Tahapan Analisis Genangan Banjir:
Metode LIDAR
1. Penyiapan data titik-titik ketinggian LIDAR Data titik-titik ketinggian LIDAR diperoleh berdasarkan data point cloud yang dapat diunduh dan diperoleh secara gratis dari website http://opentopo.sdsc.edu. Adapun wilayah yang menjadi lokasi kajian adalah salah satu wilayah di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya data LIDAR untuk wilayah di Indonesia.
2. Pembuatan DEM Pembuatan DEM dilakukan menggunakan perangkat lunak Global Mapper 15 berdasarkan titik-titik ketinggian untuk ground dan bathimetric pada data LIDAR. Resolusi DEM yang digunakan adalah 1 m x 1 m. DEM yang telah dibuat selanjutnya diekspor ke dalam format raster dengan ekstensi *.GeoTiff.
3. Pembuatan model geometri sungai DEM yang telah dibuat selanjutnya dibuka pada perangkat lunak ArcGIS 10. Modul HECGeoRAS 10.1 yang telah diinstal di ArcGIS 10 digunakan untuk membuat model geometri sungai, diantaranya alur saluran utama dan bantaran sungai, serta penampang melintang sungai.
4. Simulasi profil muka air banjir Model geometri sungai disimulasikan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 4.1. Simulasi dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi berikut: a.
Nilai kekasaran Manning saluran ditentukan sebesar 0,035 secara seragam. b. Debit banjir (aliran mantap) divariasikan sebanyak tiga variasi besaran, masing-masing yaitu 1.000 m 3 /s, 2.000 m 3 /s, dan 3.000 m 3 /s. Debit banjir tersebut digunakan sebagai kondisi batas (boundary condition) di hulu sungai. c. Elevasi muka air di hilir sungai ditetapkan sebesar + 3,0 m yang berlaku untuk seluruh debit banjir. Elevasi muka air tersebut digunakan sebagai kondisi batas di hilir.
5. Delineasi genangan banjir Hasil simulasi profil banjir untuk setiap debit banjir selanjutnya diimpor ke dalam HECGeoRAS 10.1 sehingga diperoleh batas-batas dan kedalaman genangan banjir.
6. Pemetaan genangan banjir Hasil delineasi genangan banjir selanjutnya di-overlay dengan foto udara sehingga dapat diperoleh gambaran daerah-daerah di sekitar sungai yang tergenang banjir
METODE ANALISIS FREKUENSI
Dengan pengumpulan data primer ( perlu dilakukan dengan adanya observasi lapangan).
Pengumpulan data Sekunder yaitu : a. Data Hidrologi
b. Peta DAS Sungai Paddangeng
c. Data Riwayat Banjir Data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang dilakukan dari beberapa Instansi pemerintahan. Dilanjutkan dengan
a. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey dan menggunakan data sekunder, yaitu data dikumpulkan dari instansi yang terkait. Jenis data yang dibutuhkan adalah:
1. Peta Topografi lokasi kajian, meliputi peta topografi, peta jaringan drainase eksisting, dan peta tata guna lahan.
2. Data dan Peta jaringan drainasi, berupa dimensi dan data saluran drainase.
3. Data curah hujan harian 4. Data harga satuan pekerjaan 5. Data tanah dan jenis tanah b. Analisis Data
1. Penyiapan Data Curah Hujan Adapun langkah-langkah analisis hidrologi sebagai berikut:
a. Analisa Curah Hujan menggunakan metode Poligon Thiessen.
b. Analisa Frekuensi Distribusi Curah Hujan Kala ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 menggunakan metode Log Person Type III
c. Analisa Debit banjir kala ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dan metode Hidrograf
2. Penyiapan Data Morfologi Sungai Adapun langkah-langkah penyiapan data raster sebagai berikut:
a. Pembuatan data kontur yang diperoleh dari data Demnas dengan mengatur interval kontur menjadi 0.5 meter. Hasil dari data kontur diubah menjadi data kontur berformat vector.
b. Pembuatan data TIN dilakukan dengan menggunkan kontur yang sebelumnya telah didapatkan.
c. Pembuatan data raster topografi dilakukan dengan menggunakan data TIN yang didapatkan dari proses sebelumnya, serta mengatur ukuran sel (gird size) menjadi 3 meter.
3. Penyiapan Data Geometri sungai dengan langkah sebagai berikut :
a. Stream Centerline Beri nama layer river/Center setelah itu Edit line kemudian Digitasi dari hulu ke hilir. Kemudian berikan naman pada Icon ID - Assign River code. Lalu masukkan River Name :principal/ Sungai Paddangeng dan Reach Name:” Hulu”untuk hulu sungai.
b. Pada FeatureBanks Buat line Kiri (atas) dan kanan (bawah) dari Hulu ke Hilir.
Jurnal Teknik Hidro Vol. 12 No. 1, Februari 2019 15 ISSN : 1979 9764 Setelah itu cek atribut, sudah ada nilai slope length.
c. Copy dari exixting stream centerline ke flowpath) Stream Centerline:River.
Kemudian Buat garis Flowpaths dengan mengaktifkan vertex snapping (kalau membuat flow tepat diatas bank) pilih edit untuk membuat flowpath diluar Banks, maupun diatas bank kemudian pilih Select flowpath assign,Line type: Left (Atas kalau hulunya dari kiri ke kanan), Center(chanel), Right (Bawah kalau hulunya dari kiri ke kanan), left (Bawah kalau hulunya dari Kanan ke kiri), Center(chanel), Right (Atas kalau hulunya dari kanan ke kiri).
d. XS Cut Lines untuk membuat cross section dengan menarik garik lurus dari arah kiri ke kanan menghadap ke hilir. Kemudian edit cross section apabila
penampang yang di hasilkan tidak sesuai. e. Buat River3D pada Ras Layer Stream Centerline Attribut dan XSCutLines3DRas LayerXS Cut Lines.
Selanjutnya Export RAS Data.
4. Penyiapan Syarat Awal dan Syarat Batas
a. Penyiapan data debit sungai Paddangeng periode 2, 5, 10, 20, 50,100 hingga 200 tahun kala ulang.
5. Pemilihan Skenario Aliran
a. Terdapat 2 skenario aliran yang digunakan pada Softwere HECRAS yaitu Aliran Steady dan aliran unsteady. Aliran steady ialah suatu aliran fluida yang tidak memiliki perubahan kecepatan terhadap semua titik dalam aliran tersebut dan aliran unsteady ialah ketika dalam aliran tersebut terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu.
b. Untuk kasus analisis genengan sungai jeneberang skenario yang digunakan ialah aliran steady.
LAPORAN PROYEK ANALISIS BANJIR
Survey Topografi, Pengumpulan Data dan pengolahan Data
a. Survey Topografi Survey topografi dilakukan agar diketahui cross section sungai dan debit sungai.
b. Pengumpulan Data Data yang diperlukan diantaranya:
1. Data DEM (Digital Elevation Model) dan titik koordinat sungai Way Gatel untuk delineasi DAS serta pembentukan peta kontur.
2. Peta kabupaten pringsewu beserta batas pekon.
3. Data curah hujan beberapa stasiun hujan dalam rentang waktu yang panjang di sekitar DAS.
4. Peta tata guna lahan kabupaten pringsewu
Dalam merencanakan penanggulangan banjir, analisa yang perlu ditinjau adalah Analisa hidrologi.
Analisa hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang akan berpengaruh terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan dibangun. Data hujan selanjutnya akan diolah menjadi data curah hujan rencana, yang kemudian akan diolah menjadi debit banjir rencana. Data hujan harian didapatkan dari stasiun pengukur hujan dimana stasiun tersebut masuk dalamc atchment area atau daerah pengaliran sungai.
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut (Soewarno, 1995) : 1. Menentukan Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta luasnya.
2. Menentukan curah hujan maksimum dalam 1 tahun dari data curah hujan tahun 2021.
3. Menghitung debit banjir menggunakan software HEC-HMS
ANALISIS FREKUENSI UNTUK DEBIT BANJIR Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana adalah debit maksimum pada suatu sungai dengan periode ulang tertentu.
Sumarauw (2013) menyatakan bahwa debit banjir rencana biasa didapatkan dengan beberapa metode antara lain:
a. Data Debit Tersedia
Metode yang dapat digunakan adalah Metode Analisis Frekuensi dari data debit tersedia, analisisnya dapat menggunakan fungsi distribusi yang paling sesuai seperti Normal, Log Normal, Gumbel atau Log Pearson III.
b. Tidak Tersedia Data Debit
Jika data debit tidak tersedia, maka analisis dilakukan dengan menghitung hujan rencana terlebih dahulu dengan memasukkan data curah hujan minimal 10 tahun, setelah didapat hujan rencana, hasil hujan rencana tersebut diubah menjadi debit rencana dengan menggunakan macam- macam metode yang ada antara lain:
Metode hidrograf satuan sintesis, yang pembentukan hidrograf satuannya dari data karakteristik DAS seperti Panjang sungai (L), Panjang sungai ke titik berat (Lc), kemiringan DAS, dan lain-lain. Metode ini biasanya digunakan jika ukuran DAS termasuk DAS sedang sampai besar
Metode Rasional . Metode ini biasanyan digunakan untuk DAS yang berukuran kecil.