• Tidak ada hasil yang ditemukan

TABARRUJ MENURUT KH. BISRI MUSTOFA DAN QURAISH SHIHAB (Studi Komperatif Tafsir Al-Ibriz dan Tafsir Al-Misbah) Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TABARRUJ MENURUT KH. BISRI MUSTOFA DAN QURAISH SHIHAB (Studi Komperatif Tafsir Al-Ibriz dan Tafsir Al-Misbah) Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

TABARRUJ MENURUT KH. BISRI MUSTOFA

DAN QURAISH SHIHAB

(Studi Komperatif Tafsir Al-Ibriz dan Tafsir Al-Misbah) Skripsi Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Ismi Mar‟atul Lathifah NIM: 15210661

Pembimbing:

Drs. H. Arison Sani, MA

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2019 M/1440 H

TABARRUJ MENURUT KH. BISRI MUSTOFA DAN QURAISH SHIHAB

(Studi Komperatif Tafsir Al-Ibriz dan Tafsir Al-Misbah)

(2)

Skripsi Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Ismi Mar‟atul Lathifah NIM: 15210661

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2019 M/1440 H

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul “Tabarruj Menurut KH. Bisri Musthafa dan M. Quraish Shihab (Studi Komparatif tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah)” yang disusun oleh Ismi Mar’atul Lathifah dengan Nomor Induk Mahasiswa: 15210661 telah diperiksa melalui proses bimbingan dengan baik dan disetujui diajukan pada sidang munaqasyah.

(3)

Jakarta, 12 Agustus 2019 Pembimbing

Drs. H. Arison Sani, MA

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tabarruj Menurut KH. Bisri Musthafa dan M. Quraish Shihab (Studi Komparatif tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah)” oleh Ismi Mar’atul Lathifah dengan NIM 15210661 telah diujikan pada sidang Munaqosyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Pada tanggal 17 Agustus 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta 17 Agustus 2019 Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dr. H. Muhammad Ulinnuha Lc, MA Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang

Penguji I Penguji II

Pembimbing

Drs. H. Arison Sani, MA

PERNYATAAN PENULIS

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ismi Mar’atul Lathifah

NIM : 15210661

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Maret 1996

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tabarruj menurut KH. Bisri Musthafa dan M.

Quraisha Shihab (Studi Komparatif Tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Agustus 2019

Ismi Mar’atul Lathifah

MOTTO

Try, and Do with pray and all be easy

Cobalah, lakukan dengan doa dan semua akan mudah

(6)

ِميِحَّرلا ِنَْحَّْرلا ِهَّللا ِمْسِب

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan inayah-Nya tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada manusia yang agung, yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta kepada seluruh keluarga dan sahabat yang senantiasa bershalawat kepada baginda Rasulullah SAW hingga mendapatkan syafa‟atnya di hari perhitungan kelak yang telah membawa ummat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dan diridhoi oleh-Nya.

(7)

Dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan, tidak sedikit hambatan dan cobaan yang penulis hadapi, namun semua bisa terlalui asalkan ada kemauan. Alhamdulillah berkat pertolongan-Nya segala hambatan dan cobaan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dapat penulis atasi dengan penuh ketabahan dan kesabaran hati. Di samping itu, Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah dibantu oleh beberapa pihak, baik bantuan dengan kerendahan hati, bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, do’a dan bantuan senantiasa mengalir dari orang-orang di sekeliling penulis. Melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan untaian kata terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., selaku Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Ibu Dr. Nadjematul Faizah. SH., M. Hum selaku Wakil Rektor I, Bapak H.M Daud Arif Khan, SE., M.Si, Ak, CPA selaku Wakil Rektor II, Ibu Dr. Romlah Widayati, M.Ag selaku Wakil Rektor III.

2. Dr. H. Muhammad Ulinnuha, MA., Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu AL-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah banyak memberikan arahan-arahan, petunjuk serta motivasi kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya dengan sebaik-baiknya dan senantiasa berkenan meluangkan waktunya di tengah aktifitas beliau yang padat.

3. Bapak M. Haris Hakam, S.H, M.A, Ketua Program Studi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Ibu Mamluatun Nafisah, S.Ud, M.Ag Sekretaris Program Studi Ilmu dan Tafsir.

4. Seluruh Staf Fakultas Ushuluddin yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi.

5. Ibu Hj. Istiqomah, S.Thi., MA. Penguji I, Bapak Ali Mursyid, M.Ag. penguji II, Ibu Dr. Romlah Widayati, M.Ag ketua sidang Munaqasyah dan Ibu Mamluatun Nafisah, S.Ud, M.Ag. sekretaris sidang Munaqasyah.

6. Bapak Drs. Arison Sani, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

(8)

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’am (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan penulis.

8. Para Instruktur Tahfidz Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah sabar dalam membimbing serta tiada henti memotivasi penulis untuk rajin menghafal dan menjaga Al-Qur’an.

9. Ayahanda tercinta H. M. Ali Rosyad Terimakasih banyak atas diberikannya kesempatan ananda menuntut ilmu di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Semoga ilmu yang ananda dapatkan di sini bermanfaat. Dan atas setiap do’a yang selalu dipanjatkan dan motivasi yang diberikan pada ananda.

10. Untuk ibuku tercinta, Ibu HJ. Nurizzah, terimakasih atas do’a yang selalu dipanjatkan di setiap sholatnya dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1.

11. Kepada sahabatku, (RAISA) Rista Rahmaini, Allya Nisa Daswar, Shabrina Awanis, Aulia Hafidzotunnisa, Nabila Assegaf, Nadlifah Marsya Khairunnisa, Nabilah Camelia, yang telah memberi motivasi dan do’a buat penulis.

Almasfiyah yang terus membantu segala kesulitan yang dihadapi penulis dan motivasi untuk cepat dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan penuh kerendahan hati, penulis haturkan terimakasih yang mendalam atas segala keikhlasan dukungan, motivasi, pengarahan, serta bantuan. Penulis hanya mampu berdo’a semoga Allah membalas semua amal perbuatan dengan kasih sayang-Nya.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya semoga Allah SWT memberikan manfaat bagi peneliti dan bagi siapapun yang membacanya, sebagai khazanah ilmu dan telaah diri. Aamiin

(9)

Jakarta, Agustus 2019 Peneliti

Ismi Mar’atul Lathifah

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Penulis ... iii

Motto ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

(10)

Pedoman Trasliterasi ... xiii

Abstraks ... xviii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Tinjuan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Teknik dan Sistematika Penulisan ... 12

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG TABARRUJ A. Tabarruj dan Tazayyun ... 13

1. Pengertian Tabarruj ... 13

2. Hukum tabarruj ... 17

3. Pengertian Tazayyun ... 19

4. Hukum tazayyun ... 20

5. Perbedaan Tabarruj dan Tazayyun ... 21

B. Macam-macam Tabarruj ... 21

1. Alat Kecantikan ... 21

(11)

2. Cara Berpakaian Muslimah ... 26

3. Memakai Parfum atau wangi-wangian ... 36

4. Perhiasan Permata dan Berlian ... 39

5. Cara Berjalan ... 40

H. Bahaya dan Akibat Tabarruj ... 41

BAB III: BIOGRAFI KH. BISRI MUSTHAFA DAN M. QURAISH SHIHAB A. Biografi KH. Bisri Musthfa 42 1. Riwayat Hidup KH. Bisri Musthfa 42 2. Rihlah Ilmiah ... 43

3. Karya-karya KH. Bisri Mustahfa ... 50

B. Profil Tafsir Al-Ibriz ... 53

1. Latar Belakang Penafsiran ... 53

2. Latar belakang Penamaan ... 54

3. Corak Penafsiran ... 55

4. Sumber Penafsiran ... 56

5. Metode Penafsiran ... 57

C. Biografi Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, M.A ... 58

1. Riwayat Hidup KH. Bisri Musthafa ... 58

2. Rihlah Ilmiah ... 60

3. Karya-karya M. Quraish Shihab ... 63

D. Profil Tafsir Al-Misbah ... 66

1. Latar Belakang Penafsiran ... 66

(12)

2. Latar belakang Penamaan ... 68

3. Corak Penafsiran ... 68

4. Sumber Penafsiran ... 69

5. Metode Penafsiran ... 70

BAB IV: PEMAPARAN AYAT-AYAT TABARRUJ BESERTA TAFSIRNYA A. Penafsiran Ayat-ayat Tabarruj ... 73

1. Penafsiran QS. An-Nûr [24]: 31 ... 74

a. Penafsiran KH. Bisri Musthafa ... 75

b. Penafsiran M. Quraish Shihab ... 77

c. Analisis persamaan dan perbedaanb ... 79

2. Penafsiran QS. An-Nûr [24]: 60 ... 80

a. Penafsiran KH. Bisri Musthafa ... 80

b. Penafsiran M. Quraish Shihab ... 81

c. Analisis persamaan dan perbedaan ... 82

3. Penafsiran QS. Al-Ahzâb [33]: 33 ... 83

a. Penafsiran KH. Bisri Musthafa ... 83

b. Penafsiran M. Quraish Shihab ... 85

c. Analisis persamaan dan perbedaan ... 88

B. Hasil Analisis ... 89

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 94

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam petunjuk praktik penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

A. Konsonan No Huruf

Arab

Huruf Lain No Huruf Arab

Huruf Lain

1 ا A 14 ص Sh

2 ب B 15 ض Dh

3 ت T 16 ط Th

4 ث Ts 17 ظ Zh

5 ج J 18 ع

6 ح H 19 غ Gh

7 خ Kh 20 ؼ F

8 د D 21 ؽ Q

9 ذ Dz 22 ؾ K

10 ر R 23 ؿ L

11 ز Z 24 ـ M

(14)

12 س S 25 ف N

13 ش Sy 26 ك W

No Huruf Arab Huruf Lain

27 ق H

28 ء ,

29 ي Y

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah آ : â ْي َ...: ai

Kasrah ي: î ْك َ...: au

Dhammah ك : û

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti alif lam (ؿا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (ؿا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.

Contoh ةرقبلا: al-Baqarah

2. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiyah

(15)

Kata sandang yang diikuti alif lam (ؿا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan didepan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh: لجّرلا : ar-rajul 3. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

( ّّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggaandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh: ِهّللاِباَّنَمَأ : Ȃmannâ billâh 4. Ta’ Marbuthah (ة )

Ta’ Marbuthah (ة ) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh: ِةَدِئْفَلأا : al-Af’idah

Sedangkan ta’ Marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”.

Contoh: ٌةَبِصاَن ٌةَلِماَع : `Ȃmilatun Nâshibah.

5. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Alî Hasan al-‘Ȃridh, al-

‘Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khususnya untuk penulisan kata Alqur`an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

(16)

ABSTRAK

Ismi Mar’atul Lathifah Nim: 15210661)

Judul: Tabarruj menurut KH. Bisri Musthafa dan M. Quraish Shihab (studi komparatif Tafsir Al- Ibriz dan Al-Misbah)

Al-Quran sebagai pedoman pokok dalam dalam melaksanakan syari’at islam, seharusnya dimengerti umat islam. Kata tabarruj dalam Al-Qur’an menggambarkan suatu fenomena masyarakat. Tabarruj diartikan sebagai tingkah laku kaum perempuan yang berdandan berlebihan dan menampakan kecantikan serta bentuk tubuh kepada lawan jenisnya. Sehingga penulis ingin meneliti tentang tabarruj menurut KH. Bisri Musthafa dan M. Quraish Shihab.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research).

Penelitian telaah pustaka ini merupakan penelitian kualitatif dengan sumber data primer yaitu Tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah dan data sekunder berupa buku-buku yang relevan. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunanakan penelusuran kepustakaan dan metode

(17)

dokumentasi. Analisis data penelitian ini adalah analisis isi dan teknik analisis deskripsi- komparasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) QS. An-Nûr[24]: 31, KH. Bisri Musthafa berpendapat bahwa perhiasan yang disembunyikan pada penggalan ayat ini ialah gelang kaki, sedangkan M.Quraish Shihab berpendapat bawa perhiasan yang disembunyikan ialah gelang kaki dan juga parfum. (2) QS. An-Nûr[24]: 60, KH. Bisri berpendapat diperbolehkannnya menanggalkan pakaian bagi perempuan tua pada ayat ini ialah menampakan muka dan kedua telapak tangan, sedangkan M. Quraish berpendapat bahwa menanggalkan pakaian ialah tidak menggunakan kerudung juga pakaian yang longgar ini berlaku bagi perempuan tua. (3) QS. Al- Ahzâb[33]: 33, KH. Bisri berpebdapat tentang arti kata tabarruj menurutnya tabarruj ialah menggunakan pakaian terbuka, terlihat dada dan punggungnya, serta menggunakan kerudung dengan cara dikalungkan atau disampirkan. Sedangkan menurut M. Quraish tabarruj ialah menggunakan make up, yang dilarang dan juga secara berlebihan tidak sewajarnya, berjalan berlenggk-lenggok dan membuka aurat ketika keluar dari rumah. Keduanya sependapat pada QS.

An-Nûr[24]: 31 bahwa aurat perempuan yang boleh ditampakan ialah muka dan telapak tangan.

Penafsiran yang sependapat juga terdapat pada QS. An-Nûr[24]: 60 bahwa larangan tabarruj di berikan kepadaseluruh perempuan, baik perempuan muda maupun perempuan yang telah tua sekalipun.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran agama islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Sebagai pedoman dan solusi dari setiap persoalan yang dihadapi, harus dikembalikan kepada al- Qur‟an. Apabila didalamnya tidak dijelaskan secara rinci, maka dirujuk kepada sumber hukum setelahnya, yaitu hadist.

Diantara persoalan besar yang dihadapi oleh manusia adalah yang berkaitan dengan wanita. Harta yang paling berharga yang dimiliki wanita adalah rasa malu dan harga diri. Jika wanita melepaskan pakaian malunya dan tidak lagi menjaga harga diri , dampaknya akan menimpa dirinya, keluarga, dan masyarakat tempat ia tinggal. Maka selayaknya keluarga dan masyarakat juga turut serta dalam menjaga nilai-nilai ini pada diri wanita-wanitanya. Salah satu persoalan yang terkait dengan wanita adalah tabarruj.

Tabarruj merupakan perbuatan wanita yang melanggar aturan aturan atau ajaran ajaran yang telah diajarkan dalam ajaran agama islam. Firman Allah:

ِةَّيِلِهاَْلْا َجُّرَػبَػت َنْجَّرَػبَػت َلََك

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang orang jahiliyah dahulu” (Al-Ahzab[33] : 33)1

Wanita identik dengan hiasan dan perhiasan. Karena makhluk yang satu ini senang mempercantik tubuh dan wajah. Sifat dari wanita ialah senang memperlihatkan kecantikannya. Agar tetap terlihat sempurna2.

Perhiasan wanita ialah segala sesuatu yang dipergunakan wanita sebagai perhiasan, baik itu berupa perhiasan alami seperti wajah, rambut, bentuk tubuh yang sempurna, atau perhiasan yang diciptakan seperti baju, anting-anting, kalung, cincin, gelang, dan sebagainya.3

1 Khalid bin Abdurrahman Asy-syayi, Bahaya Mode, (Jakarta, 1993) cet. Ke 1, h. 32

2 Atiqah Hamid, Paling Lengkap Dan Praktis Fiqih Wanita,(Yogyakarta, 2016) cet. Ke 1 h. 32

3 Amru Abdul Karim Sa‟dawi, Wanita dalam Fiqih Al-Qaradhawi, (Jakarta timur, 2009) cet. Ke.1 h. 314

(19)

Akan tetapi justru perbuatan ini merupakan prilaku yang mewabah dijaman yang modern ini. Dimana wanita wanita yang memamerkan aurat yang seharusnya ditutupi didepan umum. Sekarang ini bnyak wanita yang mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kontes kontes kecantikan untuk disebut sebagai ratu kecantikan dll.

Dalam masalah berhias, islam menggariskan aturan-aturan yang harus ditaati yakni dalam apa yang disebut etika berhias. Tidak boleh misalnya, seseorang berhias hanya mementingkan mode yang berlaku, sementara batasan-batasan yang sudah ditentukan agama ditinggalkan.

Berhias secara islami akan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan, karena apabila seseorang yang berhias diniatkan sebagai ibadah akan menjadi jalan untuk mendapatkan pahala. Apabila sebaliknya seseorang berhias mengabaikan aturan islam maka segala yang dilakukan dalam berdandan akan menjadi pendorong untuk berbuat maksiat.

Di zaman modern sekarang ini, dimana dunia semakin maju baik dari segi IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) maupun dari segi mode, mengakibatkan lahirnya berbagai macam bentuk model pakaian dan riasan untuk kaum wanita yang mana model bentuknya berbeda dari tahun ke tahun. Karena perkembangan zaman tersebut, Para wanita keluar rumah tampil dengan dandanan menor dan parfum dipakaian dengan berbagai macam aroma yang semerbak, pakaian dengan hiasan yang mencolok mata.

Mereka sudah tidak merasa malu memperlihatkan auratnya kepada orang lain yang dapat membangkitkan syahwat pria yang melihatnya. Akibatnya, berbagai kasus pelecehan terhadap wanita biasanya lahir dari penampakan aurat serta dandanan yang menarik mata sehingga membangkitkan syahwat lelaki. Namun, sudah menjadi hal biasa keadaan wanita yang demikian itu dan dianggap lumrah oleh sebagian besar masyarakat kita.

Dalil-dalil yang menerangkan keharaman tabarruj Telah banyak di jelaskan di dalam al-Qur'an, dalam ayat-ayatnya serta hadits-hadits shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, yang keduanya merupakan sumber hukum yang paling pokok di dalam syari'at agama Islam. Di dalam ayat-ayat mau pun hadits-hadits tersebut, begitu banyak bertebaran dalil yang menjelaskan serta mengharamkan perbuatan tabaruj disertai ancaman yang sangat keras bagi siapa saja yang melanggarnya, karena di dalam tabaruj

(20)

tersebut terkandung akibat dan kerusakan yang sangat fatal bagi agama, masyarakan serta lingkungan. Di antara dalil-dalil tersebut yaitu:

1. Firman Allah Ta'ala:

"Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu". (QS.

Al-Ahzâb [33]: 33).4

Maksud ayat yaitu tetapilah rumahmu jangan keluar rumah tanpa ada keperluan yang mendesak, karena hal itu tentu lebih selamat dan bisa lebih menjaga dirimu.

Kalau kita perhatikan ayat mulia di atas tadi, akan kita dapati bahwasanya kandungan yang ada di dalamnya di tujukan kepada istri-istri Nabi Shalallahu 'alihi wa sallam secara khusus, akan tetapi hukumnya berlaku umum bagi seluruh wanita kaum muslimin, karena istri-istri Nabi merupakan ibunda kaum muslimin, di samping itu mereka adalah teladan yang baik bagi wanita lain, serta contoh bagi seluruh wanita pada setiap zaman dan tempat.

Dan yang lebih menegaskan lagi akan hal itu adalah keumumam hukum yang berkaitan dengan masalah ini, sebelum berdalil dengan ayat di atas atau yang akan kita sebutkan sesudah ayat ini, yaitu dalil yang menunjukan tidak bolehnya seorang wanita melembutkan suaranya di hadapan laki-laki serta perintah supaya mereka para wanita berbicara seperlunya dan tidak di buat-buat yang membuat seorang laki-laki tergoda atau ingin menggodanya, dan juga larangan bertabaruj seperti tabarujnya orang-orang Jahiliyah yang pertama dahulu, dan tabaruj artinya menampakan perhiasaan dan kemolekan tubuhnya, dan juga perintah untuk mengerjakan sholat, membayar zakat, serta mentaati Allah dan Rasul-Nya. Maka semua perintah ini umum, masuk di dalamnya istri- istri Nabi dan juga seluruh para wanita kaum muslimin.

2. Firman Allah swt.

Di antara salah satu dalil yang menerangkan keharaman bertabaruj adalah firman Allah Ta'ala:

اَهْػنِم َرَهَظ اَم َّلَِإ َّنُهَػتَنيِز َنيِدْبُػي َلََك

4 Amru Abdul Karim Sa‟dawi, Wanita dalam Fiqih Al-Qaradhawi, (Jakarta timur, 2009) cet. Ke-1h. 309

(21)

"Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya". (QS. An-Nûr[24]: 31). 5

Dan makna zinah di dalam bahasa Arab mempunyai tiga kemungkinan makna yang pertama bisa bermakna pakain yang bagus, yang kedua bermakna perhiasaan, dan yang ketiga bermakna sesuatu yang biasa di pakai oleh wanita secara umum mulai dari ujung rambutnya, wajah dan anggota badan yang lainnya, yang sering di ungkapkan pada zaman sekarang dengan alat-alat kecantikan.

3. Diantara yang lainnya adalah firman Allah Azza wa jalla:

َرْػيَغ َّنُهَػباَيِث َنْعَضَي ْفَأ ٌحاَنُج َّنِهْيَلَع َسْيَلَػف اًحاَكِن َفوُجْرَػي َلَ ِتِ َّلَّلا ِءاَسِّنلا َنِم ُدِعاَوَقْلاَك ٌميِلَع ٌعيَِسَ ُهَّللاَك َّنَُلَ ٌرْػيَخ َنْفِفْعَػتْسَي ْفَأَك ٍةَنيِزِب ٍتاَجِّرَػبَتُم

"Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada lagi berkeinginan untuk kawin (lagi), Tidaklah berdosa atas mereka menanggalkan pakaiannya dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan ". (QS. An-Nûr: 60).6

Perempuan-perempuan tua yang telah berhenti masa haidnya, maksudnya adalah orang tua yang sudah sampai pada masa menopause, yang sudah tidak mungkin lagi untuk haid dan hamil di karenakan usianya yang sudah tua, di mana biasanya mereka sudah tidak punya keinginan lagi untuk menikah dan sudah tidak punya hasrat terhadap lawan jenis.

Dan jangan di pahami bahwa maksud ayat; tidak berdosa bagi mereka menanggalkan pakaiannya, dengan menanggalkan seluruh pakaian yang biasa di pakainya. Oleh karena itu, berdasarkan hal itu maka para ulama tafsir telah bersepakat bahwa yang di maksud dengan pakaian di dalam ayat ini adalah kerudung, sebagaimana di jelaskan dalam ayat Allah menyuruh untuk menurunkan kerudungnya.7

hal itu seperti yang Allah Ta'ala firmankan dalam surat al-Ahzab:

َكِلَذ َّنِهِبيِب َلََّج ْنِم َّنِهْيَلَع َينِنْدُي َينِنِمْؤُمْلا ِءاَسِنَك َكِتاَنَػبَك َكِجاَكْزَِلأ ْلُق ُِّبَِّنلا اَهُّػيَأ اَي اًميِحَر اًروُفَغ ُهَّللا َفاَكَك َنْيَذْؤُػي َلََّف َنْفَرْعُػي ْفَأ َنَْدَأ

5 Abdullah bin Ibrahim al-Jarullah, Menjadi mutiara terindah, (Solo, 2004) cet. Ke 1 h. 27

6 Abdullah bin Ibrahim al-Jarullah, Menjadi mutiara terindah, (Solo, 2004) cet. Ke 1 h. 29

7 Abdullah bin Ibrahim al-Jarullah, Menjadi mutiara terindah, (Solo, 2004) cet. Ke 1 h. 29

(22)

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS. Al-Ahzâb[33]: 59).8

Adapun firman Allah Ta'ala; "Dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan". Maksudnya yaitu tidak menampakan zinanya. Karena hakekat tabaruj adalah pembebanan diri dengan menampakan sesuatu hal yang seharusnya wajib untuk di tutupi, akan tetapi kalimat ini lebih khusus sering di gunakan bagi wanita karena ada larangannya, yaitu agar mereka tidak membuka perhiasaannya di depan lelaki yang bukan mahramnya serta tidak menampakkan kemolekan tubuhnya di hadapan mereka. Adapun makna ayat maksudnya yaitu izin untuk menanggalkan khimarnya untuk semua wanita akan tetapi izinnya di tujukan bagi perempuan yang sudah tua, yang sudah tidak punya hasart lagi untuk berhias, dan sudah tidak punya keinginan pada lawan jenis, apa lagi menikah, akan tetapi walaupun sudah ada izin yang membolehkan mereka untuk menanggalkan khimarnya. tapi jika mereka menjaga dirinya dengan tidak melepasnya tentu hal itu lebih baik lagi bagi mereka.

Hal ini lebih menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai tabarruj. Penulis ingin mengetahui bagaimana tabarruj yang dilarang dalam al- Qur‟an melalui beberapa penafsiran al-Qur‟an yakni KH. Bisri Mustofa dan Quraish Shihab. Bagaimana pandangan KH. Bisri Mustofa dan Quraish Shihab mengenai tabarruj dalam tafsir mereka, yakni tafsir al-Ibriz dan tafsir al-Misbah.

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam ayat tentang larangan tabarruj melalui dua tokoh penafsiran . dan untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul:

TABARRUJ MENURUT KH. BISRI MUSTOFA DAN QURAISH SHIHAB.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

berdasarkan latar belakang masalah diatas, dan supaya peneliti dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti dengan beberapa masalah:

1. Mufassir yang dibahas dalam skripsi ini adalah KH.Bisri Mustofa dan Quraish Shihab.

8 Abdullah bin Ibrahim al-Jarullah, Menjadi mutiara terindah, (Solo, 2004) cet. Ke 1 h. 29

(23)

2. Ayat yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan tabarruj.

Dari pembatasan masalah tersebut, penulis dapat merumuskannya sebagaimana berikut, yaitu:

1. Bagaimana pandangan KH.Bisri Mustofa dan M.Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat tentang tabarruj dalam al-Qur‟an?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan KH.Bisri Mustofa dan Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat tentang tabarruj ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan suatu ilmu yang belum didapatkan oleh peneliti, pelajaran yang belum peneliti ketahui, semoga dengan ini peneliti lebih dapat memahaminya.

2. Memperoleh pemahaman yang mendalam melalui penafsiran KH.Bisri Mustofa dan Quraish Shihab terhadap ayat-ayat tentang tabarruj.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran (ide atau gagasan) tentang tabarruj dalam Al-Qur‟an, khususnya dalam tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah untuk menambah khazanah tulisan dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan wawasan terhadap penulis khususnya dan kepada seluruh pembaca umumnya, tentang tabarruj dalam tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah.

b. Memberikan wawasan kepada masyarakat, khususnya orang islam untuk menyikapi persoalan-persoalan perempuan terutama terhadap kata tabarruj yang sudah final untuk dikaji lebih jauh. khususnya dalam memahami QS. An-Nur[24]:

31 dan 60, QS. Al-Ahzab[33]: 33 yang menjadi acuan agar mengetahui bahayanya tindakan tabarruj.Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman berkenaan dengan problematik fashion modern muslimah dan juga lebih berhati hati dalam menentukan sikap berdandan serta keinginan untuk diperhatikan dan memamerkan keindahan tubuh kaum wanita.

(24)

c. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada tema atau metodologi penelitian yang sama.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan berbagai penelitian di berbagai perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan skripsi dan beberapa buku yang didalamnya ada pembahasan tentang tabarruj. Adapun skripsi tersebut ialah:

1. “Penggunaan parfum bagi wanita dalam perspektif hadist” yang disusun oleh nurhasanah. Didalamnya membahas beberapa masalah yang beraitan dengan penggunaan parfum bagi wanita dengan meneliti hadist-hadist yang terdapat dalam kutub al-Sittah. Lalu ia merumuskan permasalahan pada bagaiamna pandangan hadist tentang penggunaan parfum bagi wanita. Pada kesimpulannya, ia menemukan bahwa penggunaan parfum bagi wanita dalam pandangan hadist terbagi menjadi 3: yakni, a. diperbolehkan penggunaan parfum dalam berhias dengan syarat selalu menjadi

I‟tidal (keseimbangan) dan tidak berlebihan dalam berhias.

b. Diharamkan jika dalam penggunaan parfum ditunjukan untuk menggoda lawan jenis atau mencari perhatian mereka.

c. Terakhir, disunahkan bagi wanita untuk memakai parfum sesuka hatinya (dalam hal ini tidak dibatasi dengan criteria parfumnya) jika seorang wanita sedang berada dekat dengan suaminya, ataupun memakai parfum yang sesuai dengan kesukaan suaminya.

2. Skripsi yang ditulis oleh Mahfudoh dengan judul “Tabarruj Menurut al-Qurtubi dan Quraish Shihab : Pandangan serta implikasinya terhadap siswi lembaga pendidikan islam di desa sukadalem kecamatan waringkurung kabupaten serang”.skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana penafsiran tabarruj menurut Qurtubi dan Quraish syihab dan serta bagaiman masyarakat daerah desa sukadalam mengetahui kata tersebut dan juga pemahamannya.

Disini penulis akan mengupas pengertian tabarruj secara meluas menurut penafsiran KH. Bisri Mustofa dan Quraish Shihab terkait pandangan nya dalam permasalahan tabarruj.

F. Metodologi Penelitian

(25)

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah kualitatif, dengan metode penelitian berjenis studi kepustakaan (library research), maksudnya semua sumber berdasarkan bahan-bahan tertulis mengenai obyek penelitian.

2. Sumber data

Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan data yang relevan dengan tema skripsi. Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Al-Qur‟an Al-Karim dan terjemahan Kementrian Agama RI.

b. Kitab Tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah.

c. Buku-buku yang berkaitan dengan tabarruj.

Wanita, buku-buku yang berkaitan dengan Tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah baik dari segi biografi kitab Tafsir maupun biografi penulisnya serta buku-buku yang berkaitan dengan tabarruj seperti Menjadi Mutiara Terindah, Bahaya Mode, dan buku-buku lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mengambil data dari sumber-sumber data baik primer maupun sekunder, kemudian dikutip baik kutipan langsung maupun tidak langsung. Setelah itu data tersebut diklarifikasikan sesuai dengan permasalahan dan dianalisa sehingga menjadi satu penjelasan yang telah dan padat sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Setelah mengumpulkan beberapa data, metode analis data yang akan dilakukan penulis adalah metode deskriptif-analitis-komparatif, yaitu memulai mengumpulkan data baik primer maupun sekunder lalu diteliti, dijabarkan dan dianalisis kemudian dikomparasikan agar kemudian dapat diambul kesimpulan.

(26)

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik dan sistematika penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Pembahasan penelitian ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari bagian yang tak terpisahkan dan saling terkait.

Bab I merupakan pengantar atau pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan bagian yang menghubungkan tema dengan tema yang dibahas. Di dalamnya akan dijelaskan secara ringkas tentang tabarruj dalam al-Qur‟an dan mengenai pengertian tabarruj.

Bab III merupakan pembahasan tentang profil tafsir meliputi, jenis, corak, metodologi, cara, juga membahas tentang biografi mufassir yakni KH. Bisri Mustofa dan M. Quraish Shihab.

Bab IV membahas tentang pokok kajian yaitu penafsiran mengenai kajian inti yang dibahas yaitu ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan tabarruj dalam tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah, kemudian menganalisis persamaan dan perbedaan kedua mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang tabarruj.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini ditarik beberapa kesimpulan dan hasil pembahasan guna menjelaskan dan mejawab permasalahan yang telah disebutkan dalam rumusan masalah.

(27)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan bab-bab sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. (QS. AN-Nur: 31) larangan menghentakan kaki karena akan terdengar suara perhiasan yang disembunyikan, KH. Bisri berpendapat perhiasan yang disembunyikan ialah gelang kaki, sedangkan M. Quraish Shihab mengatakan perhiasan yang disembunyikan adalah gelang kaki dan parfum.

b. (QS. An-Nur: 60) diperbolehkan menanggalkan pakaian bagi perempuan tua, KH.

Bisri berpendapat menanggalkan pakaian ialah menampakan muka dan telapak tangan, sedangkan M. Quraish mengatakan bahwa menanggalkan pakaian ialah tidak menggunakan kerudung juga pakaian yang longgar.

c. (QS. Al-Ahdzab: 33) larangan tabbarruj, menurut KH. Bisri tabarruj ialah menggunakan pakaian terbuka, terlihat dada dan punggungnya, serta menggunakan kerudung dengan cara dikalungkan atau disampirkan. Sedangkan M. Quraish mengatakan tabarruj ialah menggunakan make up secara berlebihan, berjalan berlenggak-lenggok, dan membuka aurat ketika keluar rumah.

B. Saran

Setelah penulis menyimpulkan beberapa point, maka perlu adanya saran sebagai berikut:

1. Penulis merasa skripsi ini belum sempurna dalam mengkaji ayat-ayat yang berbicara tentang tabarruj. Penulis berharap bisa memberikan kesempatan kepada penulis lainnya untuk melanjutkan pembahasan tema ini lebih detail lagi.

2. Semoga skripsi ini bisa dijadikan rujukan oleh kaum perempuan dengan lebih memperhatikan hal-hal yang dilarang dan yang diperbolehkan dalam syari‟at islam.

3. Dengan hadirnya skripsi ini penulis sangat berharap kepada pembaca untyk lebih mendalam dan mengkaji mengenai ayat-ayat tabarruj. Setidaknya

(28)

hadirnya skripsi ini dapat menambah penemuan baru dalam dunia Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

ad-Dhahak, Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa bin, Al-Jami‟ Al-Kabir, Berut: Dar Gharib Islami, 1998 H

Ahmad, Abu Abdullah Musnad Imam Ahmad, Muassasah Ar-Risalah, 2001

Ali, Muhammad bin Muhammad Hijab Pakaian Penutup Aurat Istri Nabi saw. Jakarta: PT. Buku Kita 2008

Al-Khasyit, Muhammad Utsman Fikih Wanita Empat Madzhab, Jakarta: Lontar Mediatama, 2017 cet.

Ke-3

al-Jarullah, Abdullah bin Ibrahim, Menjadi mutiara terindah, solo, 2004 cet. Ke 1

___________________________, Masuliyatul Marrah al-Muslimah, Jurnal islam house 2012 Al Marudi, Imad Zaki, Tafsir Wanita, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004, cet. ke-1 Asy-syayi, Khalid bin Abdurrahman Asy-syayi, Bahaya Mode, Jakarta,cet.ke 1, 1993 Al-Hajjaj Muslim, Shahih Muslim, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Berut: Dar Ihya Al-Marudi, Imad Zaki, Tafsir Wanita, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004 cet. ke-1

Al Asymuni, Nabil Mahmud, Ummu Mahmud, Panduan Muslimah Mempercantik Diri, Surabaya: La Raiba Bima Amanta, 2006

Al-Bantani, Muiz Fikih Wanita, Tangerang Selatan: Mulia, 2017

Anwar, Hamdani Telaah kritis Terhadap Tafsir Al-Misbah, Mimbar Agama dan Budaya, februari, 2002 Amir, Mafri Literatur Tafsir Indonesia, Tangerang: Mazhab Ciputat,2013 cet. Ke-2

Baz, Syaikh Ibnu Risalah as-Sufur wal hijab, Yayasan Risalah Pers, 2001

Bukhari , Muhmmad bin Ismail Abu Abdullah, Shahih Bukhari, Muhammad Zahir bin Nasir, Daar Touq An-Najah, 1422 H

Ghofur, Saiful Amin Profil para Mufassir Al-Qur‟an, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008 Haj, Mulhandy Ibn Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab. Bandung: Espe Press 1986 Hamid, Atiqah , paling lengkap dan praktis fiqih wanita, Yogyakarta, cetakan ke 1, 2016 Ibnu, Mandzur Al-„Alamah Lisanul „Arab, Daar el Hadist, 2006

„Isa, Muhammad bin „Isa, Sunan At-Tirmidzi, Syirkah Maktabah, 1975

Karzun, Ahmad Hasan Adab berpakaian pemuda islam, Jakarta: Darul Falah, cet. Ke-1

Kasmatoni, “lafadz Kalam Dalam Tafsir Al-Misbah Quraish Shihab studi Analisa Sematik, tesis, Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008

(30)

Kharisma, Kehidupan Ringkas 26 Ulama NU Bandung: Penerbit Mizan , 1998 Muhyidin, Muhammad Membelah Lautan Jilbab, Yogyakarta: Diva Press, 2008 Muthahhari, Murtadha, Wanita dan Hijab, (Jakarta: Lentera, 2002)cet. ke-2

,Perspektif Al-Qur‟an Tentang Manusia dan Agama, Bandung: Mizan,1989 Musthafa, Bisri al-Ibriz Lima‟rifati Tafsir Al-Qur‟an al-Aziz, Rembang, Menara Kudus, 1959 jilid 1 Purwadi, Kamus Jawa-Indonesia, Jakarta: Pustaka Widyata, 2003

Sa‟dawi, Amru Abdul Karim , Wanita dalam Fiqih Al-Qaradhawi, Jakarta timur, cet.1 2009 Sa‟id, Ummu, Fikih Keluarga dan Wanita, (2013), h. 25

Shihab, M.Quraish, Menjawab Soal Perempuan Yang Patut Anda Ketahui, Jakarta: Lentera Hati, 2010 , jilbab pakaian wanita muslimah, Jakarta: Lentera Hati, 2004

,Mukjizat Al-Qur‟an, Bandung: Mizan, 2007

,membumikan alqur‟an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat bandung, al-Mizan, 2003

,Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013 Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Amzah,2014

Wartini, Atik “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah”. Hunafa, Jurnal Studi Islamika, Vol. 11, No. 1, Juni 2014

Yanggo, Huzaemah Tahido, Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta: ghalia Indonesia cet. ke-1, 2010 Zein, Achyar, Journal Hadist studies, Desember 2017, vol.1 no.2

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Quraish Shihab yang berkaitan dengan perpecahan umat dari seluruh aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran, kemudian dikuatkan dengan penafsiran ahli tafsir yang

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

Meskipun di awal dijelaskan alasan utama penulisan Tafsir al-Ibri>z adalah sebagai khidmad terhadap Alquran, namun dirasa terdapat alasan lain dalam penulisan

Ditinjau dengan teori sosiolinguistik penggunaan bahasa krama dalam penyifatan Allah dalam Tafsir Al-Ibriz merupakan alih kode yang berwujud tingkat tutur dari

Dalam tafsir Al-Misbah ini, metode yang digunakan Quraish Shihab tidak jauh berbeda dengan Hamka, yaitu menggunakan metode tahlili (analitik), yaitu sebuah

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

32 Penafsiran Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah Q.S An-Nisa’ ; 35 menjelaskan, bahwa jika ketiga langkah yang dilakukan suami untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga tidak

Corak penafsiran Tafsir al-Misbah termasuk dalam kategori Adabĭ Ijtimā’ĭyakni corak tafsir memahami suatu ayat dengan mengemukakan ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur’an secara teliti,