• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Al-Qur'an dan hadis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Studi Al-Qur'an dan hadis"

Copied!
444
0
0

Teks penuh

Pada tahun 2021 terdapat 95 lomba referensi dan buku teks yang masing-masing berisi 75 buku referensi dan 20 judul buku teks. Buku yang diperlombakan dan diterbitkan pada tahun 2021 adalah 75 buku referensi dan 20 buku teks untuk guru.

Posisi Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Pertama dalam Islam

Al-Quran merupakan sumber hukum yang paling penting, sehingga Al-Quran memuat aspek-aspek hukum yang mencakup berbagai bidang. 2 Abdul Latif, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Utama Hukum”, Jurnal Ilmiah Hukum dan Keadilan, Vol.

Posisi Hadis Sebagai Sumber Kedua dalam Islam

Hadis Berfungsi sebagai bayan al-Tafshil

58., lihat juga Danu Aris Setiyanto, Fungsi Hadits dalam Al-Qur'an Tahun 2014, yang dapat diakses di https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Hadith+function+ as + bayan +al-Muthlaq&btnG= 17 April 2021. 26., lihat juga Danu Aris Setiyanto, Fungsi Hadits dalam Al-Qur'an Tahun 2014 yang dapat diakses di https://scholar.google.com/scholar? hl= en&as_sdt =0% 2C5&q=Hadits+fungsi+as+bayan+al-Muthlak&btnG= 17 April 2021.

Hadis berfungsi sebagai Bayan al-Ta’kid 27

Dalam konteks ini, hadis mempunyai fungsi menguatkan hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam al-Quran. Dalam hal ini, sunnah adalah sama dengan mengulang-ulang apa yang difirmankan oleh al-Quran, maka sesuatu perbuatan itu mempunyai dua sumber hukum sekaligus, seperti firman Allah SWT., dalam QS.

Hadis berfungsi sebagai bayan al-Muthlaq atau bayan al-taqyid

Nabi bersabda: “Seseorang mendatangi Rasulullah dengan membawa pencuri, maka ia memotong pergelangan tangan pencuri tersebut.” Dalam cerita lain juga dijelaskan tentang besar kecilnya barang yang dicuri, sehingga pencuri harus dihukum dengan dipotong tangannya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa yang patut dihukum dengan potong tangan adalah pencuri yang mencuri barang senilai seperempat dinar atau lebih.

Hadis berfungsi sebagai bayan al-takhsis 33

Dalam konteks ini, hadits mempunyai fungsi untuk menetapkan (takhshis) kata-kata dalam Al-Qur'an yang masih bersifat umum ("amm"), seperti firman Allah SWT., dalam QS. Dalam konteks fungsi as-Sunnah sebagai bayan al-tasyri', tidak semua ulama bersepakat tentang fungsi as-Sunnah untuk menetapkan hukum-hukum baru selain yang terdapat dalam al-Quran.

Hadis berfungsi sebagai bayan al-naskh

Persoalan selanjutnya yang muncul adalah apakah ada hadis-hadis nabi mutawatir yang menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur'an. Kitab suci yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu tidak disebut Al-Qur'an melainkan mempunyai nama lain;

Ayat

Surat al-Mi‟un (ﻥوﺌملا=seratus), yaitu surat yang ayatnya terdiri dari sekitar 100 ayat atau lebih. Surah al-matsani (ﻰ نﺜملا) merupakan surah yang ayatnya panjang, namun berada di bawah al-mi'un (seratus ayat).

Nama dan Sifat Al-Qur’an

Kitab Allah ini dinamakan Al-Qur'an, artinya bacaan yang dibaca adalah untuk mengingat bahwa Al-Qur'an selalu dibaca oleh banyak orang. Nama lain Al-Quran ialah al-Kitab, jika dilihat dari sebab-sebab Al-Quran dinamakan al-Kitab. Nama lain dari al-Quran ialah Adz-Dzikr, yang bermaksud mengingat atau menyebut Nama Allah swt.

Artinya Al-Qur'an membahas tentang wujud pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta (al-khaliq), yaitu Allah SWT. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang membahas masalah muamalah, salah satunya terdapat dalam surat Al-Hujurat [49]: ayat 13. Akhlak merupakan salah satu isi Al-Qur'an yang sangat mendasar. Al-Qur'an, Keharusan Ajaran akhlak ini antara lain dapat dipahami dari sabda Nabi Muhammad SAW.

Hanya perlu dijelaskan bilangan ayat al-Quran yang berkaitan dengan masalah muamalah. Kehadiran sejarah atau kisah umat terdahulu dalam al-Quran dimaksudkan sebagai pengajaran bagi umat Islam masa kini. Salah satu kandungan utama ajaran al-Quran ialah asas ilmu iaitu ilmu.

Tahapan-tahapan Nuzul Al-Qur’an

Tahapan Pertama (dari Allah ke Lauh al-Mahfuzh) Terkait dengan diturunkannya Al-Qur‟an pada

Maksudnya: "Sesungguhnya yang mereka dustakan ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) di Lauh Mahfuzh.". Daripada firman Allah di atas menunjukkan bahawa Al-Quran berada di atas loh al-mahfuzh.

Tahapan Kedua (dari Lauh al-Mahfuzh ke Bayt al-

Proses penurunan al-Quran pada fasa kedua ini berlaku perselisihan pendapat di kalangan ulama. Al-Quran diturunkan secara keseluruhannya pada malam Layl al-Qadr, dari Lawh al-Mahfuz hingga ke langit dunia. Al-Quran diturunkan ke langit sebanyak dua puluh kali berkaitan dengan peristiwa Layl al-Qadr dalam tempoh dua puluh tahun; atau sebanyak 23 kali berhubung dengan peristiwa lail al-qadr dalam tempoh 23 tahun; sebanyak 25 kali berkaitan dengan peristiwa Layl al-Qadr dalam tempoh 25 tahun. Seterusnya pada setiap tahun tersebut Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW.

Dari ketiga perbedaan pendapat di atas, Al-Zarkasyi menyimpulkan bahwa pendapat pertama dianggap dapat diterima dan lebih bertanggung jawab dibandingkan pendapat lainnya karena berlandaskan pada tiga ayat Al-Qur'an yang menunjukkan pemahaman bahwa Al-Qur'an diturunkan. turun dari lawh al-mahfuz ke langit dunia dalam satu malam, yaitu malam mubarakah atau malam lail al-qadr, keduanya dalam rangka bulan Ramadhan. 98 Muhammad bin 'abd al'azim al-zurqani, Manahil Al-Irfan Fi 'Ulum Al-Qur'an. 100 Muhammad bin 'abd al'azim al-zurqani, Manahil Al-Irfan Fi 'Ulum Al-Qur'an.

Tahapan ketiga (dari Bait al-’Izzah ke baginda Nabi Muhammad SAW.)

Proses turunnya Al-Qur’an pada tahap ini ditandai dengan adanya hubungan timbal balik antara malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW. At-Tibi meyakini kemungkinan Al-Qur'an diturunkan kepada Jibril melalui proses penerimaan spiritual atau hafalan dari lawh al-mahfuz. 23., lihat juga dalam muhammad bin 'abd al'azim al-zurqani, Manahil Al-Irfan Fi 'Ulum Al-Qur'an (Beirut: dar al-kutub al-ilmiyyah,.

Al-Bayhaqi dalam tafsir ayat pertama surat al-Qadr mengatakan, kami telah mendengar al-Malik dan kami memahaminya serta kami telah mengumumkan apa yang kami dengar. Ayat al-Qadr 1, al-Bayhaqi juga memuat aspek lain mengenai tata cara Jibril saat menerima wahyu Al-Qur'an. 102.

Hikmah Penurunan Al-Qur’an Secara Berangsur- angsur

103 Mannan Khalil al-Qattan, Kajian Ilmu Al-Qur'an (Bogor: Litera AntarNusa 2016), hal. 93. memuat kandungan Al-Qur'an dan memudahkan untuk mengetahui hukum-hukum dan hikmah yang dikandungnya. Al-Qur'an diturunkan di kalangan kaum Ummi yang kurang pandai membaca dan menulis. Sebuah bukti yang pasti bahwa Al-Qur'an diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mulia.

Al-Qur'an diturunkan secara bertahap dengan tujuan untuk memudahkan umat Islam dalam memahami makna Al-Qur'an. Al-Qur’an diturunkan secara bertahap dengan tujuan untuk mulai membersihkan keyakinan mereka yang menyimpang dan memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang berdampak buruk seperti menyekutukan Allah SWT. Al-Qur’an diturunkan secara bertahap dengan tujuan untuk mulai menyempurnakan keimanannya, cara beribadah yang benar dan akhlak yang mulia.

Al-Qur'an diturunkan secara bertahap dengan maksud memberikan pemahaman bahwa untuk mencapai apapun yang diinginkan, harus melalui proses. Sebagai kesimpulan kajian hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap sebagaimana disebutkan di atas, penulis mencoba melihat atau mengutip pendapat Manna’ Khalil al-. Qattan122 berkaitan dengan hikmah atau manfaat turunnya Al-Qur'an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran, beliau menjelaskan bahwa;

Dalam hikmah turunnya Al-Qur'an secara bertahap kita melihat ada metode yang berguna bagi kita untuk menerapkan kedua prinsip tersebut di atas. Petunjuk Ilahi mengenai hikmah turunnya Al-Qur'an secara bertahap adalah contoh yang baik dalam mempersiapkan rencana pengajaran, memilih metode yang baik dan menyusun buku pelajaran.

Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an;

Semoga Allah meninggikan darjat manusia/golongan dengan kitab ini (Al-Qur'an) dan merendahkan/merendahkan orang yang bersamanya." Oleh itu, al-Quran yang ada pada hari ini benar-benar telah memelihara kemurnian dan keasliannya. Ayat di atas memberikan jaminan kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya.

Kenyataan ini merupakan suatu kondisi yang sangat mendukung terselenggaranya penulisan wahyu Al-Qur’an dengan baik dan aman. Penyusunan Al-Qur’an menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar al-Siddiq (11-13 H/632-634 M), tepatnya setelah Perang Yamamah (12 H/633 M). Pemeliharaan terhadap Al-Qur’an terus dilakukan dari waktu ke waktu bahkan ketika dunia tulis menulis mengalami kemajuan dalam bidang percetakan.

Secara terminologi, asbab an-nizul adalah peristiwa yang menjadi latar belakang turunnya suatu ayat atau surat pada saat proses turunnya Al-Qur'an. Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-Qur'an.

Macam-Macam Asbab An-nuzul

Asbab an-nuzul ialah keterangan ayat atau rangkaian ayat-ayat yang mengandungi sebab-sebab turunnya atau menjelaskan hukum sesuatu perkara pada waktu kejadian.” Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu sebahagian daripada Orang-orang mengikuti orang-orang yang diberi kitab, nescaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang-orang kafir sesudah itu.Maksudnya: "Katakanlah: 'Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.' (QS. al-Kafirun: 1-2).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat dalam keadaan mabuk, sampai kamu memahami apa yang kamu ucapkan, (dan janganlah kamu mendekati masjid) dalam keadaan junub [301], kecuali jika kamu hanya sekedar lewat. , sampai berangkat mandi. Peristiwa yang berupa keinginan, cita-cita atau keinginan, seperti kesesuaian (muwafqat) keinginan dan keinginan Umar bin Khattab dengan ketentuan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah. : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk ke rumah Nabi kecuali kamu dibolehkan makan tanpa menunggu waktu memasak (makanan), tetapi jika kamu diundang, masuklah dan setelah selesai makan, keluarlah tanpa menyelidiki dirimu sendiri." perpanjang pembicaraan.

Pertama, pertanyaan-pertanyaan tersebut mengacu pada peristiwa masa lalu, seperti contoh pertanyaan yang diajukan oleh kaum Quraisy tentang “Ashbab al-kahfa” dan. Keharusan kedudukan atau fungsi ilmu asbab an-nuzul antara lain dapat dilihat dari komentar para ulama ilmu-ilmu Al-Qur’an mengenai peranan asbab an-nuzul. Menurutnya, salah satu manfaat asbabun-nuzul adalah “menguraikan asbabun-nuzul Al-Qur’an.

Referensi

Dokumen terkait