• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG

ARTIKEL ILMIAH

RISA ANGGRAINI NPM 11080155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)
(3)
(4)

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG

Risa Anggraini1, Upit Yulianti, M.Pd2, dan Suci Dwinitia, M.Pd3,

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2,3Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan cerita rakyat Batu Takuluak mulai dilupakan, hingga banyak anak-anak dan kaum muda tidak lagi mengetahui tentang adanya cerita rakyat di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal tersebut terjadi karena penutur cerita rakyat Batu Takuluak mulai langka dan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi juga mengakibatkan banyak yang telah melupakan nilai-nilai dan fungsi yang terdapat dalam sastra lisan cerita rakyat Batu Takuluak pada masyarakat Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan fungsi cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, studi pustaka, wawancara, dan merekam data yang disampaikan oleh informan. Informan penelitian ini berjumlah lima orang. Latar penelitian ini di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Entri penelitian ini cerita rakyat Batu Takuluak. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini terlibat langsung dalam mengambil data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa struktur cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung meliputi: (a) penokohan, Tokoh utama adalah Siti Bahari, berwatak sombong dan durhaka pada ibu, tokoh sampingan adalah Amaimana, berwatak penyabar, Sangkak Kojan berwatak sombong dan takabur, dan Sabariah berwatak pengasih. (b) alur cerita Batu Takuluak yaitu alur konvensional, (c) latar, di Nagari Aie Angek Tanggalo, di Sitombang, Kik Nayi, pada zaman dahulu, dan mengambarkan susasana bahagia haru, sedih dan tegang, (d) sudut pandang, mengunakan teknik dia-an, (f) tema cerita adalah karma, (g) amanat yang dapat diambil dalam cerita ini jangan pernah menyakiti hati seorang ibu, karena bisa celaka, jangan menyia-nyiakan seorang ibu, karena cinta dan kasih sayangnya tidak akan pernah tergantikan. dan kesombongan dan keserakahan pada hakikatnya hanya akan merugikan diri sendiri. Fungsi cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung yaitu: (1) sebagai sarana hiburan, (2) sebagai sarana dakwah, (3) sebagai sarana pendidikan, (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi anggota kolektifnya.

Kata Kunci : Struktur dan Fungsi, Cerita Rakyat, Batu Takuluak

(5)

STRUCTURE AND FUNCTION OF FOLKLORE IN NAGARI AIE ANGEK BATU TAKULUAK AT SIJUNJUNG DISTRICT IN SIJUNJUNG REGENCY

Risa Anggraini1, Upit Yulianti, M.Pd2, dan Suci Dwinitia, M.Pd3,

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2,3Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the presence of folklore Batu Takuluak into history, to many children and young people are no longer aware of the existence of folklore in their neighborhood. This happens because the speaker folklore Batu Takuluak scarce and the times and technological advances that have caused many to forget the values and functions contained in the oral folklore literature on public Batu Takuluak Aie Angek at Sijunjung district in Sijunjung regency. This study aimed to describe the structure and function of folklore in Nagari Aie Angek Batu Takuluak at Sijunjung District in Sijunjung Regency. The research is a qualitative study using descriptive methods. Data were collected through observation, literature review, interviews, and recording data submitted by the informant. The informants of five. This research background in Nagari Aie Angek at Sijunjung District in Sijunjung Regency. This study entry Batu Takuluak folklore. The presence of investigators in this research were directly involved in retrieving data.

Based on the results of this study concluded that the structure of the Batu Takuluak folklore in Nagari Aie Angek at Sijunjung District in Sijunjung Regency include: (a) characterizations, The main character is Siti Bahari, arrogant and perfidious character of the mother, the side characters are Amaimana, patient disposition, character Sangkak Kojan overbearing and arrogant, and Sabariah loving character, (b) the storyline Batu Takuluak namely conventional groove, (c) the background, in Nagari Aie Angek Tanggalo, in Sitombang, Ki Nayi, in ancient times, and the portrait of a happy atmosphere of emotion, sad and tense, (d) point of view, using techniques Dia- an, (f)the theme of the story is karma, (g) the mandate that can be taken in this story never hurt a mother, because it could get hurt, do not waste a mother, because of the love and affection will never be replaced. and arrogance and greed in essence will only hurt yourself. Function folklore Batu Takuluak in Nagari Aie Angek at Sijunjung District in Sijunjung Regency namely: (1) as a means of entertainment, (2) as a means of propaganda, (3) as a means of education, (4) as a means of coercion and supervisors so that society's norms adhered to its collective members

.

Keywords: Structure and Function, Batu Takuluak, Folklore

(6)

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang beragam setiap daerahnya.

Kebudayaan tercipta karena manusia hidup bermasyarakat, bergaul, sesuai dengan daerah dan tradisi yang dianutnya. Budaya-budaya daerah merupakan kebanggaan dari suku bangsa yang menghuni daerah tersebut. Perbedaan kebudayaan suatu daerah tidak hanya meliputi bahasa daerah, pakaian adat, dan rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi tradisi lisan juga dapat memberikan gambaran tentang suatu budaya masyarakat tertentu. Salah satu kebudayaan yang terdapat di Indonesia adalah kebudayaan Minangkabau. Hasil kebudayaan Minangkabau diantaranya: (1) tarian-tarian dan nyanyian, (2) seni pertunjukan seperti: randai, saluang, rabab, selawat dulang, (3) upacara-upacara adat seperti: perkawinan, kematian, batagak penghulu.

Di dalam kurun waktu yang lampau sebelum manusia mengenal tulisan (aksara) segala sesuatunya dilakukan dengan secara lisan termasuk proses pewarisan budaya dan tradisi seperti pewarisan cara hidup, karya sastranya, kepercayaan, upacara adat (ritual), sistem pengetahuan, dan sebagainya. Proses pewarisannya secara lisan itulah kemudian dikenal dengan istilah tradisi lisan.

Segala bentuk cara hidup, pola pikir, adat kebiasaan, dan banyak lagi disampaikan secara lisan dan turun temurun serta hanya mengandalkan daya ingatan manusia saja karena hal itulah budaya (tradisi lisan) menjadi unik.

Sastra lisan adalah bagian dari tradisi lisan. Sastra lisan meliputi prosa dan puisi. Sastra lisan disampaikan secara lisan dari seorang pencerita kepada seorang atau sekelompok pendengar dan diwariskan secara turun-temurun. Sastra lisan memiliki nilai-nilai yang berguna untuk kehidupan masyarakat dalam suatu daerah untuk kehidupan yang lebih baik.

Perkembangan sastra lisan tidak pesat apabila dibandingkan dengan perkembangan sastra tulis. Bentuk sastra lisan Minangkabau salah satunya adalah cerita rakyat. Cerita rakyat umumnya dikisahkan dengan menggunakan bahasa daerah untuk menyampaikan pesan dalam cerita. Salah satu cerita rakyat yang terdapat di Minangkabau adalah Batu Takuluak, sastra lisan ini merupakan cerita rakyat milik masyarakat nagari Aie Angek, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.

Batu Takuluak tergolong dalam legenda setempat.

Cerita rakyat Batu Takuluak mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya yaitu bernama Siti Bahari. Siti Bahari yang durhaka pada akhir cerita dia terkubur di tengah jalan dan yang tertinggal di permukaan tanah hanya Takuluak yang dipakainya, Takuluak tersebut akhirnya menjadi batu yang kemudian dinamakan Batu Takuluak oleh masyarakat setempat.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung, keberadaan cerita rakyat Batu Takuluak mulai dilupakan, hingga banyak anak-anak dan kaum muda tidak lagi mengetahui tentang adanya cerita rakyat di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal tersebut terjadi karena jumlah penutur cerita rakyat Batu Takuluak mulai langka dan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi juga mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai- nilai dan fungsi yang terdapat dalam sastra lisan cerita rakyat Batu Takuluak pada masyarakat Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung sehingga masyarakat khususnya kaum muda kurang peduli terhadap budaya sendiri.

Sastra lisan seperti cerita rakyat memiliki manfaat yang banyak bagi masyarakat pendukungnya, karena memiliki pendidikan dan moral yang bermanfaat hal ini sesuai dengan pendapat ahli Yundiafi dkk (2002:5) menyatakan bahwa sastra lisan seperti cerita rakyat berisi nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai luhur tersebut merupakan petuah, petunjuk, nasihat, pendidikan, amanat, dan teladan. Sedangkan fungsi sastra lisan menurut Bascom dalam Danandjaya (1991:19) ada empat fungsi seperti teori berikut ini. (1) Sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai pencermin angan-angan suatu kolektif. (2) Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. (3) Sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device). (4) Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, bukan tidak mungkin kelak cerita rakyat Batu Takuluak akan punah. Hal ini berarti bahwa struktur atau yang membangun cerita Batu Takuluak tidak dapat diketahui dan fungsi yang terdapat dalam sastra lisan itu pun ikut punah dan tidak dapat dikembangkan serta dimanfaatkan bagi kehidupan mendatang.

Media penyebarluasan cerita rakyat Batu Takuluak juga tidak berfungsi dengan baik, seperti di rumah orang tua tidak lagi bercerita tentang Batu Takuluak kepada anak-anaknya, dan begitu juga di surau.

(7)

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penelitian tentang cerita rakyat Batu Takuluak perlu dilakukan agar dapat dilestarikan sebagai khazanah sastra lisan nusantara. Selain itu, cerita rakyat Batu Takuluak hendaknya dapat menarik simpati masyarakat terutama generasi muda agar dapat menjaga dan melestarikan cerita rakyat Batu Takuluak.

Peneliti ini mengkaji tentang struktur dan fungsi cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Alasan memilih struktur dan fungsi supaya masyarakat atau generasi muda mengetahui cerita Batu Takuluak ini secara lengkap. Struktur dan fungsi cerita dari cerita rakyat itu erat kaitannya dengan relevansi terhadap penggalian, pemeliharaan, dan pelestarian budaya daerah, khususnya di Nagari Aie Angek dan menambah khazanah sastra daerah Indonesia.

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut, pertama mendeskripsikan Struktur Cerita cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. kedua Mendeskripsikan fungsi cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini berdasarkan teori yang berhubungan dengan: (1) hakikat folklor, (2) cerita prosa rakyat, (3) Struktur cerita prosa rakyat, dan (3) fungsi cerita prosa rakyat.

II. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu keadaan secara objektif (Moleong, 2010:23). Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan tentang Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Informan penelitian ini berjumlah lima orang. Latar penelitian ini di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Entri penelitian ini cerita rakyat Batu Takuluak. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini terlibat langsung dalam mengambil data. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alat-alat untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data seperti, (1) alat perekam (tape recorder) dan peralatan tulis lainnya, dan (2) daftar pedoman wawancara. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, studi pustaka, wawancara, dan merekam data yang disampaikan oleh informan. Teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman ke dalam bentuk bahasa tulis, (2) menerjemahkan data berbahasa Minangkabau ke dalam bahasa Indonesia, (3) menganalisis data untuk menemukan struktur dan fungsi cerita rakyat Batu Takuluak berdasarkan teori-teori yang relevan, (4) menulis kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, dan (5) menulis laporan berdasarkan hasil peneliti.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pada Struktur dan fungsi cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Data tersebut diperoleh dari lima informan yang mengetahui cerita rakyat Batu Takuluak secara keseluruhan dan mengenal keadaan kampung dan alam sekitarnya. Diantara ketiga infoman, pada dasarnya tidak terjadi perbedaan isi dan amanat yang terkandung dalam cerita, yang membedakan hanya pada gaya penceritaannya, seperti adanya penggunaan kata adat, yang bertujuan untuk memperjelas maksud dan penggunaan kata yang berulang-ulang.

1. Struktur Cerita Rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Pengkajian struktur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis struktural, yaitu pengkajian yang menitikberatkan pada aspek yang langsung membangun karya itu sendiri, bukan dari luar karya sastra. Pengkajian struktur dalam penelitian ini dikhususkan pada aspek penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema dan amanat.

Penokohan adalah penggambaran tokoh dan watak atau karakter tokoh dalam sebuah cerita. Sesuai dengan pendapat Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:165), menyatakan bahwa tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu cerita atau drama yang ditaksirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Watak atau sifat tokoh dapat digambarkan secara lansung dalam cerita atau dialog antar tokoh. Dalam cerita rakyat, baik mite, legenda, atau dongeng. Tokoh meliputi tokoh utama dan sampingan. Tokoh utama adalah tokoh yang sering muncul dalam cerita, sedangkan tokoh sampingan tokoh yang ikut hadir untuk mendukung jalannya cerita.

(8)

Sesuai dengan pendapat ahli tersebut tokoh cerita Batu Takuluak terdiri tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama adalah Siti Bahari, karena Siti Bahari tokoh yang sering muncul dalam cerita, sedangkan tokoh sampingan yaitu Amaimana (Ibunya Siti Bahari) hadir sebagai pendukung jalannya cerita, dapat dilihat dari kehadirannya dalam cerita di mana ada tokoh Siti Bahari. Tokoh sampingan lainnya yaitu Sangkak Kojan, dan Sabariah sebagai pendukung jalannya cerita.

Muhardi dan Hasanuddin (1992:24), dalam hal penokohan termasuk penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter. Sesuai dengan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Siti Bahari berwatak sombong, karena kecantikannya, Siti Bahari tidak mau membawa ibunya masuk karena Siti Bahari malu untuk berdekatan dengan ibunya yang memakai pakai yang lusuh dan seperti tidak terurus, bukti kutipan yang menggambarkan hal tersebut. dak omuo nyo momba de karono awak gengsi, lah ancak, coga dak omuo mamba, malu mandokok- dokok jo andek lah tu mangalebaian taka tu de (dia tetap tidak mau membawa ibunya karena dia gengsi, cantik, dia malu untuk berdekatan dengan ibunya yang sudah tua dan memakai pakaian yang lusuh dan seperti tak terurus).

Siti Bahari juga malu untuk membawa padi karena takut pakaiannya rusak, bukti dalam kutipan “Ko padi ndek, ba dek andek den dak mba padi ge de, usak pakaian den den, kumuo pakayan den dek” (“Ini padinya bu, bawalah oleh ibu padi ini, rusak pakaian saya nanti, bisa kotor pakaian saya.”) dan dia juga durhaka pada ibunya, Siti Bahari memperlakukan ibunya sangat tidak wajar yaitu tidak ingin berdekatan dengan ibunya sendiri. Bukti dalam kutipan “malu mandokok- dokok jo andek lah tu mangalebaian taka tu de.” (malu untuk berdekatan dengan ibunya yang sudah tua dan memakai pakaian yang cobang camping). dan memberi ibunya makan di tempurung kelapa. Bukti dalam kutipan “Jadi tibo di bawah dek Siti Bahari tadi nasi nan di sondukan dek Sabariah tadi lah nyo tukau di sayak kok ayiu di tekong dek nan Sabariah lah nyo lotakan lo ka sayak.” (setiba di bawah nasi di piring yang diambilkan oleh Sabariah di ganti oleh Siti Bahari dengan tempurung kelapa, begitupun air yang di berikan di gelas diganti juga dengan tempurung kelapa).Dapat dilihat bahwa tokoh Siti Bahari anak yang durhaka pada ibunya, karena begitu tega memperlakukan ibunya sendiri dengan memberi makan di tempat yang tidak seharusnya dan di akhir cerita Siti Bahari mendapat hukuman dari Allah atas perbuatannya. Sikap tokoh Siti Bahari bisa jadi pembelajaran agar tidak durhaka pada orang tua.

Tokoh Amaimana (ibunya Siti Bahari) dalam cerita ini memiliki watak penyabar, terbukti meskipun tidak boleh ikut masuk dan diberi makan di tempurung kelapa namun, Amaimana tetap sabar dengan mengikuti keinginan anaknya. Bukti dalam kutipan “dek andek tadi nampak, dek powuik lah lapau jie wang dek lah awi walaupun bakpo bonau di sayak nau dilotakan dek anak namun nan ayiu ka diminum je dek andek, kok nasi ka dimakan je nyie, pokok lapau lah lopeh awiu lah poeh itu je cando dek andek. (karena lapar walaupun di tempurung kelapa pun diberikan nasi tetap dimakan oleh ibunya, walau di tempurung kelapa air yang diberikan tetap diminumnya, yang penting labar terobati dan haus juga hilang). Terlihat bagaimana sikap seorang ibu terhadap anaknya walau bagaimanapun perlakuan seorang anak terhadap dirinya, Amaimana tidak memarahi anaknya. Dia tetap makan makanan yang diberikan sang anak dan memilih sabar.

Tokoh Sangkak Kojan memiliki watak yang sombong dan takabur, terbukti Sangkak Kojan merasa dia paling kaya, suka menjual dan menggadai hingga akhirnya jatuh miskin. Bukti dalam kutipan “...Kok dicoliak cando ka Sangkak tadi nampak tu ma, wak dek wang kayo godang hinggo nyo sifat takobu jo sombong lah tibo, dak do lo uwang pado awak lai d, hinggo nyo tu ma untuk tompek malayiin iduik ka nyo tu, tompek bakondak lah dek uwang kampung, nogowi tu lah namo nampak samaso itu. Yo tu ma kalau dek nyo tu dek ka takobu hinggo nyo tu ma kojo nyie, lolok, makan,lolok makan, balanjo tu. Maklumlah wang kayo lah ka namo, sifat nyo tu ma manjao, mangadai bakpituah wang tu ma, lah dak bektu nau kojo de lawik di timbo lah ka koying, apo lagi haroto nan ado ka diabiahan, nyo tu bonaulah ma abihan je nan omuo nyie, mangadai manjao itu lah dek nyo.” (Jika dilihat kehidupan Sangkak Kojan, karena orang sangat kaya hingga sifat sombong dan takabur sudah terlihat pada dirinya, merasa tidak ada orang yang lebih dari dia (Sangkak Kojan). Biasanya untuk tempat meminta pertolongan oleh orang kampung pada masa itu, namun karena dia orangnya takabur hingga kerjanya hanya tidur, makan, dan berbelanja.

Hingga terlihat sifatnya yang suka menjual dan menggandai seperti kata orang tua, “kalau kita

(9)

tidak kerja yang benar, laut saja dikuras bisa kering, apa lagi harta yang ada dihabisi” itulah sifat dari dia (Sangkak Kojan)).

Dapat dilihat dari sikap Sangkak Kojan yang takabur dan sombong tersebut pada akhirnya hanya akan merugikan diri sendiri. Bagi orang yang tidak mau berkerja keras, hanya mengandalkan harta yang ada untuk dijual, tentulah tidak baik dicontoh karena harta tanpa ada pengelolaan yang baik akan habis. Sikap merasa diri paling kaya dan sombong juga akan merugikan diri sendiri.

Tokoh Sabariah dalam cerita ini, memilki watak pengasih, terbukti Sabariah membatu Amaimana dan Siti Bahari dengan memberi padi. Bukti dalam kutipan “Nan padi ko piak a dak ka jalan utang dek den ma piak, den agiah je nyie sobuik jalan utang jo apo dek kau pamayiu dek tontoan suok, jadi batali kito dek di akhirat dek kok tanamo manyiliah de kau tapi kau lai tanamo bagiah kito dak do batali lai de dunia akhirat lai de. Dek sangkuik pawuik dek utang-piutang lai de. kini jan sobuik utang dek kau lai, den agiah je kau padi ko ma nan sapuluah gantang ko.”

(Padi ini bukanlah atas nama utang saya berikan pada mu Piak, saya berikan sebab jika atas nama utang dengan apa kamu membayarnya nanti, jadi bisa berkaitan kita di akhirat kalau atas nama utang, tapi jika atas nama pemberian kita tidak ada berkaitan di dunia maupun di akhirat, karena utang-piutang. Jadi jangan disebut utang oleh mu, karena padi sepuluh gantang tersebut atas nama pemberian oleh saya). Dalam hidup bermasyarakat sudah seharusnya saling membantu sesama, kaya membantu yang miskin. Sikap dari Sabariah menjadi contoh bagaimana hidup dalam masyarkat, yaitu menolong orang yang sedang kesusahan.

Alur merupakan urutan peristiwa dalam cerita, hal ini sesuai dengan pendapat Muhardi dan Hasanuddin (1992:28) menyatakan alur adalah hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa atau sekelompok peristiwa yang lain. Menurut Muhardi dan Hasanuddin, (1992:29) karakteristik alur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konvensional dan inkonvensional.

Alur konvensional adalah urutan suasana atau situasi awal, sampai pada tahap konflik, hingga tahap klimaks, dan berakhir pada situasi menurun, yakni penyesalan. Artinya peristiwa yang disajikan lebih dulu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang hadir sesudahnya, peristiwa yang muncul kemudian menjadi akibat dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya. Sedangkan alur inkonvensional adalah kebalikan dari alur konvensional yakini peristiwa yang diceritakan kemudian menjadi penyebab dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya, atau peristiwa yang diceritakanlebih dahulu menjadi akibat dari peristiwa yang diceritakan sesudahnya.

Sesuai dengan pendapat tersebut alur yang ditunjukan dalam cerita rakyat Batu Takuluak ini adalah alur konvensional, yaitu peristiwa yang disajikan lebih dahulu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang hadir sesudahnya. Hubungan antar peristiwa bersifat kausalitas karena hubungan yang satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan sebab-akibat. Peristiwa dimulai dengan keadaan keluarga yang sangat kaya, hingga menjemput kemanakan untuk membantu memelihara harta yang ada kemenakan tersebut bernama Sabariah. Sangkak Kojan suka menjual dan menggadai hingga keluarga tersebut jatuh miskin. Sabariah menebus semua harta yang tergadai dan terjual. Amaimana dan Siti Bahari pergi meminjam padi ke rumahnya Sabariah. Siti Bahari durhaka pada ibunya, tidak memperbolehkan ibunya untuk masuk ke dalam rumah dan Siti Bahari memberi ibunya nasi di tempurung kelapa. Siti Bahari menyuruh ibunya untuk membawa padi karena dia takut pakainnya kotor. Akhirnya Siti Bahari disumpahi jadi batu oleh ibunya dan perkataan ibunya dikabulkan oleh Tuhan.

Latar adalah gambaran tentang tempat, waktu dan suasana dalam cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) mengemukakan bahwa latar memperjelas suasana, tempat, dan waktu peristiwa itu berlaku. Sesuai dengan pendapat di atas bahwa latar memperjelas tempat peristiwa itu berlaku. Latar tempat yang ditampilkan dalam cerita rakyat Batu Takuluak secara umum terjadi di kenagarian Aie Angek. Di Tanggalo, bukti dalam kutipan “Ado kejadian dulu di Tanggalo tan a sangkek dek sayi de...” (Ada kejadian zaman dahulu di Tanggalo...” di Sitombang, bukti dalam kutipan “...mangko lah bajalan lah nyo manjopuik dunsanak nan pasukuan tadi dek ka Sitombang de...” (maka pergilah dia (Sangkak Kojan) menjemput saudara satu suku ke Sitombang...). Di Kik Nayi adalah tempat terjadinya peristiwa- peristiwa secara khusus dalam cerita.

Untuk latar waktu, sesuai dengan pendapat tersebut latar waktu cerita ini terjadi pada zaman dahulu bukti dalam kutipan “...Ado kejadian dulu di Tanggalo tan a sangkek dek sayi

(10)

de...”(Ada kejadian zaman dahulu di Tanggalo...), meskipun terjadi zaman dahulu akan tetapi secara tersirat berlangsung sesuai pergerakan tokoh.

Untuk latar suasana, dapat dilihat bagaimana suasana yang tergambar dalam cerita. hal ini sesuai dengan pendapat ahli di atas bahwa suasana yang tergambar dalam cerita rakyat Batu Takuluak adalah suasana bahagia, haru, sedih dan tegang. Suasana bahagia adalah saat keluarga Sangkak Kojan dalam keadaan kaya. Bukti dalam kutipan “Uwang nan sagalo ado lah ka namo.

Kok sobuik ka kayo di daerah Tanggalo de sangkek tu yo tampek bakondak dek uwang cando Sangkak Kojan de, sahinggo nyo tu dek Sangkak Kojan de nampak dak takandalian dek haroto lai de.” (Namanya saja orang kaya. Jika bicara tetang kekayaan pada waktu itu, memang tempat untuk meminta pertolongan oleh orang kepada Sangkak Kojan. Hingga harta yang ada tidak mampu untuk dikendalikan oleh Sangkak).

Suasana haru adalah saat keluarga tersebut jatuh miskin. Bukti dalam kutipan “...namun nan tibo di nyo bangsaik makan saayi je lah payah, kecek ka makan tigo kali saayi lai, makan saayi je lah payah nyo macayi karono haroto lah abih bajao bagadaian...” (namun saat dia miskin jangankan makan tiga kali dalam satu hari, satu kali dalam sehari saja sudah susah, karena hartanya sudah habis terjual dan tergadai).

Suasana sedih tergambar saat Siti Bahari memberikan nasi pada ibunya dengan tempurung kelapa, dan menyuruh ibunya membawa padi. Bukti dalam kutipan “Kini kok dak ka umuo kau mba andek kau d nanyik, ba lah nasi de ka bawah lah die sonduk ka pinggan.” Dek Sabariah tadi. Jadi lah nyo ontoan ka bawah dek anak tadi. Jadi tibo di bawah dek Siti Bahari tadi nasi nan di sondukan dek Sabariah tadi lah nyo tukau di sayak, kok ayiu di tekong dek Sabariah lah nyo lotakan lo ka sayak.” (Kalau memang kamu tidak ingin membawa ibu mu masuk ke rumah, bawahkan nasi untuknya ke bawah.” Nasi diambilkan di piring oleh Sabariah. Nasi tersebut diantarkan ke bawah oleh Siti Bahari, jadi setiba di bawah, nasi di piring yang diambilkan oleh Sabariah diganti oleh Siti Bahari dengan tempurung kelapa, begitu pun air yang diberikan di gelas diganti juga dengan tempurung kelapa).

Suasana tegang adalah saat Siti Bahari tengelam secara berlahan dan dibiarkan oleh ibunya hingga akhirnya tinggal Takuluak nya yang kemudian menjadi batu. Bukti dalam kutipan

“Sudah hampir sampai telinga saya bu, ambil Takuluak saya bu.” Kata Siti Bahari. namun ibunya tetap menjawab. “Biar sajalah, sampai Takuluak mu, saya bukan ibumu, saya hanya orang jelekmu, biar jadi batu bersamamu.”

Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhardi dan Hasanudin (1992:32-33) sudut pandang adalah suatu cara bagi pembaca untuk mendapatkan informasi-informasi fiksi, sedangkan pusat pemisahan adalah suatu cara bagi pengarang dalam menyampaikan informasi fiksi. Biasanya informasi dikemukakan pengarang dengan teknik dia-an dan teknik aku-an. Teknik dia-an adalah pengarang menceritakan tokoh- tokoh ceritanya dengan anggapan bahwa tokoh itu merupakan orang ketiga dalam teknik berkomunikasi, artinya pengarang berada di luar tokoh-tokoh ceritanya itu. Teknik aku-an adalah pengarang menempatkan dirinya sebagai orang pertama dalam berkomunikasi atau menjadikan dirinya sebagai atau seolah-olah tokoh utama dalam cerita, artinya pengarang ada dalam cerita.

Sesuai dengan pendapat tersebut sudut pandang cerita rakyat Batu Takuluak menggunakan teknik dia-an, Hal ini terlihat dari penyebutan nama tokoh saat menyampaikan cerita. Penutur dalan memaparkan cerita rakyat Batu Takuluak menggunakan bahasa Minang dialek Aie Angek dan terdapat dialog sebagai penunjang cerita.

Tema merupakan pokok pikiran atau topik cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhardi dan Hasanuddin (1992:38), tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya, sedangkan amanat adalah opini, kecendrungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakannya. Dalam karya sastra lisan, tema sering biasanya berkisah pada pertentangan antara yang baik dan yang buruk. Amanat dapat terjadi lebih dari satu, asal semuanya terkait dengan tema. Sesuai dengan pendapat tersebut tema cerita rakyat Batu Takuluak adalah karma (balasan terhadap anak yang durhaka kepada ibu). Amanat yang terdapat dalam cerita rakyat ini adalah: (1) Jangan pernah menyakiti hati seorang ibu, karena kita bisa celaka. (2) Jangan menyia-nyiakan seorang ibu, karena cinta dan kasih sayangnya tidak akan pernah tergantikan.(3) Kesombongan dan keserakahan pada hakikatnya hanya akan merugikan diri sendiri.

(11)

Fungsi dalam suatu cerita dapat dilihat bagaimana masyarakat meimplikasikan pesan yang ada dalam cerita untuk kehidupannya. Hal ini sesuai dengang pendapat Danandjaya (1991:4) mengemukakan bahwa apapun jenis folklor memiliki fungsi atau kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Secara umum cerita rakyat sebagai bagian dari folklor memiliki fungsi sebagai pelipur lara, protes sosial, penghibur, pencela orang lain, media dakwa, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan pendapat ahli tersebut Bascom (dalam Danandjaya 1991:19) menyatakan folklor lisan memiliki empat fungsi utama, yaitu: (a) sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai pencermin angan-angan suatu kolektif, (b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device), dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Bagi masyarakat di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung, cerita rakyat Batu Takuluak memiliki fungsi, yaitu sebagai sarana hiburan, sarana dakwah, sarana pendidikan anak, alat pemaksa dan pengawas.

2. Fungsi Cerita Rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Cerita dapat berfungsi sebagai sarana hiburan, hal ini sesuai dengan pendapat tersebut bahwa secara umum cerita rakyat sebagai bagian dari folklor memiliki fungsi sebagai penghibur.

Cerita rakyat dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi masyarakat, terutama pada masa lalu. Pada masa lalu, masyarakat masih belum tersentuh teknologi seperti saat ini, sehingga hiburan yang paling dinanti adalah berkumbul bersama dengan anggota masyarakat yang lain atau dengan keluarga kemudian saling bercerita. Bukti tuturan informan “Ko carito sangkek den dek sayi, sangkek kami kenek-kenek jie kau ma, tu a hiburan nan ka lolok dicaritoan-caritoan dek inyiek kami na a, Kalau memang carito tu, yo maklumlah hiburan lum banyak taka kini lai. Itu lah hiburan manjolang makik mato takantuk nyie na a.” (Cerita ini zaman dahulu, zaman kami kecil- kecil dahulu. Hiburan menjelang kami tidur diceritakan oleh nenek kami. Maklumlah hiburan belum banyak seperti sekarang. Itulah (Cerita Batu Takuluak) hiburan menjelang mata mengantuk).

Cerita berfungsi sebagai sarana dakwah, hal ini sesuai dengan pendapat tersebut bahwa secara umum cerita rakyat sebagai bagian dari folklor memiliki fungsi sebagai media dakwah.

Cerita rakyat Batu Takuluak dapat disampaikan dalam sebuah majelis atau pertemuan yang berlatar agama. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan. Informan mendengarkan cerita ketika selesai mengaji di Surau (Mushala). Setiap pelajaran akidah, guru menyelipkan cerita-cerita yang berisi nilai moral dan pendidikan, di samping cerita nabi dan rasul. Apa lagi bukti peninggalan cerita ini masih dapat disaksikan di dekat tempat tinggal mereka. Hal ini tentu menjadi sarana yang cukup efektif untuk membentuk pribadi anak ke arah yang lebih baik.

Dengan demikian, cerita rakyat Batu Takuluak dapat menjadi salah satu sastra lisan yang membantu syariat.

Cerita berfungsi sebagai sarana pendidikan anak, hal ini sesuai dengan pendapat di atas folklor lisan memiliki fungsi sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device). Fungsi sebagai pendidikan anak mampu mengarahkan dan mendidik generasi muda menjadi generasi yang berakhlak mulia sebab di dalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, seperti mengajarkan bagaimana sikap seorang anak terhadap orang tua, terutama ibu. Apabila hati seorang ibu tersakiti, maka Tuhan akan memberi ganjaran yang setimpal dengan apa yang diperbuat. Bukti dalam kutipan “Untuk mandidik anak wak, supayo jan doko, jan malawan ka induak.” (Untuk mendidik anak kita, supaya jangan durhaka, jangan melawan kepada ibu).

Cerita rakyat Batu Takuluak dapat berfungsi sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektifnya, hal ini sesuai dengan pendapat di atas bahwa cerita rakyat Batu Takuluak mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam menjalani kehidupan, sehingga setiap tindakan mereka terkontrol dan tetap berada dalam kaidah yang benar. Artinya, cerita rakyat dapat mengendalikan perilaku masyarakat agar selalu dalam kaidah kemasyarakatan yang sudah ada secara konvensional.

Bukti dalam kutipan “Cando manjau mangadai harto tuo, Dak ka kukuik jayi awak lah namo tu a. Dak buliah di jao digadaian haroto nan tuo ko de. Jadi sifat takobu dak buliah, manjoa mangadai dak buliah de.” (Seperti menjual dan mengadai harta pusaka, kalau tidak didapatkan

(12)

oleh kerja keras kita, tidak boleh dijual dan digadaikan harta pusaka itu. Jadi sifat takabur tidak boleh, menjual dan mengadai juga tidak boleh). Selain itu, isi cerita sesuai dengan ajaran agama Islam yang menyuruh untuk berbakti kepada orang tua, terutama ibu. Dalam Islam, Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Hal itu menandakan kedudukan ibu tinggi di mata Allah Swt, bahkan ridho Allah Swt, tergantung ridho orang tua. Dengan demikian, isi cerita dapat mengendalikan perilaku masyarakat agar tetap berada dalam kaidah yang benar. Bukti dalam kutipan Dak bisa kito nak malawan ka wang tuo de. Bisa nyo kito tu nyie diagiah hukuman dek Tuhan, yo manjadi batu kalau malawan de dek. (Kita tidak bisa durhaka kepada orang tua, bisanya kita kalau durhaka akan diberi hukuman oleh Tuhan, ya bisa menjadi batu kalau kita durhaka).

Secara keseluruhan cerita rakyat Batu Takuluak dapat dijadikan sebagai aset budaya dan untuk penanaman nilai-nilai positif dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan beragama di masa lalu. Ditambah adanya benda sebagai bukti bahwa cerita rakyat Batu Takuluak adalah suatu kebenaran.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, struktur cerita rakyat Batu Takuluak di nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan struktur instrinsik yaitu sebagai berikut ini. Penokohan, Tokoh utama yaitu Siti Bahari, berwatak sombong dan durhaka, sedangkan tokoh sampingan Amaimana (Ibunya Siti Bahari) berwatak penyabar, Sangkak Kojan, Sombong dan takabur, dan Sabariah berwatak pengasih. Alur, cerita Batu Takuluak menggunakan alur konvensional. Latar, cerita rakyat Batu Takuluak Latar tempat terjadinya peristiwa secara umum adalah di nagari Aie Angek, sedangkan tempat terjadinya peristiwa secara khusus antara lain di Tanggalo, di Sitombang, dan di Kik Nayi. Untuk latar waktu, cerita ini terjadi pada zaman dahulu. Latar suasana terdapat suasana bahagia, haru, sedih dan tegang. Sudut pandang cerita menggunakan teknik dia-an. Tema cerita rakyat Batu Takuluak adalaha karma. Amanat yang dapat ditangkap dalam cerita yaitu jangan pernah menyakiti hati seorang ibu, karena kita bisa celaka, Jangan menyia-nyiakan seorang ibu, dan kesombongan dan keserakahan pada hakikatnya hanya akan merugikan diri sendiri. Kedua, cerita rakyat Batu Takuluak di Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, sarana dakwah, sarana pendidikan anak, sabagai alat pemaksa dan pengawas agar norma–norma masyarakat dipatuhi anggota kolektifnya.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, dapat diketahui bahwa cerita rakyat Batu Takuluak mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan bermasyarakat, karena mnegandung nilai-nilai dan norma-norma kehidupan. Selain itu, melalui sastra daerah tercemin gambaran budaya yang dianut masyarakat tersebut. Oleh karena itu, cerita rakyat Batu Takuluak perlu dilestarikan. Tindakan ini penting mengingat para penutur semakin tua dan sehingga suatu saat cerita rakyat ini dapat hilang dalam ingatannya. Dengan demikian, peneliti mengemukakan saran pada berbagai pihak yang dianggap memiliki peranan penting dalam melestarikan cerita rakyat yang semakin hilang dalam masyarakatnya, antara lain. Pertama, penelitian ini diharapkan memperluas pengetahuan tentang sastra lisan khususnya cerita rakyat Minangkabau. Kedua, bagi pembaca hendaknya dapat memelihara dan melestarikan kebudayaan daerah, agar tidak tergeser oleh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa, selain itu, generasi muda juga diharapkan aktif dan giat untuk mencari dan mengetahui sastra lisan lainnya sebab dapat menjadi sumber yang sangat baik untuk melahirkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah.

Ketiga, bagi penulis hasil penelitian ini dapat memperdalam lagi pengetahuan penulis mengenai struktur dan fungsi ceita rakyat dalam kehidupan masyaratkat. Keempat, peminat dan peneliti sastra lisan, agar melakukan penelitian terhadap sastra lisan Minangkabau khususnya cerita rakyat secara lebih intensif untuk menjaga kelestarian dan kebertahanannya di masyarakat, serta untuk menyelamatkannya dari kepunahan.

V.KEPUSTAKAAN

Danandjaya, James. 1991. Foklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: PT.

Pustaka Utama Grafiti.

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhardi dan Hasanuddin. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang IKIP Padang Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(13)

Yundiafi, Siti Zahra dkk. 2002. Antologi Puisi Lama Nusantara Berisi Nasihat. Jakarta: Pusat Bahasa.

(14)

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)

Risa Anggraini NPM 11080155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(15)

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL ILMIAH

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG

Nama : Risa Anggraini

NPM : 11080155

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat

Padang, September 2016

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Upit Yulianti, M.Pd. Suci Dwinitia, M.Pd.

(16)

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT BATU TAKULUAK DI NAGARI AIE ANGEK KECAMATAN SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG

Nama : Risa Anggraini

NPM : 11080155

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institusi : SekolahTinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat

Padang, September 2016

Disahkan Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Upit Yulianti, M.Pd. Suci Dwinitia, M.Pd.

Diketahui Oleh:

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

sIswadi Bahardur, S.S., M.Pd.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Berapa besar biaya produksi, pendapatan dari usaha pengolahan kopi arabika dan untuk menganalisis nilai tambah yang