Contents lists available at Journal IICET JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia)
ISSN: 2502-079X (Print) ISSN: 2503-1619(Electronic) Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jrti
Strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan dalam masa pandemi covid 19 pada siswa kelas di sekolah dasar
Azi Rivaldi1, Ainur Rosyid1*)
1Universita Esa Unggul, Jakarta, Indonesia
Article Info ABSTRACT
Article history:
Received Sept 12th, 2022 Revised Oct 22th, 2022 Accepted Nov 13th, 2022
Learning loss juga sering disebut kurangnya kesempatan siswa untuk belajar dan menganggu kemampuan siswa untuk melakukan belajar serta hilangnya motivasi siswa karena tidak ada guru yang mengajar langsung khususnya pada siswa kelas rendah yang masih kesulitan dalam kegiatan membaca permulaan, maka seorang guru penting mempunyai strategi untuk mengatasi kesulitan pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses cara mengajar dan mengetahui strategi yang digunakan guru kelas II C SDN Jatirangga II Kota Bekasi dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskritif kualitatif. Tektik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bawah proses cara mengajar membaca permulaan yang dilakukan sangat baik sehingga siswa/i bisa nyaman, bersemangat, serta berantusias dalam kegiatan pembelajaran. Strategi fokus yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajaroleh guru wali kelas II C SDN Jatirangga II Kota Bekasi berhasil mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa II C.
Keyword:
Strategi membaca Membaca permulaan Faktor penghambat
© 2022 The Authors. Published by IICET.
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 Corresponding Author:
Rosyid, A.,
Universitas Esa Unggul, Jakarta, Indonesia Email: [email protected]
Pendahuluan
Wabah Covid-19 kini telah melanda wilayah Indonesia. Penyakit tersebut menyebar dengan cepat di Indonesia, bahkan seluruh penjuru negara di dunia dalam ambang krisis kesehatan. Awalnya, wabah Covid- 19 berdampak besar terhadap kegiatan ekonomi yang mulai menurun. Pemerintah di beberapa daerah juga memiliki kebijakan untuk menutup daerah tersebut dari orang yang masuk dan keluar daerah tersebut.
Dampak pandemi Covid-19 kini juga terasa di dunia pendidikan. Perserikatan Bangsa Bangsa menunjukkan bahwa salah satu sektor yang terpengaruh oleh pandemi Covid-19 adalah dunia pendidikan. Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk mencegah menyebarnya Covid-19 dengan menetapkan social distance, physical distance, memberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar(Herliandry et al., 2020)Hal ini membuat Sebagian besar negara membuat keputusan untuk menghentikan kegiatan belajar mengajar baik disekolah maupun setingkat universitas. Sebagai upaya tindakan mencegah terjadinya penyebaran Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia memberikan rekomendasi untuk menghentikan kegiatan yang dapat mengundang kerumunan masyarakat (Handarini & Wulandari, 2020). Salah satunya Kementerian Pendidikan & Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia mengeluarkan peraturan yang pertama pada tahun 2020 tentang upaya untuk menghindari penyebaran Covid-19 di dunia pendidikan. Peraturan dari
Kemendikbud RI memerintahkan kegiatan belajar online dan mendorong siswa untuk terus belajar di rumah.
(Handarini & Wulandari, 2020).
Sesuai dengan instruksi dan Surat Edaran Kemendikbud RI maka dari itu sistem pendidikan Indonesia sementara menggunakan pembelajaran daring arau (PJJ). Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kepada sekolah untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran daring setingkat sekolah dasar (Syofyan & Lestari, 2021) dapat menyebabkan kendala kepada siswa dalam proses pembelajaran, kendala yang siswa alami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa kurang konsentrasi dan cenderung lebih jenuh khususnya pada siswa Sekolah Dasar (SD) kelas rendah. Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam kegiatan pembelajaran daring yaitu, lambannya anak ketika belajar, komitmen dari orang tua yang tidak tentu, kesulitan siswa dalam membaca khususnya pada siswa kelas rendah dan dapat menyebabkan learning loss pada siswa (Sari & Haryono, 2021).
Pembelajaran daring yang tidak dipersiapkan dengan matang akan menyebabkan learning loss pada siswa.
Learning loss adalah Kurangnya kesempatan belajar dan kualitas yang mengganggu kemampuan anak untuk belajar. Kebiasaan berpikir bahwa sekolah adalah satu-satunya tempat untuk belajar membuat siswa kehilangan minat belajar dan tidak dapat belajar karena tidak ada guru yang langsung mengajar mereka.
(Ndeot & Jaya, 2021), sehingga learning loss berdampak pada prestasi akademik yang buruk karena kurangnya kualitas dan kondisi pendidikan siswa dalam melakukan pembelajaran. Model pembelajaran yang beralih ke pembelajaran online membuat siswa dan guru kehilangan koneksi emosional dan membuat pembelajaran menjadi tidak bermakna (Assiddiqi & Soeryanto, 2021)
Mengenai yang ada di SDN Jatirangga II Kota Bekasi khususnya pada kelas II C terdapat kurangnya kemampuan membaca permulaan yang diakibatkan oleh pembelajaran online. Peneliti menjumpai dalam kegiatan belajar mengajar terdapat 50% dari 20 siswa atau tepat 10 siswa yang masih mengalami kesulitan membaca permulaan siswa. Siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan yaitu siswa berinisial MAF, NR, APP, dan WBS masih belum bisa membaca suku kata, kata, kalimat dan dalam merangkai huruf- huruf agar menjadi kalimat pendek, kemudian siswa berinisial CPN, YERP, AHAG masih mengalami kesulitan membaca suku kata dan kalimat pendek, dan siswa berinisil AASA, MFJNL, dan CV masih mengalami kesulitan membaca suku kata dan kalimat. Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi guru kelas II, karena siswa yang sekarang kelas II dahulunya adalah siswa kelas I yang di mana kegiatan belajar mengajarnya di kelas I dilakukan secara online dan guru hanya bisa memantau melalui grup whatsapp saja sehingga pembelajaran membaca permulaan tidak efektif.
Setelah pembelajaran online yang cukup lama membuat learning loss pada siswa, keluarlah SKB 4 Menteri yang dikeluarkan Tanggal 15 Juni 2020 Hal ini memungkinkan untuk memulai pendidikan pembatasan tatap muka pada sekolah-sekolah dalam Zona Hijau (Tanuwijaya & Tambunan, 2021) Kegiatan belajar mengajar tatap muka terbatas di sekolah menggunakan jadwal shifting, mengurangi jumlah jam belajar dan jumlah siswa dalam pembelajaran maksimal hanya 50% dari jumlah seluruh siswa di kelas. (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 2021). Seiring proses pembelajaran yang masih dalam masa peralihan dari pembelajaran daring ke pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT), maka dari itu seorang guru harus memerlukan strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajarnya supaya kegiatan pembelajaran tersebut dapat memberikan minat belajar kepada anak disekolah walaupun kegiatan pembelajaran tersebut masih sangat terbatas.
Strategi pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran (Hidayat, 2021)Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah guru memerlukan strategi pembelajaran yang tepat agar pembelajaran tersebut berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Strategi. Pembelajaran adalah pendekatan terpadu terhadap rencana pembelajaran yang berupa kerangka pedoman umum dan tindakan untuk mencapai tujuan pembelajaran umum yang menggambarkan perspektif filosofis atau teori pembelajaran tertentu (Abdul, 2017). Jika guru memiliki strategi pembelajaran, guru dapat dengan mudah mengkomunikasikan apa yang ajarkan kepada siswa agar mereka dapat dengan mudah memahami dan strategi pembelajaran juga dapat mengatasi kesulitan siswa dalam proses pembelajaran (Hidayat, 2021).
Maka dari itu pentingnya strategi guru dalam pembelajaran adalah guru harus bisa menetapkan Tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dan guru, kemudian guru juga harus bisa memahami kondisi kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa dalam proses pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajaran tersebut dapat akan dicapai secara optimal jika guru menggunakan strategi yang tepat dan efektif.
Berdasarkan latar belakang dan fakta dilapangan, Peneliti bermaksud melakukan penelitian strategi guru mengatasi kesulitan membaca awal siswa dengan judul “Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Dalam Masa Pandemi Covid 19 Pada Siswa Kelas II SDN Jatirangga II Kota Bekasi”.
Analisis Teori
Strategi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran merupakan usaha seorang pendidik untuk membantu siswa melaksanakan kegiatan belajarnya. Tujuan strategi pembelajaran adalah untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar siswa. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (individu / kelompok) dan peserta didik (individu, kelompok dan masyarakat), yang berinteraksi secara edukatif. Isi kegiatan adalah bahan ajar yang disarikan dari kurikulum bahan ajar dan program pendidikan (Abdul, 2017).
Dalam hal ini, strategi pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu ilmu pengetahuan, seni, atau keterampilan yang digunakan oleh pendidik. membantu (mendorong, membimbing, mengajar, menciptakan kondisi) bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pertama, secara ilmiah, pendidik menggunakan strategi pembelajaran dengan menerapkan prinsip, fungsi, dan prinsip ilmiah yang didukung oleh berbagai teori psikologi, khususnya psikologi, psikologi dan psikologi sosial, sosiologi, antropologi. Selain itu, pendidik mengembangkan sistem dan model operasional strategi pembelajaran melalui pemahaman dan eksperimen dengan teknik observasi, deskripsi, prediksi, dan kontrol. Kedua, berkaitan dengan seni, pendidik dapat berupaya untuk meniru, memodifikasi, memperbaiki, dan mengembangkan model alternatif.
Pembelajaran yang ada untuk tumbuhnya kegiatan belajar siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi dan lingkungan. Ketiga dalam hal keterampilan, pendidik menggunakan metode, teknik, dan media pembelajaran untuk menerapkan strategi pembelajaran. Mereka yang dilatih secara profesional untuk melakukan kegiatan dengan benar sesuai dengan rencana yang diberikan. Ketiga aspek strategi pembelajaran saling melengkapi dan mendukung secara langsung.Strategi pembelajaran dapat dikembangkan dari model pembelajaran.
Startegi pembelajaran yaitu meliputi beberapa hal diantaranya rencana dalam pembelajaran, metode pembelajaran, dan perangkat pembelajaran yang dapat mencapai atau bisa jalannya pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi lima yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung, belajar melalui pengalaman, belajar mandiri, dan pembelajaran interaktif. (Abdul, 2017).
Mengenai strategi pembelajaran, bahwa strategi pembelajaran merupakan urutan dalam melakukan pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa. Strategi pembelajaran yang dilakukan guru dengan baik dan benar bisa menghasilkan rencana pembelajaran yang telah ditentukannya sesuai dengan tujuan yang diharapakan atau sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan maka pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efisiensi dalam kegiatan pembelajaran tersebut dan bisa membuat siswa nyaman dan semngat dalam kegiatan pembelajarannya.
Guru adalah pendidik profesional yang misi utamanya adalah mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi. Guru juga berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator. Dalam melaksanakan tugasnya di dalam kelas sering kali muncul permasalahan belajar, seperti motivasi belajar siswa yang rendah, aktivitas dan partisipasi siswa yang rendah, serta hasil belajar yang kurang memuaskan (Nurgiansah, 2021) Guru harus siap mempersiapkan siswa dalam berpikir yaitu, mampu menemukan masalah menemukan informasi, mengintegritaskan, menemukan situasi yang baru, dan mampu menciptkan pembelajaran yang baik dalam kegiatan kelompok maupun individu (Syofyan & Amir, 2019). Kinerja yang dilakukan oleh guru dapat membuat perubahan dan mengembangkan sikap kreatif dan juga kognitif yang sangat diperlukan dalam melakukan mencerdaskan kehidupan dan menjadi perubahan bagi bangsa Indonesia (Nurhasanudin Riansyah Rizki & Rosyid, 2022).Seorang guru merupakan sarana dalam dunia pendidikan yang paling sangat penting.
Sebab keberadaan guru merupakan bagian garda terdepan dalam pelaksanaan pendidikan dan juga sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran yang efektif serta dapat menciptkan pendidikan yang berkualitas baik (Rosyid & Marwan, 2018). Guru merupakan seseorang yang paling penting dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran, maka dari itu keberadaan guru harus patut dihargai sebab guru bagian terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Guru memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat penting dalam berkontribusi memaksimalkan dan dalam membantu proses pembelajaran (Diyah & Syah, 2022). Guru harus memiliki minimal pendidikan Strata I atau studi universitas, keterampilan mengajar, keterampilan profesional, keterampilan kepribadian, keterampilan sosial, dan kompetensi pedagogik untuk memenuhi standar, standar proses dan standar kompetensi lulusan. (Nurgiansah, 2021) Adapun empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai berikut (Rosyid & Marwan, 2018).
Kompetensi pedagodik pada dasarnya adalah kemampuan seorang guru untuk membentuk dan membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
1. Keterampilan social adalah kemampuan sorang guru dalam melakukan komunikasi secara efektif dan interaktif kepada siswa atau pun sesama guru serta warga sekolah.
2. Kemampuan professional adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam penguasaan materi dalam kegiatan pembelajaran.
3. Kemampuan kepribadian adalah kemampuan guru dalam memiliki kepribadian yang ada di dalam dirinya seperti guru tersebut memliki akhlak yang baik, berwibawa sehingga menjadi teladan bagi siswa.
Guru harus bisa menguasi 4 kompetensi salah satunya yang paling utama adalah kompetensi pedagogik yang harus dikuasi oleh guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemapuan dalam melakukan pengelolaan kelas dan pembelajaran dalam hal pemahaman, pelaksanaan, perancangan, evaluasi dan pengembangan siswa dalam berbagai hal potensi yang ada di dalam dirinya (Susanto, R & Sofyan et al., 2020)
Mengenai kompetensi guru, bahwa guru merupakan profesi yang harus bisa professional dalam segala bidang baik dalam membimbing dan mengajar. Sebagai seorang guru, guru juga harus memiliki keterampilan–
keterampilan sebagai seorang pendidik yang professional harus memiliki empat keterampilan kompetensi yaitu keterampilan professional, kepribadian, sosial dan kompetensi pedagodik. Empat keterampilan dasar guru tersebut adalah pedoman bagi seorang guru yang harus memiliki sikap dan sifat yang prosesionalisme dalam menjadi guru yang baik dan menjadi teladan bagi siswa/i.
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan menjadi salah satu mata pelajaran yang dijadikan siswa untuk mengapresiasikan sebuah karya sastra. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia siswa harus bisa mengambarkan suatu penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa salah satunya adalah membaca (Maryanti & Syah, 2021).Membaca permulaan adalah ilmu yang melandasi keterampilan membaca selanjutnya. Oleh karena itu, pemahaman membaca permulaan sangat membutuhkan perhatian khusus dari guru dan orang tua. Guru perlu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Pada tingkat membaca awal, siswa belum memiliki pemahaman membaca yang sebenarnya, tetapi sedang dalam tahap pembelajaran untuk memperoleh keterampilan literasi. Melalui membaca pengantar, siswa belajar tentang simbol tertulis, huruf, kosa kata, dan makna (Setyastuti et al., 2022)
Mengenai paparan di atas dapat simpulkan bahwa membaca permulaan ialah membaca pada tahap awal peserta didik yang dimana menitik beratkan pada pengenalan simbol – simbol dan lambang yang berhubungan langsung dengan huruf. Membaca permulaan sangat membutuhkan perhatian yang sangat khusu baik dari orang tua ataupun guru. pada tingkat awal membaca permulaan guru dan orang tua harus bisa saling berkoordinasi dalam mengajari siswa agar siswa tersebut paham dan mengerti tentang memembaca permulaan seperti huruf abjad, suku kata, kata, dan kalimat dalam membaca.
Kegiatan membaca permulaan sebagian besar dialami oleh siswa kelas I, II, dan siswa kelas III. Kegiatan membaca permulaan yang baik bisa membuat siswa menajdi lebih lancar dan mudah dalam memahami bacaan yang dibacanya. Adapun jenis kegiatan membaca permulaan sebagai berikut (Andayani, 2019)
1. Membaca huruf merupakan kegiatan membaca ini anak dipernalkan huruf-huruf hingga anak dapat membaca huruf
2. Membaca kata merupakan proses anak bisa dipernalkan kata pemdek baik dalam suku kata ataupun kombinasi lainnya.
3. Membaca kalimat adalah proses membaca melaui tahap penggabungan beberapa huru dan kata sehingga menjadi sebuah kalimat yang padu.
Membaca permulaan bisa melalui tiga tahapan yaitu membaca huruf, membaca kata, dan membaca kalimat. Dalam proses kegiatan membaca seorang guru harus menerapkan atau menerangkan materinya secara jelas agar siswa mengerti tentang apa yang lagi disampaikan oleh guru. Pengenalan membaca permulaan pada anak kelas rendah di sekolah dasar harus diwajibkan supaya anak bisa memahami dan mengenal bacaan.
Kegiatan membaca permulaan siswa tidak serta merta mudah dipahami akan tetapi ada beberapa kedalam dalam kegiatan membaca. kendala. Kesulitan dalam kegiatan membaca yang diamali oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari luar diri siswa (faktor esktern)berikut adalah faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca permulaan (Rahma &
Dafit, 2021). Faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) : 1. Faktor Kesehatan
Seorang siswa yang mengalami gangguan autisme sangat menjadi dampak serius bagi hasil belajar siswa, sedangkan masalah Kesehatan berupa sakit flu, batuk, serta demam dapat mempengaruhi siswa dalam penerimaan informasi pada kegiatan pembelajaran.
2. Kemampuan Pengeinderaan
Kemampuan penginderaan seperti gangguan pengeliahan, pendengaran serta pengucapan dapat menghambat kegiatan proses perkembangan siswa.
Faktor dari luar diri siswa (faktor estern) 1. Cara mengajar guru
Cara mengajar guru yang tidak baik akan dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam proses kegiatan pembelajaran membaca. Cara mengajar guru yang harus digunakan dalam pembelajaran membaca adalah dengan cara mengenalkan huruf hingga menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat yang padu.
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan pusat pendidikan yang menjadi faktor penting bagi siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh perhatian orang tuan di rumah dan guru di sekolah, kurang akan perhatian akan membuat siswa terindikasi tidak dapat perhatian dari orang tua dan guru nya sehingga siswa akan kesulitan dalam proses pembelajaran.
3. Motivasi dan minat
Motivasi dan minat bertujuan untuk siswa memiliki ketertarikan dalam kegiatan membaca buku.
Meskipun siswa sudah bisa membaca akan tetapi jika siswa tidak memiliki motivasi dan minat maka ketertarikan siswa tersebut akan berkurang dan tidak akan memperhatikan serta tidak akan membaca buku sepertri sedia kala.
Mengenai penjelasan di atas tentang faktor yang mempengaruhi membaca permulaan dibagi menjadi dua yaitu, faktor intern yang meliputi faktor kesehatan dan kemampuan penginderaan, kemudia faktor ekstern yang meliputi cara mengajar guru, lingkungan dan minat serta motivasi. Siswa yang masih lamban atau bahkan belum bisa membaca permulaan bisa diduga siswa tersebut mengalami salah satu faktor yang telah dijelaskan di atas.
Strategi pembelajaran membaca dibagi menjadi dua bagian. Strategi untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan (awal) dan strategi untuk meningkatkan pemahaman membaca. Proses pembelajaran yang adalah menggunakan strategi dalam melakukannya. Pada proses membaca permulaan khususnya anak kelas rendah seorang guru harus menggunakan strategi dalam kegiatan membaca permulaan berikut adalah strategi membaca permulaan dalam kegiatan pembelajaran (Herlina, 2019).
1. Membaca dengan buku yang memiliki gambar atau yang sering di sebut big book. Pada saat membacakan buku guru harus memberikan intonasi yang jelas dan tepat kemudian guru menunjukkan gabar tersebut.
2. Mengajak siswa untuk melakukan bermain mencari huruf yang telah diberikan oleh guru.
3. Mengajak siswa untuk melakukan bermain menebak suku kata dan kata ataupun lainnya dalam kegiatan membaca permulaan
4. Mengenalkan siswa dalam mengenal huruf atau melkukan penulisan Kembali huruf yang telah didengar siswa yang telah disebutkan guru.
5. Melakukan kegiatan bermain mencari suku kata yang dihubungkan sehingga bisa membuat suatu kalimat.
Suatu kegiatan pembejaran harus menggunakan suatu strategi. Strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran akan dapat membuahkan hasil yang bagus pada siswa. Maka dari itu seorang guru harus bisa menggunakan strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung atau bisa menyiapkan suatu stategi tersendiri
Metode
Metode yang digunakandalampenelitianiniyaitumetodedeskritifkualitatif, Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran yang komprehensif dan kompleks yang dapat diungkapkan dalam bahasa, melaporkan representasi rinci yang diperoleh dari sumber informasi, dan melakukannya di lingkungan alamnya. Penelitian ini berguna untuk mengetahui startegi guru dalam mengatasi kesulitan membacapermulaan pada siswa kelas II SDN Jatirangga II Kota Bekasi.
Ada pun data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Teknik penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi (pengamatan),
interview (wawancara), dan dokumentasi.Peneliti akan melakukan penelitian dengan tiga cara pengabsahan data yaitudengantriangulasi.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini untuk mengetahui proses pembebelajaran dan strategi Ibu CSH dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan yang ada di SDN Jatirangga II Kota Bekasi.
Proses kegiatan pembelajaran adalah suatu hal untuk mencari pemahaman dan makna yang telah disusun oleh guru dalam kegiatan pembelajaran agar terjadinya suatu interaksi antar siswa dengan guru. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk membangun konsep yang melainkan bukan hanya sekedar mencari suatu informasi saja. Siswa dianjurkan untuk bisa memahami materi yang telah dipelajarinya melainkan bukan hanya sekedar menghafal saja (Syofyan & Ismail, 2018). Ketika dalam kegiatan proses pembelajaran berlangsung guru harus bisa memberikan suasana yang nyaman kepada siswa/i nya agar dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman, bahagia dan membuat siswa bersemangat. Suasana kelas yang nyaman akan menghasilkan jiwa semangat siswa di dalam kelas. keterpaduan antara siswa dengan guru akan membuat kelas merasa harmonis dalam menjalankan kegiatan pembelajaran dan menjadikan kelas terasa nyaman. Hal ini sesuai dengan pendapat (Radiyem, 2022) bahwa suasana kelas ketika belajar akan menjadi lebih terasa nyaman apabila guru dengan siswa saling memiliki ikatan yang seimbang di dalam kelas seperti tanggung jawab, saling memahami dan menjaga komunikasi bai kantar siswa mapun guru.
Suasana belajar yang nyaman di dalam kelas akan mendorong siswa untuk bahagia dan terciptanya sekolah dan kelas yang nyaman dan membahagiakan dalam kegiatan pembelajaran (Radiyem, 2022).Belajar adalah suatu kegiatan untuk melakukan dan memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh seorang guru(Syofyan & Sumantri, 2019). Selama dalam kegiatan pembelajaran siswa harus bisa aktif dan menggunakan aspek kognitifnya untuk membangun dan mendapatkan informasi yang baru dalam kegiatan pembelajaran yang diajarkan oleh guru.Seorang guru memiliki peran yang paling sentral di dalam kelas dan guru harus bisa menjadi teladan bagi siswa/i nya. maka dari itu guru harus bisa merancang sebuah kegiatan pembelajaran yang baik dan efektif (Syofyan et al., 2019). Kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan yang melibatkan seluruh siswa/i berperan aktif dalam belajar di kelas. Siswa yang biasanya aktif dalam kegiatan belajar di kelas biasanya akan lebih memahami materi dan dapat menerima informasi dari guru dengan jelas serta bisa menambah pengetahuan siswa itu sendiri.
Dalam kegiatan belajar mengajar hal yang paling utama adalah menggunakan strategi yang tepat supaya materi dalam kegiatan membaca permulaan tersebut bisa tersampaikan kepada siswa dan mudah dipahaminya, Strategi fokus adalah strategi yang dimana siswa harus difokuskan pada satu titik pembelajaran sehingga fokus siswa tidak terpecah dalam kegiatan pembelajaran melainkan siswa harus memfokuskan dan menyelesaikan pemahaman materi yang sedang diajarkan, berikut cuplikan wawancara guru tentang strategi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran :
Pewawancara :
Ibu guru CSH :
Dengan adanya kesulitan membaca permulaan pada sebagian kecil siswa, strategi apa yang ibu gunakan pada 10 siswa yang masih mengalami kesulitan membaca permulaan?
Strategi yang saya gunakan kepada siswa yang belum bisa membaca permulaan adalah strategi fokus, strategi fokus yaitu siswa diharuskan belajar fokus terlebih dahulu agar siswa tersebut bisa memahami materi apa yang sedang dipelajari.
Apakah strategi yang ibu gunakan dalam mengajarkan siswa yang Pewawancara
Ibu guru CSH
:Dengan RPP yang telah ibu buat, bagaimana kondisi kelas ibu dalam proses pembelajaran membaca permulaan?
:Begini loh mas, kondisi kelas saya dalam kegiatan belajar membaca permulaan sangat nyaman, dan tenang sehingga siswa/i saya senang berada di kelas saya Selain itu hampir semua siswa memberikan pendapatnya bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu CSH berjalan dengan baik, nyaman, dan tenang. Berikut cuplikan wawancara siswa :
Pewawancara :
Siswa : Bagaimana suasana kelas kamu ketika Ibu guru CSH menjelaskan materi?
Ketika Ibu CSH mengajar di dalam kelas suasananya tenang sekali dan baik.
Dengan kondisi kelas yang nyaman dan tenang dalam kegiatan membaca permulaan, masih ada sebagian kecil siswa yang kesulitanmembaca permulaan, berikut percakapan pewancara dengan Ibu CSH.
Pewawancara : Ibu Guru CSH :
mengalami kesulitan membaca permulaan berjalan dengan efektif?
Strategi yang saya gunakan bisa dibilang efektif dan kurang efektif mas tergantung dari diri siswanya, karena daya tangkap siswa itu berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
Strategi utama yang digunakan oleh Ibu CSH dapat dibilang efektif dan kurang efektif, namun Ibu CSH menggunakan strategi lain untuk mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa tersebut, tetapi strategi utamalah yang berperan penting dalam mengatasi kesuliatn membaca permulaan, berikut percakapan pewawancara dengan Ibu CSH :
Pewawancara :
Ibu guru CSH :
Pewawancara :
Ibu guru CSH :
Karena strateginya masih bisa dibilang kurang efektif, adakah strategi lain yang biasa ibu gunakan?
Strategi yang biasa digunakan adalah menggunakan kata lembaga, yaitu dengan mengajarkan siswa dari kata menjadi suku kata dan dari suku kata menjadi kata sehingga siswa bisa memadukan dari suku kata menjadi kata yang benar.
Dari kedua jenis strategi yang ibu gunakan dalam kegiatan membaca permulaan, manakah strategi yang paling bisa mengatasi kesulitan membaca permulaan?
Begini mas, dari kedua strategi yang paling dapat mengatasi kesulitan membaca permulaan itu strategi fokus mas, sama seperti yang saya jelaskan strateginya itu memfokuskan terhadap materi terlebih dahulu mas. Setelah siswa bisa baru saya mengajarkan ke materi yang lainnya
.
S
aat kegiatan pembelajaran membaca permulaan di kelas 2C Ibu CSH menggunakan strategi fokus. Pada kegiatan pembelajaran berlangsungIbu CSH menjelaskan materi secara detail kepada siswa/i dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa/i sekolah dasar. Ibu CSH mengajarkan siswa/i nya untuk memfokuskan pada satu materi saja yang sedang diajarinya. Setalah siswa/i nya paham dan berhasil dalam satu materi, barulah Ibu CSH mengganti materi selanjutnya untuk diajarinya kepada siswa/i. Strategi yang digunakan oleh Ibu CSH ini adalah strategi baru yang digunakannya dari pada strategi membaca permulaan yang sudah ada seperti strategi abjad, bunyi, suku kata, dan kata lembaga. Strategi ini siswa difokuskan untuk siswa bisa fokus dalam suatu bacaan agar siswa tersebut benar-benar lancar, setelah siswa tersebut lancar barulah Ibu CSH akan mengajari siswa tersebut ke bacaan selanjutnya atau kegiatan materi yang baru. Dalam strategi yang digunakan oleh Ibu CSH ini memiliki kefektifan dan ke tidak efektifan dalam mengatasi pembelajaran membaca permulaan, namun Ibu CSH juga menggunakan stratgi lain yaitu strategi kata lembaga untuk mengkombinasikan strategi dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi strategi yang paling mampu mengatasi membaca permulaan adalah strategi fokus. Dikelas 2C terdapat 10 siswa/i yang kurang bisa membaca permulaan setelah Ibu CSH menerapkan strategi ini siswa yang belum bisa membaca permulaan sekarang sudah bisa membaca.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitain dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama proses Mengajarkan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas II SDN Jatirangga II Kota Bekasi dapat disimpukan sebagai berikut: Dalam proses pembelajaran membaca permulaan yang diajarkan oleh Ibu CSH tentang suku kata, kata, kalimat, dan kalimat pendek kepada siswa kelas II C SDN Jatirangga II Kota Bekasi dengan menggunakan strategi fokus yang dikombinasikan dengan strategi kata lembaga kepada sepuluh siswa yang belum bisa membaca permulaan diantaranya ada empat siswa yang mengalami kesulitan membaca suku kata, kata, dan kalimat pendek, kemudian terdapat tiga siswa yang mengalami kesulitan suku kata dan kalimat pendek, selain itu terdapat juga tiga siswa yang masih mengalami kesulitan membaca suku kata dan kalimat.
Setelah strategi tersebut diterapkan dalam kegiatan membaca permulaan suku kata, kata, kalimat dan kalimat pendek. mendapatkan progres yang baik sehingga siswa tersebut bisa membaca permulaan suku kata, kata, kalimat dan kalimat pendek. Kedua, strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan. Strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca permulaan mampu mengatasi siswa yang kesulitan membaca permulaan. Strategi yang digunakan adalah strategi fokus yaitu strategi baru yang digunakan oleh Ibu CSH berbeda dengan strategi-strategi membaca permulaan yang sudah ada. Ibu CSH menggunakan kombinasikan dua strategi dalam kegiatan membaca permulaan strategi tersebut adalah setrategi fokus dan strategi kata lembaga, akan tetapi startegi fokuslah yang menjadi peran utama dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa ke;as II C SDN Jatirangga II Kota Bekasi.
Referensi
Abdul, M. (2017). Strategi Pembelajaran. In K. Engkus (Ed.), Bandung : PT Remaja Rosdakarya (Cet.7).
Andayani, S. (2019). Kegiatan Bermain Kartu Huruf Bergambar dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Kelompok B TK Aisyiyah BA Pancor. Bintang: Jurnal Pendidikan Dan Sains, 1(2), 112–130.
Assiddiqi, D. R., & Soeryanto. (2021). Peluang Menurunnya Capaian Hasil Belajar (Learning Loss) dan Alternatif Solusinya: Kajian Kasus Pembelajaran Online di Era Pandemi covid-19 Jurusan Teknik Mesin UNESA. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 10(3), 47–45.
Diyah, R., & Syah, F. E. (2022). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Powtoon dalam Materi Membaca Dongeng di Kelas III SDN Cijeruk Kabupaten Serang. 2, 127–132.
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), 8(3), 496–503.
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70.
https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
Herlina, E. S. (2019). Membaca Permulaan Untuk Anak Usia Dini Dalam Era Pendidikan 4.0. 5.
Hidayat, A. (2021). Strategi Seorang Guru Terhadap Pendidikan Abad 21 Terutama Pembelajaran Sejarah. 1–8.
http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/st84c
Maryanti, D., & Syah, F. E. (2021). Nilai-Nilai Religius dalam Film Animasi Nussa dan Rara sebagai Alternatif Media Pembelajaran di SD. Jurnal Perseda : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(3), 1–10.
https://doi.org/10.37150/perseda.v4i3.1462
Ndeot, F., & Jaya, P. R. (2021). Deschooling dan Learning Loss pada Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19. PERNIK : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 18–28. https://jurnal.univpgri- palembang.ac.id/index.php/pernik/article/view/6565/5227%0Ahttps://jurnal.univpgri-.
Nurgiansah, T. H. (2021). Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Atas Se-Kabupaten Bantul. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 28–33. https://doi.org/10.31949/jb.v2i1.566
Nurhasanudin Riansyah Rizki, M., & Rosyid, A. (2022). Pengaruh Sertifikasi terhadap Kompetensi Sosial Guru. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(2), 402–407.
Rahma, M., & Dafit, F. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar.
Berajah Journal, 2(1), 58–62. https://doi.org/10.47353/bj.v2i1.50
Rosyid, A., & Marwan, R. H. (2018). Upaya Guru Sekolah Dasar Non Kependidikan Dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik. Jurnal Eduscience, 3(2), 54–60.
Sari, S. N., & Haryono, H. (2021). Dampak Pembelajaran Online Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di Masa Pandemi Covid-19 Di Sma 4 Pandeglang. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 12(1), 51.
https://doi.org/10.26418/j-psh.v12i1.46330
Setyastuti, C. S., Santoso, A. B., & Haryanti, U. (2022). Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I Sdn 1 Munggung , Karangdowo , Klaten , Tahun Pelajaran 2021 / 2022. 9(1), 32–42.
Susanto, R & Sofyan, H., Rozali, Y. A., Nisa, M. A., Umri, C. A., Nurlinda, B. D., Oktafiani, O., & Lestari, T. H. (2020). Pemberdayaan Kompetensi Pedagogik Berbasis Kemampuan Reflektif Untuk Peningkatan Kualitas Interaksi Pembelajaran di SDN Duri Kepa 03. International Journal of Community Service Learning, 4(2), 125–138. https://doi.org/10.23887/ijcsl.v4i2.25657
Syofyan, H., & Amir, T. L. (2019). Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA untuk Calon Guru SD.
Journal Pendidikan Dasar, 10(2), 35–43.
Syofyan, H., & Ismail, I. (2018). Pembelajaran Inovatif Dan Interaktif Dalam Pembelajaran Ipa. Qardhul Hasan: Media Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 65. https://doi.org/10.30997/qh.v4i1.1189
Syofyan, H., & Lestari, T. (2021). Pengaruh Penggunaan WhatsApp Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VA SDN Duri Kepa 03 Jakarta Barat Pada Masa Pandemi. Jurnal Perse, 4(2), 87–92.
https://jurnal.ummi.ac.id/index.php/perseda/article/view/1257/728
Syofyan, H., & Sumantri, M. S. (2019). Pengembangan Awal Bahan Ajar Ipa Di Sekolah Dasar. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1), 52–67.
Syofyan, H., Susanto, R., Wijaya, Y. D., Vebryanti, V., & Tesaniloka P, M. (2019). Pemberdayaan Guru Dalam Literasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. International Journal of Community Service Learning, 3(3), 127–132. https://doi.org/10.23887/ijcsl.v3i3.20816
Tanuwijaya, N. S., & Tambunan, W. (2021). Alternatif Solusi Model Pembelajaran Untuk Mengatasi Resiko Penurunan Capaian Belajar Dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Di Masa Pandemic Covid 19.
Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(2), 80–90. https://doi.org/10.33541/jmp.v10i2.3272