• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Kurikulum Prodi PAI STAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Pengembangan Kurikulum Prodi PAI STAIN Ponorogo"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

Berdasarkan alur pemikiran dan temuan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul: “Strategi Pengembangan Kurikulum PAI STAIN Ponorogo”. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara luas strategi pengembangan kurikulum PAI STAIN Ponorogo.

Tabel 1.2 Tingkat Animo Masyarakat Terhadap Jurusan Tarbiyah  Program Studi PAI STAIN Ponorogo
Tabel 1.2 Tingkat Animo Masyarakat Terhadap Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI STAIN Ponorogo

Metode Penelitian

Data dan sumber data khusus dalam penelitian ini berupa perkataan dan perbuatan, selebihnya bersifat pelengkap seperti dokumen dan lain-lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Sistematika Pembahasan

Tahap kerja lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berpartisipasi saat mengumpulkan data. Dan membahas tentang gambaran umum PAI yang memuat (a) gambaran standar kurikulum (b) profil program studi PAI (c) kerangka dasar kurikulum (d) struktur kurikulum PAI (e) dosen-dosen program studi PAI .

Pengembangan Kurikulum PAI 1. Pengertian Kurikulum PAI

Komponen-Komponen Kurikulum

Tujuan yang dimaksud dengan komponen kurikulum tentunya adalah tujuan pembelajaran yang tentunya berkaitan erat dengan rumusan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Isi dan mata pelajaran berupa mata pelajaran atau mata pelajaran serta ruang lingkup isi pada masing-masing mata pelajaran tersebut, yang dikenal dengan isi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jenis-Jenis Kurikulum

Fungsi kurikulum berdasarkan kurikulum humanistik adalah mempersiapkan siswa menghadapi berbagai pengalaman naluriah yang berperan sangat penting dalam perkembangan individu. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut: 26 1) Mendengarkan langsung pandangan siswa terhadap kenyataan. secara komprehensif. Akselerasi kurikulum ini terjadi ketika orang tua dan masyarakat terlibat dalam pengajaran dan berperan dalam pengabdian kepada masyarakat.

Dalam kurikulum ini, peran guru adalah menghubungkan tujuan siswa dengan manfaat lokal, nasional, dan internasional. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam kurikulum ini harus memenuhi tiga kriteria, yaitu nyata, memerlukan tindakan, mengajarkan nilai-nilai. Penilaian dalam kurikulum ini mencakup spektrum yang luas, yaitu kemampuan peserta didik dalam menyajikan masalah, memecahkan masalah, mendefinisikan kembali dan bertindak.

Dari waktu ke waktu, para akademisi terus berupaya mengembangkan kurikulum yang membekali peserta didik memasuki dunia ilmu pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode observasi, korelasi, analisis data, dan penalaran.

Pengertian Pengembangan Kurikulum

Pengertian lain dari pengembangan kurikulum adalah:34 (1) kegiatan pembuatan kurikulum pendidikan agama Islam (2) proses menghubungkan komponen satu dengan komponen lainnya untuk menciptakan kurikulum pendidikan agama Islam yang lebih baik (3) kegiatan merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan penyempurnaan kurikulum pendidikan agama Islam. Pada prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus diimbangi dengan pengembangan pendidikan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kurikulum yang tepat dan selektif serta mempunyai tingkat relevansi yang tinggi.

Tujuan pengembangan kurikulum pendidikan Islam berdasarkan Ulul Albab adalah untuk: (1) melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu Islam pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah, (2) melaksanakan pengembangan dan peningkatan Dakwah Islam, dan (3) melaksanakan reproduksi dan penempatan ulama dan pejabat di lingkungan birokrasi negara. Dalam bukunya Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Hilda Taba menjelaskan pendekatannya terhadap proses pengembangan kurikulum. Dalam karyanya ini, Taba memodifikasi model dasar Tyler agar lebih mewakili pengembangan kurikulum di berbagai sekolah.

Pertama, diagnosis kebutuhan yang berbeda (diagnosis of need): pengembangan kurikulum yang berorientasi pada kecakapan hidup harus dimulai dengan mengadaptasi informasi yang terjadi pada siswa, masyarakat, dan sekolah.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Perancang kurikulum harus terlebih dahulu memahami situasi dan kondisi “tempat” dimana kurikulum tersebut akan digunakan. Implikasinya, pengembang kurikulum harus memastikan kegiatan kurikuler bersifat fleksibel, disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan, serta ketersediaan waktu tanpa mengubah SK dan KD yang telah ditetapkan. Implikasinya, para pengembang kurikulum hendaknya memperhatikan dan mengupayakan pendidikan untuk menghasilkan individu yang unggul dan manusia seutuhnya.

Kurikulum harus dikembangkan dengan cepat, baik antar mata pelajaran, antar kelas, maupun antar jenjang pendidikan, agar proses pendidikan peserta didik dapat berjalan secara sistematis. Kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya serasi, terkoordinasi, seimbang, searah dan menyenangkan. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada nilai-nilai demokrasi, yaitu menghargai kemampuan, menjunjung tinggi keadilan, menegakkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik.

Dalam praktiknya, pengembang kurikulum memposisikan peserta didik sebagai orang yang patut dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya.

Model-Model Pengembangan Kurikulum

Seller dan Miller (1985) berpendapat bahwa proses pengembangan kurikulum merupakan serangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Penjual berpendapat bahwa pengembangan kurikulum hendaknya dimulai dari pengertian orientasi kurikulum, yaitu kebijakan umum. Dengan kewenangan administratifnya, penyelenggara pendidikan (direktur umum, direktur, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan daerah) membentuk tim pimpinan pengembangan kurikulum.

Tugas tim ini adalah merumuskan konsep dasar, landasan, kebijakan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum.76 b. Model pengembangan kurikulum yang pertama digunakan pada sistem manajemen pendidikan atau kurikulum yang terpusat, sedangkan model akar rumput akan berkembang pada sistem pendidikan yang terdesentralisasi. Dalam model ini, seorang guru, sekelompok guru, atau seluruh guru di suatu sekolah melakukan upaya pengembangan kurikulum.

Karena sifatnya yang ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum seringkali mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.

Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum, mungkin saja komponen-komponennya sangat kompleks, sehingga hanya bisa dianggap sebagai kotak hitam (black box) yang mekanismenya tidak dapat dipahami sepenuhnya. Berdasarkan langkah-langkah di atas, pengembang kurikulum dapat menentukan langkah awal yang akan diambil dan apa yang akan dicapai sebagai tujuan dengan menciptakan filosofi pendidikan, visi dan misi, serta tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Untuk mengkaji permasalahan dan keinginan guru tersebut, pengembang kurikulum harus melakukan penelitian yang tidak bersifat evaluatif, melainkan bersifat merangsang dan mendorong guru untuk memberikan informasi yang obyektif demi kepentingan pengembangan kurikulum yang lebih baik.

Melalui pendekatan ini, guru merasa sangat dihargai, karena pendapat dan sarannya didengarkan, bahkan diperhitungkan dalam pengembangan kurikulum. Analisis kebutuhan sebagai fase yang berbeda dan penting dalam perencanaan program pendidikan muncul pada tahun 1960an sebagai bagian dari pendekatan sistem terhadap pengembangan kurikulum dan bagian dari filosofi umum akuntabilitas pendidikan. Berbagai prosedur dapat digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan dan jenis informasi yang diperoleh seringkali bergantung pada prosedur yang dipilih.

Anda dapat memilih prosedur pengumpulan informasi selama analisis kebutuhan, termasuk: kuesioner, penilaian diri, wawancara, pertemuan, observasi, pengumpulan sampel pembelajar bahasa, analisis tugas, studi kasus, analisis informasi yang tersedia.96.

Gambar 2.1 Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum
Gambar 2.1 Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum

Konstruk Sosio Kultural

Teori-teori yang menjelaskan perubahan sosial antara lain teori evolusi (teori yang pada dasarnya didasarkan pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang), teori konflik (teori yang memandang konflik atau pertikaian muncul dari pergulatan kelas antara kelompok penguasa modal atau pemerintahan dari kelompok yang tertindas secara material. sehingga akan mengarah pada perubahan sosial), teori fungsionalis (teori yang meyakini bahwa perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dari hubungan antar unsur budaya dalam masyarakat) dan teori siklis (teori yang mencoba melihat bahwa perubahan sosial tidak dapat sepenuhnya dikendalikan. oleh siapa pun dan tidak sama sekali).

Strategi Pengembangan Kurikulum 1. Pengertian Strategi

Macam-Macam Strategi a. Perspektif Rasional

Menentukan tujuan mendasar jangka panjang suatu perusahaan, mengambil tindakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut”. Dalam kondisi seperti ini, metode ini tepat digunakan jika kondisinya stabil, diperkirakan akan terjadi perubahan lingkungan, tekanan untuk melakukan perubahan lemah, dan persaingan masih terbatas. Strategi adalah sebuah revolusi karena gejolak permanen di pasar dan perubahan cepat dalam konteks di mana organisasi beroperasi.

Dalam kondisi seperti ini, perusahaan, sekolah atau madrasah harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan dan menjaga keberlanjutannya (sustainable advantage). Pasar internal pendidikan adalah siswa, sehingga sekolah atau madrasah harus menawarkan produk atau layanan tertentu yang tersegmentasi sesuai dengan preferensi siswa.

Landasan Pengembangan Kurikulum PAI

Mengembangkan secara optimal potensi peserta didik, serta interaksinya dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya, tanpa mengabaikan nilai-nilai dan tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat dan masih penting untuk dilestarikan. Mempersiapkan peserta didik dengan kecakapan hidup serta kemampuan dan keberanian menghadapi tantangan hidup sesuai dengan perkembangan zaman yang dijiwai dengan semangat Islam. Secara aksiologis, pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam ditujukan untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan tugas atau pekerjaan tertentu.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa setiap mahasiswa memerlukan kecakapan hidup yang meliputi: 114. Dilihat dari landasan sejarahnya, cita-cita umat Islam pada umumnya dalam pengembangan Perguruan Tinggi Islam (PTAI) pada mulanya didorong oleh beberapa tujuan, yaitu: yaitu: menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan ilmu agama Islam pada tingkat yang lebih tinggi secara sistematis dan terarah; melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam; melaksanakan reproduksi dan pengkaderan ulama dan pejabat agama, baik pada birokrasi negara maupun swasta, serta pada lembaga sosial, dakwah, pendidikan. Dilihat dari landasan psikologisnya, bahwa setiap peserta didik mempunyai potensi dasar yang harus diaktualisasikan dan dikembangkan secara berkelanjutan untuk mampu menjalankan fungsi sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi.

Setiap siswa mempunyai bakat, minat, kemampuan yang berbeda-beda sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula.

Macam-Macam Kompetensi Lulusan PTAI

Kompetensi Inti, yaitu kompetensi utama yang diharapkan dikuasai oleh lulusan bidang studinya, yang selanjutnya disebut Kurikulum Inti. 353 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Islam Pasal 9, bahwa kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: 122. 119Bambang Sumardjoko, Membangun budaya pendidikan tinggi, pendidikan bermutu: Analisis swasta pendidikan tinggi di Surakarta, (Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa, 2010), 77.

Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang dimiliki setiap peserta didik sebagai landasan bagi kompetensi utama, pendukung, dan lainnya. Kompetensi utama merupakan kompetensi yang dimiliki setiap mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan pada program studi tertentu. Kompetensi lain adalah kompetensi yang dipandang perlu dimiliki oleh peserta didik agar dapat bermanfaat dalam masyarakat.

Kompetensi tersebut diperlukan untuk: memberikan kompetensi dasar ilmu-ilmu keislaman sebagai ciri khas pendidikan tinggi Islam, serta ilmu-ilmu dasar lainnya yang menjadi dasar pengembangan kepribadian dan landasan pengembangan keahlian dari program studi yang ada; memberikan kemampuan beradaptasi terhadap ketidakpastian lapangan kerja, sifat pekerjaan dan perkembangan masyarakat yang tidak menentu; mengantisipasi pekerjaan dengan persyaratan kompetensi yang kompetitif dan tidak mengenal batas fisik wilayah, negara, dan pemerintahan; memfasilitasi proses pendidikan sepanjang hayat berupa proses pembelajaran untuk menemukan dan menyelidiki metode penelitian sendiri.

Kajian Penelitian Sebelumnya

Pertama, penggunaan kurikulum yang tepat pada jenjang pendidikan akan menghasilkan lulusan yang kompeten pada disiplin ilmu yang dipelajarinya. Kedua, kehadiran lulusan perguruan tinggi yang berkompeten tersebut secara tidak langsung akan menjadi penilaian tersendiri terhadap brand terbaik bagi individu perguruan tinggi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul skripsi: “Strategi Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTAIS) dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Banding Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Islam Malang).

Alasan masuknya dosen atau sekelompok ahli dalam pengembangan kurikulum di FAI Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Islam Malang adalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Islam Malang dapat dipengaruhi oleh pengembangan kurikulum yang digunakan oleh kedua universitas tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Mat Muallimin, 2012, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dengan judul skripsi: “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 1 RSBI Kota Magelang”.

Dengan hasil penelitian sebagai berikut: “Penerapan kurikulum PAI di SMP Negeri 1 RSBI Magelang dilaksanakan dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan PP no.

Gambar

Tabel 1.2 Tingkat Animo Masyarakat Terhadap Jurusan Tarbiyah  Program Studi PAI STAIN Ponorogo
Gambar 2.2 Model Black Box dalam Pendekatan sistem
Gambar 2.1 Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum
Gambar 2.3 Langkah-Langkah Pendekatan Komprehensif
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MULTIKULTURAL Pengembangan kurikulum pendidikan multikultural mendasarkan prinsip bahwa keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori,