• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Studi Tentang Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Studi Tentang Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB) Pada Beberapa Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan

Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang

Oleh:

Irawan Yulva Dinata*, Erna Juita**, Farida**

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*

Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRACT

This research was conducted with the purpose 1) Measuring and analyzing Infiltration Rate Hole absorption Biopore (LRB) on settlement land in the subdistrict of Gunung Pangilun District Padang Utara Padang City 2) Measure and analyze the rate of Infiltration Hole absorption Biopore (LRB) on open land in the subdistrict of Gunung Pangilun District Padang Utara Padang City 3) Measure and analyze Infiltration Rate Hole absorption Biopore (LRB) in grass land in the subdistrict of Gunung Pangilun District of Padang Utara Padang City. This type of research is quantitative descriptive, primary data and secondary data. The research sample using purposive sampling technique is sampling based on sample points designated purpose is the use of land for the purpose of measuring and analyzing the rate Infiltration Rate Hole absorption Biopore (LRB) in some types of land use in the subdistrict of Gunung Pangilun District Padang Utara Padang City. Data were analyzed using methods Kohnke in Saragih, 2010 to determine the infiltration capacity is calculated in the infiltration rate (cm/hr). The results of research showed: (1) Measurement of the Infiltration rate Hole absorption Biopore (LRB) on residential land and open land has moderate criteria. And the measurement of Infiltration Rate Hole absorption Biopore on grasslands show results with criteria rather quickly. (2) Of the three land, the grass land potentially better cope with surface water runoff (flood) in the subdistrict of Gunung Pangilun Rt. 01, Rw. 02.

Key words: Biopore, Infiltration

PENDAHULUAN

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin besar menyebabkan aktivitas penduduk dan perkembangan kota menjadi semakin pesat. Salah satunya Kota Padang, yang berakibat pada semakin berkurangnya area infiltrasi air hujan.

Infiltrasi ialah proses masuknya air di permukaan bumi ke dalam tanah. Sebagian besar air hujan yang turun ke bumi tidak dapat meresap secara langsung ke dalam tanah dan akhirnya menjadi limpasan (run off) atau yang sering disebut dengan air permukaan (Brata Kamir R dan Anne Nelistya, 2008).

Pada musim penghujan sering kali terjadi permasalahan banjir di sebagian wilayah kota – kota besar di Indonesia, salah satu contohnya adalah Kota Padang.

Masalah banjir di Kota Padang merupakan

hal yang biasa, dimana hampir setiap tahun terjadi banjir. Bahkan daerah banjir merupakan daerah yang sama dari tahun ke tahun dan belum teratasi oleh masyarakat dan lembaga terkait. Daerah bagian Timur merupakan perbukitan vulkanik yang lebih tinggi dari daerah bagian Tengah dan Barat, sehingga terbentuk daerah lahan aluvial dan marin yang dilalui oleh beberapa sungai besar seperti Batang Bungus, Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air Dingin yang mengalami luapan air saat curah hujan tinggi (Husrin, 2012).

Dapat dilihat tingkat bahaya banjir terbesar terdapat pada Kecamatan Koto Tangah dengan luas daerah 8,90 km2 dan yang terkecil terdapat pada Kecamatan Lubuk Begalung dengan luas daerah 0,05 km2. Tingkat bahaya banjir sedang yang terbesar terdapat pada Kecamatan Kuranji dengan luas daerah 8,02 km2, sedangkan

1

(3)

tingkat bahaya banjir sedang – terendah terdapat pada Kecamatan Padang Utara dengan luas daerah 1,46 km2 (BPS Padang Dalam Angka, 2009).

Umumnya sungai besar dan kecil yang ada di Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut.

Kondisi ini mengakibatkan banyak wilayah di Padang yang rentan terhadap banjir atau genangan. Serta masih ada lagi 18 sungai kecil lainnya yang mempunyai aliran permanen sepanjang tahun sering mengalami banjir. Hal ini didukung lagi bahwa Kota Padang merupakan daerah tropis mempunyai curah hujan yang cukup tinggi rata – rata 300 mm/bulan dengan rata – rata hari hujan 15 – 16 hari/bulan (RPJM Kota Padang, 2009 – 2014).

Berdasarkan data curah hujan BPS padang dalam angka tahun 1980 – 2009 rata – rata curah hujan mencapai 3583 mm/tahun. Ini berarti Padang mempunyai curah hujan yang sangat besar, salah satunya terjadi pada daerah yang akan dilakukan penelitian yaitu Kelurahan Gunung Pangilun, Kecamatan Padang Utara dengan luas wilayah 0,42 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 13.067 jiwa. Dilakukan pada dua daerah yang berpotensi banjir yaitu Jalan Gunung Ledeng dan Jalan Gunung Sago yang hampir setiap tahun mengalami kebanjiran.

Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan banjir terutama untuk daerah Gunung Pangilun yang dilakukan pada dua daerah dengan tiga lahan diantaranya lahan pemukiman, lahan terbuka dan lahan rumput. Dominan kebanjiran terjadi di pemukiman padat dan lahan resapan air hujan yang minim, untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dilakukan dengan menggunakan Lubang Resapan Biopori (LRB) dengan tujuan meresapkan lebih banyak volume air hujan ke dalam tanah dan membentuk liang atau pori – pori dalam tanah melalui proses degradasi daun – daunan yang telah busuk oleh mikroorganisme dan organisme yang terdapat dalam tanah. Sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir.

Terjadinya banjir ini di karenakan sebagian besar masyarakat belum banyak yang mengetahui dan memahami istilah

Biopori dan cara pembuatan Lubang Resapan Biopori tersebut. Secara umum atau harfiah Biopori merupakan lubang – lubang kecil pada tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar – akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut (Griya, 2008).

Lubang resapan biopori (LRB) ini akan bermanfaat dalam mengurangi limpasan air hujan dengan cara meresapkan lebih banyak volume air hujan ke dalam tanah sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir di Kelurahan Gunung Pangilun. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan biopori yang secara rutin akan menghasilkan pupuk kompos, kesuburan tanah dan bermanfaat untuk tanaman.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengukur laju infiltrasi lubang resapan biopori dengan kegunaan mengatasi masalah banjir dan mengurangi limpasan permukaan di Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang dengan cara memanfaatkan Teknologi Biopori atau Lubang Resapan Biopori (LRB) yang dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul “Studi Tentang Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB) Pada Beberapa Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang”.

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini maka metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Penelitian deskriptif kuantitatif adalah melakukan deskripsi data terhadap data sekunder kemudian melakukan analisis data untuk mendapatkan kesimpulan (Arikunto, 2010: 234).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

(4)

berdasarkan tujuan titik sampel yang ditunjuk adalah pengunaan lahan dengan tujuan untuk mengukur dan menganalisis laju infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB) pada beberapa jenis penggunaan lahan di Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang.

Teknik analisis data menggunakan metode Kohnke dalam Saragih 2010 untuk mengetahui kapasitas infiltrasi dihitung laju infiltrasi dalam (cm/jam) menggunakan rumus: f (cm/jam) = [ Δht ] x 60

Δt Keterangan :

f = laju infiltrasi (cm/jam)

Δht = perubahan tinggi muka air tiap selang waktu (cm)

Δt = selang waktu pengukuran (menit)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa penelitian ini ditujukan untuk mengetahui laju infiltrasi dengan cara pengukuran langsung di lapangan terhadap 3 (tiga) penggunaan lahan: pemukiman, terbuka dan rumput di Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang, menggunakan metode Konhke dalam Saragih (2010) tiap satuan dihitung dalam (cm/jam) diperoleh hasil laju infiltrasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan:

Pertama, laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan pemukiman, minggu pertama pengukuran titik sampel 1 laju infiltrasi dengan rata – rata 55,125 cm/jam didapatkan kriteria laju infiltrasi (sedang), titik sampel 2 laju infiltrasi dengan rata – rata 56,125 cm/jam (sedang) dan minggu kedua titik sampel 3 laju infiltrasi dengan rata – rata 56,375 cm/jam (sedang) serta titik sampel 4 laju infiltrasi 50,750 cm/jam (sedang). Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan pemukiman termasuk kriteria sedang, hal ini sesuai dengan kriteria laju infitrasi menurut Konkhe dalam Saragih (2010).

Kedua, laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan terbuka, minggu pertama titik sampel 1 laju infiltrasi rata – rata 48,5 cm/jam (sedang), titik sampel 2 laju infiltrasi rata – rata 49,5 cm/jam (sedang) dan minggu kedua titik sampel 3 laju infiltrasi rata – rata 46,75 cm/jam (sedang) serta titik sampel 4 laju infiltrasi 52,75 cm/jam (sedang).

Berdasarkan analisa diatas, dengan menggunakan metode Konkhe dalam Saragih (2010) bahwa setiap sampel pada lahan terbuka memiliki sifat – sifat yang berkontribusi sedang dalam mengatasi limpasan air permukaan.

Ketiga, laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan rumput, memiliki perbedaan efisien waktu berkisar antara 0 – 90 menit dari jenis lahan lainnya yang memerlukan waktu 0 – 120 menit. Minggu pertama titik sampel 1 laju infiltrasi rata – rata 68,0 cm/jam (agak cepat), titik sampel 2 laju infiltrasi rata – rata 69,66 cm/jam (agak cepat) dan minggu ketiga titik sampel 3 laju infiltrasi rata – rata 65,66 cm/jam (agak cepat) serta titik sampel 4 laju infiltrasi 65,33 cm/jam (agak cepat).

Berdasarkan hasil pengukuran laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan rumput dengan menggunakan metode Konkhe dalam Saragih (2010) didapatkan kriteria agak cepat. Laju infiltrasi lubang resapan biopori sangat bermanfaat dalam mengatasi limpasan air permukaan. Karena lubang resapan biopori merupakan lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 – 100 cm yang ditutupi sampah organik daun – daunan yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik dan daun – daunan menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh – tumbuhan (Asdak, 2010).

Menurut Syamsul Arifin (2011), penggunaan biopori sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos, memanfaatkan fauna tanah atau akar tanaman karena penggunaan biopori sangat penting dalam kesuburan tanah. Biopori juga berfungsi sebagai pencegah banjir, mengubah sampah organik menjadi kompos, menjaga kebersihan, menambah cadangan air tanah dan memperbaiki ekosistem tanah (Kamir, R. B, 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dari pengukuran dan analisis laju infiltrasi lubang resapan biopori pada beberapa jenis lahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(5)

1. Pengukuran laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan pemukiman dan lahan terbuka memiliki kriteria sedang berkisar diangka 20-63 cm/jam. Serta pengukuran laju infiltrasi lubang resapan biopori pada lahan rumput menunjukkan hasil dengan kriteria agak cepat berkisar di angka 63-127 cm/jam.

2. Dari ketiga penggunaan lahan tersebut, maka lahan rumput berpotensi lebih baik dalam mengatasi limpasan air permukaan (banjir) di Kelurahan Gunung Pangilun Rt. 01, Rw. 02 dengan kriteria laju keseluruhan agak cepat berkisar di angka 63-127 cm/jam.

Bebebrapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

1. Diperlukan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menerapkan lubang resapan biopori di lingkungan sekitarnya sehingga mampu membantu pencegahan bencana banjir khususnya di Kelurahan Gunung Pangilun Kota Padang.

2. Peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kelurahan Gunung Pangilun Kota Padang sangat dibutuhkan untuk memberikan sosialisasi atau membuat kebijakan pembebasan lahan untuk pembuatan lubang resapan biopori dimana saja tanpa proses dan teknologi biopori harus dilestarikan sebagai alternatif pencegahan masalah seperti banjir di Kota Padang.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

R, Kamir Brata. 2009. Lubang Resapan Biopori untuk Mitigasi Banjir, Kekeringan dan Perbaikan.

Prosiding Seminar Lubang Biopori (LBR) dapat Mengurangi Bahaya banjir di Gedung BPPT 2009.

Jakarta.

Brata, K. R. dan Nelistya. 2008 Lubang Resapan Biopori. Jakarta: Penebar Swadaya

Arikunto, Suharsimi. 2010. Menajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Saragih, Yusniwati. 2010. Tingkat Infiltrasi

Pada Beberapa Tipe

Penggunaan Lahan Di Das Sei Wampu Bagian Hilir. Skripsi.

Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Tim Biopori, 2007. Biopori : Teknologi

Tepat Guna Ramah Lingkungan, (URL:http://www.biopori.com/inde x.php, diakses 21 mei 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini berfokus untuk melihat efisiensi kinerja mesin ripple mill pada perusahaan PT X Jambi menggunakan analisa dengan metode overall