• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supervisi dalam Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Supervisi dalam Pendidikan"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

Persfektif Supervisi Pendidikan

Pendahuluan

Apalagi saat ini dunia pendidikan di Indonesia harus mampu menciptakan proses pendidikan yang seimbang dengan kebutuhan global. Oleh karena itu supervisi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional dan teknis guru, kepala sekolah, dan personel sekolah lainnya, agar proses pendidikan di sekolah lebih bermutu, dan yang terpenting supervisi pendidikan dilaksanakan atas dasar kerja sama, kerjasama dan kerjasama, bukan atas dasar paksaan dan ketaatan.

Arti Supervisi

Lebih lanjut Purwanto (2002:23) mengungkapkan bahwa supervisi adalah suatu kegiatan pelatihan yang terencana untuk membantu guru dan staf sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Dengan kata lain supervisi merupakan suatu kegiatan pelatihan yang terencana untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melaksanakan pekerjaannya secara efektif.

Supervisi Pendidikan

Ali Imron menjelaskan, supervisi pendidikan merupakan serangkaian bantuan kepada guru, terutama bantuan berupa layanan profesional untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Unsur guru dan personel sekolah lainnya yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar siswa sebagai pihak penerima bantuan.

Sejarah Supervisi Pendidikan

Dengan demikian, supervisi pendidikan diberikan untuk kebutuhan sekolah dalam meningkatkan mutu belajar mengajar. Apakah supervisi pendidikan di Indonesia secara umum telah memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan profesionalisme guru sebagai suatu profesi.

Tabel 1.1  Perkembangan Supervisi menurut Lucio dan  McNeil
Tabel 1.1 Perkembangan Supervisi menurut Lucio dan McNeil

Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Supervisi Pendidikan

Tujuan Supervisi Pendidikan

Menurut Piet A. Sahertian, Sahertian menjelaskan dalam bukunya bahwa tujuan supervisi adalah memberikan pelayanan dan bantuan untuk meningkatkan mutu pengajaran guru di kelas, yang pada akhirnya adalah meningkatkan mutu belajar siswa menjadi lebih baik. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan supervisi adalah memberikan pelayanan dan bantuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa, tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan mengajar, tetapi juga untuk mengembangkan potensi mutu guru.

Fungsi Supervisi Pendidikan

Fungsi pengawasan meliputi bidang kepemimpinan, hubungan manusia, pengembangan proses kelompok, administrasi personalia dan evaluasi. Sedangkan fungsi supervisi pembelajaran menurut Imron adalah menumbuhkan iklim peningkatan proses dan hasil pembelajaran melalui serangkaian upaya supervisi guru dalam bentuk layanan profesional.

Gambar  2.1.  Fungsi supervisi
Gambar 2.1. Fungsi supervisi

Prinsip Supervisi Pendidikan

Pedoman pelatihan dan rencana supervisi harus disiapkan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan semua guru sekolah. Pedoman dan supervisi pedagogi harus meningkatkan perilaku, pengetahuan, sikap dan keinginan manusia untuk berhubungan satu sama lain antara seluruh guru di sekolah atau dengan masyarakat.

Urgensi Supervisi Pendidikan

Sehingga bimbingan pendidikan ini berfungsi untuk membantu guru atau kepala sekolah dalam meningkatkan keterampilannya dan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, tujuan akhir bimbingan pendidikan adalah menciptakan guru dan kepala sekolah yang mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Peran Supervisi dalam Pendidikan

Fungsi Pembinaan/Pendampingan

Ketiga model pekerjaan ini dirumuskan oleh Kadushin, yang bergabung dengan Proctor dalam pengawasan sebagai pekerja sosial yang memberikan layanan. Parsloe (1992) berpendapat bahwa pembinaan atau pembinaan akan lebih efektif jika kegiatan ini memenuhi persyaratan formal dan merupakan bagian dari uraian tugas seseorang.

Fungsi Problem Solving

Fungsi Peningkatan Mutu Pendidikan

Menurut Cogan, aspek supervisi klinis ditekankan pada lima hal, yaitu; .. proses supervisi klinis, interaksi antara guru dan siswa, kinerja guru dalam mengajar, hubungan guru-penyelia dan analisis data berdasarkan kejadian nyata di kelas. Supervisi klinis terpusat pada guru/calon guru dan interaksi antar pemangku kepentingan (dalam hal ini guru dan pemerhati) untuk membantu pengembangan profesionalitas guru.

Pendekatan Supervisi Pendidikan

Pendekatan Humanistik

Hal ini juga beralasan bahwa pendekatan humanistik terhadap konseling, pendidikan dan kepemimpinan konsisten dengan prinsip-prinsip reducibilitas dan respon manusia. Pendekatan humanistik cenderung mendukung fungsi dan proses pendidikan yang diawasi seiring perubahan melalui tahap perkembangan.

Pendekatan Akademik

Glickman di Dareh mengatakan tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan keterampilan dalam mencapai tujuan pembelajaran siswa. Pendapat lain dikemukakan oleh Dodd (1972) bahwa beberapa prinsip supervisi akademik adalah sebagai berikut: 1) alat praktis mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah, 2) alat sistematis yang dikembangkan berdasarkan perencanaan sesuai dengan program supervisi, 3 ) berarti objektif dengan menggunakan aspek instrumen yang sesuai, 4) realistis berarti berdasarkan fakta, 5) prediksi berarti mampu mengelola permasalahan yang muncul, 6) konstruktif berarti guru mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam pengembangan proses pembelajaran, 7) kooperatif artinya kerja sama yang baik antara pengawas dan guru dalam pengembangan pembelajaran, 8) keakraban artinya simpati, 9) alat demokratis pengawas tidak mendominasi pelaksanaan supervisi akademik, 10) alat aktif yaitu guru dan pengawas saling berpartisipasi aktif, 11) alat yang humanistik mampu menciptakan hubungan antar manusia yang serasi, terbuka, jujur, sabar, antusias dan humoris, 12) alat yang berkesinambungan, 13) alat terpadu yang memadukan program-program pendidikan dan 14) alat yang komprehensif untuk memahami ketiga tujuan supervisi akademik.

Gambar  4.1  Tiga tujuan supervisi akademik
Gambar 4.1 Tiga tujuan supervisi akademik

Pendekatan Partnertralistik

Konsep pengawasan karena kemitraan atau kemitraan bertumpu pada supervisi sebagai pengawas, pemahaman tentang tujuan dan proses pengawasan, serta cara pandang terhadap peran atau tanggung jawab. Secara tradisional, konsep kemitraan menetapkan peran supervisor untuk mengajar atau membimbing orang yang diawasi tentang pengawasan.

Pendekatan Interaktif

Menurut Cogan, terdapat delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang disebutnya siklus atau proses supervisi klinis. Aspek Cogan dalam supervisi klinis ditekankan pada lima hal yaitu; proses supervisi klinis, interaksi guru-siswa, kinerja guru dalam mengajar, hubungan guru-supervisor, dan analisis data berdasarkan kejadian nyata di kelas.

Teknik Supervisi Individu

Kunjungan Kelas

Tujuan kunjungan kelas adalah untuk membantu guru memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Kunjungan kelas maksudnya proses mengamati pengawas kelas untuk memperhatikan tindakan guru dan siswa.

Observasi Kelas

Malderes (2003) menyebutkan empat tujuan utama observasi kelas, antara lain: untuk pengembangan profesional, untuk pelatihan, untuk evaluasi, dan untuk penelitian. Observasi kelas merupakan teknik observasi yang digunakan pengawas dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Saling Berkunjung Kelas

Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, kunjungan antar kelas merupakan kunjungan sejawat antara sesama guru dengan guru pengajar lainnya. Membantu guru lain yang ingin memperoleh keterampilan dalam teknik dan metode pengajaran sangat membantu bagi guru yang ingin menantang.

Konferensi

Premis untuk bimbingan klinis dalam pengajaran diperkuat melalui perencanaan, proses kolaborasi formal antara guru dan pengawas. Tujuan supervisi klinis adalah untuk meningkatkan proses pengajaran melalui siklus yang sistematis dan berurutan.

Teknik Supervisi Kelompok

Prajabatan / Pembekalan

Pembelajaran paling efektif ketika peserta siap untuk mengenali kebutuhan untuk belajar dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari sesuai kebutuhan. Ada banyak materi yang harus dimasukkan dalam proses pembelajaran dan dapat digunakan oleh seluruh peserta yang diawasi, namun terdapat juga perbedaan kebutuhan pelaporan tergantung pada konteks di mana pengawas atau peserta akan bekerja sesuai kebutuhan.

Pendampingan

Pertemuan orientasi ini seringkali ditindaklanjuti dengan tindak lanjut berupa diskusi kelompok, lokakarya selama beberapa hari, sepanjang tahun. Terkadang menjadi mudah untuk mengidentifikasi perilaku dan hasil yang diinginkan melalui tujuan awal.

Seminar

Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya jelas, kemudian berlanjut ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Tidak ada yang lebih berguna untuk diingat selain ide-ide kreatif yang terkadang menimbulkan tawa.

Workshop

Seperti yang disimpulkan oleh Schon (2000) bahwa hasil yang diharapkan dari lokakarya adalah akumulasi sumber daya material dan pengetahuan. Salah satu fungsi seminar adalah untuk memperluas, memperkuat dan memperhatikan keterampilan peserta dalam kerja kelompok.

Simposium

Studi Wisata

Saresehan

Team Work

Cara yang baik untuk berpartisipasi dalam seminar adalah dengan menanggapinya secara serius, sungguh-sungguh dan hati-hati dengan menghadiri presentasi dan sesi tanya jawab. Workshop merupakan teknik supervisi dimana orang-orang berbagi pengetahuan dalam kelompok untuk mencapai tujuan utama.

Supervisi Klinis

  • Arti Supervisi Klinis
  • Filosofi Supervisi Klinis
  • Urgensi Supervisi Klinis
  • Langkah-langkah Implementasi Supervisi Klinis

Dari semua definisi tersebut terlihat bahwa supervisi klinis mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, Acheson dan Gall menyarankan penggunaan “supervisi klinis” karena sudah dikenal luas, namun pada hakikatnya lebih tepat dikatakan supervisi yang berpusat pada guru.

Gambar  7.1.  Tiga Fase dalam  Lingkaran  Supervisi Klinis
Gambar 7.1. Tiga Fase dalam Lingkaran Supervisi Klinis

Instrumen Supervisi

Fungsi Instrumen

Stabilitas mengacu pada kemampuan suatu instrumen untuk menghasilkan data yang sama sepanjang waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak berubah). Kesetaraan mengacu pada kemampuan dua atau lebih jenis instrumen yang dibuat oleh dua atau lebih peneliti untuk mengukur hal yang sama.

Instrumen Observasi

Pengamatan sederhana (simple observasi) adalah pengamatan tidak terkendali, yaitu gambaran sederhana mengenai pengamatan dan pendengaran. Tujuan observasi ini adalah untuk mengumpulkan data yang lebih mendalam tentang gejala-gejala subjek penelitian, yang membantu dalam perumusan hipotesis atau pengujian hipotesis, dibandingkan dengan observasi sederhana yang bertujuan untuk mengumpulkan data awal dalam penelitian survei (Garabiyah, 1981: 34 dalam Emzir, 2010).

Instrumen Wawancara

Jenis wawancara meliputi wawancara telepon, wawancara kelompok fokus, atau wawancara satu lawan satu. Penggunaan prosedur dalam proses pencatatan pada saat melakukan wawancara, dengan cara menemui orang-orang yang akan diwawancarai satu per satu atau wawancara yang fokus pada kelompok.

Tabel 8.1  Jenis-jenis Wawancara ( Laws,  2003:  287)
Tabel 8.1 Jenis-jenis Wawancara ( Laws, 2003: 287)

Instrumen Dokumentasi

Tindak lanjut yang terakhir adalah rekomendasi agar pendidik diberi kesempatan mengikuti pelatihan atau perbaikan. Salah satu bentuk supervisi lanjutan adalah penugasan dari supervisor kepada guru yang diawasi.

Tindak Lanjut Supervisi

Makna Temuan Supervisi

Temuan mengacu pada informasi yang diperoleh pengawas melalui kunjungan sekolah dan berhubungan dengan faktor kurikulum, pengajaran dan input. Data yang diperoleh akan terus dikembangkan sebagai bahan kajian utama untuk perbaikan atau pemecahan masalah.

Tindak Lanjut Supervisi

Pemanfaatan umpan balik hasil supervisi akademik menyangkut dua kegiatan penting, yaitu terkait dengan pemajuan dan penguatan instrumen supervisi. Kegiatan penguatan instrumen supervisi akademik dapat dilakukan melalui diskusi kelompok pengawas tentang instrumen supervisi akademik dan instrumen supervisi non akademik.

Alternatif dan Solusi

Dasar pengawasan pendidikan adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 Bab XIX Pasal 66 Ayat 1 tentang Pengawas, yang menyatakan “Pemerintah, pemerintah daerah, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah mengawasi pelaksanaan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangannya masing-masing (UU RI Nomor. Pelaksanaan pengawasan didasarkan pada peraturan yang terdapat dalam undang-undang yaitu UU RI Nomor: 20 Tahun 2003 Bab XIX Pasal 66 ayat 1 tentang pengawas, yang menyatakan “Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangannya masing-masing.” pelaksanaan pengawasan mempunyai petunjuk dan acuan yang jelas.

Kebijakan Supervisi Pendidikan

Dasar Supervisi Pendidikan

Pengawasan pendidikan ini juga erat kaitannya dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 khususnya Pasal 1 ayat 21 tentang Evaluasi, Pasal 39 ayat 1 tentang tenaga kependidikan dan Pasal 66 tentang supervisi. Landasan proses pengawasan dengan demikian sangat jelas dan diatur dalam Undang-undang Pendidikan atau Al-Quran.

Supervisor

Supervisor yang baik juga enjoy dan santai selama proses supervisi, konsisten membantu perkembangan konselor. Carroll (1996) mengidentifikasi supervisor yang baik adalah guru yang baik, yang mempunyai akses terhadap metode belajar mengajar yang dapat disesuaikan dengan orang yang diawasinya.

Tantangan Supervisor Pendidikan

Singkatnya, mereka harus dilatih baik dalam ilmu mengajar siswa maupun ilmu mengajar guru. (4) meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru, serta warga sekolah lainnya tentang tata kerja yang demokratis dan kooperatif dengan meningkatkan kesadaran untuk membantu;

Supervisor Kebutuhan Bukan Pelengkap

Etis: Berkaitan (sesuai) dengan moralitas atau etika; sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku yang diterima secara umum. Penyelenggaraan akreditasi madrasah harus bertanggung jawab baik dari segi evaluasi maupun pengambilan keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

Tabel 10.1.  Gaya Pengawasan  Gaya  Pengawasan
Tabel 10.1. Gaya Pengawasan Gaya Pengawasan

Kode Etik Supervisor

Etika Profesi

Pedoman profesional atau kode etik yang memadai dan perilaku profesional berdasarkan prinsip dan standar etika. Seperti Kode Etik APA (2002) yang mendefinisikan lima prinsip utama perilaku etis, antara lain: beneficence dan nonmaleficence; kesetiaan dan tanggung jawab; integritas, keadilan dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat;.

Standar Akademik

Sebagai pengawas terikat secara etis terhadap pekerjaan yang diawasi, terikat pada peserta didik dan saling menghargai kesetaraan.

Standar Sosial

Ia percaya bahwa pengawas mengetahui isu-isu multikultural secara langsung sebagai cara untuk membantu orang-orang yang diawasinya.

Standar Personal

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 193/P/2012 tentang Perubahan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 174/P/2012 tentang Keanggotaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Sekolah/Madrasah dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal periode 2012-2017. Lembaga akreditasi terdiri dari Badan Akreditasi Madrasah Nasional (BAN-S/M) dan Badan Akreditasi Madrasah Provinsi (BAP-S/M).

Urgensi Supervisi Dalam Akreditasi Sekolah

Dasar Akreditasi

Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 86 mengatur sebagai berikut: 1) pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan suatu program dan/atau satuan pendidikan; Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan dan Penambahan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Ruang Lingkup Akreditasi

Penyelenggaraan akreditasi madrasah hendaknya dilakukan secara terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak yang memerlukan. Akreditasi Madrasah dilaksanakan oleh suatu badan non-struktural yang dibentuk oleh pemerintah, bersifat nirlaba, independen dan bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan Nasional.

Problema Akreditasi

Irfan (2001:19) menyatakan bahwa sampai saat ini akreditasi yang dilakukan cenderung berkisar pada bidang kuantitatif dan administratif. Akreditasi yang hanya berfokus pada urusan administrasi tidak hanya memberikan informasi yang utuh kepada masyarakat, namun juga memberikan informasi yang kurang lengkap kepada pakar pendidikan dan pengawas madrasah.

Antisipasi Problema Akreditasi

Dasar pelaksanaan akreditasi adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab XVI, bagian kedua, pasal 60 tentang akreditasi, peraturan pemerintah no. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 86, Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Permendikbud nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan Akreditasi Nasional, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Madrasah (Pasal 1 ayat 1), Kepmendikbud nomor 193/P/2012 tentang perubahan Kepmendikbud nomor 174/P/2012 tentang Anggota Komite Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Komite Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Sekolah/Madrasah dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal Periode Tahunan dan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam No. Badan Akreditasi Nasional: Badan non-departemen di bawah naungan Kementerian Pendidikan RI yang bertanggung jawab melakukan penilaian.

Gambar

Tabel 1.1  Perkembangan Supervisi menurut Lucio dan  McNeil
Tabel 1.2.  Evolusi Peranan Supervisor
Gambar  2.1.  Fungsi supervisi
Gambar  2.2.  Keseimbangan fungsi supervisi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengutipan referensi pada naskah Diketik di dalam kurung:  nama akhir penulis dan tahun penulisan, untuk satu orang pengarang contoh: "…dalam bentuk deret Taylor, 1990." atau