• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Dan Kinerja Industri Otomotif Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Struktur Dan Kinerja Industri Otomotif Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

113

STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA

Vini Kartika Rachmawati1, Risris Rismayani2 Prodi S1 Manajemen Bisnis Telkomunikasi dan Informatika

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom

Email: vinikartika21@gmail.com1, risrisrismayani@telkomuniversity.ac.id2

ABSTRACT

Through the Structure and Performance approach, this research aims to analyze the structure and performance of the automotive industry in Indonesia. This research not only aimed to comprehensively analyze both quantitative and qualitative data using mixed method approach, but also explains the correlation between them. The study was conducted in a period of 10 years starting from 2007 to 2016.

The result of the analysis shows that: (1) Indonesian automotive industry’s structure is tight oligopoly with the average score of market concentration ratio (CR3) in 2007–2016 is 87,30%, and the average score of MES in 2007–2016 is 71,34%; (3) The performance of the industry is “declining‟ with the ROA average score of Indonesian automotive industry throughout 2007–2016 is 5,97 %; and (4) there is a consistency element in the both research variables, which are structure and performance. It has been proven qualitatively (CR3-ROA is 65,5% & MES-ROA is 67%) and quantitatively (CR3-MES- ROA is 58,1%).

Keywords: Industrial Economy, Structure, Performance, Automotive Industry.

ABSTRAK

Melalui pendekatan Struktur dan Kinerja, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur dan kinerja industri otomotif di Indonesia. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif, baik data kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan metode campuran, tetapi juga menjelaskan korelasi di antara mereka. Periode pada penelitian ini adalah 10 tahun mulai 2007 hingga 2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Struktur industri otomotif Indonesia adalah oligopoli yang ketat dengan rata-rata nilai rasio konsentrasi pasar (CR3) pada tahun 2007-2016 adalah 87,30%, dan nilai rata-rata MES pada 2007–2016 adalah 71,34%; (3) Kinerja industri

“menurun” dengan skor rata-rata ROA industri otomotif Indonesia sepanjang 2007–2016 adalah 5,97%; dan (4) ada elemen konsistensi dalam kedua variabel penelitian, yaitu struktur dan kinerja. Ini telah terbukti secara kualitatif (CR3-ROA adalah 65,5% & MES-ROA adalah 67%) dan secara kuantitatif (CR3-MES-ROA adalah 58,1%).

Kata Kunci: Ekonomi Industri, Struktur, Kinerja, Industri Otomotif

PENDAHULUAN

Sektor industri adalah sektor penyumbang ekonomi nasional yang terbesar saat ini. Sektor ini telah mengalami banyak kemajuan yang dilihat dari bertambahnya jumlah pemain dan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan industri tersebut. Salah satu sektor industri yang telah

mengalami peningkatan secara terus menerus adalah industri otomotif.

Tingginya pekembangan industri otomotif telah menarik pemain-pemain baru dalam industri otomotif yang menyebabkan meningkatnya jumlah pemain dan brand mobil di Indonesia. Besarnya jumlah pemain dalam industri ini, seharusnya meningkatkan persaingan antar perusahaan, namun ada beberapa perusahaan yang mendominasi pasar

(2)

114

tersebut yang menyebabkan struktur pasar otomotif Indonesia berbentuk oligopoli.

Terlebih lagi pangsa pasar atau market share yang dimiliki Astra berjumlah lebih dari 50%, sehingga menjadi hambatan yang cukup besar bagi pendatang baru. Selain itu masih lemahnya industri otomotif Indonesia di sektor komponen menjadi hambatan bagi perkembangan Industri Otomotif.

Karena merupakan salah satu industri penyumbang ekonomi nasional dengan peningkatan yang baik, maka perlu dipelajari struktur pasar dan kinerja dari Industri ini agar dapat lebih berkembang dan bersaing dengan baik. Maka, dalam mempelajari suatu industri agar lebih memahaminya secara mendalam diperlukannya meninjau industri tersebut dalam berbagai aspek.

Dengan meninjau permasalahan yang terjadi di Industri Kendaraan Indonesia dalam berbagai aspek diatas, maka pemahaman mengenai industri ini akan semakin mendalam dan akan mempermudah dalam mempelajari struktur pasar dan kinerja industri kendaraan Indonesia. Dengan mempelajari struktur pasar dan kinerja maka dapat diketahui keadaan industri kendaraan Indonesia saat ini. Melalui pendekatan Struktur-Kinerja, penelitian ini akan mempelajari struktur pasar dan kinerja Industri Otomotif Indonesia serta akan memaparkan hubungan antar keduanya

KAJIAN LITERATUR Struktur Pasar

Menurut Kuncoro (2007:137), struktur dalam konteks ekonomi merupakan sifat penawaran dan permintaan barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk kedalam industri. Dalam mengukur struktur pasar dapat digunakan aspek strategis sebagai berikut: (1)Derajat konsentrasi penjual, digambarkan dengan jumlah dan distribusi penjual dalam pasar; (2)Derajat konsentrasi pembeli, digambarkan dengan jumlah dan distribusi pembeli dalam pasar; (3) Derajat differensiasi produk, jumlah output dari berbagai penjual yang sulit dibedakan oleh pembeli; (4)Kondisi masuk pasar yang dapat

dijelaskan dengan mudah atau sulitnya masuk pasar terutama bagi pendatang baru. Keempat aspek strategis itu disebut sebagai elemen- elemen struktur pasar oleh Kuncoro (2007:137).

Kinerja

Kinerja pasar merupakan hasil-hasil atau prestasi yang muncul di dalam pasar sebagai reaksi akibat terjadinya tindakan-tindakan para pesaing pasar yang menjalankan sebagai strategi perusahaannya guna bersaing dan menguasai keadaan pasar. Rasio keuangan berguna untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan (Keown et al, 2011:74). Menurut Brigham dan Houston (2010:134) rasio likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Rasio leverage yaitu rasio yang menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan (Keown et al, 2011:83). Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikian penelitian disajikan pada gambar 1.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian campuran (mix method research) yang akan membahas: (1) struktur pasar industri otomotif di Indonesia;

(2) kinerja perusahaan-perusahaan dalam industri otomotif Indonesia; dan (3) konsistensi struktur dan kinerja pada industri otomotif Indonesia. Variabel pada penelitian ini adalah struktur dan kinerja industri otomotif di Indonesia.

Indikator struktur terdiri dari jumlah pembeli, jumlah penjual, diferensiasi produk dan hambatan untuk masuk pasar. Lalu struktur pasar akan ditentukan dengan melihat hasil perhitungan rasio konsentrasi (CRn) dan hambatan masuk (barrier to entry) industri

(3)

115 telekomunikasi Indonesia. Sedangkan indikator

kinerja dilihat dari rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio likuiditas.

Lalu konsistensi struktur-kinerja dianalisis secara kuantitatif menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate correlation analysis) yang akan menjelaskan hubungan antara variabel X dan variabel Y. Korelasi sederhana adalah korelasi antara dua variable, yaitu variable terikat (dependent) dan bebas (independent). Variabel struktur akan dihitung berdasarkan nilai CR3 dan MES. Lalu variabel kinerja sebagai variabel terikat dihitung berdasarkan ROA. Pengolahan data dalam

rangka menguji model diatas dilakukan menggunakan software IBM SPSS Statistic versi 21. Lalu uji konsistensi secara kualitatif dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai masing-masing indikator dibandingkan dengan tahun sebelumnya, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Kemudian kenaikan dan penurunan pada indikator tersebut akan diuji kembali dengan indikator pada variabel lain, apakah menghasilkan hubungan positif atau negatif. Tabel 1 berikut menyajikan hasil uji konsistensi kualitatif antar variabel struktur dan kinerja.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Sumber: Diadaptasi dari Rismayani dan Pramudiana (2017:113), dan Novi et al (2015))

Tabel 1 Uji Konsistensi Kualitatif

Variabel Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 %

Struktur

CR3 MES Kinerja

ROA

Uji Konsistensi Kualitatif Antar Variabel

Struktur-Kinerja CR3-ROA MES-ROA

Sumber : Diadaptasi dari Rismayani dan Pramudiaan (2013:51)

Descriptive Approach

Emerging Industry Key Factor for Success (KSF)

Demand

Supply

Structure Seller (Supply) Buyer (Demand)

Product Differentiation

Barrier to Entry Corporate Strategy

Vision, Mission, and Strategy

Objective

Emergent Strategy Conduct

Basic ConditionGovernment Role

Public Policy Perspective

Approach Performance

Profitability Ratio Leverage Ratio

(4)

116

PEMBAHASAN Struktur Penjual

Awal mula tahun 1980, Indonesia hanya memiliki satu perusahaan otomotif yang IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun, jumlah tersebut semakin berkembang dimulai dari tahun 1990, hingga pada tahun 2016, industri otomotif di Indonesia memiliki 14 pemain. Pemain tersebut terbagi kedalam 3 industri yaitu: 1) Industri Kendaraan (Astra International, Indomobil, dan Bintang oto Global); 2) Industri Ban (Goodyear

Indonesia, Indo kordsa, Gajah Tunggal, dan Multistrada Arah Sarana); dan 3) Industri Sparepart (Indosprings, Multi Prima Sejahtera, Prima Alloy, Nipress, Selamat Sempurna, Astra Otoparts, dan Garuda Metalindo).

Industri Otomotif, hanya memiliki 3 perusahaan yang menguasai pasar yaitu Astra Internasional dengan besar pasar rata-rata 71%

dari total penjualan Industri yang dapat dilihat dari tabel 2. Kemudian disusul oleh Gajah tunggal sebesar 7% dan Indomobil 9%.

Tabel 2

Perhitungan Rasio Kosentrasi Industri Otomotif

Tahun Astra

International (%)

Gajah Tunggal (%)

Indomobil

(%) CR3 (%)

2007 71,14 8,92 6,81 86,87

2008 72,14 7,67 7,90 87,71

2009 72,44 8,07 7,05 87,56

2010 73,15 7,33 8,13 88,61

2011 72,82 6,98 9,37 89,17

2012 72,72 6,54 10,29 89,55

2013 70,78 6,22 10,12 87,11

2014 70,45 6,42 9,56 86,44

2015 68,44 7,02 9,80 85,27

2016 69,30 7,34 8,10 84,75

Sumber : Data Olahan penulis

Studi CR3 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perusahaan industri otomotif yang telah listing di bursa efek memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi, yaitu berkisar 84,75%-89,17%, sehingga rata-rata CR3 pada periode 2006 sampai 2016 sekitar 87,30%. Bila merujuk pada Bain (1954) dalam Rismayani dan Pramudiana (2013:23), Industri Otomotif Indonesia termasuk kedalam

Tipe I, dimana tipe ini merupakan oligopoli penuh atau tingkat konsentrasi tinggi. Pada tipe I ini, tiga perusahaan terbesar menguasai sekitar 87% dari total penawaran output ke suatu pasar atau 8 perusahaan terbesar menguasai 99% total penawaran output.

Pembeli

Gambar 2. Penjualan Mobil dan Jumlah Penduduk Sumber : Badan Pusat Statistik

430 610

490

760 890

1120 1230 1210

1010 1620

225,6 228,5 231,4

237,6 242

245,4 248,8 252,2 255,5

258,7

0 500 1000 1500 2000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Penduduk Indonesia (juta jiwa)

Jumlah Penjualan Industri Otomotif (ribu Unit)

(5)

117 Konsumsi kendaraan pribadi Indonesia

terus mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 19% pertahunnya, yaitu dari tahun 2007-2016.

Namun bila dilihat dari penjualan mobil per- unit, maka terjadi peningkatan secara terus menerus pada perbandingan pembelian mobil akhir 2016 yaitu setiap 160 orang akan membeli satu unit kendaraan, bila dibandingkan dengan tahun 2007 dimana penjualan mobil terjadi pada setiap 525 orang per-unit.

Penjualan pada industri otomotif dalam produk ban dan komponen memiliki keterkaitan dengan penjualan kendaraan.

Terdapat tiga sasaran penjualan, yaitu melalui ekspor, after market atau market replacement, dan satu lagi adalah Original Equipment Manufacturer atau disingkat OEM. OEM ini dimaksud dengan perusahaan yang memproduksi produk ban yang kemudian digunakan untuk memasok langsung ke perusahaan perakitan kendaraan bermotor untuk dirakit menjadi kendaraan. Sedangkan after market atau Replacement Market (REM) merupakan penjualan yang berhubungan dengan konsumsi setelah pembelian produk kendaraan, atau merupakan pembelian secara pribadi oleh masyarakat.

Differensiasi Produk

Produk industri otomotif terbagi menjadi 3 segmen yaitu kendaraan, ban dan komponen otomotif. Karakteristik produk kendaraan dibagi menjadi 6 jenis kategori, yaitu Sedan, Jeep 4x2, Jeep 4x4, Bis, Pick Up, dan Sepeda

Motor. Karakteristik produk ban dikategorikan berdasarkan jenis kendaraan dan struktur ban.

Berdasarkan jenis kendaraan yaitu ban mobil penumpang, ban mobil balap, ban industri, ban truk ringan, ban pertanian, ban motor, ban truk dan bis, ban off-road, dan ban pesawat.

Sedangkan berdasar strukturnya, ban dibagi menjadi ban bias dan radial. Untuk produk komponen dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu tier 1 merupakan sektor komponen inti berupa platform, sedangkan tier 2 adalah komponen pelengkap berupa power train dan tier 3 merupakan komponen tambahan berupa electrical dan interior/eksterior.

Hambatan masuk suatu industri dapat dilihat dari besarnya nilai MES (Minimum Efficiency of Scale). Nilai ini didapat dari rata- rata output perusahaan terbesar yang menghasilkan 50% output industri (minimal dua perusahaan yaitu Astra Internasional dan Indomobil yaitu 87,30% dari total industri otomotif) dibandingkan dengan total output industri otomotif. Menurut Comanor dan Wilson (1976) nilai MES yang lebih besar dari 10,00% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri (Rismayani dan Pramudiana, 2013:22). Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan MES pada industri otomotif Indonesia yang mencapai angka 80,05%.

Angka tersebut menunjukkan bahwa hambatan masuk pada industri tergolong sangat tinggi.

Hambatan Masuk

Tabel 3

Perhitungan MES Industri Otomotif

Tahun

Astra International (dalam miliar

rupiah)

Gajah Tunggal (dalam miliar

rupiah)

Indomobil (dalam

miliar rupiah)

Jumlah Output Industri (dalam miliar

rupiah)

MES (%)

Rata- Rata MES

(%)

2007 53.119 6.660 5.084 74.665 77,95

80,05

2008 74.893 7.963 8.197 103.814 80,04

2009 71.271 7.936 6.940 98.384 79,50

2010 98.403 9.854 10.935 134.514 81,28

2011 123.520 11.841 15.892 169.632 82,18

2012 139.845 12.579 19.781 192.300 83,01

2013 140.608 12.352 20.095 198.661 80,89

2014 143.332 13.070 19.458 203.441 80,02

2015 126.381 12.970 18.100 184.655 78,24

2016 128.705 13.634 15.050 185.720 77,40

Sumber : Data Olahan penulis

(6)

118

Tingginya nilai MES bisa menjadi kendala masuknya perusahaan baru ke pasar industri semen Indonesia. Hambatan pendatang baru tidak hanya berasal dari rintangan endogen tapi juga hambatan eksogen ada kebutuhan modal yang tinggi; skala ekonomi minimum yang besar; kekuatan pengendalian sumber daya strategis; dan struktur biaya tinggi dari energi dan transportasi. Namun, pasar otomotif

saat ini masih diperkirakan mengalami kondisi yang baik bila melihat adanya peningkatan dengan keberadaan pemain baru pada tahun 2013 dan 2014. Kedepannya kondisi pasar otomotif tidak dapat diprediksi karena PDB, peran Pemerintah, tren otomotif masih menjadi faktor penentu untuk meningkatkan volume penjualan.

Kinerja

Gambar 3. Kinerja Industri Otomotif Sumber: data olahan penulis

Bila dilihat dari Industri Otomotif Indonesia secara keseluruhan, pergerakan ratio keuangan industri otomotif Indonesia cenderung stabil seperti gambar di atas.

Kenaikan pada rasio lancar (current ratio) dari tahun ke tahun mengindikasikan kemampuan perusahaan-perusahaan dalam industri untuk membayar utang lancar dengan aset lancarnya bergerak naik. Pada rasio hutang terlihat

pergerakan penurunan yang terlihat stabil, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan tingkat hutang untuk pendanaan asset secara perlahan. Pada rasio profitabilitas terjadi penurunan efisiensi industri untuk mendapatkan laba dari pendapatan terkait penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan ROA dan ROE.

-50,00 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Rasio lancar Rasio Hutang Rata-rata ROA Rata-rata ROE Rata-rata

(7)

119 Gambar 4. Perbandingan Kinerja Industri Otomotif 2007 dan 2016

Sumber: data olahan penulis

Gambar radar chart di atas menunjukkan perbandingan indikator rasio keuangan industri otomotif Indonesia pada tahun 2007 dan 2016.

Secara keseluruhan, kinerja keuangan industri otomotif Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga 2016. Rasio hutang (debt to total assets) dan rasio profitabilitas (return on assets dan return on equity) mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi menurunnya tingkat hutang untuk pendanaan asset dan terjadi penurunan efisiensi perusahaan untuk mendapatkan laba dari pendapatan terkait penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan ROA dan ROE. Namun terjadi kenaikan pada rasio lancar. Hal ini mengindikasikan bertambahnya

kemampuan industri otomotif dalam membayar hutang lancarnya beserta pelunasannya yang menggunakan asset lancar.

Hubungan Struktur-Kinerja

Uji konsistensi secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara memperhatikan nilai masing- masing indikator dibandingkan dengan tahun sebelumnya, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Kemudian kenaikan dan penurunan pada indikator tersebut akan diuji kembali dengan indikator pada variabel lain, apakah menghasilkan hubungan positif atau negatif (Rismayani dan Pramudiana, 2013:197).

Tabel 4.

Konsistensi Struktur Kinerja Kualitatif Industri Otomotif Variabel

dan Indikator

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 %

Struktur

CR3 - Naik Naik Naik Naik Naik Turun Turun Turun Turun 65,50

MES - Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Turun Naik 71,3

Kinerja

ROA - Turun Turun Naik Naik Turun Turun Turun Turun Turun 65,50

Uji Konsistensi Kualitatif Antar Variabel Struktur-Kinerja

CR3-

ROA - Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif 65,50 MES-

ROA - Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif 67,00

Sumber: data olahan penulis

Hasil pengujian dikatakan terdapat hubungan yang signifikan jika angka mencapai lebih dari 50%. Hasil uji konsistensi kualitatif antar

variabel struktur dan kinerja Dapat dilihat pada tabel 4. Sementara itu, dari tabel 5 dapat terlihat bahwa variabel struktur (CR3, MES) dan

-400-200200400600800Rasio lancar0

Rasio Hutang Rata-rata

ROA Rata-rata ROE Rata-rata

2007 2016

(8)

120

kinerja (ROA) menunjukkan hubungan yang signifikan pada indikator CR3 dengan ROA, dengan hasil sebesar 65,5%. Begitu pula

dengan indikator MES dan ROA menunjukkan hubungan yang signifikan, dengan hasil sebesar 67,0%.

Tabel 5.

Hasil Uji F

Mod

el R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .821a .674 .581 2.13706 .674 7.240 2 7 .020

a. Predictors: (Constant), CR3, MES

Koefisien korelasi berganda (R) antara CR3 (X1), MES (X2), dengan ROA (Y) sebesar 0,674 tergolong kuat. Koefisien korelasi mempunyai harga -1 hingga +1 (bergerak dari nol hingga 1dan memiliki nilai positif atau negatif). Semakin mendekati nilai 1 maka semakin besar atau kuat hubungan antar variabel atau dikatakan sempurna apabila = 1.

Namun sebaliknya, bila angka semakin mendekati 0 maka semakin lemah atau kecil hubungannya (Wijaya, 2009:81). Sedangkan kontribusi variabel X1 dan X2, secara bersama- sama terhadap Y menunjukkan angka sebesar 58,1%. Sedangkan 41,9% lainnya ditentukan oleh faktor lain diluar variabel X1 dan X2.

Tingkat keberartian koefisiensi korelasi ganda diuji dengan uji F dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 diperoleh : F hitung = 7,240 > F tabel = 4,74. Maka H1 diterima, artinya secara simultan terdapat hubungan antara CR3 (X1) dan MES (X2), dengan ROA (Y). Pengujian hipotesis dengan melihat nilai p value (significance F) sebesar 0,020 ≠ 0 maka H1 diterima. Artinya secara simultan terdapat hubungan antara CR3 (X1) dan MES (X2) dengan ROA (Y).

Berdasarkan perhitungan secara kualitatif dan kuantitatif industri otomotif Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara CR3=MES (variabel struktur) dengan ROA (variabel kinerja) dengan kontribusi sebesar 58,1%. Sedangkan hubungan indikator CR3 dengan ROA, memberikan hasil yang signifikan sebesar 65,5%. Begitu pula dengan indikator MES dan ROA menunjukkan hubungan yang signifikan, dengan hasil sebesar 67,0%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, struktur Industri otomotif Indonesia adalah oligopoli ketat (tight oligopoly) dengan karakteristik: memiliki 14 pemain; nilai rata-rata konsentrasi pasar (CR3) 2007-2016 adalah 87,30%; jumlah pembeli terus meningkat seiring dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat, dari tahun 2007-2016;

produk heterogen dengan tiga segmen sub industri, yaitu kendaraan, ban dan spareparts;

dengan rata-rata nilai MES 2007-2016 adalah 71,34%, artinya hambatan masuk tergolong tinggi.

Kedua, kenaikan pada rasio lancar (current ratio) dari tahun ke tahun mengindikasikan kemampuan perusahaan- perusahaan dalam industri untuk membayar utang lancar dengan aset lancarnya bergerak naik. Pada rasio hutang terlihat pergerakan penurunan yang terlihat stabil, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan tingkat hutang untuk pendanaan asset secara perlahan. Pada rasio profitabilitas terjadi penurunan efisiensi industri untuk mendapatkan laba dari pendapatan terkait penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan ROA dan ROE.

Ketiga, konsistensi variabel struktur dan kinerja industri otomotif Indonesia, berdasarkan perhitungan secara kualitatif dan kuantitatif dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara CR3=MES (variabel struktur) dengan ROA (variabel kinerja) dengan kontribusi sebesar 58,1%. Sedangkan hubungan indikator CR3 dengan ROA,

(9)

121 memberikan hasil yang signifikan sebesar

65,5%. Begitu pula dengan indikator MES dan ROA menunjukkan hubungan yang signifikan, dengan hasil sebesar 67,0%.Sub Industri KendaraanTerdapat hubungan sebab akibat satu arah (kausalitas satu arah), yaitu volatilitas indeks saham Kompas100 mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah per US Dollar pada lag 3. Sedangkan pergerakan nilai tukar Rupiah per US Dollar tidak mempengaruhi volatilitas indeks saham Kompas100.

Saran

Adapun saran mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagi pelaku industri

1. Perusahaan harus senantiasa memperhati- kan tren perubahan atau pergerakan struktur dari industri sebagai dasar untuk perumusan strategi dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

2. Perusahaan-perusahaan didalam industri sebaiknya meninjau kembali produk apa yang masih di impor dalam bentuk utuh dan mencoba untuk membuat produk tersebut guna memperluas pangsa pasar dan memperkeil ketergantungan impor.

3. Perusahaan-perusahaan juga sebaiknya segera melakukan peningkatan teknologi dan standar produk agar dapat mengurangi cost dan dapat lebih bersaing di ruang lingkup yang lebih luas. Terlebih produk

spareparts, yang sebagian produknya masih bergantung pada impor.

Bagi Pemerintah

1. Selain membuat regulasi pembatasan impor kendaraan dalam bentuk unit atau Component Built up (CBU), pemerintah juga harus mengurangi batas impor baik berupa ban maupun sparepart, serta menekan peningkatan standar industri komponen yang berujung pada peningkatan teknologi.

2. Pemerintah sebaiknya segera melakukan perencanaan program pembangunan dan regualsi terkait Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) guna mempersiapkan berjalannya program mobil listrik di Indonesia. Selain itu guna menanggulangi kemunduran industri sparepart dalam era kendaraan listrik, maka pemerintah sebaiknya segera mengambil tindakan untuk menanggulanginya. Untuk industri ban sebaiknya pemerintah memberikan regulari terkait tren ban masa depan, agar industri ban Indonesia tetap dapat bersaing dengan ban luar negeri.

Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Menambah indikator pada variabel struktur dan kinerja

2. Menambahkan variabel perilaku (Conduct) dengan melihat kaitannya antara Struktur-Perilaku-Kinerja.

DAFTAR REFERENSI

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2010.

Dasar-dasar Manajemen Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat.

Keown, Arthur J dkk. 2011. Manajemen Keungan:Prinsip dan Penerapan.

Indonesia: PT Indeks..

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Indone- sia: Erlangga

Rismayani, Risris dan Pramudiana, Yudi. 2013.

Highlight Anatomi dan Dinamika

Industri Semen Indonesia. Bandung:

Alfabeta.

Rismayani, Risris dan Pramudiana, Yudi. 2013.

Pemetaan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Semen Indonesia. Jurnal Manajemen Indonesia, 12 (4): 258-264.

Wulansari, Novi Eka dkk. 2015. Study on Structure and Performance of Telecommunication Services Industry in Indonesia. Conference of Telecommuni- cation, Media and Internet Techno- Economics (CTTE), 1-8.

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, there should be seeking of ways to support the SMEs in which the current legal measures or regulations related to the lending approval should be revised for the benefits