• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1_312018059_Bab I.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "T1_312018059_Bab I.pdf"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan utama perbankan dalam memajukan perekonomian suatu Negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berkembang dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, pada saat ini dan pada masa yang akan kita tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik peroranagan maupun lembaga, baik segi sosial atau perusahaan.1

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ini diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Sebab, suatu kebijakan moneter akan berdampak signifikan terhadap stabilitas keuangan, begitu pula sebaliknya.

Bank Indonesia bertugas menjaga stabilitas moneter di antara strategi untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan, Bank Indonesia menyusun instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka selain itu Bank Indonesia berperan menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat Untuk menghadirkan lembaga keuangan yang sehat, Bank Indonesia mengatur

1 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.2

(2)

mekanisme pengawasan dan regulasi keuangan, khususnya di sistem perbankan. Kemudian Bank Indonesia berwenang mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.2

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi suatu bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter Negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masyarakat. Oleh karena itu, eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global.3

Oleh karena itu, sangat diperlukan pengawasan dari suatu lembaga yang independen dari pengaruh pemerintah, di Indonesia lembaga tersebut bernama Bank Indonesia (BI) selaku Bank Sentral. Bank Indonesia adalah Institusi Negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 4 ayat 2 tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia “Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari

2 Hermana, Peran Bank Indonesia Menuju Indonesia (Bank Indonesia : Prahara, Sengsara, atau Nusantara Jaya, Karya Tulis Ilmiah. 2020).

3 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm.1

(3)

campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini”4 . Dengan adanya Undang-Undang tentang Bank Indonesia ini pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya wajib menolak dan mengabaikan segala bentuk campur tangan terhadap tugas Bank Indonesia, maupun Dewan Gubernur dan pejabat Bank Indonesia yang tidak menolak campur tangan pihak lain, dikenai ancaman pidana berat dan denda yang besar.

Pengertian bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu : “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan dalam bentuk kredit dan bentuk- bentuk lainnya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat”. Bank sebagai lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bekerja dengan bermodalkan asas kepercayaan, maka setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.

Bank Gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.5

Kegiatan perekonomian yang tinggi sampai dengan pertengahan tahun 1997 menyebabkan pertumbuhan uang beredar, naik pesat sebagai cerminan

4 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004

5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

(4)

naiknya permintaan terhadap uang yang didorong oleh kenaikan tingkat pendapatan dan menurunnya suku bunga serta derasnya arus modal luar negeri. Menghadapi situasi permintaan domestik yang tetap kuat pada saat pertumbuhan uang beredar meningkat, kebijakan moneter hingga pertengahan tahun 1997 diarahkan untuk mengendalikan permintaan dalam negeri dalam rangka memelihara stabilitas ekonomi makro. Langkah pengendalian moneter pada pertengahan Juli 1997 tersebut ditempuh dengan meredam pemberian kredit melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 3% menjadi 5%

dan penghentian kredit untuk sektor properti. Langkah-langkah tersebut beserta terjadinya kecenderungan apresiasi nilai tukar rupiah berhasil mempertahankan tingkat inflasi yang rendah, yaitu rata-rata 5,11% per tahun pada periode tahun 1992-1997.6

Fungsi perbankan berdasarkan Undang–Undang Perbankan diantaranya agent of trust yang artinya pembawa kepercayaan. Bank dinilai sebagai lembaga yang mengandalkan kepercayaan sebagai kunci dan dasar utama kegiatan perbankan. Kepercayaan tersebut meliputi segala kegiatan operasional yang menyangkut kepentingan masyarakat selaku nasabah. Secara logika, setiap masyarakat yang menitipkan dana pada bank pun telah memiliki kepercayaan terhadap lembaga keuangan tersebut. Dapat dikatakan, kepercayaan tersebut berupa keyakinan masyarakat yang menitipkan dana pada bank yang dapat mengambil uang tersebut sewaktu-waktu tanpa adanya

6 J.Soedradjadjiwandono, Sejarah Bank Indonesia Periode 1997-1999 Bank Indonesia Pada Masa Krisis Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Jakarta : Bank Indonesia, 2006), hlm. 134- 135.

(5)

masalah, tanpa adanya ketakutan bank tersebut akan bangkrut, dan lain sebagainya, sehingga nasabah dapat menarik dana kapan pun dan dimana pun.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 2 tahun 2000 Tentang Bank Umum, sebuah bank dalam pendiriannya harus mengantongi izin Dewan Gubernur Bank Indonesia. Pada pasal 3 Peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 2 tahun 2000 dijelaskan, izin tersebut terdiri dari dua tahapan : 1. Persetujuan prinsip, di dalamnya diatur persetujuan untuk melakukan

persiapan pendirian Bank.

2. Izin usaha atau badan usaha untuk Bank, selain izin-izin tersebut, pendirian bank harus menyetorkan dana sebesar 3 triliun rupiah.

Untuk bank umum di Indonesia hanya boleh didirikan oleh warga negara Indonesia baik pribadi maupun badan usaha. Dalam pendirian bank umum pun diizinkan untuk melakukan mitra bersama pihak asing baik perseorangan maupun badan usaha.

Bank Sentral yaitu Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai “lender of the last resort”.7 Rush (penarikan dana - dana) yang dipicu oleh tindakan pemerintah atas desakan IMF (International Monetary Fund) untuk menutup 16 buah bank pada 1 November 1997 telah menyebabkan sejumlah bank berpaling pada kucuran

7 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Cetakan ketiga Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 93.

(6)

dana likuiditas dari Bank Sentral. Pelaksanaan fungsi Bank Sentral sebagai

lender of the last resort” ini yang didorong pula oleh pelaksanaan program Penjaminan berupa blanket guarantee yang demikian luas, telah menyebabkan terjadinya tragedi BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang menimbulkan potensi8 kerugian yang demikian besar bagi negara.

Bank Sentral sendiri memiliki peran untuk menjaga stabilitas harga atau nilai mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dikenal dengan istilah inflasi. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berapa pada nilai serendah mungkin, atau pada posisi optimal bagi perekonomian, dengan mengontrol keseimbangan jumlah barang dan uang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak, bank sentral juga berhak menggunakan otoritas yang dimilikinya. Secara umum, peranan Bank Indonesia sangat penting dan strategis dalam upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Bank sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu-lintas pembayaran, serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter.9

Selain untuk menjalankan kewenangannya sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia terlepas dari kasus Bank Century, sesungguhnya masih banyak persoalan yang menjadi tantangan dan pekerjaan rumah BI ke depan. Para ekonom mencatat sejumlah tantangan berat yang lebih mendasar yang harus

8 Masyhud Ali, Restrukturisasi Perbankan Dan Dunia Usaha, (Jakarta : IKAPI, 2002), hlm 7-8.

9 Perry Warjiyo, Bank Indonesia Bank sentral Republik Indonesia Sebuah Pengantar, (Bandung : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), 2004), hlm. 172.

(7)

diselesaikan BI ke depan, yakni mengurangi ketergantungan kebijakan moneter terhadap arus dana asing jangka pendek (hot money), mendorong kredit baik kuantitas maupun kualitas, menyiasati perekonomian yang cepat panas tanpa menaikkan suku bunga.10

Sejalan dengan itu Bank Indonesia, Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi kepentingan konsumen maupun masyarakat. Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional. Antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.

prinsip-prinsip tata kelola yang baik,

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

10 Otoritas Moneter Beban Berat Bagi Bank Sentral, (Kompas, 7 Januari 2010), hlm. 21

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, penulis berpendapat bahwa Analisis Yuridis Terhadap Peran Bank Indonesia (BI) Dalam Upaya Penyelamatan Bank Gagal merupakan hal yang baru dan menarik untuk dibahas mengingat kasus Bank Century yang dikategorikan sebagai bank kecil mendapatkan dana bantuan yang sangat besar. Dan banyaknya pemberitaan di media massa yang berkembang menimbulkan berbagai pertanyaan.

Dengan demikian penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan untuk dibahas secara lebih terperinci dalam tulisan ini. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kriteria yang dipergunakan Bank Indonesia dalam menentukan Bank Century sebagai Bank Gagal ?

2. Apa peran Bank Indonesia dalam menyelamatkan Bank Century ? C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kriteria yang dipergunakan dalam menentukan bank gagal yang dijadikan sebagai kategori Bank Gagal.

2. Untuk mengetahui upaya normatif Bank Indonesia dalam menyelamatkan bank gagal terhadap pencegahan krisis.

(9)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam hal ini adalah berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat secara Teoritis

Pembahasan terhadap permasalahan-permasalahan sebagaimana diuraikan diatas, diharapkan akan menimbulkan pemahaman dan pengertian bagi pembaca mengenai Kelembagaan perbankan dan peranan Bank Indonesia berdasarkan Peraturan perundang-undangan menegenai peranannya dalam penyelamatan bank gagal.

2. Manfaat secara Praktis

Penulis berharap, semoga hasil penulisan ini bermanfaat bagi semua orang, terutama bagi setiap orang yang berminat untuk mengikuti perkuliahan di fakultas hukum di setiap perguruan tinggi, dan menjadi sumbangan pemikiran ilmiah bagi hukum positif di Indonesia, dan dapat dijadikan referensi bagi penulisan karya ilmiah selanjutnya yang mengkaji mengenai Peran Bank Indonesia Dalam Upaya Penyelamatan Bank Gagal (tinjauan kasus Bank Century) yang terbilang masih hangat diperbincangkan pada saat ini.

E. Keaslian Penulisan

Suatu karya ilmiah merupakan bagian yang saling berkesinambungan dengan pemikiran dari karya-karya ilmiah yang telah ada sebelumnya.

Sehingga untuk menghindari kesan pengulangan maka penulis merasa perlu

(10)

untuk menjelaskan adanya beberapa tulisan yang sama halnya berkaitan dengan keadaan bank gagal.

Berdasarkan pengetahuan dan penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis, sejauh ini belum ada yang menulis skripsi Peran Bank Indonesia dalam upaya penyelamatan Bank Gagal (Tinjauan Kasus : Bank Century).

Namun demikian, penulis menemukan beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan ditulis oleh penulis.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan untuk mencapai sesuatu. Dalam pembahasan skripsi ini, metodologi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif yaitu menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum dengan jalan mencari bahan hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder.11

Penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum menggunakan data sekunder sebagai data awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan data primer dilapangan atau terhadap hasil responden yang relevan dari Bank Indonesia dan bisa ditambahkan juga dari OJK dan LPS, sebagai alat pengumpulan datanya terdiri dari studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara (kuisoner). Dengan menitikberatkan kebijakan blanket guarantee atau di Indonesia disebut Program Penjaminan diberlakukan

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press, 2005), hlm. 51.

(11)

secara reaktif oleh Pemerintah guna menghentikan pelarian simpanan yang sistemik dari perbankan dan memulihkan kepercayaan kepada perbankan, sehingga kemudian menjadi basis untuk upaya membangun kembali sektor perbankan telah terbukti menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Akan tetapi, di sisi lain dapat membebani keuangan negara dan menimbulkan moral hazard, yakni insentif bagi bankir atau nasabah untuk mengambil risiko yang lebih besar dikarenakan adanya penjaminan simpanan kebijakan tersebut dituangkan dalam ketentuan pasal 37B UU Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 12 Adapun data berupa studi pustaka (library research) terhadap data sekunder yang terdiri dari bahan sekunder.13

Penelitian Yuridis normatif menurut Soerjono Soekanto terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1) Penelitian atas asas-asas hukum;

2) Penelitian sistematika hukum;

3) Penelitian terhadap saraf sinkronisasi hukum;

4) Penelitian terhadap sejarah hukum;

5) Perbandingan hukum.

2. Sumber Data

Data Sekunder, Yaitu data yang diperoleh melalui bahan pustaka terdiri atas berbagai macam-macam bahan hukum yang mencakup :

12 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 34

13 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian surat kabar, dan lain sebagainya, dalam keadaan yang siap tersaji dan telah dibentuk serta diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu.

(12)

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan ini, seperti (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (2), Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan (3), Undang-Undang No.21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (4), Pasal 42 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas dan wewenangnya, serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK (5), Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (6), Pasal 24 s/d Pasal 31 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (“UU LPS”) (7), Pasal 32 s/d pasal 42 UU LPS (8), Pasal 9 huruf a ke 4 jo. Pasal 30, Pasal 38, Pasal 42 UU LPS untuk bank gagal yang diselamatkan dan Pasal 9 huruf a ke 4 jo. Pasal 54 ayat 5 untuk bank gagal yang dilikuidasi (9). Wawancara dengan responden yang relevan dari Bank Indonesia dan dari OJK dan LPS (10).

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan terdiri dari buku-buku (literature) hukum yang ditulis oleh para ahli hukum yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, serta makalah seminar-seminar oleh para pakar terkait dengan pembahasan tentang inventarisasi aturan hukum yang

(13)

terkait dengan konsep bank gagal dan kebijakan penyelamatan bank gagal bayar.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia dan kamus Bahasa Indonesia.14

3. Teknik Pengumpulan Data

Penulis akan melakukan pengumpulan bahan referensi lain ke Bank Indonesia terdekat untuk menkaji kewenangan antara Bank Indonesia terdekat dan di perpustakaan fakultas hukum Universitas Kristen Satya Wacana.

Pada penelitian normatif, pengolahan pada bahan – bahan hukum yang didapat pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan hukum tertulis atau bahan kepustakaan.

Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.15 Pengolahan bahan tertulis bagi penelitian yuridis normatif hanya mengenai data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, maka pengumpulan bahan-bahan hukum ini dilakukan dengan cara mengelompokkan peraturan perundang- undangan yang ada, meneliti bahan-bahan pustaka, membaca buku-buku

14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum. (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2005), hlm 108

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-Pers, 2014), hlm 25.

(14)

dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan erat dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Penelitian Kepustakaan (Liberary Reaserch), Data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan atau studi dokumentasi yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, literature, kamus, dan karya tulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan di Perpustakaan yang terdapat di Universitas Kristen Satya Wacana dan juga melalui internet.

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada pelaksanaannya Bank syariah terlihat sangat berhati-hati dalam mengeluarkan produk terkait dengan emas dikarenakan banyaknya nasabah yang menyalahgunakan produk

Partisipasi politik masyarakat (rakyat) dalam partai politik telah menurun hal itu dikarenakan kurangnya rekrutmen politik yakni proses penerimaan anggota baru yang dilakukan

Stasiun kerja atau tempat kerja (work station) yang tidak ergonomi dapat menimbulkan bahaya atau risiko kesehatan (health hazard), misalnya adalah stasiun kerja (tempat

Risiko bencana muncu/timbul sebagai akibat dari adanya kombinasi antara bahaya ( hazard ) dan kerentanan ( vulnerability ). Penekanan unit analisis pada kedua unsur

Dalam pembiayaan implan tersebut sebenarnya terdapat tiga orang, akan tetapi dikarenakan nasabah yang ketiga (Bu Anik Winarni) telah pindah dari SMPN 5 menuju ke SMPN 8,

Pelaksanaan perjanjian safe deposit box antara bank dengan nasabah, dapat dikatakan bahwa nasabah melakukan dua kegiatan yaitu di satu sisi nasabah melakukan perjanjian

a) Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan risiko masing-masing pihak. b) Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor

2 Dikarenakan kondisi drainase yang belum di betonisasi seperti gambar di atas menimbulkan permasalahan yang terjadi diantaranya adalah adanya pendangkalan akibat runtuhnya dinding