1. Sumbangan Pemikiran Tokoh Sosiologi terhadap Sosiologi Pariwisata:
Dalam modul 1 Pokok Bahasan 1 Sub Pokok Bahasan 1 telah dijelaskan mengenai sumbangan pemikiran tokoh Sosiologi terhadap Sosiologi Pariwisata. Masing-masing tokoh memiliki pandangan yang berbeda. Coba Anda jelaskan pandangan 2 Tokoh Sosiolog, kemudian kaitkan dengan realitas yang terjadi di dalam dunia pariwisata Indonesia saat ini. Berikan penjelasan dari keterkaitan antara masing-masing pemikiran tokoh tersebut dengan contoh realitasnya.
2. Stakeholders dalam Kegiatan Kepariwisataan:
Stakeholders dalam kegiatan kepariwisataan memiliki beberapa komponen dalam struktur pariwisata, antara lain: Wisatawan (tourist), Pemandu Wisata (tour operator), Pemerintah, Masyarakat Lokal, dan NGO. Silakan Anda jelaskan fungsi dari keempat komponen tersebut dalam pengembangan kegiatan kepariwisataan sesuai dengan keadaan di lingkungan tempat tinggal Anda.
JAWABAN 1. August Comte
Comte, dalam bukunya positive philosophy yang diterbitkan pada tahun 1838, mempopulerkan istilah sosiologi dengan mendeskripsikan bahwa sosiologi adalah ilmu yang hendaknya didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang bersifat sistematis dan empiris. Comte mengklasifikasikan kajian tentang masyarakat menjadi dua. Yang pertama adalah kajian statis yang berkaitan dengan statistik sosial atau struktur sosial dengan cakupan struktur sosial berupa kelompok, lembaga-lembaga sosial, lapisan dan kekuasaan.
Sedangkan yang kedua adalah kajian dinamika sosial terkait dengan perubahan sosial atau dinamika sosial yang menjelaskan fungsi-fungsi masyarakat yang tergabung dalam hubungan dan interaksi sosial, proses sosial, perubahan sosial, dan lainnya yang terjadai antara individu satu dengan individu lainnya atau kelompok satu dengan kelompok lainnya.
Sumbangan pemikiran August Comte tersebut terhadap sosioligi pariwisata adalah dengan memberikan kerangka untuk memahami perubahan sosial akibat pariwisata, seperti terjadinya pergeseran nilai, pola interaksi baru antara wisatawan dan masyarakat lokal, serta transformasi sosial ekonomi yang muncul dari aktivitas pariwisata. Dengan pendekatan ini, sosiologi pariwisata dapat mengkaji tidak hanya dampak ekonomi atau budaya saja, tetapi juga perubahan sosial yang tengah terjadi.
Contoh penerapan pemikiran Auguste Comte dalam sosiologi pariwisata dapat dilihat pada perkembangan pariwisata di daerah saya, Palabuhanratu. kita dapat melihat terbentuknya kelompok-kelompok/lembaga baru dalam masyarakat Palabuhanratu yang terkait langsung dengan pariwisata, seperti hotel atau restoran sebagai bagian penting dalam mengelola dan mempertahankan kebutuhan pariwisata. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi sangat jelas, misalnya dalam pergeseran nilai budaya.
Masyarakat Palabuhanratu mulai mengadopsi budaya luar dalam kehidupan sehari-hari, sementara beberapa nilai tradisional mulai terkikis. Pada sisi lainnya, sektor pariwisata tersebur menciptakan lapangan pekerjaan baru, namun juga menyebabkan ketergantungan ekonomi yang tinggi terhadap sektor ini, yang memengaruhi stabilitas sosial-ekonomi disana.
Herbert Spencer
Spencer mengembangkan sistem penilain tentang masyarakat dengan menerapakan teori evolusi. Dalam bukunya Principle of Sociologi (1876) mengadopsi teori evolusi organik untuk diaplikasikan dengan kehidupan masyarakat dengan membuat teori evolusi sosial. Spencer menganggap bahwa masyarakat berkembang secara alami melalui proses seleksi alam, mirip dengan makhluk hidup yang beradaptasi dengan lingkungan mereka. Dalam pandangan Spencer, masyarakat berkembang dari bentuk yang lebih sederhana dan kurang terorganisir menjadi bentuk yang lebih terstruktur, melalui proses evolusi yang berlangsung lambat namun terus-menerus. Dalam kaitannya dengan sosiologi pariwisata, pandangan Spencer dapat digunakan untuk memahami bagaimana pariwisata berkembang seiring waktu dan beradaptasi dengan kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya. Sektor pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu sistem dalam masyarakat yang berinteraksi dengan sistem lain, seperti ekonomi, budaya, dan politik. Seiring waktu, pariwisata akan beradaptasi dengan kebutuhan pasar dan kondisi sosial yang berubah, dan sektor yang tidak mampu beradaptasi akan digantikan dengan model pariwisata yang lebih menarik dan baru.
Sebagai contoh, sektor pariwisata di Palabuhanraut mengalami evolusi yang awalnya, pariwisata tersebut lebih sederhana, dengan fokus pada wisata alam dan budaya.
Namun, seiring waktu berkembang menjadi lebih luas jangkauannya. Berbagai jenis destinasi wisata seperti budaya, pantai, dan kuliner. Disis lain, beberapa daerah wisata yang dulu populer di Palabuhanratu kini mulai kehilangan daya tarik karena tidak dapat
beradaptasi dengan perkembangan zaman, seperti tempat tidak terwata dan promosi destinasi wisata yang kurang menarik.
2. Wisatawan:
Wisatawan sebagai pelaku wisata memiliki sifat, karakter, dan keinginan yang berbeda- beda
Pemandu Wisata:
Sama seperti wisatawan, pemandu wisata juaga memiliki struktur yang berbeda-beda baik secara tindakan maupun perilaku
Pemerintah:
Dalam pemerintahan terdapat struktur yang perlu dikenali, antara lain pemerintah pusat, pemerintahan provinsi, pemerintahaan kabupaten/kota, pemerintahan kecamatan dan desa/kelurahan. Pada level ini kegiatan kepariwisataan berhubungan sesuai dengan proses dan jenis wiatanya. Pada level pusat, para wisatawan berhubungan dengan persoalan perizinan, visa, paspor, dan imigrasi. Pada level provinsi dan kabupaten biasanya berhubungan dengan pengelolaan dan pengawasan. Pada level kecamatan dan kelurahan/desa berhubungan dengan destinasi wisata secara langsung.
Masyarakat lokal:
Struktur masyarakar lokal di setiap wilayah destinasi memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan daerahnya. Namun secara umum, bisa dipastikan bahwa seua masyarakat terdapat struktur sosialnya.
NGOs (Non Goverment Organizations):
Adalah lembaga diluar pemerintah yang memiliki struktur lokal dan global.
Dalam pengembangan pariwisata pada daerah saya, di Pelabuhanratu, masing-masing komponen memiliki peran penting. Wisatawan menjadi pusat perhatian karena selera dan kebutuhannya mendorong perbaikan layanan dan daya tarik destinasi. Pemandu wisata berperan sebagai penghubung antara wisatawan dan budaya lokal, memberikan informasi, serta memberikan pengalaman berwisata yang menyenangkan dan berkesan.
Pemerintah, mulai dari pusat hingga desa, memiliki fungsi dalam pengaturan, pengawasan, dan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata. Masyarakat lokal berperan langsung dalam mendukung kegiatan wisata, baik sebagai pelaku usaha, penyedia layanan, maupun mengenalkan dan menjaga nilai-nilai budaya. Sementara itu,
NGO sering hadir sebagai pendamping masyarakat dan mitra pemerintah dalam pelatihan serta pengembangan pariwisata di Palabuhanratu.
Sumber Referensi:
BMP FSSI4208 Sosiologi Pariwisata