. Program Bandung Bersatu menjadi sebuah gerakan yang pada tahap pelaksanaannya di khususkan untuk ASN dilingkungan Pemerintah kota Bandung. Gerakan Berjamaah Shalat tepat waktu tertuang dalam surat edaran walikota No. 442/SE.084-bag.Kesra. yang berisikan bagi karyawan/ti yang beragama Islam agar melaksanakan gerakan berjamaah shalat tepat waktu (Bersatu) yaitu menghentikan atau menunda seluruh aktivitas kegiatan saat masuk waktu shalat fardhu untuk segera
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 203
melaksanakan shalat berjamaah di masjid/mushola; bagi para pemimpin agar mensosialisasikan dan melaksanakan gerakan yang dimaksud bersama karyawan/ti dilingkungan kerjanya masingmasing; bagi pegawai yang sedang memberikan pelayanan kepada masyarakat agar dapat menyampaikan hal yang dimaksud dengan baik dan sopan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian imi dilakukan guna mendapatkan hasill yang relevan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Kampanye Public Relations yang dilakukan oleh Pemerintah kota Bandung dalam meningkatkan kesadaran ASN dilingkungan Pemerintah kota Bandng tentang Berjamaah Shalat tepat waktu (Bersatu). Penelitian ini diawali dengan wawancara dilakukan dikantor dinas Pemerintah kota Bandung bidang Kesra yang berada di Jl. Wastu Kencana No 2, kota Bandung. Penelitian ini dimulai pada bulan juli 2019 yang diawali observasi dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam hingga bulan agustus 2019.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif berdasarkan metode penelitian dan dijelaskan sebagai berikut gambarannya.
Identifikasi Masalah Kampanye PR Program Bandung Bersatu
Berdasarkan data hasil temuan penelitian kepada beberapa informan yang telah disimpulkan dari hasil penelitian diatas peneliti menemukan proses kegiatan kampanye Public Relations menurut Ostergard (2018:29) menyatakan beberapa unsur dalam kampanye Public Relations diantaranya identifikasi masalah, pengelolaan, pelaksanaan dan evaluasi program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung menghasilkan temuan dilapangan berupa persoalan internal, perencanaan yang sistematis, organisasi terstruktur dan evaluasi secara menyeluruh.
Kesadaran untuk melihat persoalan yang terkait erat tentang pemberlakuan kebijakan Berjamaah Shalat tepat waktu di Pemerintah Kota Bandung didasari dari persoalan internal. Menurut pernyataan Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah dalam Mukarom (2015:145) menegaskan bahwa pemahaman mengenai lingkungan organisasi sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi di internal.
Memahami kondisi internal dalam pelaksanaan program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung sangat diperlukan untuk keberhasilan program yang akan dijalankan.
Identifikasi masalah pemahaman mengenai persoalan internal Pemerintah Kota Bandung disebabkan oleh rendahnya tingkat kedisiplinan dan etos kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang berimplikasi terhadap kualitas kerja dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Memahami kondisi persoalan internal sangat berpengaruh terhadap perancangan kampanye yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam upaya menilai kelemahan dan kelebihan dari kegiatan kampanye yang akan dilaksanakan
204 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
dengan tujuan untuk mempersiapkan rencana yang baik.
Pelaksanaan program Bandung Bersatu (Berjamah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung yang dilakukan merupakan suatu upaya untuk melakukan peninjauan ulang yang dilakukan secara meyeluruh terhadap kondisi faktual pelaksanaan di lapangan. Dilanjutkan dengan menganalisis pada faktor- faktor yang menyebabkan masalah yang terjadi dengan melakukan peninjauan ulang secara sistematis terhadap latar belakang masalah hal ini disebut dengan analiasis situasi. Sejalan dengan pernyataan dari Cutlip, Center and Broom (2011:328) menyatakan bahwa analisis situasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung merupakan sekumpulan hal-hal yang diketahui mengenai masalah yang terjadi yang mencangkup latar belakang, pihak-pihak yang terlibat atau terpengaruh secara internal dan kekuatan-kekuatan lainnya yang mempengaruhi.
Sedangkan proses identifikasi kamapanye Public Relations yang efektif menurut Ostergaard (2012:30) menjelaskan bahwa sebuah program kampanye hendaknya dimulai dari identifikasi masalah secara jernih baik masalah di internal ataupun eksternal, sedangkan data hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa temuan fakta-fakta identifikasi masalah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung selama ini hanya sebatas pengkajian secara internal. Maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung bersifat sepihak atau subjektif atas kebijakan internal Pemerintah, hal ini menjelaskan bahwa proses identifikasi masalah kampanye Public Relations rogram Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) tidak di dasari dengan kajian-kajian secara eksternal.
Identifikasi masalah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dilakukan dengan mengkaji gejala-gejala internal yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bandung, dengan melihat kebiasaan dan perilaku Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam melaksanakan tugas sehari-hari, tidak ada unsur kajian terhadap eksternal yang mendukung dalam perumusan kebijakan Walikota dalam program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. hal ini dikarenakan sasaran utama kampanye program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bandung.
Pengkajian identifikasi masalah program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung dianggap belum relevan dengan konsep yang dikatakan oleh Ostergaard, karna identiikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung hanya mengkaji tentang kondisi persoalan internal saja, akan lebih efektif jika proses identifikasi masalah dilakukan dengan pengkajian secara internal dan eksternal, karena hal ini nantinya akan berkaitan dengan keberhasilan Pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan program
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 205
Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu).
Pengelolaan Kampanye PR Program Bandung Bersatu
Setelah proses identifikasi masalah suatu program kampanye dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah pengeloaan kampanye yang di landasi atas identifikasi masalah yang sedang terjadi dilapangan. perumusan identifikasi masalah sangat penting karena sebagai dasar untuk merancang kampanye agar tujuan dari program kampanye dapat benar-benar terealisasi kepada Aparaur Sipil Negara (ASN) dilingkungan Pemerintah Kota Bandung.
Pengelolaan kampanye Public Relations Program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung Bersifat perencanaan yang sistematis, terdapat unsur sasaran dan pelaku kampnaye. Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam Husain Usman (2008) adalah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari perencanaan program kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) dilakukan dengan mengkaji aspek sasaran dari kampanye yang dalam hal ini kaitannya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dillingkungan Pemerintah Kota Bandung, kemudian aktor atau pelaku kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) adalah humas dan kesra.
Sedangkan pengelolaan kampanye yang baik menurut Ostergaard (2012:31) menjelaskan bahwa suatu prosses pengelolaan kampanye harus terencana dengan baik dan sistematis dengan menentukan khalayak sasaran, aktor kampanye, dan saluran kampanye. Berbeda dengan hasil fakta-fakta temuan dilapangan, pengelolaan kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung hanya bersifat sistematis dan hanya terdapat unsur khalayak sasaran dan aktor kampanye.
Perancangan kampanye Public Relations yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung dilakukan secara sistematis dengan merancang sasaran kampanye dan aktor kampanye saja. Hal ini tentu akan berdampak pada pelaksanaan dilapangan karena tidak memenuhi aspek-aspek lain sebagai penunjang dalam pengelolaan program kampanye dan tentunya akan berpengaruh besar terhadap sikap dari Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai sasaran dari program kampanye karena pengelolaan program kampanye tidak dilakukan secara terencana.
Berdasarkan hasil temuan yang sesuai dengan fakta-fakta dilapangan, maka dapat simpulkan bahwa proses pengelolaan kampanye Public Relations program
206 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) dilingkungan Pemerintah kota Bandung dinilai tidak terencana dengan baik, karena hanya melakukan beberapa aspek yang sesuai dengan program kampanye yang dikemukakan oleh Ostergaard dalam teorinya. Proses pengelolaan kampanye Public Relations yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung dapat dikatakan berhasil jika aspek-aspek dalam program kampanye dapat dilaksanakan secara utuh dan dijalankan semana mestinya.
Pengelolaan program kampanye perlu disusun sebaik-baiknya oleh praktisi humas dalam proses pelaksanaan kampanye Public Relations karena dengan penyusunan perencanaan yang terencana, maka proses pelaksanaan kampanye juga akan terarah dan mempunyai tujuan yang jelas. Gregory dalam Ruslan (2013:99) menjelaskan bahwa tujuan dalam sebuah kampanye merupakan suatu objek yang menentukan pencapaian dan arah kampanye. Tujuan dalam kampanye dibagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka pendek yang artinya kegiatan kampanye tersebut membawa perubahan informasi hanya untuk beberapa saat dan tidak berkepanjangan atau tidak berkelanjutan, sedangkan tujuan jangka panjang artinya dapat merubah informasi menjadi suatu kebiasaan pada khalayak sasaran kampanye.
Program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung memiliki tujuan jangka panjang dalam rangka mewujudkan visi kota Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera, dan Agamis.
Penambahan Bandung Agamis menjadi acuan pemerintah untuk melahirkan gerakan atau program yang berkaitan tentang ke-Agamaan yang salah satunya program “Bandung Bersatu”. Program “Bandung Bersatu” merupakan gerakan yang dalam tahap awal di laksanakan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bandung. tujuan ini dapat tercapai apabila pengelolaan kamapenye dapat disusun secara terencana dengan baik oleh Pemerintah Kota Bandung.
Pelaksanaan Kampanye PR Program Bandung Bersatu
Setelah proses identifikasi masalah dan pengelolaan kampanye di rancang maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu). Tahapan pelaksanaan kampanye Public Relations program “Bandung Bersatu” di Pemerintah Kota Bandung sesuai dengan yang dijelaskan oleh Ruslan (2013:80) bahwa kesuksesan sebuah kegiatan kampanye apabila kegiatan tersebut melakukan tahapan kampanye dengan baik. Tahapan kampanye dengan membuat rancangan kegiatan dengan mengidentifikasi masalah dalam kampanye, perencanaan kampanye sesuai dengan pelaksanaan kampanye kessesuaiannya meliputi pemilihan organisasi kampanye terstruktur guna menunjang pelaksanaan kegiatan program kampanye dengan baik dan profesional.
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 207
Berdasarkan hasil temuan dilapangan proses pelaksanaan kamapnye program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung dilakukan dengan pemilihan organisasi kampanye secara terstruktur (campaign organizer). Pelaksanaan kampanye program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu diselenggarakan secara terpadu dengan dibentuk unit-unit kerja yang saling berhubungan dimnana penanggung jawab utamnya adalah Kepala Bidang Kesra yang kemudian penanggung jawab pelaksana program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) oleh Kepala Sub Bagian Kesra Bina Sosial Keagamaan dan yang bertugas untuk mengkampanyekan program adalah bidang Humas. Pelaksanaan kampanye Public Relations program “Bandung Bersatu” di Pemerintah kota Bandung tidak terlepas dari tahapan proses pembagian unit-unit kerja, tahapan ini menjelaskan bagaimana program tersebut di sosialisasikan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berada dilingkungan Pemerintah Kota Bandung melalui unit-unit yang sudah ditentukan sejak awal.
Proses pembagian unit-unit kerja mencangkup pengkajian mengenai lingkungan kultural sosial dari Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Berdasarkan hal tersebut, pembagian unit-unit kerja secara terstruktur merupakan mata rantai paling penting untuk mengkampanyekan sebuah program, karena dalam pelaksanaannya terdapat keterlibatan individu-individu sampai dengan kelompok-kelompok dalam satu sistem untuk berpartisipasi. Proses pembagian unit-unit kerja dalam pelaksanaan program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan kampanye dilapangan sehingga pembagian tugas melalui unit-unit kerja sangat di perlukan.
Pelaksanaan kampanye Public Relations program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung dilakukan dengan pemilihan unit-unit kerja yang di kampanyekan melalui media internal yang ada di Bidang Humas Kota Bandung, pelaksanaan kampanye tidak dilakukan secara teratur akan tetapi kampanye dilakukan secara kondisional dengan melihat kebutuhan dilapangan. kampanye yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung di filter melalui proses agenda seting yang berada di humas Kota Bandung.
Kampanye Public Relations program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung dilakukan pada hari-hari besar keislaman ataupun sesuai kebutuhan dilapangan, dengan melihat pelaksanaan apabila partisipasi Aparatur Sipil Negara (ASN) menurun maka himbauan Bandung Bersatu kembali di kampanyekan baik melalui media internal yang ada di Bidang Humas Kota Bandung ataupun media sosial WhatsApp Group Bidang Kesra, sehingga target dan sasaran kampanye program Bandung Bersatu dapat tercapai dengan
208 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
maksimal dan sesuai rencana yang telah di tetapkan sejak awal.
Sesuai dengan pernyataan Ostergard (2007:199) mengatakan bahwa kegiatan kampanye yang baik merupakan kerja tim, dengan demikian banyak personel (juga lembaga) yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Sejalan dengan fakta-fakta hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa pelaksanaan kampanye program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung selama ini sudah sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ostergaard.
Evaluasi Kampanye PR Program Bandung Bersatu
Tahapan terakhir dalam pelaksanaan program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung adalah evaluasi. Berdasarkan data hasil temuan peneliti menunjukan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) dilakukan dengan evaluasi secara menyeluruh. Evaluasi dalam Kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung menjadi catatan penting unuk keberlangsungan program yang akan dilaksanakan kedepan. Evaluasi menjadi acuan bagaimana tingkat kemajuan selama program dilaksanakan baik positif atau negatif nantinya sebagai catatan pelaksanaan program untuk lebih baik lagi.
Proses pelaksanaan dari kampanye program “Badnung Bersatu” tentunya diakhiri dengan evaluasi sebagai catatan pengukuran hasil dari kemajuan kampanye yang dijalankan. menurut Venus (2012:210) menjelaskan bahwa evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek secara menyeluruh yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye.
Evaluasi yang dilakukan dengan tepat akan memberikan banyak informasi berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan kampanye yang pada akhirnya digunakan untuk program kampanye untuk kedepannya. Evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah kota Bandung dalam tahap awal berjalan dengan baik dan proses evaluasinya dilakukan oleh bidang Kesra sebagai penanggung jawab dari program “Bandung Bersatu” dan bidang Humas sebagai pemegang media untuk mengkampanyekan gerakan “Bandung Bersatu”. Evaluasi yang dilakukan oleh Humas Bandung diantaranya berupaya untuk meningkatkan dan memperbaiki saluran media dalam mengkampanyekan gerakan “Bandung Bersatu” melalui agenda seting, kemudian di tahap awal pelaksanaan program
“Bandung Bersatu” dilakukan evaluasi berupa laporan pelaksanaan setiap satu bulan sekali, permasalahan yang terjadi di konsultasikan kepada Kabag Kesra.
Evaluasi biaya dalam Kampanye Public Relations program “Bandung Bersatu” merupakan poin yang menjadi sangat penting guna terlaksananya kegiatan yang dilaksanakan. Melakukan evaluasi dalam biaya kegiatan Kampanye
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 209
Public Relations, berfungsi untuk mengetahui sejauh mana alokasi biaya yang dilaksanakan tiap bulan, sehingga dalam melaksanakan program bisa memperhitungkan alokasi biaya secara baik dan merata sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Melakukan evaluasi anggaran dalam Evaluasi biaya dalam Kampanye Public Relations program “Bandung Bersatu” sangat dibutuhkan sesuai pernyataan menurut Ruslan (2013:81) menjelaskan bahwa tanpa dukungan dana yang memadai tentu akan menjadi hambatan dalam kegiatan kampanye Public relations, karena jika dana tidak memadai maka akan memicu kegagalan dalam kegiatan kampanye Public Relations, dalam hal ini evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) sudah sesuai dengan konsep yang dijelaskan oleh model Ostergaard.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung selama ini di nilai kurang maksimal.
Kurangnya maksimal dalam kegiatan Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) dapat diamati dengan beberapa hal, pertama rendahnya tingkat partisipasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kota Bandung dalam melaksanakan gerakan Berjamaah Shalat tepat waktu masih kurang, sehingga keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemeerintah Kota Bandung cenderung mengikuti himbauan dari pimpinan, kedua belum adanya sanksi tegas dan jelas dari pemerintah Kota Bandung sehingga banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak memiliki dampak apapun dalam menjalankan tugas sehari-hari, ketiga inovasi pembentukan sikap disiplin tidak hanya dengan melaksanakan Shalat saja, akan tetapi harus menambahkan unsur- unsur lain yang mendukung dalam meningkatkan kedisiplinan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kota Bandung.
Padahal suatu kebijakan Pemerintah akan dikatakan berhasil jika setiap kebijakan yang di kampanyekan idealnya harus didukung oleh partsisipasi yang tinggi dari Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bandung sehingga program yang di kampanyekan akan sesuai dengan perencanan tujuan kegiatan yang sudah di rancang sejak awal karna partisipasi merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan suatu kebijakan Pemerintah dalam mengkampanyekan suatu program.
Pemberlakuan sanksi dalam melaksanaan suatu kebijakan program pemerintah harus dilakukan, hal ini bertujuan untuk memberi efek jera terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) yang melanggar, dengan adanya sanksi setidaknya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Pemerintah Kota Bandung bisa mempertimbangkan kembali jika tidak melaksanakan himbauan dari Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Pemberlakuan sanksi dapat dibuat dengan surat
210 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212
edaran walikota yang berisikan tentang surat perintah dan sanksi bagi yang pelanggar, karna surat edaran Walikota tentang himbauan Berjamaah Shalat tepat waktu dinilai kurang efektif untuk suatu program Pemerintah yang tingkat skala perioritasnya Aparatur Sipil Negara (ASN) se-Kota Bandung.
Penambahan unsur lain dalam pembentukan sikap disiplin terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak bisa dengan melaksnakan kegiatan Shalat Berjamaah saja, akan tetapi alangkah baiknya di tambahkan faktor-faktor pendukung sebagai penunjang pembentukan sikap disiplin melalui program- program pemerintah yang berkaitan tentang pembentukan sikap disiplin, sehingga hal ini dapat berpengaruh besar terhadap etos kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkungan Pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan tugas sehari-hari. Penambahan faktor lain dalam pembentukan sikap dapat dilakukan melalui program-program yang berkaitan dengan kesadaran, baik program mengaji untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bandung yang sifatnya rutin ataupun dengan penyuluhan mengenai pentingnya sikap disiplin bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai refresentasi Pemerintah Kota Bandung.
PENUTUP
Sebagai bagian akhir penelitian dapat dikemukakan jawaban atas pertanyaan penelitian kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung sebagai berikut:
Pertama, Identifikasi masalah berdasarkan hasil temuan fakta-fakta dilapangan menjelaskan bahwa dalam perancangan program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung di identifikasi dengan adanya persoalan internal dilingkungan Pemerintah Kota Bandung. persoalan internal yang terjadi di sebabkan oleh rendahnya tingkat kedisiplinan Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkungan Pemerintah Kota Bandung.
Kedua, Proses pengelolaan kampanye program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung dilakukan dengan perencanaan yang sistematis.
Perencanaan sistematis meliputi unsur tujuan kampanye, sasaran, dan pelaku kampanye. Sehingga perencanaan yang dirancang sesuai dengan pelaksanaan dilapangan.
Ketiga, Proses pelaksanaan kampanye Public Relations program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung dilakukan melalui pemilihan organisasi kampanye (campaign organizer). Pemilihan unit-unit kerja yang saling berhubungan dan terstruktur dimana penanggung jawab utamanya adalah Kabag Kesra penanggung jawab dilapangan Kasubag Bina Sosial Keagamaan, dan bidang Humas yang bertanggung jawab dalam mengkampanyekan program.
Keempat, Proses evaluasi kampanye Public Relations program Bandung Bersatu di Pemerintah Kota Bandung dilakukan secara menyeluruh, evaluasi secara menyeluruh dilakukan untuk mengukur sejauh mana pelaporan kegiatan
Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212 211
dilapangan, kemudian untuk mengetahui seberapa banyak pengeluaran dalam program kampanye.
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kampanye Public Relations program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung selama ini di nilai kurang maksimal karena lebih bersifat politis, sehingga dikhawatirkan kampanye program Bandung Bersatu (Berjamaah Shalat tepat waktu) di Pemerintah Kota Bandung cenderung sesaat dan tidak melembaga.
DAFTAR PUSTAKA
Cutlip, Scott M., Allen H. Center, dan Glen M. Broom. (2011). Effective Public Relations. Edisi Kesembilan. Terjemahan. Jakarta: Kencana
Hasybullah, M. Alfian. (2019). Manajemen Special Event Upacara Adat Seren Taun Cigugur Kuningan, dalam Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1), 53-68.
Mukarom, Zainal dan Mahibudin Wijaya Laksana. (2015). Manajemen Public Relations: Panduan Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ostergaard, L. (2002). Effective Campaign Assessment: How to Learn From Your Failures dalam Hans-Dieter Klingemann & Andrea Roemmele. (2002). Public Information Campaign & Opinion Research. Thousand Oaks: Sage Publications Rogers, E. M., & Storey J. D. (1987). Communication Campaign. Dalam C. R. Berger
& S.H. Chaffe (Eds.), Handbook Of Communication Science. New Burry Park:
Sage.
Ruslan, Rosady. (2012). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi; Konsep dan aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. (2005). Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. (2013). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Salima, Mur Fitriana. dkk. (2018). Kampanye Public Relations dalam Mensosialisasikan Makanan Halal kepada Masyarakat, dalam Reputation:
Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat, 3(3), 60-79.
Venus, Antar. (2018). Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
212 Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2020) 197-212