i
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan (M.Pd)
OLEH
M U S F I R A W A T I
NIM. 213 304 0536
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA S2
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 1437 H/2016 M
v
“...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al Mujadilah : 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Qs. Alam Nasyrah : 6-8)
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak manfaat untuk manusia lainnya”. (HR. Albukhari Muslim) Ya Allah, beri aku sinar di hatiku, sinar di lidahku, sinar di telingaku, sinar di atasku, sinar di bawahku, sinar di sebelah kananku, sinar di sebelah kiriku, sinar di depanku, sinar di belakangku, beri aku sinar di jiwaku, dan perbesarlah sinar untukku”. (HR. Bukhari Muslim)
“Ya Allah, Jadikanlah hari sekarangku lebih baik dari hari kemarenku,
jadikanlah hari esokku lebih baik dari hari sekarang, dan jadikanlah
akhir hidupku syahid di jalan-Mu”.
vi
Kupersembahkan untuk orang-orang terkasih:
My lovely orang tuaku, ayahanda H.Abdul Kahar dan Ibunda Hj.Kartini, kasih sayangmu berdua tak mampu kubalas, karya ini hanyalah sebagai bukti di antara baktiku pada mu. Do’amulah yang bisa mengiringi langkahku untuk mengukir cerita-cerita baru di dunia ini untuk menuju hidup yang kekal di jannah-Nya. Juga kupersembahkan karya ini untuk yang kami cintai ibunda mertua Asmi dan ayahanda Tarmizi Sabri (Alm) yang senantiasa selalu mendukung dan mendo’akan penulis melanjutkan studi ini.
My Soul suamiku tercinta H. Rozian Karnedi, M.Ag yang selalu setia mendampingi penulis dalam suka maupun duka, jazakallah atas semua bimbingan, spirit, cinta, perhatian serta segala pengorbanan yang tak terhingga.
Our lovely Putra putri kami, Muhammad Rosikhan Rozi, Muhammad Rusydan Rozi, Azka nadhirah Rozi, Muhammad Rifqon Rozi, dan Muhammad Raihan Rozi, Insyallah akan selalu menjadi qurrata’ayun bagi kami.
Buat semua keluarga besar ku, baik yang dari Padang Guci dan bengkulu Utara yang senantiasa selalu mendukung dan mendo’akan kami.
Dear adinda kami; Yuli, Sau, Ira,Vita,Wichin, Getty. Jazakumullah ntuk kalian yang telah menemani kami silih berganti, Semoga Allah mengabadikan kebersamaan selama ini menjadi abadi di jannah-Nya.
Specialy for my friends dimanapun berada yang telah memberikan
inspirasi dalam hidupku selama kebersamaan kita, Semua terjadi tidak
ada yang kebetulan, semua sudah diatur oleh Allah SWT. Semoga kita
semua berkumbul di janna-Nya.Amin .
vii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara motivasi dan kecerdasan emosional guru terhadap kinerja. (Studi Kasus di SLB Dharma Wanita Persatuan provinsi Bengkulu).
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan menggunakan metode survei, dengan teknik analisis korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SLB Dharma Wanita Persatuan provinsi Bengkulu yang berjumlah 29 orang. Sampel diambil dari keseluruhan populasi yaitu 29 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi kuesioner kepada responden, dan data dokumentasi sekolah. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi sederhana dan regresi.
Hasil analisis menunjukan bahwa: (1) motivasi mempunyai korelasi yang positif dengan nilai kontribusi sebesar 0,72 % terhadap kinerja Guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu (2) kecerdasan emosional mempunyai korelasi yang positif, dengan nilai kontribusi sebesar 0,71 % terhadap kinerja Guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu (3) Motivasi dan kecerdasan emosional secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan nilai kontribusi sebesar sebesar 0,87 % terhadap kinerja Guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
Kata Kunci:motivasi, kecerdasan emosional, dan kinerja, korelasi, guru SLB.
viii
This study aimed to determine the correlation between motivation and emotional intelligence of teachers on performance. (Case Study in SLB Dharma Wanita Persatuan Bengkulu province).
This research uses descriptive quantitative approach and survey method, the correlational analysis techniques. The study population was all teachers SLB Dharma Wanita Persatuan Bengkulu province totaling 29 people. Samples taken from the entire population is 29 people by using total sampling technique. The data collection is done by giving questionnaires to respondents, and school documentation data. Data were analyzed using simple correlation and regression.
Results of the analysis showed that: (1) motivation has a positive correlation with the value of the contribution of 0.72% to the performance of Dharma Wanita Persatuan Guru SLB Bengkulu Province (2) emotional intelligence have a positive correlation, with a value of 0.71% contribution to performance SLB Dharma Wanita Persatuan Guru Bengkulu Province (3) motivation and emotional intelligence together to have a positive correlation with the value contributed by 0.87% to the performance of special-ed teacher Dharma Wanita Persatuan Bengkulu province.
Keywords: motivation, emotional intelligence, and performance, correlation, special-ed teacher.
ix
ءﺎﻛﺬﻟاو ﺔﯿﻌﻓاﺪﻟا ﻦﯿﺑ ﺔﻗﻼﻌﻟا ﺪﯾﺪﺤﺗ ﻰﻟإ ﺔﺳارﺪﻟا هﺬھ ﺖﻓﺪھ ﻦﻣ ﻲﻔﻃﺎﻌﻟا ﺔﻈﻓﺎﺤﻣ ﻲﻓ ﺔﻟﺎﺣ ﺔﺳارد) .ءادﻷا ﻰﻠﻋ ﻦﯿﻤﻠﻌﻤﻟا
.(ﻮﻟﻮﻜﺠﻨﺑ ﺎﺘﯿﻧا ﺎﻣراد تﺎﯿﻨﻘﺗو ،ﺢﺴﻤﻟا ﺞﮭﻨﻣو ﻲﻔﺻو ﻲﻤﻜﻟا ﺞﮭﻨﻤﻟا ﺚﺤﺒﻟا اﺬھ مﺪﺨﺘﺴﯾ ﻦﯿﻤﻠﻌﻤﻟا ﻊﯿﻤﺟ ﺔﺳارﺪﻟا ﻊﻤﺘﺠﻣ نﺎﻛ .ﻲﻃﺎﺒﺗرﻻا ﻞﯿﻠﺤﺘﻟا ﺎﮭﻋﻮﻤﺠﻣ ﻎﻠﺑ ﻮﻟﻮﻜﺠﻨﺑ ﺎﺘﯿﻧا ﺎﻣراد ﺔﻈﻓﺎﺤﻣ تﺎﻨﯿﻌﻟا .ﺎﺼﺨﺷ 29
ﻲھ نﺎﻜﺴﻟا ﻦﻣ تﺬﺧا ﻲﺘﻟا ﺨﺷ 29
ﻲﻟﺎﻤﺟإ ﺔﯿﻨﻘﺗ ماﺪﺨﺘﺳﺎﺑ ﺎﺼ
تﺎﻧﺎﯿﺒﺘﺳا ءﺎﻄﻋإ ﻖﯾﺮﻃ ﻦﻋ تﺎﻧﺎﯿﺒﻟا ﻊﻤﺟ ﻢﺘﯾو .تﺎﻨﯿﻌﻟا ﺬﺧأ ﻞﯿﻠﺤﺗ ﻢﺗ ﺪﻗو .ﺔﺳرﺪﻤﻟا ﻖﺋﺎﺛو تﺎﻧﺎﯿﺑو ،ﻦﯿﻛرﺎﺸﻤﻟا ﻰﻟإ .راﺪﺤﻧﻻاو ﻂﯿﺴﺒﻟا طﺎﺒﺗرﻻا ماﺪﺨﺘﺳﺎﺑ تﺎﻧﺎﯿﺒﻟا ) :نأ ﻞﯿﻠﺤﺘﻟا ﺞﺋﺎﺘﻧ تﺮﮭﻇأو ﻊﻣ ﺔﯾدﺮﻃ ﺔﻗﻼﻋ ﮫﻟ ﻊﻓاﺪﻟا (1
ﺔﺒﺴﻨﺑ ﺔﻤھﺎﺴﻣ ﺔﻤﯿﻗ ﻷ ٪0.72
ﺔﻌﻃﺎﻘﻣ ورﻮﺟ ﺎﺘﯿﻧا ﺎﻣراد ءاد
) ﻮﻟﻮﻜﺠﻨﺑ ﺔﻤﯿﻗ ﻊﻣ ،ﺔﯿﺑﺎﺠﯾإ ﺔﻗﻼﻋ ﻢﮭﯾﺪﻟ ﻲﻔﻃﺎﻌﻟا ءﺎﻛﺬﻟا (2
ﺔﺒﺴﻨﺑ ﺔﻤھﺎﺴﻣ ﻮﻟﻮﻜﺠﻨﺑ ﺔﻌﻃﺎﻘﻣ ورﻮﺟ ﺎﺘﯿﻧا ﺎﻣراد ءادﻷ ٪0.71
) ﺔﯿﺑﺎﺠﯾإ ﺔﻗﻼﻋ ﺎﮭﻟ نﻮﻜﯿﻟ ﺎﻌﻣ ﻲﻔﻃﺎﻌﻟا ءﺎﻛﺬﻟاو ﻊﻓاﺪﻟا (3
ﺔﺒﺴﻨﺑ ﻢﮭﺳأ ﺔﻤﯿﻗ ﻊﻣ ﻮﻟﻮﻜﺠﻨﺑ ﺎﺘﯿﻧا ﺎﻣراد ﺔﻈﻓﺎﺤﻣ ءادﻷ ٪0.87
ﻌﻣ صﺎﺧ ﻢﻠ -
.دأ
،طﺎﺒﺗرﻻاو ،ءادﻷاو ،ﻲﻔﻃﺎﻌﻟا ءﺎﻛﺬﻟاو ،ﻊﻓاﺪﻟا :ﺚﺤﺒﻟا تﺎﻤﻠﻛ .دأ ،صﺎﺧ سرﺪﻣ
x
atas berkat karunia-Nya penulis bersyukur yang tidak terhingga, tesis yang berjudul “Korelasi antara Motivasi dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Guru Studi Kasus Di SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu” dapat diselesaikan sebagaimana diharapkan. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa rahmat dan syari’at bagi manusia untuk dipedomani menuju keselamatan dunia akhirat.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan selesai tanpa partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, seyogyanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag.,MH selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu dan sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan koreksi kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Prof.Dr.H.Rohimin,M.Ag selaku Direktur Program Pasca sarjana IAIN Bengkulu yang telah banyak memberikan nasihat dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr. H. Mawardi Lubis,M.Ag selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pasca sarjana IAIN Bengkulu yang telah memfasilitasi berbagai hal, baik selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian tesis ini.
xi
5. Bapak Sunaryo,S.Pd, selaku kepala sekolah, dan bapak ibu guru dan seluruh keluarga besar SLB dharma wanita persatuan provinsi Bengkulu, yang dengan baik dan terbuka menyambut penulis dari pengabilan data awal sampai mengumpulkan data penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
6. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Bengkulu yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. Juga pegawai, staf dan karyawan Pascasarjana IAIN Bengkulu yang selalu siap memberikan bantuan layanan administrasi.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu terkhusus rekan seperjuangan angkatan pertama Prodi Manajemen Pendidikan Islam ( Suyanto, Slamet, Bujang, Iksan, Doni, Ana, Acen, dan Fran) yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya, kepada Allah SWT penulis memohon semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Atas bantuan yang tiada ternilai harganya, semoga Allah SWT menjadikan segala kebaikan menjadi amal shaleh dan membalas dengan pahala yang berlipat ganda, Amin ya Rabbal’alamin.
Bengkulu, Agustus 2016 P e n u l i s
xii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvi
BAB I PENDAHULUAN A...Latar Belakang ... 1
B...Identi fikasi Masalah... ... 10
C...Batas an Masalah ... 11
D...Rum usan Masalah... 11
E...Tujua n Penelitian... 12
F...Manf aat Penelitian ... 12
G...Kajia n Pustaka ... 13
H...Siste matika Penulisan ... 18 BAB II LANDASAN TEORI
xiii
C...Kiner ja Guru... 29 D...Kera
ngka Konseptual... 42 E...Hipot
esis Penelitian... 43 BAB III METODE PENELITIAN
A...Jenis Penelitian... 44 B...Popul
asi dan Sampel... 44 C...Varia
bel... 46 D...Devi
nisi Operasional Variabel... 46 E...Sumb
er Data Penelitian ... 49 F...Persy
aratan Analisis Data ... 50 G...Tekni
k Analisa Data... 54 BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A...Gam baran Umum SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi
Bengkulu TP 1014/2015 ... 58 B...Kara
kteristik Responden... 60
xiv
E...Peng ujian Hipotesis penelitian... 68 F...Pemb
ahasan Hasil Penelitian ... 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A...Kesi mpulan... 88 B...Saran
... 89 DAFTAR PUSTAKA... 91 LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
Tabel 3.4. Uji validitas Instrumen Variabel kecerdasan Emosional ... 52
Tabel 3.5. Uji Validitas Instrumen Kinerja Guru... 53
Tabel 3.6. Uji Reliabelitas Instrumen Variabel Penelitian... 54
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut jenis kelamin... 61
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur... 61
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan terakhir... 62
Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Data Penelitian... 64
Tabel 4.5. Uji Normalitas data ... 66
Tabel 4.6. Uji Linieritas ... 67
Tabel 4.7. Uji Homogenitas ... 68
Tabel 4.8. Koefisien Regresi X1 Terhadap Y... 69
Tabel 4.9. Pers. Regresi X1 Terhadap Y... 70
Tabel 4.10. Uji F X1 Terhadap Y ... 71
Tabel 4.11. Acuan Interprestasi Koefisien Korelasi Sederhana... 73
Tabel 4.12. Analisis Korelasi X1 Terhadap Y ... 73
Tabel 4.13. Koefisien Regresi X2 terhadap Y ... 75
Tabel 4.14. Pers. Regresi X1 Terhadap Y... 76
Tabel 4.15. Uji F X2 Terhadap Y ... 77
Tabel 4.16. Analisis Korelasi X2 terhadap Y ... 80
Tabel 4.17. Koefisien Regresi X1 X2 Terhadap Y ... 80
xvi
Tabel 4.21. Acuan Interprestasi Koefisien Korelasi Ganda... 84 Tabel 4.22. Analisis Korelasi X1 X2 Terhadap y ... 85 Tabel 4.23. Rekapitulasi Uji Korelasi dan Uji Hipotesis... 86
xvii
Gambar 4.1. Grafik Korelasi X1 Terhadap Y... 71 Gambar 4.2. Grafik Korelasi X2 terhadap Y ... 76
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan kebutuhan seluruh rakyat Indonesia dan memiliki nilai yang sangat mendasar dan strategis. Tidak boleh ada diantara bangsa Indonesia yang tidak bersentuhan dengan dunia pendidikan. Semuanya berhak bersentuhan dengan dunia pendidikan. Pendidikan itu untuk semua, Education for All.
Sebagai umat Islam pendidikan merupakan wahana mencerdaskan dan ikut mewujudkan cita-cita pembangunan. Menuntut ilmu merupakan kewajiban yang mutlak dilakukan setiap umat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-’Alaq ayat 1-5:
Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang (mengajar) manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya (QS.Al-Alaq:1-5)
Menuntut ilmu merupakan usaha bagi seseorang untuk menjadi orang yang dihargai oleh manusia yang lainnya bahkan oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan penghargaan yang sangat tinggi dan kedudukan tersendiri bagi orang yang berilmu dan beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah SWT, dalam QS. Al-Mujaadilah, ayat 11:
1
Artinya: dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat….(QS.Al-Mujaadilah:11)
Pendidikan juga jembatan masa depan, baik sebagai jembatan ide, nilai, antar generasi dan peradaban, ibarat jarum jam, yang mana jarum detik harus terus bergerak, bekerja untuk menggerakkan jarum menit yang nantinya menggerakkan jarum jam, hari, bulan, dan tahun. Bangsa ini tidak boleh berhenti bergerak menuju masa depan yang lebih baik, apalagi jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Sebagai jembatan, pendidikan berperan sebagai sistem rekayasa sosial terbaik, yang mentransformasikan seluruh modalitas bangsa menuju cita-cita ideal, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1
Pendidikan merupakan senjata bagi manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakatan, dengan pendidikan manusia dapat mempertahankan hidup dan berkembang sesuai dengan harapan yang hendak dicapai dalam hidupnya. Melalui pendidikan akan lahir sumber daya manusia yang terdidik, lebih kreatif dan terbuka terhadap usaha pembaharuan, akan lebih dinamis cara berpikir mengenai masa depan, dalam bersikap dan bertingkahlaku, tumbuhnya kepercayaan pada diri sendiri dan mereka dapat menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan sosial.
Pada dekade terakhir ini perkembangan pendidikan semakin pesat, berbagai lembaga pendidikan tumbuh dan berkembang dengan cepatnya, baik pendidikan formal, informal dan pendidikan non formal. Dengan demikian kinerja pelaksanaan proses pendidikan nasional terutama melalui jalur pendidikan sekolah hendaknya selalu ditingkatkan dengan praktik manajemen yang tepat, pada semua lini mulai dari pemerintah, masyarakat, terutama pada tingkat praktisi pendidikan di sekolah, yaitu guru yang dalam kesehariannya bergelut dalam proses tersebut. Dalam dunia pendidikan, peran dan fungsi guru
1 Tim penyusun, Himpunan lengkap Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta:Saufa,2014).h.57
merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. Sistem pendidikan di Indonesia telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan ilmu dan keterampilan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik.
Bahkan sering kali para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.
Pada suatu organisasi sekolah, kinerja dan prestasi sekolah ditentukan oleh bagaimana kerja para guru yang terlibat langsung dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain untuk mengevaluasi tercapainya program suatu sekolah mesti melakukan evaluasi atau menilai kinerja para guru. Hal ini berarti bahwa kinerja guru mempengaruhi efektifitas sekolah sebagai suatu organisasi. Rendahnya kualitas mutu tenaga pendidik dan kinerja guru pada Sekolah Menengah Umum (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Dasar banyak mendapatkan sorotan. Baik dari segi pelaksanaan tugas, tenaga pendidik yang belum memadai, pengelolaan pembelajaran yang belum efektif dan efesien.
Kondisi demikian mempengaruhi motivasi, emosional, dan kinerja guru sebagai tenaga pendidik.
Menyadari akan hal ini pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2
Guru adalah seseorang yang diposisikan sebagai sosok terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas, dedikasi dan loyalitas pengabdiannya. Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada sistem yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan pendidikan.3
Dalam perkembangan dunia pendidikan masa sekarang, salah satu kebijakan utamanya adalah meningkatkan profesionalisme guru, hal itu merupakan sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih berkualitas. Pendidikan merupakan sebuah proses yang senantiasa diperbaiki agar dapat berhasil menjadi lebih baik. Untuk memperbaiki hasil pendidikan tentu perlu mengetahui kondisi riil pendidikan saat ini.
2Suryadi, Ace, dan H.A.R Tilaar.Analisis kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. (bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), h.159
3 Ahmad Rijal, dkk. Dari Guru konvensional Menuju Guru Profesional. (Jakarta: Kompas Gramedia, 2009), h. 67
Pemerintah, melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 mengamanatkan: “Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban: menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; Mempunyai komitemen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.4
Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi masukan dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan.
Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negatif kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kinerja guru. Guru yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan sebagai pemicu baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, untuk mengetahui apa saja yang menjadi indikator untuk menjadi seorang guru yang berkinerja baik. Guru tidak akan mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini jika tidak dilakukan evaluasi kinerja, dengan demikian akan menjadi bahan
4 Tim penyusun, Himpunan lengkap Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta:Saufa,2014).h.36
renungan bagi guru untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.
Indikator guru yang memiliki kinerja yang baik adalah guru yang memiliki keprofesionalannya sebagai seorang guru, Semakin tinggi tingkat profesionalan guru dalam proses pendidikan maka semakin tinggi pula kualitas kinerja guru tersebut.
Kualitas kinerja guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban seperti motivasi kerja dan sikap emosional guru yaitu kecerdasan emosional.
Sedangkan faktor dari luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kinerja guru yaitu gaya kepeminpinan Kepala Sekolah, budaya atau iklim organisasi sekolah dan fasilitas kerja, karena kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah. Menurut Hamzah5 motivasi adalah suatu keterampilan memadukan kepentingan-kepentingan pegawai dan kepentingan organisasi sehingga keinginan pegawai dipuaskan bersama dengan tercapainya sasaran organisasi.
Motivasi diberikan untuk menambah gairah individu agar mau bekerja lebih giat dalam melakukan aktivitasnya. Motivasi dapat didukung dengan cara pemenuhan kebutuhan guru yang bersangkutan.
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka berbagai cara dan sistem yang telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan cita-cita pembangunan terutama di bidang pendidikan, termasuk diantaranya didirikan lembaga pendidikan yang khusus untuk anak-anak yang mengalami gangguan atau cacat. Dalam
5Hamzah,B. Teori Motivasi dan pengukurannya. (Jakarta: Bumi Aksara), h.88
masalah pendidikan, tidaklah boleh membedakan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak yang mengalami kecacatan fisik maupun mental. Pendidikan dan pengajaran adalah hak bagi seluruh masyarakat baik yang normal maupun yang cacat.
Sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional No 20 Tahun 2003, yang mengatur khusus tentang sistem pendidikan dan pengajaran masyarakat yang abnormal yaitu dengan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, sesuai pasal 32 yang menjelaskan ; pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa; ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksudkan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.6Pendidikan khusus dalam hal ini biasa disebut dengan Pendidikan Luar Biasa (SLB). Oleh karena itu, meskipun seorang anak itu memiliki kelainan fisik, maka anak itu berhak mendapatkan pendidikan.
Kenyataan di lapangan, bahwa ada guru yang sudah bekinerja maksimal di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukan kinerja baik, tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro. Dalam pelaksanaan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang bersemangat, ceria, dan penuh tanggung
6 Tim Penyusun, Himpunan lengkap Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta:Saufa,2014).h.29
jawab, ada juga guru yang dalam melakukan pekerjaan dengan malas-malasan, penuh beban berat, sehingga terlihat pada emosi wajahnya yang berkerut tertekuk, ada juga guru bekerja tanpa rasa tanggung jawab, selain itu juga ada guru datang tepat waktu dan ada yang tidak tepat pada waktunya, terdapat juga guru yang menguasai materi ajar dan menguasai kelas dengan baik, tapi ada juga guru yang sebaliknya guru tidak siap materi ajar sehingga kelas menjadi bising dan ribut karena guru tidak mampu menguasai kelas yang di ajarnya.
Kondisi guru seperti itulah yang menjadi permasalahan disetiap lembaga formal. Dengan adanya guru yang mempunyai kinerja rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Hasil pengamatan awal di lokasi penelitian terlihat bahwa masih adanya guru yang belum melaksanakan proses belajar sesuai standar yang ditetapkan dan masih adanya guru yang terlambat dalam membuat laporan proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Selain itu masih ada dijumpai guru yang datang terlambat, kurang disiplin, pulang sebelum jam kerja, sehingga berpengaruh terhadap kinerja guru. Berdasarkan data dari buku kehadiran dan piket harian SLB Dharma Wanita Provinsi Bengkulu pada bulan Juli-Desember 2014 jumlah guru yang tidak hadir tanpa keterangan sebnyak 1,8 %, keterangan ijin sebanyak 3,7 %, dan sakit 5,8 %.
Untuk itu motivasi juga sangat diperlukan untuk menstimulasikan kinerja guru agar mereka lebih dapat mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan mereka dalam bekerja, baik itu motivasi yang bersifat eksternal yaitu perhatian dari pemerintah, masyarakat, keluarga, maupun teman sejawat,
maupun motivasi yang bersifat internal, yakni motivasi dari dalam diri guru tersebut dalam melaksanakan kerja seorang guru.
Berdasarkan fenomena yang ada di lapangan dengan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul “Korelasi Antara Motivasi dan Kecerdasan Emosional Guru Terhadap Kinerja (Studi Kasus di SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu)“.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih ada guru SLB yang tidak berlatar belakang pendidikan khusus.
2. Kurangnya sarana dan prasarana pada organisasi sekolah, baik yang pokok maupun penunjang sehingga proses KBM belum berjalan dengan maksimal.
3. Motivasi guru dalam melaksanakan tugas yang sangat bervariasi, ada yang bersemangat dan ada yang kurang.
4. Kecerdasan emosional guru dalam melaksanakan tugas yang sangat bervariasi, ada yang baik dan ada yang kurang.
5. Masih kurang maksimalnya kinerja guru.
6. Masih kurangnya tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.
7. Kinerja guru dalam melaksanakan tugas belum maksimal.
8. Kurangnya motivasi guru dalam berkompetisi ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan keprofesionalan dalam bekerja.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah sebagaimana di atas, ternyata cukup banyak masalah yang berkorelasi dengan kinerja guru. Menyadari keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Korelasi antara motivasi terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
2. Korelasi antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
3. Korelasi antara motivasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka masalah pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat korelasi antara motivasi terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu?
2. Apakah terdapat korelasi antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu?
3. Apakah terdapat korelasi antara motivasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji:
1. Terdapat korelasi antara motivasi terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
2. Terdapat korelasi antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
3. Terdapat korelasi antara motivasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoritis:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengembangkan teori ilmu Manajemen Pendidikan, khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan konsep motivasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru Sekolah Luar Biasa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menggali berbagai unsur yang mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Apabila dalam penelitian ini kinerja guru secara empirik dipengaruhi oleh motivasi dan kecerdasan emosional, maka upaya peningkatan kinerja guru dapat dilakukan dengan memperbaiki kedua variabel tersebut.
2. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama kepada :
a. Kementerian Pendidikan Nasional Provinsi Bengkulu dan instansi yang terkait baik secara struktural maupun fungsional, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam mengelola lembaga pendidikan.
b. Guru SLB Dharma wanita Persatuan Provinsi Bengkulu, untuk memahami korelasi antara motivasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru sebagai tenaga pengajar.
c. Kepala SLB Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam peningkatan kinerja guru, sehingga guru dapat melaksanakan tugas dengan baik dan sukses.
4. Kajian Pustaka
Penelitian tentang Sekolah Luar Biasa banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, di antaranya : Pertama, Penelitian dengan judul “Peranan Guru Dalam Mengembangkan kepribadian Anak Yang Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri Dharma Wanita Kota Bengkulu (Studi Terhadap Anak Tunagrahita SMPLBN Dharma Wanita Kota Bengkulu)” oleh Usman Haryono7, dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan observasi, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam mengembangkan kepribadian anak yang berkebutuhan khusus. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwasanya
7 Usman Haryono. Peranan Guru Dalam mengembangkan Kepribadian anak Yang Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri Kota Bengkulu (Studi Terhadap Anak Tunagrahita SMPLB Kota Bengkulu). (Bengkulu:STAIN,2012), h.81
peranan guru SMPLB dalam mengembangkan kepribadian anak berkebutuhan khusus meliputi : (1). Guru sebagai educator, (2). Guru sebagai manager, (3).
Guru sebagai administrator, (4). Guru sebagai supervisor, (5). Guru sebagai leader, (6). Guru sebagai Inovator, (7). Guru sebagai motivator, (8). Guru sebagai Dinamisator, (9). Guru ebagai evaluator, (10). Guru sebagai fasilitator.8 Kedua Penelitian yang dilakukan Vera9 dengan judul “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Mental Siswa Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kaur Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur”. Adapun fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana penerapan strategi yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam membina mental siswa di Sekolah Luar Biasa Negeri Kaur.10
Ketiga, Penelitian dengan judul “ Penerapan Pendekatan Psikologis Pembelajaran Guru Agama Islam Bagi Siswa Tuna Daksa Di SDLB Dharma Wanita Kota Bengkulu” oleh Eza11 Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan psikologis guru PAI dalam proses pembelajaran di SDLB. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitiannya bahwa penerapan pendekatan pembelajaran guru agama Islam bagi siswa Tuna Daksa di SDLB Dharma Wanita Kota Bengkulu, yaitu guru
8 Usmaa Haryono. Peranan Guru Dalam mengembangkan Kepribadian anak Yang Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri Kota Bengkulu (Studi Terhadap Anak Tunagrahita SMPLB Kota Bengkulu). (Bengkulu:STAIN,2012), h.81
9 Vera Vebriani. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam membina Mental Siswa Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kaur Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur.
(Bengkulu : IAIN,2013)
10 Vera Vebriani. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam membina Mental Siswa Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kaur Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur.
(Bengkulu : IAIN,2013), h.6
11Eza Resma.Penerapan Pendekatan Psikologis Pembelajaran guru Agama Islam Bagi Siswa Tuna Daksa Di SDLB Dharma wanita Kota Bengkulu. (Bengkulu : IAIN, 2013).
umumnya menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis cacat siswa yang ada di SDLB. Adapun pendekatan yang digunakan guru PAI di SDLB Dharma Wanita Kota Bengkulu bagi siswa Tuna Daksa yaitu pendekatan psikologis, pendekatan sosiokultural, pendekatan keimanan, pendekatan sejarah, pendekatan filosofis dan pendekatan rasional/fungsional.
Sedangkan yang paling dominan digunakan oleh guru agama islam di SDLB Dharma Wanita Kota Bengkulu adalah pendekatan psikologis dan pendekatan keimanan.12
Keempat, Penelitian yang ditulis oleh Enti13 dengan judul : “Studi Tentang Peranan Guru Dalam Pendidikan Anak Pada SDLB Dharma Wanita Bengkulu”. Adapun tujuan penelitiannya adalah memperoleh data tentang peran guru dalam pendidikan pengetahuan anak, peran guru dalam tingkah laku anak, dan peran guru dalam keterampilan anak pada SDLB Dharma Wanita Bengkulu. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitiannya: (1). Peran guru dalam memberikan pendidikan pengetahuan anak adalah guru sebagai informator, motivator, direktor, dan sebagainya dan pendidikan pengetahuan anak diberikan sesuai dengan kurikulum dan GBPP dan pengetahuan yang diberikan sesuai dengan klasifikasi cacat yang disandang anak. Cara pengetahuan yang diberikan dengan mengguanakn metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi sosiodrama, karyawisata, pemberianntugas dan lain sebagainya. (2). Peran guru
12Eza Resma.Penerapan Pendekatan Psikologis Pembelajaran guru Agama Islam Bagi Siswa Tuna Daksa Di SDLB Dharma wanita Kota Bengkulu. (Bengkulu : IAIN, 2013). h.61
13 Enti Sumarni. Studi Tentang peranan Guru dalam pendiikan Anak pada SDLB Dharma wanita Bengkulu. (Bengkulu : STAIN,2004). h.59
dalam pembinaan pola tingkah laku anak adalah guru sebagai informator, motivator, direktor, mediator, evaluator, dan sebagainnya serta pendidikan dalam pembinanaan pola tingkah lakuanak diberikan melalui cara bermain, bersosialisasi, berfikir dan hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan tingkat cacat yang disandang anak. Pendidikan pembinaan pola tingkah laku ini diberikan dengan cara individual dimana guru ikutlangsung terlibat di dalamnya. (3). Peran guru dalam pendidikan keterampilan anak guru adalah sebagai informatory, motivator, direktor, mediator, inisiator, fasilitator, dan sebagainya serta pendidikan keterampilan bagi anak SDLB Dharma Wanita diberikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan anak dengan cara penjelasan terlebih dahulu tentang kegunaan dari alat dan keterampilan yang akan dibuat dan siswa dibimbing secara individual.14
Kelima penelitian tesis dengan judul “Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dengan Efektifitas Kinerja Guru Madrasa Aliyah Negeri I Model Bengkulu”. Adapun fokus penelitiannya adalah ingin mengetahui korelasi Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dengan Efektifitas Kinerja Guru Madrasa Aliyah Negeri I Model Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan korelasi sederhana dan regresi.15
14 Enti Sumarni. Studi Tentang peranan Guru dalam pendiikan Anak pada SDLB Dharma wanita Bengkulu. (Bengkulu : STAIN,2004). h.59
15 Darnawilis, Hubungan Motivasi berprestasi dan Kebiasaan Belajar dengan efektivitas Kinerja GuruMAN 1 Model Bengkulu ,(Bengkulu; IAIN,2011). h. 115.
Keenam penelitian tesis dengan judul “Korelasi Sertifikasi Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Quraniyah Manna Bengkulu Selatan”. Adapun fokus penelitiannya adalah ingin mengetahui korelasi sertifikasi guru dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar aqidah akhlak siswa kelas XI Madrasah Aliyah Al-Quraniyah Manna Bengkulu Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan korelasi sederhana dan regresi.16
Ketujuh penelitian tesis dengan judul “Korelasi Media Pembelajaran VCD Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada mata Pelajaran Fiqih Di MTsN 2 Kota Bengkulu”. Adapun fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran VCD dan motivai belajar terhadap prestasi belajar siswa di MTsN 2 Kota Bengkulu.17
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada judul, lokasi, dan metodologi yang dipakai. Penelitian ini fokus pada menganalisis korelasi motivasi dan kecerdasan emosional dengan kinerja guru Sekolah Luar Biasa Dharma Wanita Provinsi Bengkulu, dengan memakai metode pendekatan diskriptif kuantitatif. Menurut pengamatan peneliti, penelitian serupa belum pernah ada, terutama judul dan lokasi penelitian.
16 Marjoko Susilo. Korelasi Sertifikasi Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Quraniyah Manna Bengkulu Selatan.
(bengkulu : STAIN,2012)
17 Nurus Amzana. Korelasi Media Pembelajaran VCD Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada mata Pelajaran Fiqih Di MTsN 2 Kota Bengkulu. (Bengkulu : IAIN,2014)
5. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I (pertama), merupakan langkah pendahuluan dan pengantar dalam membahas permasalahan dalam tesis ini. Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.
BAB II (kedua), Merupakan landasan teotitis menggambarkan tentang deskripsi teoritis (motivasi, kecerdasan emosionl, dan kinerja), korelasi motivasi dengan kinerja, korelasi kecerdasan emosional dengan kinerja, dan korelasi motivasi dan kecerdasan emosional dengan kinerja dan hipotesis penelitian.
BAB III (ketiga), menjelaskan tentang metode penelitian, yaitu jenis penelitian, devinisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV (keempat), tentang hasil penelitian merupakan inti menjelaskan hasil dari tesis yaitu gambaran umum objek penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB V (kelima). Merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi
Para ahli psikologi, berpendapat bahwa dalam diri setiap manusia ada sesuatu yang menentukan prilaku, yang bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku. Penentu perilaku tersebut ada yang menyebutkan dengan istilah kebutuhan atau “need” ada pula yang menyebutkan dengan istilah motif atau “motive”. Kata lain yang lebih popular dari kedua istilah tersebut adalah motivasi (motivation). Atkinson dkk, mengatakan istilah motivasi membicarakan faktor-faktor yang memberi energi dan arah perilaku manusia.1
Teori-teori motivasi ada yang di dasarkan pada asas kebutuhan (need), keinginan (desires), dan ada juga yang berdasarkan harapan (expection).
Motivasi yang didasarkan kebutuhan menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat mewujudkan kebutuhannya. motivasi kebutuhan di dasarkan atas adanya dorongan dari dalam diri seseorang disebabkan karena adanya suatu kebutuhan sebagai dasar untuk melaksanakan. Tesis ini akan mengemukakan tiga pakar mengenai teori motivasi kebutuhan, masing-masing; Maslow, Alderfer, dan McClelland.
Teori motivasi dikemukakan Alderfer yaitu; (1) kebutuhan eksistensi, yang terikat dengan bentuk material dan physiological faktor yang sangat
1 Rita L. Atkinson et al. Pengantar Psikologi,Terjemahan Nurjanah Taufik (Jakarta:Erlangga,1993),h.14
19
diperlukan, (2) Kebutuhan adanya keterkaitan dan kerja sama dengan kebutuhan social seseorang dan (3) kebutuhan pertumbuhan.
Teori kebutuhan kedua dikemukakan Maslow, yaitu manusia harus biasa memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini mengindikasikan adanya potensi dalam diri individu yang harus dipenuhi. Inilah yang mendorong perilaku manusia. Sejumlah kebutuhan yang diidentifikasi oleh Maslow disusun menurut hierarki, yaitu: (1) Kebutuhan fisiologis, antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan) dan kebutuhan jasmani lainnya, (2) Kebutuhan keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional, (3) Kebutuhan sosial, antara lain mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik dan persahabatan, (4) Kebutuhan penghargaan, antara lain mencakup faktor rasa hormat internet seperti harga diri dan peserta kerja serta faktor eksternal seperti misalnya status, pengakuan, prestasi kepercayaan diri dan perhatian, (5) kebutuhan aktualisasi diri, antara lain dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu, mencakup pengembangan diri.2 Kemudian Porter, memodifikasi teori tingkatan kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan otonomi, kebutuhan akan penghargaan, serta kebutuhan aktualisasi diri.3
Teori motivasi kebutuhan ketiga dikemukakan McClelland, bahwa ada dua komponen utama yang dapat mendorong motivasi seseorang untuk bekerja dalam berbagai bidang kegiatannya dengan membagi kebutuhan tersebut dalam
2 Seri manajemen, Motivasi Dan Kepribadian ;Teori Motivasi Dengan Anvaman Hirarki Kebutuhan Manusia, Terjemahan(Jakarta;Pustaka Binaman Presindo,1994), h. 39-51
3Ibid, h. 100
3 kategori besar yaitu; (1) kebutuhan berprestasi, (2) kebutuhan berafiliasi, dan (3) kebutuhan berkuasa.4
Dari teori-teori kebutuhan yang telah diuraikan, terlihat jelas bahwa motivasi seseorang terkait erat dengan kebutuhannya, Alderfer mengurutkan motivasi manusia berdasarkan tingkatan yang aktif, Maslow mengurutkan berdasarkan suatu urutan tingkat kemampuan, McClelland membagi motivai dengan tiga kategori dan diurut berdasarkan suatu tingkatan kemampuan. Jika dicermati secara mendalam dan membandingkan ketiga konsep tersebut terlihat hubungan antara satu teori dengan teori lainnya. Meskipun adanya kebutuhan spiritual (agama) sebagai kebutuhan azasi manusia sejak lahir.
Pada intinya motivasi dapat dikelompokan ke dalam dua jenis motivasi, yaitu: motivasi intrinsik dan motivai ekstrinsik.5
1. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu.
Teori motivasi kerja ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan yaitu: (a). Kekuatan motif dan kekuatan
4Hamzah. Teori Motivasi….. h.49-50
5 Robert Kreitner,dkk. Organizational Behavior.(Singapore:Mc.Graw Hill,Fifth Edition,2000),h.264
dasar yang terlibat; (b). Harapan dan keberhasilannya; dan (c). Nilai insentif yang terletak pada tujuan.
Kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah kerja dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a) Kebutuhan akan prestasi, karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk hal itu diberi kesempatan, seseorang menyadari bahwa dengan hanya mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar, dengan pendapatan yang besar ia dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhannya.
b) Kebutuhan akan afiliasi seseorang karena kebutuhan afiliasi akan memotivasi dan mengembangkan diri serta memanfaatkan semua energinya.
c) Kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan ini merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang karyawan. Ego manusia yang ingin berkuasa lebih dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan, persaingan ini oleh manajer ditumbuhkan secara sehat dalam memotivasi bawahannya supaya termotivasi untuk bekerja giat.
Berdasarkan teori di atas, maka pada penelitian ini yang sesuai adalah bahwa cara terbaik untuk memotivasi seseorang adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya. bahwa dengan memberikan seseorang kenaikan gaji atau kondisi kerja yang baik tidak dapat memotivasinya karena kebutuhan tingkat rendah dapat dipenuhi secara cepat. Implikasi teori ini ialah bahwa seorang pekerja mempunyai persepsi berkarya tidak hanya sekedar mencari nafkah, akan tetapi sebagai wahana untuk memuaskan berbagai kepentingan
dan kebutuhannya, bagaimanapun kebutuhan itu dikategorisasikan. Indikator dalam penelitian ini meliputi: (1). Kebutuhan akan Prestasi; (2). Kebutuhan akan pengakuan; (3). Pekerjaan itu sendiri; (4). Tanggung jawab; dan (5).
Kebutuhan untuk berkembang/kemajuan.
Motivasi kerja merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi kerja erat hubungannya dengan kinerja atau performansi seseorang. Pada dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbeda-beda. Ada motivasi kerjanya tinggi dan ada motivasi kerjanya rendah, bila motivasi kerjanya tinggi maka akan berpengaruh pada kinerja yang tinggi dan sebaliknya jika motivasinya rendah maka akan menyebabkan kinerja yang dimiliki seseorang tersebut rendah. Jika guru mempunyai motivasi kerja tinggi maka ia akan bekerja dengan keras, tekun, senang hati, dan dengan dedikasi tinggi sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Motivasi merupakan sebuah konsep yang sangat sulit diselidiki secara langsung, karena motivasi merupakan konstruksi hipotesis. Motif hanya dapat disimpulkan berdasarkan tingkah laku, tetapi motivasi dan pelaksanaan juga tidak sinonim.
Pelaksanaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keahlian, kecakapan dan kondisi-kondisi yang berlaku.
Motivasi sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menyerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari berbagai konsep teori motivasi, yang telah diuraikan, penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang dapat mendorong orang tersebut untuk senantiasa berusaha, berbuat atau meraih ke yang lebih baik dari apa yang pernah dicapainya dan dapat mempertahankannya, dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah tidak akan merubah nasib manusia kecuali manusia itu sendiri yang merubahnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Ar- Ra’d/13:11 berikut :
Yang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan”
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi guru ialah motivasi intrinsik yang meliputi keinginan, usaha dan penghargaan yang timbul dari diri sendiri.
B. Kecerdasan Emosional
Kenyataan yang terjadi cukup banyak orang yang memiliki IQ di atas rata- rata, tetapi banyak diantara mereka yang tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan. Justru orang yang memiliki IQ biasa-biasa saja yang kemudian menjadi orang sukses dalam pekerjaan dan kariernya.
Yang memiliki IQ biasa saja, tergolong lebih lues dalam bergaul, penolong sesama, setia kawan, bertanggung jawab dan ramah tamah. Namun yang ber- IQ tinggi, cenderung kurang pandai bergaul, tidak berperasaan dan egois.
Inilah yang disebut kecerdasan emosional atau EQ. Dengan kata lain, EQ adalah serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku permasalahan sosial.6
Kompetensi kecerdasan emosional merupakan wahana prima dalam bekerja seseorang. Orang yang sukses dalam bekerja berkorelasi erat dengan kompetensi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh orang tersbut.
McClelland mengatakan bahwa jika sebuah organisasi ingin mempekerjakan atau mengangkat orang terbaik untuk suatu pekerjaan tertentu, maka mereka harus mempelajari para pegawai yang sudah memiliki kinerja bagus dalam pekerjaan tersebut secara sistematik membandingkannya dengan orang-orang
6 Ary Ginanjar Agustian,. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power (Jakarta:Arga,2001),h.61
yang berkinerja rata-rata. Dari pada mengetes IQ, keterampilan teknis, atau hanya melihat CV calon pekerja tersebut.7
Perhitungan perbandiangan keterampilan teknis dan kemampuan kognitif dengan kecerdasan emosional dalam unsur-unsur yang membedakan pekerja yang menonjol, ternyata mengungkapkan bahwa kompetensi-kompetensi yang berbasis kecerdasan emosi memainkan peran yang semakin penting di tingkat organisasi yang lebih tinggi, sedangkan perbedaan di dalam keterampilan teknis tidak terhitung penting. Dengan kata lain, semakin tinggi jenjang orang yang dianggap memiliki kinerja yang menonjol, semakin banyak kompetensi kecerdasan emosional yang muncul sebagai penyebab dari kinerja mereka.
Terdapat 85 persen perbedaan di dalam profil pekerja yang berkaitan dengan faktor-faktor kecerdasan emosional dari pada kemampuan kognitif murni seperti keterampilan teknis. Terlihat jelas bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80 sampai 90 persen pada kompetensi-kompetensi yang membedakan pekerja menonjol dengan yang biasa saja.8
Menurut Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee, dalam buku mereka yang berjudul “Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi”, terdapat empat domain kecerdasan emosional dengan penjelasan kompetensi- kompetensi yang terkait dengan kecerdasan emosi, diantaranya:9
7Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee.Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2007),h.40
8Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee.Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2007),h.300-301
9Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee.Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h.44-61
Kompetensi pribadi: kemampuan-kemampuan ini mementukan bagaimana kita mengelola diri kita sendiri:
1. kesadaran diri;
a. Kesadaran diri emosi: membaca emosi diri sendiri dan mengenali dampaknya; menggunakan “insting” untuk menuntun keputusan, b.Penilaian diri yang akurat: mengetahui kekuaatan dan keterbatasan
diri sendiri,
c. Kepercayaan diri: kepekaan yang sehat mengenai harga diri dan kemampuan diri.
2. Pengelolaan Diri;
a. Kendali-diri emosi: mengendalikan emosi dan dorongan yang meledak-ledak,
b.Transparansi: menunjukan kejujuran dan integritas; kelayakan untuk dipercaya,
c. Kemampuan menyesuaikan diri: kelenturan di dalam beradaptasi dengan perubahan situasi atau mengatasi hambatan,
d.Pencapaian: Dorongan untuk memperbaiki kinerja untuk memenuhi standar-standar prestasi yang ditentukan oleh diri sendiri,
e. Inisiatif: kesiapan untuk bertindak dan menggunakan kesempatan, f. Optimisme: melihat sisi positif suatu peristiwa.
3. kesadaran sosial;
a. Empati: merasakan emosi orang lain, memahami sudut pandang mereka, dan berminat aktif pada kekhawatiran mereka,
b.Kesadaran organisasional: membaca apa yang sedang terjadi, keputussan jaringan kerja, dan politik di tingkat organisasi, c. Pelayanan: mengenali dan memenuhi kebutuhan pengikut, klien
atau pelanggan.
4. pengelolaan relasi;
a. Kepemimpinan yang menginspirasi: Membimbing dan memotivasi dengan visi yang semangat,
b. Pengaruh: menguasai berbagai taktik membujuk,
c. Mengembangkan orang lain: Menunjang kemampuan orang lain melalui umpan balik dan bimbingan,
d.Katalis perubahan: memprakarsai, mengelola, dan memimpin di arah yang baru,
e. Pengelola konflik: Menyelesaikan pertengkaran,
f. Membangun ikatan: menumbuhkan dan memelihara jaringan relasi, g. Kerja kelompok dan kolaborasi: Kerjasama dan pembanguanan
kelompok.
Dari pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan
diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Empat unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari :10
a. Kesadaran Diri. Pendek kata kesadaran diri berarti memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan keterbatasan diri, serta nilai-nilai dan motif-motif diri.
b. Pengelolaan Diri. Dari kesadaran diri, memahami emosi diri dan mengetahui dengan pasti apa tujuan diri, mengalirlah pengelolaan diri, yaitu dorongan terfokus yang dibutuhkan setiap pemimpin untuk mencapai tujuannya.
c. Kesadaran Sosial. Sesudah kesadaran diri dan pengelolaan diri emosi, seseorang yang resonan mmbutuhkan kesadaran sosial, atau dengan kata lain, empati.
d. Pengelolaan Relasi. Kesadaran diri, pengelolaan diri dan empati, semuanya menyatu di dalam kemampuan kecerdasan emosional yang terakhir, yaitu pengelolaan relasi.
Apabila suatu masalah menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting daripada nalar. Emosi itu memperkaya; model pemikiran yang tidak menghiraukan emosi merupakan model yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam pandangan kognitif yang dingin, Kita sudah terlalu lama menekankan pentingnya IQ dalam kehidupan manusia.
Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa.
Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat kita menjadi lebih manusiawi.
10Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee.Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2007),h.45-61
D. Kinerja Guru
Dalam Islam bekerja untuk mencari nafkah merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan islam. Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli), sebagaimana firman Allah SWT:
ﻰَﻠَﻋ ُﻞَﻤْﻌَـﻳ ﱞﻞُﻛ ْﻞُﻗ ِﻪِﺘَﻠِﻛﺎَﺷ
Artinya : “ Katakanlah (wahai Muhammad) Hendaklah setiap orang berkerja sesuai dangan profesi (keahlian ) msing-masing ( QS. Al-Isra 84)
Hadis Nabi SAW:
ٍﻊِﻓاَر ِﻦْﺑ َﺔَﻋﺎَﻓِر ْﻦَﻋ -
ﻪﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر -
ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟَا ﱠنَأ -
ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ -
ﱡيَأ :َﻞِﺌُﺳ ?ُﺐَﻴْﻃَأ ِﺐْﺴَﻜْﻟَا
: َلﺎَﻗ - ,ِﻩِﺪَﻴِﺑ ِﻞُﺟﱠﺮﻟَا ُﻞَﻤَﻋ ٍروُﺮْـﺒَﻣ ٍﻊْﻴَـﺑ ﱡﻞُﻛَو
- ﻢِﻛﺎَﺤْﻟَا ُﻪَﺤﱠﺤَﺻَو ،ُراﱠﺰَـﺒْﻟَا ُﻩاَوَر
11
(
Artinya: “ Dari Rifaah RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya tentang apakah usaha yang baik? Maka Nabi menjawab: Usaha(kerja) seseorang dengan tangannya sendiri , dan setiap jual beli yang bersih (HR.
Al-Bazzar, dan al-Hakim))
Mencari rezeki yang halal dalam agama islam hukumnya wajib. Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian, motivasi kerja dalam islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepadan Allah setelah ibadah fardlu lainnya.
Sebagaimana firman Allah:
11Ibnu Hajar al-Asyqalani,Bulugh al-Maram Min Adillatill Ahkam, ( Bairut : Daar al- Fikr, tth), h. 43
ُﻜﱠﻠَﻌَﻟ اًﺮﻴِﺜَﻛ َﻪﱠﻠﻟا اوُﺮُﻛْذاَو ِﻪﱠﻠﻟا ِﻞْﻀَﻓ ْﻦِﻣ اﻮُﻐَـﺘْـﺑاَو ِضْرَْﻷا ﻲِﻓ اوُﺮِﺸَﺘْـﻧﺎَﻓ ُة َﻼﱠﺼﻟا ِﺖَﻴِﻀُﻗ اَذِﺈَﻓ َنﻮُﺤِﻠْﻔُـﺗ ْﻢ
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung(QS: al-Jumuah : 10)
Perlu diperhatikan dalam ayat di atas, ada kata telah. Artinya hukumnya wajib setelah ibadah yang lain fardhu. Jangan sampai karena merasa sudah bekerja, tidak perlu ibadah-ibadah lainnya. Meski kita bekerja, kita wajib melakukan ibadah fardhu seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat, jihad, dan dakwah. Jangan sampai kita terlena dengan bekerja tetapi lupa dengan kewajiban lainnya.
Jadi, tidak ada kata malas atau tidak serius bagi seorang muslim dalam bekerja. Motivasi kerja dalam islam bukan semata mencari uang semata, tetapi serupa dengan seorang mujahid, diampuni dosanya oleh Allah SWT, dan tentu saja ini adalah sebuah kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT.
Adapun definisi “guru” adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, taggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan dengan tugas utama mengajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak, atau membimbing peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.12 Dengan demikian yang dimaksud dengan kinerja guru adalah kemampuan atau daya kerja guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru.
Dengan kata lain, untuk mengetahui kinerja guru berarti melihat bagaimana
12Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala sekolah(Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,2002), h.
292
kemampuan atau daya kerja guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru.
Usman menyatakan bahwa tugas dan fungsi guru dalam bidang keguruan bukan hanya melaksanakan profesi mengajar. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabian. Secara umum tugas guru dibagi kedalam tiga kelompok yaitu: tugas dalam bentuk profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemayarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan- keterampilan siswa.13
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia, harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswa-siswinya. Pelajaran yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa-siswinya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada siswa-siswinya. Para siswa-siswi akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik.
Kesungguhan dan kemampuan guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru merupakan wujud kinerja yang diharapkan
13Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1995), h.7