• Tidak ada hasil yang ditemukan

t - Repository UMA - Universitas Medan Area

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "t - Repository UMA - Universitas Medan Area"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Berdasarkan pengamatan di atas, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui respon bibit kelapa sawit terhadap pemberian pupuk kascing dikombinasikan dengan inokulan CMA pada bibit bibit kelapa sawit di pre-nursery. Perlakuannya adalah dosis pupuk kascing dan inokulan CMA yang dikemas dalam 7 paket dengan masing-masing paket: tanpa perlakuan; 2,5 g pupuk kascing bibif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing 2,5 g bibif 1 + inokulum CMA bibiC1 5,0 g dapat meningkatkan tinggi bibit, berat kering bibit dan total P tersedia di tanah persemaian.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertumbuhan bibit kelapa sawit pada pre-nursery yang mendapat kombinasi pupuk kascing dan okulasi CMA dapat meningkatkan pertumbuhannya pada pre-nursery dengan baik. Pemberian pupuk kascing dan inokulan CMA pada kemasan 5,0 g kascing bibiC1 + 15,0 g inokulan benih CMA-1 masih menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap jumlah daun dan berat kering akar bibit kelapa sawit serta panjang akar. Rata-rata tinggi 8 bibit kelapa sawit yang diberi dosis pupuk kascing dan inokulan CMA berbeda di persemaian 90 hari setelah tanam.

Tabel  Halaman
Tabel Halaman

Latar Bclakang

Kelapa sawit (l\'laeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat penting sebagai sumber devisa negara karena merupakan komoditas utama untuk ekspor (Lubis, AU 1992). Selain vermikompos, merupakan bahan organik yang dapat meningkatkan produksi tanaman karena juga dapat memberikan unsur hara untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah guna meningkatkan kesuburan tanah. Vermikompos yang kaya akan unsur hara dan dapat berfungsi sebagai bahan organik (amandemen) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan status kesuburan tanah sehingga mampu menyerap unsur hara yang diberikan melalui pemupukan dan 111cnyc yang diberikan kepada akar tanaman ( Arsyad D dkk, 1998).

Hasil percobaan ini diharapkan dapat menemukan kombinasi dosis bahan organik kascing dan inokulan CMA yang sesuai untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan starter. Pupuk vermikompos merupakan bahan organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman yang optimal, karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, terutama pada tanah yang kurang subur, juga tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Menurut Stevenson dalam Farida (1995) bahan organik yang tertanam di dalam tanah akan mempengaruhi unsur fisik, kimia dan biologi tanah.

Pemberian bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah dengan cara mengikat Al dan Fe dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan N, P dan produksi tanaman.

Tempat dan Waktu Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan tiga ulangan. Percobaan ini terdiri dari 7 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga satu satuan percobaan terdiri dari 7 x 3 = 21 satuan percobaan. Setiap unit percobaan menggunakan tiga polibag yang ditempatkan berdekatan dan masing-masing berisi satu bibit kecambah.

Nilai Yii diamati pada unit percobaan yang mendapat perlakuan pupuk kascing yang dikombinasikan dengan inokulan CMA dan ulangan ke-j.

Pelaksanaan Percobaan

  • Persiapan Tanah untuk Percobaan

Dua minggu sebelum tanam, pupuk kascing dimasukkan ke dalam tanah di dalam polibag sesuai dosis perlakuan yang ditentukan dengan cara mencampurkan seluruhnya dengan tanah, setelah itu pupuk kascing diinkubasi selama lima belas hari. Sebelum dilakukan penanaman kecambah (potensi bibit), bukaan cangkokan CMA ditutup terlebih dahulu dengan tanah sekitar 1 cm. Sebelum dikecambahkan, benih kelapa sawit diolah terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam air panas mendidih bersuhu 100°C atau dalam oven bersuhu 40°C selama 60 hari.

Percobaan ini menggunakan tanaman kelapa sawit yang telah berkecambah, berakar dan menyeleksi atau memiliki akar tampak (radikula) dan batang tampak (plumula) yang sudah tumbuh normal. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari melalui penyemprotan, penyiraman langsung ke permukaan tanah dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit terbuka di polibag dan ada waktunya. Pengamatan tinggi benih, jumlah daun, bobot segar benih, bobot segar tunas, bobot segar akar, jumlah akar benih, panjang akar terpanjang, bobot kering benih, nisbah tajuk-akar benih, bobot kering akar benih, persentase infeksi inokulum CMA Serapan hara P bibit, total P tersedia tanah dilakukan pada akhir pengujian, yaitu 90 hari setelah tanam.

Jumlah daun per bibit dihitung sebagai daun yang sudah terbuka atau lebih dari setengahnya. Tanaman yang tidak mencapai 3-4 helai daun namun berumur 90 hari dianggap jelek dan tidak dianggap (diabaikan). Setiap sampel perlakuan dikeluarkan dan dicuci dalam ember, kemudian dikeringkan di atas koran bekas dan kemudian ditimbang pada neraca analitik portabel (digital).

Pengamatan berat kering benih dilakukan bersamaan dengan pengamatan berat kering variabel lain yaitu dengan mengeringkan benih dalam oven pada suhu 70°C selama 72 jam yaitu sampai berat konstan. Caranya dengan memisahkan keduanya dan mengeringkannya dalam oven bersuhu 70°C selama kurang lebih 72 jam, hingga beratnya konstan. Pengamatan persentase infeksi akar oleh CMA dilakukan pada saat tanaman berumur 90 hari setelah tanam, dengan menggunakan metode Great Line Intersec seperti disebutkan pada (Lampiran 5).

Caranya adalah dengan mengeringkan akar tanaman kelapa sawit di dalam oven dengan suhu 70°C selama kurang lebih 72 jam, hingga beratnya konstan.

IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Daun (helai)

Hasil analisis Variety Scan pada Lampiran 1 3b menunjukkan bahwa kombinasi pupuk kascing dengan inokulan CMA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit pada peningkatan jumlah daun dari 3,33 cm menjadi 4,00 cm pada pra selip. (awal) pembibitan. Rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit yang mendapat dosis pupuk kascing dan inokulan CMA berbeda pada kulup 90 hari setelah tanam. Angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT.

Dari hasil pengukuran dan analisa bibit varietas Berat Segar (Lampiran 13c), terlihat bahwa kombinasi dosis pupuk yang diberikan berbeda. Rata-rata berat segar bibit kelapa sawit yang diberi dosis kascing dan inokulum CMA berbeda pada pra persemaian 90 hari setelah tanam. Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan penerapan pupuk vermikompos dan inokulan CMA memberikan pengaruh positif yang berbeda terhadap peningkatan bobot segar bibit kelapa sawit di pembibitan awal. Hasil pengujian lebih lanjut dengan DNMR.T pada taraf signifikansi 5% disajikan pada Tabel 3, yang secara umum menunjukkan bahwa berat segar berbagai kombinasi lebih besar dibandingkan tanpa perlakuan. Pemberian pupuk vermikompos 2,5 g dengan inokulan CMA 15,0 g menghasilkan bobot segar bibit terbesar yaitu 14,8 g, namun tidak berbeda dengan bobot penambahan dosis selanjutnya.

Sedangkan berat segar bibit kelapa sawit terendah diperoleh dari bibit tanpa penambahan pupuk kascing dan inokulum CMA sebesar 9,53 g dan tidak berbeda dengan pemberian dosis terendah pupuk kascing 2,5 g + inokulan CMA 5,0 g, sehingga dapat meningkatkan bobot segar bibit kelapa sawit dari bibit tanpa penambahan pupuk kascing dan inokulum CMA sebesar 9,53 g dan tidak berbeda dengan pemberian dosis terendah pupuk kascing 2,5 g + inokulan CMA 5,0 g, sehingga dapat meningkatkan bibit kelapa sawit berat segar cukup diberikan pupuk kascing sebanyak 2,5 g dan inokulum CMA sebanyak 10,0 g.

Tabel  3.  Rata-rata bobot segar bibit kelapa sawit yang diberi berbagai dosis pupuk  kascing dan inok-ulan CMA di pre nursery 90 hari setelah tanam
Tabel 3. Rata-rata bobot segar bibit kelapa sawit yang diberi berbagai dosis pupuk kascing dan inok-ulan CMA di pre nursery 90 hari setelah tanam

Jumlah Akar Bibit (helai)

Inokulan CMA bibiC1 10,0 g dan kascing bibiC1 5,0 g + inokulan CMA bibiC1 15,0 g berbeda nyata dengan tanpa perlakuan, namun tidak berbeda dengan perlakuan LIBn lainnya.

Panjang Akar Terpanjang Bibit (cm)

Hasil pengukuran dan analisis berat kering bibit Sidik Ragarn (Larnpiran 13f) menunjukkan bahwa berat kering bibit kelapa sawit yang diberi perlakuan beberapa dosis pupuk kascing dan inokulum CMA dapat meningkat secara signifikan.Hasil uji lanjutan DNMRT menunjukkan pada Tabel 6. Penggunaan pupuk kascing dengan inokulan CMA ternyata memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit, yaitu bobot kering bibit meningkat dibandingkan tanpa pupuk kascing dan inokulan CMA. Pemberian dosis ganda pupuk kascing dan inokulum CMA tanpa perlakuan.. angka pada baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Hal ini terjadi karena pertambahan berat kering akar lebih besar dibandingkan pertambahan berat pucuk akibat pemberian pupuk kascing dan inokulan CMA. Tabel 8 menunjukkan bahwa setiap peningkatan dosis pupuk kascing dan inokulan CMA pada kombinasi apapun tidak memberikan pengaruh nyata (memberikan efek negatif) terhadap peningkatan berat kering akar bibit kelapa sawit. Rata-rata persentase infeksi CMA pada akar bibit kelapa sawit yang diberi pupuk kascing dan inokulan CMA pada umur 90 hari setelah tanam.

Untuk meningkatkan persentase infeksi CMA pada akar bibit, cukup diberikan pupuk kascing sebanyak 2,5 g dan inokulum CMA sebanyak 5,0 g. Paket percobaan pupuk kascing dan inokulan CMA memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah P pada bibit kelapa sawit. Rata-rata serapan hara P bibit kelapa sawit yang menerima pupuk vermikompos dosis ganda dan inokulum CMA di persemaian pra tanam berumur 90 hari setelah tanam (mg).

Pada Tabel 10, Anda dapat melihat perbedaan nyata antara tanaman yang tidak diberi perlakuan dan yang diberi pupuk kascing dan inokulan CMA. Hasil analisis sidik jari Ragarn pada Lampiran 13.k menunjukkan bahwa penerapan kombinasi dosis pupuk kascing dan inokulum CMA yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap total P tersedia dalam tanah. Rata-rata total P tersedia dalam tanah yang diberi dosis pupuk kascing dan inokulan CMA yang berbeda pada bibit awal umur 90 hari setelah tanam (ppm).

Tabel 11 menunjukkan bahwa kombinasi pupuk kascing dan inokulum CMA berbeda nyata dengan tanpa aplikasi.

Tabel 6 :  Rata-rata  bobot  kering  bibit  kelapa  sawit  yang  diberi  beberapa  dosis  pupuk  kascing  dan  inokulan  CMA  di  pre  nursery  90  hari  setelah  tanam (g)
Tabel 6 : Rata-rata bobot kering bibit kelapa sawit yang diberi beberapa dosis pupuk kascing dan inokulan CMA di pre nursery 90 hari setelah tanam (g)

Kesimpulan

Untuk menghasilkan bibit kelapa sawit yang lebih berkualitas, disarankan menggunakan kascing dan pupuk inoc.” “Pupuk CMA, terutama di area pre-nursery. Upaya perbaikan berbagai sifat kimia Ultisol, serapan hara dan hasil kedelai dengan pemberian kapur dan kascing. Perbaikan berbagai sifat kimia tanah podsolik merah dan kuning dengan pemberian pupuk hijau Sesbania rostrata dan inokulasi mikoriza vesikular arbuskula serta pengaruhnya terhadap serapan hara dan hasil tanaman jagung.

Daur ulang sampah perkotaan dengan menggunakan cacing tanah untuk produksi pupuk hayati dan pakan unggas. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) dengan Perlakuan Mikoriza Vesikel Arbuskular (MV A) dan Pupuk Organik Vermikompos pada Tarrah ultisol. Menguji toleransi bibit pada beberapa klon karet dengan dan tanpa inokulan jamur mikoriza vesikular Arbush.lllar terhadap tingkat salinitas tanah.

Peranan cendawan mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frotesten) pada kadar air tanah berbeda. Kajian Pemberian Pupuk dan Jamur Mikoriza Arbuskula di Tanah Kritis Tanjung Alai Solok terhadap Serapan Unsur P dan Hasil Tanaman Rami (Bochmeria nivea L. Gand). Pemupukan fosfat dan pengkondisi alami pada gambut Tarrah dan serapan P, K, Ca dan Mg oleh tanaman jagung.

Kandungan nutrisi cacing tanah dengan jenis pakan berbeda dan pengaruhnya terhadap beberapa sifat kimia dan biologi Ultisol. Potensi inokulan jamur mikoriza arbuskula pada lahan singkong dengan memanfaatkan limbah cair fermentasi etanol. Prosiding Seminar Nasional Pupuk HITI.

  • KTP = JKP = 48 · 5114
  • KTS = JKS = 18 · 5267

2 : Sampel pengamatan deskriptif dibongkar untuk pengamatan keturunan sistem tumbuh, masing-masing berumur 120 hari setelah inkubasi tanah dan pemberian pupuk kascing serta inokulasi CMA glomus sp atau 90 hari setelah tanam.

Gambar

Tabel  Halaman
Tabc l  1.  Rata-rata  tin ggi  bibit  kclapa  sa wit  yang  dibcri  bcbcrapa  dosis  pupuk  kasci ng  dan  inokulan CMA di  pre nursery  90  hari  sclclah tanam (c1n )
Tabel  2.  Rata-rata  jumlah  daun  bibit  kelapa  sawit  yang  diberi  berbagai  dosis  pupuk kascing dan inokulan CMA di  pre nursery  90  hari  setelah tanam
Tabel  3.  Rata-rata bobot segar bibit kelapa sawit yang diberi berbagai dosis pupuk  kascing dan inok-ulan CMA di pre nursery 90 hari setelah tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Types Type Target Group Concept Duration Apprenticeship High School [High school] 11th and 12th year of specialized vocational high schools •Simultaneously taking