• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PROGRAM 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, DAN SANTUN) DI SMA NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO

N/A
N/A
Tiyas Indarti

Academic year: 2024

Membagikan "STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PROGRAM 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, DAN SANTUN) DI SMA NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PROGRAM 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, DAN SANTUN) DI SMA NEGERI 1

JENANGAN PONOROGO

Fenty Andriani, Chyndi Emilia Putri, Tiyas Indarti Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak

Perkembangan zaman yang begitu pesat yang salah satunya ditandai dengan canggihnya teknologi informasi dan komunikasi seperti contohnya gadget memberikan dampak negatif terhadap peserta didik, salah satunya adalah karakter peserta didik yang buruk dan tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam Pancasila. Melihat fenomena yang demikian SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo membuat suatu program untuk meningkatkan karakter peserta didik yaitu program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Selain itu, program 5S merupakan wujud implementasi dari UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3.

Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui implementasi program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo untuk meningkatkan karakter peserta didik supaya lebih bagus dan selaras dengan nilai-nilai dalam Pancasila, upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengimplementasikan program 5S, faktor pendukung dan penghambat program 5S, serta karakter yang terbentuk dari implementasi program 5S. Jenis Penelitian yang dilakukan ialah penelitian kualitatif dengan memakai metode penelitian deskriptif studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam artikel ini adalah dengan wawancara dan observasi serta data yang diperoleh berupa kata-kata atau deskripsi. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dianalisis dengan menggunakan model miles dan huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo mampu menjadi salah satu upaya dalam pembentukan dan penguatan karakter peserta didik.

Kata kunci: Strategi, Pembentukan Karakter, Program 5S Abstract

The rapid development of the times, one of which is characterized by sophisticated information and communication technology, for example, gadgets have a negative impact on students, one of which is the poor character of students and not in accordance with the values in Pancasila. Seeing this phenomenon, SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo made a program to improve the character of students, namely the 5S program (Smile, Regards, Greeting, Polite, and Courteous). In addition, the 5S program is a form of implementation of the National Education System Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System Chapter II Article 3. The purpose of this study is to determine the implementation of the 5S program (Smile, Regards, Greeting, Polite, and Courteous) at SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo to improve the character of students to be better and in line with the values in Pancasila, the efforts made by teachers in implementing the 5S program, supporting and inhibiting factors of the 5S program, as well as the character formed from the implementation of the 5S program. Types of Research conducted is qualitative research using descriptive research methods of case studies. The data collection technique in this article is by interview and observation and the data obtained is in the form of words or descriptions.

Furthermore, the data obtained through interviews and observations were analyzed using the miles and huberman model. The results of this study show that the 5S program (Smile, Regards, Greeting, Polite, and Courteous) at SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo is able to be one of the efforts in shaping and strengthening the character of students.

Keywords: Strategy, Character Building, 5S Program

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman yang begitu pesat kini menyebabkan munculnya pengaruh signifikan terhadap kehidupan sosial dan budaya di masyarakat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin canggihnya alat komunikasi dan alat transportasi yang begitu praktis serta efisien sehingga memudahkan aktivitas masyarakat setiap hari. Disisi lain, terdapat dampak negatif dari perkembangan tersebut sehingga juga dapat mengganggu aktivitas manusia. Salah satu contoh perkembangan alat komunikasi adalah kecanggihan pada gadget. Dengan adanya gadget tersebut memudahkan manusia untuk memperoleh informasi dari belahan dunia, komunikasi antar manusia dengan jarak jauh, sarana hiburan, dan bahkan juga dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan manusia. Terlepas dari itu, juga terdapat dampak negatif akibat penggunaan gadget apabila tidak dapat mengelola / memfilternya. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah banyak informasi yang mudah tersebar dan belum dapat dipastikan kebenarannya (berita hoax), situs pornografi mudah diakses oleh siapapun yang diakibatkan mudahnya mengakses internet, kecanduan game online yang banyak dialami oleh anak dibawah umur sehingga lupa akan kewajiban mereka untuk belajar, mengganggu kesehatan manusia baik dari segi rohani ataupun jasamani, dan dapat menghilangkan rasa kepedulian antar manusia.

Melihat fenomena yang demikian di zaman canggihnya teknologi dan komunikasi, maka dalam pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh peran sekolah supaya generasi muda negara Indonesia mempunyai akhlak yang sepadan dengan nilai - nilai yang tertera dalam Pancasila serta budaya negara Indonesia. Sekolah menjadi satu diantara tempat yang memberikan pendidikan karakter kepada para siswa. Pendidikan karakter bisa disebut dengan cara berpikir, berperilaku, serta bersikap dalam diri seseorang yang dapat dijadikan sebuah karakteristik masing - masing individu tersebut untuk menjalani kehidupannya dan bekerja sama dengan individu lain di lingkungan bermasyarakat.

Pendidikan karakter dapat dikatakan salah satu upaya yang berasal dari pemerintah dan mempunyai tujuan untuk mengantisipasi dan mengatasi terjadinya kejahatan dan degradasi moral pada generasi muda. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 mengungkapkan bahwasannya maksud dari pendidikan nasional itu supaya kepiawaian pada siswa dapat berkembang dan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berakhlak mulia, kreatif, cakap, berilmu, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Hal demikian membuktikan bahwa Negara itu mempunyai perhatian yang lebih terhadap karakter yang sebaiknya ada dalam

(3)

diri setiap warga negaranya.1 Pendidikan karakter juga bisa disebut dengan the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (upaya sadar dari semua bidang kehidupan sekolah guna peningkatan karakter supaya dapat maksimal). Hal tersebut berindikasi bahwasannya untuk mengembangkan pendidikan karakter pada siswa harus menyertakan semua pihak yang terdapat dalam sekolah mulai dari segi proses pembelajaran, kurikulum, hubungan antar warga sekolah (guru, peserta didik, tenaga kependidikan, dan karyawan sekolah), aktivitas ko - kurikuler, serta etos kerja seluruh lingkungan sekolah.2

Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Omeri mengenai pendidikan karakter yaitu sistem penanaman nilai - nilai karakter yang melingkupi aspek pengetahuan (knowledge), tindakan (action), dan kesadaran atau kemauan (willingness) untuk melakukan nilai - nilai itu, baik terhadap sang Pencipta, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Sedangkan Ratna Megawangi yang dinukil oleh Munjiatun berpendapat bahwa pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai suatu upaya yang digunakan untuk mengarahkan anak - anak supaya dapat mempertanggungjawabkan setiap perilaku yang dilakukan serta menetapkan ketentuan dengan bijak dan mengimplementasikannya melalui kegiatan sehari - hari, sehingga dapat memberikan andil besar terhadap lingkungan sekitar.3

Maka dari itu, pendidikan karakter itu dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang bisa diterapkan guna menumbuhkan nilai - nilai luhur pada diri anak dengan maksud anak memiliki kepribadian positif serta dapat diimplementasikan dalam kehidupannya dan dapat berkontribusi besar terhadap lingkungannya. Pendidikan karakter ialah suatu tahapan pembiasaan dan pelestarian nilai - nilai luhur yang ada di lingkungan satuan pendidikan atau sekolah, keluarga dan khalayak ramai. Upaya pengembangan karakter bisa ditinjau dari dua perihal, yakni mikro dan makro. Cara pembentukan karakter dalam hal makro itu bersifat nasional dan melingkupi total penyusunan sampai penilaian hasil yang merupakan kesadaran bersama dan menyertakan semua dimensi pengemban aspirasi pendidikan nasional. Sedangkan strategi pembentukan karakter dalam hal mikro terjadi pada gabungan pendidikan yang utuh dan berusaha mengupayakan semua lingkungan yang digunakan untuk belajar agar meningkatkan dan melengkapi pembentukan karakter. Secara mikro pembentukan karakter ini dibagi menjadi empat tahap integrasi,

1Imam Musbikin, “Tentang Pendidikan Karakter Dan Religius Dasar Pembentukan Karakter - Imam Musbikin, Rizal (Penyunting)-Google Buku,” Nusa Media, 2021:1

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=8BVtEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=buku+dasar+pendidi kan+karakter&ots=aOcN6G_f3R&sig=6q9-F2Qn-lnfGB0ODphmGpJkd-c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true.

2M.Pd Dr. Zubaedi, M.Ag., DESAIN PENDIDIKAN KARAKTER Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, 2011.

3Alinea Dwi Elisanti Fadilah, Rabi’ah, Wahab Syakirul Alim, Ainu Zumrudiana, Iin Widya, Achmad Baidawi, Pendidikan Karakter, 2021: 13.

(4)

diantaranya adalah aktivitas belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam kelas, kultur sekolah, aktivitas siswa sehari - hari, dan kegiatan ekstrakurikuler.4

Pendidikan karakter memiliki maksud agar kapabilitas proses dalam pendidikan dan hasil pendidikan yang menuju kepada pengembangan karakter peserta didik yang terpadu, utuh, dan seimbang dapat meningkat selaras dengan standar kompetensi lulusan yang ada di dalam masing - masing satuan pendidikan. Dengan diterapkannya pendidikan karakter, peserta didik tidak hanya akan mempersonalisasikan nilai dan karakter yang baik, akan tetapi juga dapat secara mandiri memperkuat dan menggunakan, mempelajari, serta menginternalisasikan pengetahuan mereka untuk tercermin dalam dirinya sendiri di kehidupan sehari - hari.5 Pendidikan karakter ini dapat ditanamkan sejak dini, salah satunya yaitu di lingkungan sekolah ialah kebiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Salam bisa diterapkan melalui bersalaman ketika bertemu guru, teman, dan orang lain serta memberi salam berdasarkan kepercayaan dan agama yang dianut masing – masing warga sekolah tersebut. Senyum menggambarkan keramahan dan ketulusan hati karena dizaman sekarang ini banyak anak yang tidak memiliki sifat ramah dan tulus akibat pengaruh dari budaya luar negeri. Sapa merupakan suatu tindakan berupa tegur sapa antar individu sebagai bentuk saling menghargai. Sopan merupakan perilaku hormat kepada orang lain meskipun terdapat perbedaan antar mereka. Santun adalah bertutur kata serta berperilaku yang baik dan berakhlakul karimah.

Seperti yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada kegiatan magang 1 di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo bahwasannya untuk menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik, terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh pendidik, upaya tersebut adalah kegiatan sholat dzuhur berjamaah, tadarus Al - Qur’an sebelum memulai aktivitas belajar mengajar, program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap hari Selasa pukul 10 pagi, dan juga program Jum’at Qolbu.

Melalui penjelasan pada pendahuluan di atas, penulis menemukan empat rumusan masalah yang diantaranya adalah berikut ini:

1. Bagaimana c implementasi program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo?.

2. Apa saja upaya yang b dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo dalam mengimplementasikan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).

4Yulianto Bambang Setyadi et al., “Penerapan Budaya 5S Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Di MTs Muhammadiyah 9 Mondokan, Sragen” 1, no. 2 (2019): 71, https://doi.org/10.23917/bkkndik.v1i2.10774.

5 Muhammad Ali Ramadhani, “Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan Karalter,” Jurnal

Pendidikan Universitas Garut 08 (2014): 30 , https://doi.org/10.1177/002218568402600108.

(5)

3. Apa saja faktor pendorong dan penghalang dari implementasi program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo?.

4. Bagaimana karakter yang terbentuk setelah adanya implementasi program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo?.

Dengan demikan, penulis terpikat untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Strategi Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo”. Hal tersebut karena program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) dapat dijadikan indikator untuk penciptaan karakter pada peserta didik khususnya di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo, terlebih di zaman sekarang ini dengan teknologi dan komunikasi yang telah berkembang begitu pesat menjadikan peserta didik kurang memiliki karakter khususnya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).

METODE

Artikel penelitian ini ialah jenis artikel penelitian kualitatif dengan memanfaatkan metode penelitian kualitatif deskriptif studi kasus. Penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk menguraikan peristiwa, insiden, aktivitas sosial, persepsi, perilaku, kepercayaan, dan pemikiran orang secara kelompok maupun individu khususnya berkaitan dengan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Teknik pengumpulan data dalam artikel ini adalah dengan wawancara dan observasi serta data yang didapatkan berupa kata - kata atau deskripsi. Agar data dapat teruji kebenarannya peneliti melaksanakan observasi dan wawancara bersama guru PAI dan satu diantara peserta didik kelas 12 di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo untuk memperoleh informasi. Wawancara dapat diartikan dengan komunikasi antara dua pihak atau lebih yang dapat dijalankan dengan tatap muka baik langsung ataupun melalui media elektronik, dalam hal ini salah satu bertindak sebagai narasumber / informan / interviewees dan pihak lain bertindak sebagai pewawancara / interviewer dengan keinginan untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan judul atau permasalahan yang sedang dianalisis.6 Sedangkan observasi ialah metode atau cara yang dimanfaatkan oleh peneliti dalam menghimpun data atau keterangan yang dijalankan dengan melaksanakan pengamatan dan pencatatan hasil amatan secara runtut terhadap suatu hal yang dijadikan starget observasi.7 Data atau informasi yang diperoleh mendeskripsikan tentang suatu fenomena yang menggambarkan

6 Fadhallah, "WAWANCARA", UNJ Press, 2021: 2

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=rN4fEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP4&dq=wawancara&ots=yxI NC320bT&sig=iDjF_b1wOtismI_t6OkMQRF35UI&redir_esc=y#v=onepage&q=wawancara&f=true.

7 Sitti Mania, “Observasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan Dan Pengajaran,” Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 11, no. 2 (2008): 221, https://doi.org/10.24252/lp.2008v11n2a7.

(6)

strategi atau usaha yang dijalankan oleh guru untuk membentuk karakter siswa dengan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Setelah melakukan wawancara dan observasi dengan pihak terkait, peneliti memanfaatkan teknik analisis data dengan memakai model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Implementasi Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo

Pendidikan karakter di era globalisasi yang begitu pesat ini sangat penting dilakukan mengingat banyaknya fenomena yang menunjukkan bahwasannya karakter terpuji pada diri generasi muda mulai luntur. Pendidikan karakter sendiri dapat dikatakan sebagai pendidikan yang berkaitan dengan pembiasaan-pembiasaan baik yang berupa pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehingga nantinya akan muncul sikap dan perilaku yang terpuji.8 Peran pendidikan karakter kini sangat penting untuk pembentukan karakter peserta didik akan mengetahui hal apa saja yang akan menunjang ataupun menghambat pembentukan karakter.

Oleh karena itu, pada kegiatan magang 1 yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo ini, kami mengobservasi mengenai penerapan program pendidikan karakter 5S. Program 5S yang diterapkan ini diharapkan supaya peserta didik mempunyai kesadaran akan arti penting budaya 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan santun, karena didalam penerapan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) ini terdapat banyak sekali ibrah yang dapat kita ambil untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan karakter. Pendidikan karakter yang terdapat di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo diantaranya komponen kemauan, kesadaran, pengetahuan, dan tindakan yang dilakukan oleh semua warga sekolah. Pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo memiliki manajemen dan pengelolaan dan sudah tercantum dalam kurikulum serta RPP. Dalam melaksanakan pendidikan karakter hendaknya dilakukan dengan terus menerus dan perlu adanya evaluasi supaya pendidikan karakter 5S tersebut dapat terus diterapkan oleh peserta didik dengan baik.

8 Badawi, “Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kahlak Mulia Di Sekolah,” Prosiding SEMNASFIP, 2019, 207–18, https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index.

(7)

Dari hasil observasi penulis, terdapat implementasi dari adanya program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo yang diantaranya adalah siswa bersalaman dengan guru sebelum memasuki ruang kelas, mengucap salam apabila memasuki ruang kelas yang didalamnya sudah terdapat guru yang sedang mengajar atau ketika memasuki ruang guru, menyapa guru ketika bertemu diluar kelas atau bahkan di lingkungan masyarakat, serta berperilaku sopan dan santun kepada guru dan semua warga SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini membuktikan adanya sikap yang santun serta ramah antara siswa dengan guru dan warga sekolah.

2. Upaya Guru SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo dalam Mengimplementasikan Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)

Pendidikan karakter yang terdapat di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo diantaranya komponen kemauan, kesadaran, pengetahuan, dan tindakan yang dilakukan oleh semua warga sekolah. Pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo memiliki manajemen dan pengelolaan dan sudah tercantum dalam kurikulum serta RPP. Dalam melaksanakan pendidikan karakter hendaknya dilakukan dengan terus menerus dan perlu adanya evaluasi supaya pendidikan karakter 5S tersebut dapat terus diterapkan oleh peserta didik dengan baik.

Penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo dijalankan dengan menggunakan pendekatan serta strategi yang mencakup nilai serta etika dalam mata pelajaran, latihan, pembiasaan, pemberian contoh, dan penciptaan suasana pembudayaan karakter 5S di sekolah. Strategi pendidikan karakter adalah metode, upaya, cara, atau pola yang dijalankan oleh guru sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan atau tips supaya peserta didik mudah dan nyaman dalam belajar dan dalam ranah pendidikan karakter untuk memberikan kemudahan dalam mengembangkan karakter baik pada peserta didik. Pilihan strategi dalam pendidikan karakter ini sangat tergantung kepada pendidikan karakter mana yang perlu dikembangkan dan dibutuhkan pada zaman sekarang ini. Apabila sebuah institusi pendidikan condong menggunakan pendekatan kognitivistik maka cara yang diambil adalah strategi yang berorientasi pada kognitivistik dan begitupun seterusnya. Dalam pembentukan pendidikan karakter setidaknya dilakukan beberapa cara diantaranya adalah fasilitas, pengembangan akademik dan sosial, pembinaan, keteladanan, dan inkulkasi nilai.9

9 Asri Yulianda Vina Febiani Musyadad, Agung Nugroho Catur Saputro, Agung Prihatmojo, Salamun Salamun, Hani Subakti, Mesra Wati Ritonga, Siska Yulia Rahmi, Iskandar Kato, Anna Leli Harahap, Fenny Ayu

(8)

Sebelum melaksanakan pendidikan karakter 5S di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo terlebih dahulu guru mengetahui prinsip - prinsip dalam melaksanakan pendidikan karakter diantaranya adalah :

a. Pihak sekolah memakai pendekatan secara luas dan lengkap, sengaja, dan mendukung dalam pembentukan karakter.

b. Sekolah melahirkan masyarakat yang memperhatikan akan karakter.

c. Peserta didik diberi kesempatan oleh sekolah untuk melaksanakan tindakan moral.

d. Peserta didik juga diberi tawaran kurikulum akademik yang menantang oleh sekolah dalam pengembangan karakter dan mendorong dalam meraih kegemilangan.

e. Sekolah memberikan semangat kepada peserta didik pentingnya pendidikan karakter.

f. Sekolah mengadakan kerjasama dengan orang tua / wali siswa sebagai partner dalam upaya pembentukan karakter anak.

g. Sekolah secara konsisten menganalisis dan menimbang budaya serta iklim, fungsi staf dan guru sebagai pembimbing karakter serta mengetahui sejauh mana peserta didik bisa mengekspresikan karakter sopan didalam pergaulan mereka sehari - hari.10

Dalam pendidikan karakter bukan hanya kognitif saja yang wajib dimiliki oleh siswa, akan tetapi juga kepribadian peserta didik. Disinilah peran guru ikut serta dalam mendidik anak dan membangun karakter yang ada dalam tubuh siswa. Sebagai pelaku utama di sekolah, guru SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo mempunyai posisi yang sangat penting dalam pembangunan karakter peserta didik di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Dengan demikian guru diharuskan untuk mempunyai kepribadian yang professional karena menjadi suri tauladan serta motivasi untuk peserta didik. Dalam situasi ini guru harus bisa menjadi suri tauladan kepada peserta didik, seperti datang tepat waktu, selalu tersenyum kepada peserta didik, mengucapkan salam ketika memasuki ruang kelas, dan diluar sekolah pun menunjukkan perilaku yang sopan dan santun.11

Monia, Pendidikan Karakter, Yayasan Kita Menulis, 2022,

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=OjJcEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA47&dq=pendidikan+karakter

&ots=NrEo-VpNq2&sig=mBGMquKfjY-UVArgp-fwsdWJWm4&redir_esc=y#v=onepage&q=pendidikan karakter&f=true.

10 Muhammad Yaumi, “Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar & Implementasi,” PRENADAMEDIA GROUP, 2014,

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=_qVADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA157&dq=buku+pendidikan +karakter&ots=1S772KEM85&sig=Dh0ve3HWuyiVD_Xa331yU6BuBmk&redir_esc=y#v=onepage&q=buku pendidikan karakter&f=true.

11 Asih Mardati and Dkk, “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa (Antologi Esai Mahasiswa Pendidik... - Google Books,” UAD Press, 2021,

https://www.google.co.id/books/edition/Peran_Guru_dalam_Membentuk_Karakter_Sisw/Njs1EAAAQBAJ?hl=i d&gbpv=1.

(9)

Usaha yang dikerjakan oleh guru SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo dalam mengimplementasikan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) ini adalah dengan guru tiba di sekolah pukul 06.00 dan selanjutnya menyambut peserta didik dengan bersalaman, memberikan senyuman kepada siswa supaya siswa juga merasa enjoy dan senang, kemudian peserta didik. Selain itu, senyum, salam, sapa, sopan, dan santun tidak hanya dimanifestasikan pada waktu menyambut siswa tiba di sekolah, akan tetapi juga pada saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan guru memberikan salam kepada peserta didik apabila memasuki ruang kelas, guru selalu terseenyum dan memberikan sebuah rasa saling menghargai kepada siswa, dan juga guru memanifestasikan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) apabila berinteraksi bersama guru lain dan juga bisa dengan masyarakat sekitar SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo.

Dari adanya program 5S tersebut dapat membantu guru dalam penilaian sikap afektif pada siswa dan apabila dari salah satu siswa belum mampu menerapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) itu dengan baik maka yang dilakuka guru adalah memberikan pembinaan kepada mereka supaya karakter mereka baik yang dimulai dari penerapan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo

Uraian sub bab ini akan menjelaskan mengenai faktor pendorong dan penghalang penerapan program 5S di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Membimbing peserta didik supaya terbiasa melaksanakan program budaya 5S merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Terdapat banyak pengaruh terhadap peserta didik di sekolah untuk menerapkan pembiasaan berperilaku sesuai budaya 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan santun. Pembiasaan program 5S di lingkungan sekolah kepada peserta didik dapat dipengaruhi dengan adanya suatu hubungan yang baik antar seluruh warga sekolah, keluarga, dan bahkan masyarakat.12 Adapun terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi program 5S di sekolah, diantaranya adalah :

a. Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu alat yang terdapat dalam pendidikan yang berfungsi sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan supaya tujuan pendidikan yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat terwujud. Kurikulum

12 Nurul Auliani Husna, “PENANAMAN BUDAYA 5S (SENYUM, SAPA, SALAM, SOPAN, SANTUN) PADA SISWA SEKOLAH DASAR” (2021):40-42.

(10)

menjadi acuan dalam menentukan bahan ajar, model pembelajaran, bahkan penilaian untuk peserta didik. Apabila suatu sekolahan tersebut menggunakan kurikulum berbasis karakter maka hal tersebut dapat mendukung jalannya implementasi program pendidikan karakter 5S.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah disini merupakan lingkungan dimana anak memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam lingkungan sekolah terdapat banyak elemen yang dapat mendukung terselenggaranya program 5S mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mapel, guru BK, siswa-siswi, tenaga kependidikan, dan segenap karyawan di sekolah tersebut.

dalam implementasi program 5S semua elemen yang terdapat dalam sekolah harus mendukung dan melakukannya supaya program 5S dapat terwujud dan berjalan dengan maksimal di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Guru harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya karena di dalam sekolah guru merupakan motivator dan suri tauladan bagi siswa.

c. Lingkungan Keluarga

Orang tua harus mendukung program 5S yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.

Apabila orang tua dirumah tidak menerapkan dan mengajari anaknya mengenai pentingnya mengimplementasikan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)dan akibat yang akan diperoleh apabila tidak mengimplementasikannya. Karena pada dasarnya orang tua juga menjadi motivator anak ketika di rumah dan oleh karena itu harus menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya supaya memiliki karakter yang baik.

d. Lingkungan Masyarakat

Pergaulan anak di masyarakat dapat menyebabkan karakter anak berubah. Mungkin dapat berubah menjadi baik atau justru buruk karena salah pergaulan dan anak yang kurang dapat memfilter pergaulan tersebut. Oleh karenanya, lingkunga masyarakat memberikan pengaruh yang begitu signifikan terhadap proses implementasi 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun). Apabila lingkunga masyarakatnya individualisme, maka penerapan 5S juga sulit untuk dilakukan, begitu pun sebaliknya.

Berdasarkan pengaruh-pengaruh diatas, setelah penulis mengobservasi penerapan program 5S di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo dapat di tarik kesimpulan bahwa program 5S yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo terdapat faktor penghambat dan juga faktor pendukungnya. faktor penghambatnya antara lain yaitu masih adanya beberapa

(11)

peserta didik yang sulit diatur, melanggar tata tertib dan bertindak semaunya, serta masih ada beberapa siswa yang belum cukup konsisten untuk menjalankan program 5S ini. Namun, dengan adanya faktor penghalang tersebut masih dapat ditangani dengan adanya faktor pendukung yaitu terdapat dukungan penuh dari seluruh warga sekolah dalam pengimplementasian program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), diterapkannya pembiasaan - pembiasaan sopan santun pada saat jam pelajaran dan juga diluar jam pelajaran, selain itu guru juga bertindak lebih tegas terhadap peserta didik yang tidak teratur atau menyalahi peraturan.

4. Karakter yang Terbentuk dari Implementasi Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo

Uraian di dalam bab ini akan membahas mengenai karakter yang terbentuk setelah diterapkannya program 5S di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Karakter sendiri berarti sebuah akhlak atau perilaku yang digunakan untuk membedakan antar manusia. Perilaku merupakan sebuah tanggapan seseorang dapat dilihat dari gerakan sikapnya, tidak hanya badannya saja tetapi juga ucapannya. Pendidikan karakter sangat berhubungan dengan sikap serta perilaku yang dimiliki seseorang dalam ikatannya dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan juga alam disekitarnya. Dalam termonologi Islam karakter dapat diartikan dengan akhlak. Maka dari itu, struktur akhlak yang berkarakter islami hendak berdasarkan dengan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan, berasal dari nilai-nilai kemanusiaan serta bersendikan pada ilmu pengetahuan. Pengetahuan dapat digunakan untuk pengawalan pembentukan karakter pada diri seseorang. Pengetahuan agama, sosial, serta budaya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tersebut.13

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa setelah di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo menerapkan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), karakter pada peserta didik mulai terlihat dan terbentuk, karakter yang ada pada peserta didik semakin lebih baik serta memiliki sifat yang terpuji. Hal ini dapat dilihat pada perubahan sikap serta perilaku peserta didik saat berjumpa dengan orang lain, peserta didik mulai memperlihatkan sikap sopan dan santunnya dengan selalu tersenyum dan memberi salam saat berjumpa orang lain. Pada kegiatan belajar mengajar saat peserta didik menyampaikan pesoalan ataupun menjawab persoalan yang diutarakan oleh guru memakai kata - kata yang sopan. Selain itu, dalam penerapan program 5S di SMA Negeri

13 Annisa, “Budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) Dalam Pembentukan Karakter Siswa/Siswi Di SD Muhammadiyah Sapen,” Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah 2, no. 2 (2019): 187–204,

https://doi.org/10.5281/zenodo.3601261.

(12)

1 Jenangan Ponorogo berkaitan dengan pembentukan karakter positif pada diri peserta didik, yaitu toleransi, peduli sosial, dan cinta damai. Dimana dengan toleransi tersebut peserta didik dapat menghormati setiap perilaku yang dilakukan oleh orang lain supaya dapat menciptakan kerukunan satu sama lain. Dengan peduli sosial peserta didik dapat tertarik untuk menolong serta membantu orang disekitarnya dalam kebaikan. Adapun dengan cinta damai peserta didik dapat bersikap, bertindak maupun berucap dengan baik serta menjadikan orang-orang disekitar merasa senang dan nyaman dengan adanya kita.

Sikap dan perilaku tersebut, maka dapat dikatakan bahwa program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) ini adalah satu hal usaha yang cukup berpengaruh untuk menciptakan karakter baik peserta didik di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Hal ini terjadi karena usaha dari pihak sekolah yang tidak ada hentinya untuk memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya.

Diterapkannya program 5S di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo ini agar semua pihak sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, staff, serta peserta didik dapat mengikuti tata tertib yang sudah diterapkan sebelumnya oleh pihak sekolah. Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan saat menerapkan program 5S ini, diantaranya yaitu dapat lebih bersikap sopan santun terhadap semua orang, dalam berbicara yakni bertanya maupun menjawab pertanyaan juga dengan sopan, dan agar peserta didik tidak mempunyai perilaku yang buruk ataupun berpicara dengan kasar kepada orang lain yakni guru, staff, temannya bahkan orang tua dan orang – orang disekitar lingkungannya, baik lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat. Dengan pengimplementasian program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) juga bisa menimbulkan sikap saling menghormati dan saling menghargai. Peserta didik sebagai generasi penerus bangsa bisa membuat karakternya lebih kuat dan sanggup memecahkan setiap masalah yang akan dihadapinya dikemudian hari. Maka dari itu, sangat penting diterapkannya program 5S ini dengan semaksimal mungkin, karena dengan karakter yang dimiliki dapat membantu seseorang dalam menjalani kehidupannya serta dapat menjadi orang yang berguna.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang kami lakukan di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo mengenai program 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan santun untuk usaha penciptaan karakter peserta didik dapat kami simpulkan bahwa adanya program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) ini mampu menjadi salah hal usaha penciptaan karakter pada peserta didik di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Terselenggaranya program 5S ini juga didukung oleh semua

(13)

warga sekolah termasuk peserta didik itu sendiri. Sehingga penerapan program 5S di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo sudah dapat dikatakan maksimal dalam membentuk karakter peserta didik.

Adapun dalam penerapan program 5S tersebut ada berbagai usaha yang dikerjakan oleh guru di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo, diantaranya yaitu guru tiba di sekolah pukul 06.00 dan selanjutnya menyambut peserta didik dengan bersalaman, memberikan senyuman kepada siswa supaya siswa juga merasa enjoy dan senang, supaya perilaku tersebut dapat dijadikan contoh oleh peserta didiknya.

Adapun dalam penerapan program ini di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo terdapat beberapa faktor penghambatnya yakni masih terdapat beberapa peserta didik yang susah diatur, melanggar tata tertib dan bertindak semaunya, serta terdapat beberapa peserta didik yang kurang konsisten dalam menjalankan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Hal tersebut bisa diatasi dengan adanya dukungan penuh dari seluruh warga sekolah dalam menjalankan program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), diterapkannya pembiasaan - pembiasaan sopan santun pada saat jam pelajaran dan juga diluar jam pelajaran, serta guru juga bertindak lebih tegas terhadap peserta didik yang tidak tertib atau menyalahi peraturan. Program 5S tersebut dapat menumbuhkan karakter dalam diri peserta didik yakni sikap cinta damai, toleransi, dan peduli sosial. Implementasi pendidikan karakter yang dijalankan di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo dilakukan dengan memanfaatkan strategi serta pendekatan yang mencakup nilai serta etika dalam mata pelajaran, latihan, pembiasaan, pemberian contoh, dan penciptaan suasana pembudayaan karakter 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di sekolah. Program 5S ini menjadi lebih baik jika diterapkan secara berkelanjutan dan rutin dilakukan.

Kelebihan dari artikel yang kami susun ini adalah adanya narasumber yang kami jadikan sumber penggalian informasi, sehingga data yang kami dapatkan merupakan data yang valid sesuai dengan keadaan di lapangan, yaitu di SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Sedangkan kekurangan dalam penulisan artikel ini adalah keterbatasan penulis dalam menyusun artikel, karena kurangnya pengetahuan dalam membuat artikel sehingga diperlukan pengujian kembali kebenarannya di masa yang akan datang. Kemungkinan pengembangan program kegiatan magang selanjutnya yang disarankan oleh penulis yaitu pihak panitia menjelaskan secara lebih rinci dan jelas lagi terkait penyusunan laporan artikel magang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. “Budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) Dalam Pembentukan Karakter Siswa/Siswi Di SD Muhammadiyah Sapen.” Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah 2, no. 2 (2019): 187–204. https://doi.org/10.5281/zenodo.3601261.

(14)

Badawi. “Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kahlak Mulia Di Sekolah.” Prosiding SEMNASFIP, 2019, 207–18. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index.

Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd. DESAIN PENDIDIKAN KARAKTER Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, 2011.

Fadhallah. WAWANCARA, 2020.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=rN4fEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP4&d q=wawancara&ots=yxINC320bT&sig=iDjF_b1wOtismI_t6OkMQRF35UI&redir_esc=y#

v=onepage&q=wawancara&f=true.

Fadilah, Rabi’ah, Wahab Syakirul Alim, Ainu Zumrudiana, Iin Widya, Achmad Baidawi, Alinea Dwi Elisanti. Pendidikan Karakter, 2021.

Husna, Nurul Auliani. “PENANAMAN BUDAYA 5S (SENYUM, SAPA, SALAM, SOPAN, SANTUN) PADA SISWA SEKOLAH DASAR,” 2021.

Mania, Sitti. “Observasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan Dan Pengajaran.” Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 11, no. 2 (2008): 220–33.

https://doi.org/10.24252/lp.2008v11n2a7.

Mardati, Asih, and Dkk. “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa (Antologi Esai Mahasiswa Pendidik... - Google Books.” UAD Press, 2021.

https://www.google.co.id/books/edition/Peran_Guru_dalam_Membentuk_Karakter_Sisw /Njs1EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1.

Musbikin, Imam. “Tentang Pendidikan Karakter Dan Religius Dasar Pembentukan Karakter - Imam Musbikin, Rizal (Penyunting) - Google Buku.” Nusa Media, 2021.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=8BVtEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&d q=buku+dasar+pendidikan+karakter&ots=aOcN6G_f3R&sig=6q9-F2Qn-

lnfGB0ODphmGpJkd-c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true.

Ramadhani, Muhammad Ali. “Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan Karalter.” Jurnal Pendidikan Universitas Garut 08 (2014): 28–37.

https://doi.org/10.1177/002218568402600108.

Setyadi, Yulianto Bambang, Tri Oktafia Anggrahini, Nanda Putri, and Kusuma Wardani.

“Penerapan Budaya 5S Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Di MTs Muhammadiyah 9 Mondokan , Sragen” 1, no. 2 (2019): 70–76.

https://doi.org/10.23917/bkkndik.v1i2.10774.

Vina Febiani Musyadad, Agung Nugroho Catur Saputro, Agung Prihatmojo, Salamun Salamun, Hani Subakti, Mesra Wati Ritonga, Siska Yulia Rahmi, Iskandar Kato, Anna Leli Harahap, Fenny Ayu Monia, Asri Yulianda. Pendidikan Karakter. Yayasan Kita Menulis, 2022.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=OjJcEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA47&

dq=pendidikan+karakter&ots=NrEo-VpNq2&sig=mBGMquKfjY-UVArgp- fwsdWJWm4&redir_esc=y#v=onepage&q=pendidikan karakter&f=true.

Yaumi, Muhammad. “Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar & Implementasi.”

PRENADAMEDIA GROUP, 2014.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=_qVADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA15 7&dq=buku+pendidikan+karakter&ots=1S772KEM85&sig=Dh0ve3HWuyiVD_Xa331yU 6BuBmk&redir_esc=y#v=onepage&q=buku pendidikan karakter&f=true.

(15)

Lampiran

LEMBAR PENILAIAN LAPORAN MAGANG I (ARTIKEL)

Nama Mahasiswa : 1. Chyndi Emilia Putri 2. Tiyas Indarti

NIM : 1. 201200038

2. 201200192

Jurusan : Pendidkan Agama Islam

Tempat Magang : SMA Negeri 1 Jenangan Ponorogo

No. ASPEK PENILAIAN BOBOT SKOR

1 FORMAT DAN SISTEMATIKA PENULISAN 10

a. Format 3

b. Tata Tulis 3

c. Kelengkapan Komponen 4

2 BAHASA 10

a. Ketepatan Tata Bahasa 3

b. Ketepatan Ejaan 3

c. Efektifitas Penggunaan Kalimat 4

3 HASIL LAPORAN 80

a. Abstrak 5

b. Pendahuluan 10

c. Metode 20

d. Analisis dan Pembahasan 30

e. Kesimpulan 5

f. Referensi 10

JUMLAH 100

(16)

Ponorogo, 19 November 2022 Penilai

(Fenty Andriani, M.Pd.) NIP. 19870201 201801 2 001

Referensi

Dokumen terkait

Alasan memilih jenis ini adalah karena dalam penelitian ini peneliti berupaya menggali data berupa pandangan dalam bentuk cerita rinci atau asli dan data hasil

Perencanaan saya tidak jauh dari yang lain, seperti Bapak Kepala Sekolah, Waka kesiswaan, guru yang lain serta orang tua siswa. Yang menugaskan bahwa yang

Hasil program 5S dalam penguatan nilai pendidikan karakter dengan cara (1) Pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan

Selain kasus di atas, penulis mengulas beberapa kasus yang telah penulis amati di SD Negeri 2 Bangun Kabupaten Buton Selatan bahwa terdapat siswa yang dinilai

Pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Adapun

Departemen Sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa: “Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan

"Meningkatkan Perkembangan Membaca Melalui Buku Cerita Rakyat Melayu pada Anak Usia Dini", Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2020 Publication agma15.blogspot.com

Manajemen peserta didik dalam pembentukan karakter setidaknya dapat melauli tiga ranah, yaitu : 1 afektif; penanaman pendidikan karakter berdampak terhadap perubahan sikap, melalui