• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadis berfungsi sebagai bayan al-naskh

Dalam dokumen Studi Al-Qur'an dan hadis (Halaman 46-56)

B. Posisi Hadis Sebagai Sumber Kedua dalam Islam

6. Hadis berfungsi sebagai bayan al-naskh

34

Allah sebagaimana disebutkan di dalam QS. Al-Ma‟idah;3 tersebut.

Dalam konteks fungsi sunnah sebagai bayan al- tasyri‟ ini, tidak semua ulama setuju dengan fungsi sunnah menetapkan hukum baru selain yang terdapat dalam Al- Qur‟an. Ulama yang setuju, mendasarkan pendapatnya pada „ismah Nabi, khususnya dalam bidang syari‟at.

Apalagi banyak ayat yang menunjukkan adanya wewenang kemandirian Nabi untuk ditaati. Kelompok yang menolak, berpendapat bahwa sumber hokum hanya Allah, sehingga Rasul-pun harus merujuk kepada Allah (baca: Al-Qur‟an) ketika hendak menetapkan hokum.

Menanggapi perdebatan di atas, Quraish Shihab berpendapat, apabila fungsi sunnah terhadap Al-Qur‟an didefinisikan sebagai bayan murad Allah (penjelasan tentang maksud Allah SWT) sehingga apakah iya sebagai penjelas, penguat, pemerinci, pembatas maupun tambahan, semuanya bersumber dari Allah. Ketika Rasulullah SAW., melarang seseorang suami memadu istrinya dengan „ammah atau khalah yang dhahirnya berbeda dengan Q.S. An-Nisa‟:24, maka pada hakekatnya penambahan tersebut adalah penjelasan dari apa yang dimaksud oleh Allah dalam Firman-Nya tersebut.38

35

(membatalkan), atau al-ijalah (menghilangkan), at-tahwil (memindahkan), atau at-tagyir (mengubah). Dalam konteks ini hadis berfungsi menghapuskan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur‟an. fungsi hadis yang demikian ini adalah bagi mereka yang berpendapat bahwa hadis dapat me-nasakh al-Qur‟an, walaupun sebenarnya pendapat semacam ini agak berlebihan. mereka memberi contoh, dengan hadis nabi:

Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada setiap orang haknya masing-masing, maka tidak ada wasiat bagi ahli waris39

Hadis tersebut dianggap me-nasakh hukum bolehnya wasiat kepada kedua orang tua dan kerabat sebagaimana Firman Allah SWT., dalam QS. Al- Baqarah:180, berikut;

Artinya: “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.40

Secara umum para ulama menerima prinsip nasakh sebagai alat untuk mempertemukan ayat-ayat Al- Qur‟an yang secara mencolok bertolak belakang satu dengan yang lain- terlepas dari adanya perbedan apakah suatu ayat tertentu telah atau belum dihapus oleh ayat-ayat lain. masalah lain yang cukup krusial dan menimbulkan

ﻜﺳ ن ا ن ﻞﺟﺎﻛ - ج /۸ ص

39303

40 Q.S. Al-Baqarah[2]: ayat 180.

36

perbedaan pendapat adalah apakah sunnah dapat menghapus Al-Qur‟an? selanjutnya mereka yang membolehkan pun kemudian juga berbeda pendapat apakah secara faktual ada hadis yang menasakh ayat Al- Qur‟an ataukah tidak.41

Menurut al-Syafi‟I, Ahmad dan ahli dhahir, sebagaimana dikutip Quraish Shihab, berpendapat tentang kemungkinan hadis dapat menasakh al-Qur‟an. sebaliknya Imam Malik, Hanifah dan mayoritas teolog, baik dari kalangan al-Asy‟ariyah maupun mu‟tazilah berpendapat adanya kemungkinan nasakh hadis terhadap al-Qur‟an tersebut.42 walaupun mereka berbeda pendapat, namun secara umum mereka semua sepakat bahwa yang dapat menaskh adalah Al-Qur‟an. sifat periwayatannya yang mutawattir menjadikan al-Qur‟an memiliki posisi pertama, sehingga kemutawatiran ini menolak kekuatan hadis yang mayoritas hanya bersifat ahad dalam me-nasakh al- Qur‟an.

Persoalan selanjutnya yang muncul adalah apakah ada hadis nabi yang mutawatir yang telah menaskh ayat al- qur‟an? dalam hal ini, „Abd al-„Azim al-Zarqani, sebagaimana dikutip quraish shihab, mengemukakan empat hadis yang semuanya bersifat ahad, namun dinilai

41 Abd Allah Ahmed al-Na‟im, Dekonstruksi Syari‟ah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional Dalam Islam (yogyakarta:

LKIS, 1994), 111-117., lihat juga di Ummi Sumbulah, dkk Studi Al-Qur‟an … h.

49., lihat juga di Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadi… h. 31-32.

42 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an… 148., lihat juga di Ummi Sumbulah, dkk Studi Al-Qur‟an … h. 49., lihat juga di Sohari Sahrani, Ulumul Hadits… h. 43., lihat juga di Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadi… h. 31-32.

37

oleh sebagian ulama telah menaskh al-qur‟an. apakah ini berarti tidak ada hadis mutawatir yang menaskh al- Qur‟an? agaknya memang demikian. di sisi lain setelah diteliti, yang menunjukkan nasakh ternyata bukan hadis itu, tetapi ayat al-qur‟an sendiri yang ditunjuk hadis tersebut. dari sini persoalan hadis menasakh Al-qur‟an semakin rumit, karena antara teori dan kenyatan faktual berbeda.

38 BAB II

KONSEP DASAR TENTANG Al-QUR’AN A. Pengertian al-Qur’an

Al-Qur‟an Secara Etimilogi diambil dari Kata: أ-ﺮﻗ ا ﺮﻘﻤﻟ ءﻭ dibaca”(

Sesuatu yang Berarti

ﺮﻘﻳyang أ- ﺮﻗ ﺓءا ﻭ- ﺮﻗ ا ﺎﻧ

).43 ﺮﻗأ (Qara‟a) mempunyai Arti Mengumpulkan dan menghimpun, ﺓءا (Qira‟ah) berarti menghimpun huruf- ﺮﻗ huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.44 Al-Qur‟an Juga berarti Bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur‟an, bacaan sempurna lagi mulia.45

Secara Terminologi istilah Al-Qur‟an dengan mengutip pendapat M. Quraish Sihab; “Al-Qur‟an adalah Firman Allah Swt. Yang disampaikan Oleh Malaikat Jibril dengan Redaksi Langsung Dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad Saw. Dan yang diterima oleh umat islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.”46 Manna‟ Al- Qaththan juga mencoba mendefinisikan Al-Qur‟an,

ﻼﻛ ا ﺰﻨﻤﻟ ﻰﻠﻋ ﺪﻤﺤﻣ ص . ا ﺪﺒﻌﺘﻤﻟ ﻼﺘﺑ و ﮫﺗ

43Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta:

Rajawali Pers, 2016), h. 17. Lihat juga di Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: RajaGrafindo, 2013), h. 20.

44Mannan Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an (Bogor: Litera AntarNusa 2016), h. 15., Lihat juga di Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2016), h. 1., Lihat juga di Abu Anwar, Ulumul Qur‟an (Pekan Baru: Hamzah, 2017), h.13.

45 M. Quraish sihab, Wawasan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan), h. 5.

46 Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan...h. 18.

39

“Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan Membacanya memperoleh Pahala.” 47

Mengutip pendapat Muhammad Ali Al-Shabuni dalam menjelaskan Al-Qur‟an, menurutnya;

َﺳ ﻠ َ ﻦﻴ

, ﻢ َ ﺗﺎ ﺧ ا َﻷ ﻧﺒ َ َ َ ﻴﺎ ء

ﻟ اﻭ َ ﻤ َ ﺮ

اﻟ َ ﻤ َ َﻌ َﺠ ﺰ ,

اﻟ َ َ ﻨﻤ ﺰ ﻝ ﻰﻠﻋ ﷲ

َﻛ َﻼ ﻡ

ﺼ َ ﺎ ﺣ ﻒ ,

َا ﻟ َ ﻤ َ َﻨﻘ َ

َ ﻮ ﻝ

ﻋ ﻠ ﻰ

َ اﻟ ﻤ

ﻪﻴﻠﻋ ا ﻼﺴﻟ ﻡ,

َ اﻟ َﻤ َ ﺘﻜ ﻮ ب ﻞ

َ ﻄ ﺔ

ا َﻷ ﻣ َ َﻴ ﻦ َ

ﺟ َﺒ ﺮ َ َ ﻳ

ﻮ َ ا ﺳ

َﺨ َﺘﺘ ﻢ َ

ﺑ َﺴ َﻮ َﺓﺭ اﻟ ﻨﺎ ﺱ َ

َ ﺔ,

َ اﻟ ﻤ ﺤ

َ ا َﻟ ﻤ َ َ ﺪﺒ َﻭ َء َﺴﺑ ﻮ

ﺭ َ ا َﺓ ﻔﻟ َﺗﺎ

َ ﺑ َ ﻼﺘ َﺗﻭ ﻪ, َ

ﻮ َ َ ا ﺗ ﺮ ,

َ ا ﻟ ﺘﻤ َ ﻌ ﺪﺒ ﺘﻟﺎ

َﻟ َ ﻴ َ ﻦ

Al-Qur‟an merupakan Kalam Allah yang (memiliki) mukjizat, diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui perantara malaikat jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara tawatur (Mutawatir), yang dianggap ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surah al-fatihah, dan ditutup dengah surah al-Nas.48

Senada dengan pendapat di atas, Abu Syahbah menjelaskan bahwa Al-Qur‟an adalah Kitab Allah yang diturunkan-baik lafadz maupun maknanya-kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW. Yang diriwayatkan secara mutawattir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad, yang ditulis pada mushaf mulai dari awal surah al-Fatihan sampai akhir surah An-Nas.49

40

47 Rosihon Anwar, Ulumul Qur‟an (Bandung: Pustaka Setia 2017), h.33.

48 Muhammad Ali Al-Shabuni, al-tibyan fi „ulumil Makkah Al-

Mukarramah, (Damsyik-Syiriah: Maktabah al-Ghazali )., lihat juga di Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 23.

49 Rosihon Anwar, Ulumul Qur‟an... h. 33

41

Masih dalam definisi Al-Qur‟an Menurut Kalangan Para ahli ushul Fiqih, Al-Qur‟an secara istilah merupakan kalam Allah yang mengandung Mukjizat (sesuatu yang dapat melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul (yaitu Nabi Muhammad SAW.), melalui malaikat jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawattir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-nas.50

Dengan kata lain Al-Qur‟an atau Qur‟an tidak lain yang dimaksud adalah kitabullah atau Kalamullah subhanahu wa ta‟ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secara makna dan lafadz, yang membacanya adalah ibadah, susunan kata dan isinya merupakan mukjizat, termaktub di dalam mushaf dan dinukil secara mutawatir.51 Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima faktor penting yang menjadi karaktristik Al-Qur‟an, yaitu:52

a. Al-Qur‟an adalah firman Allah atau kalam Allah SWT.

Bukan perkataan malaikat jibril (dia hanya menyampaikan wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad Saw. (beliau hanya penerima wahyu Al-

50 Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan...h. 18.

lihat juga di M. Quraish Shihab dkk. Sejarah & Ulumul Al-Qur‟an (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2013), h. 39. lihat juga di Acep Hermawan, „Ulumul Quran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 3. Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an (Jakarta: HAMZAH, 2016), h. 1.

51 Umi Sumbulah, Akhmad Kholil, Nasrullah, Studi Al-Qur‟an dan Hadis (Malang: UIN-MALIKI, 2016), h. 5.

52 Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan...h. 18.

42

Qur‟an dari Allah), dan bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban untuk mengamalkannya.53 b. Al-Qur‟an hanya diberikan kepada Nabi Muhammad

Saw. Tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya.

Kitab suci yang diberikan kepada para nabi sebelumnya bukan bernama Al-Qur‟an tetapi memiliki nama lain;

Zabur adalah nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat adalah nama kitab yang diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah nama kitab yang di berikan kepada Nabi Isa a.s.54

c. Al-Qur‟an adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia-sejak awal turunnya sampai sekarang dan mendatang , tidak seorangpun yang mampu menandingi al-qur‟an, baik secara individual maupun secara kolektif, sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendek ayat atau surah.

d. Diriwayatkan secara mutawattir, artinya Al-Qur‟an diterima dan diriwayatkan oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk bersepakat dusta, periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai kepada kita.55

e. Membaca Al-Qur‟an dicatat sebagai amal ibadah, di antara sekian banyak bacaan, hanya membaca Al- Qur‟an saja yang dianggap ibadah, sekalipun pembaca tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau surah yang dibaca dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaan lain tidak dinilai

53 Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan...h. 18.

54 Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan...h. 18.

55 Anshori, Ulumul Qur‟an; Kaidah-kaidahh. 18.

43

ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti mencari ilmu, jadi, pahala yang diperoleh pembaca selain Al- Qur‟an adalah pahala mencari ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana Al-Qur‟an.56

B. Bagian-bagian Al-Qur’an 1. Surah

Secara etimologi, kata “Surah” adalah bentuk jamak dari kata “Suwar” (رﻮﺳ) yang berarti kedudukan atau tempat yang tinggi. Pengertian secara etimologi ini menyiratkan kedudukan dan posisi Al-Qur‟an yang tinggi, karena ia diturunkan dari tempat yang tinggi yaitu “al-Lauhul al-Mahfuzh” dari sisi tuhan yang maha tinggi pula yakni Allah SWT. 57 Sedangkan pengertian surah secara terminologi adalah:

اﻭ ﻮﺴﻟ ﻫﺓﺭ ﻲ ا ﻦﻣﺔﻠﻤﺠﻟ ا ﺎﻳ ﺕ ا ﺮﻘﻟ ﻥا ﺕاﺯ ا ﻊﻠﻄﻤﻟ اﻭ ﻊﻄﻘﻤﻟ

“Surah adalah sekumpulan ayaat-ayatr Al-Qur‟an yang memiliki permulaan dan penghabisan”

Dari definisi ini dapat dipahami bahwa surah adalah kumpulan beberapa ayat, maka tidak ada surah yang terdiri hanya satu ayaat. Ia harus memeiliki sejumlah aayat, minimal 3 ayat seperti suraah al- Kautsar. Sekumpulan ayat dapat dinamakan surah dengan syarat mempunyai permulan dan akhiran.58 Dilihat dari segi panjang pendeknya, surah dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:59

56 Anshori, Ulumul Qur‟an; Kaidah-kaidah...h. 18.

57 Anshori, Ulumul Qur‟an; Kaidah-kaidah...h. 19-20.

58 Anshori, Ulumul Qur‟an; Kaidah-kaidah…h. 20.

59 Anshori, Ulumul Qur‟an;Kaidah-kaidah…h. 20 – 21.

44

1. Surah ath-thiwal ( ﻮﻄﻟﻻا = Panjang), yaitu surah yang jumlah ayatnya lebih dari 100 sampai 200-an atau lebih panjang dari pada yang lain. Surah panjang ini ada 7 surah, karena itu disebut as-sab‟u ath-thiwal (

ا ﻮﻄﻟ ا

ﻊﺒﺴﻟﻻ = tujuh surah panjang), yaitu surah Al- Baqarah [2] 286 ayat, Ali Imran [3]: 200 Ayat, An- Nisa‟ [4]: 176 Ayat, Al-Maidah [5]: 120 Ayat, Al- An‟am [6]: 165 Ayat, Al-A‟raf [7]: 206 Ayat, sebagian ulama berpendapat surah Al-Anfal [8]: 75 Ayat bersama surah Al-Bara‟ah/ At-Taubah [9]: 129 Ayat, karena tidaksurah Surah Yunus [10]: 108 Ayat.

2. Surah al-Mi‟un (ﻥﻮﺌﻤﻟا=seratusan), yaitu surah yang ayatnya terdiri dari sekitar 100-an ayat atau lebih.

3. Surah al-matsani (ﻰﻧ ﺎﺜﻤﻟا) yaitu surah yang panjang ayatnya namun dibawah al-mi‟un (seratusan ayat).

4. Surah al-mufashshal ( ﻞﺼﻔﻤﻟ ) ا yaitu surah-surah yang ayat-ayatnya mendekati jumlah surah al- matsani, ia juga disebut dengan surah pendek.

Menurut an-nawawi, surah al-mufahshal dimulai dari surah Al-Hujjarat [49] yang berjumlah 18 ayat sampai akhir surah dalam Al-Qur‟an.

Dalam dokumen Studi Al-Qur'an dan hadis (Halaman 46-56)