(Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir
Oleh:
Nurhasanah NIM. 11210447
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 2018 M/ 1439 H
(Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir
Oleh:
Nurhasanah NIM. 11210447
Pembimbing:
Ali Mursyid, M. Ag
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 2018 M/ 1439 H
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ibarat sebuah bangunan, iman dapat dikatakan sebagai fondasinya.
Apabila fondasi iman ini tidak kuat, maka bangunan Islampun terancam roboh. Karena itu, penting untuk mempelajari konsep iman yang benar, termasuk enam rukunnya yang wajib diyakini satu demi satu, yang menentukan sah tidaknya keimanan seseorang.
Qadar merupakan rukun iman keenam dalam Islam. Banyak orang yang sering terbalik dalam mengartikannya bahkan tersesat dalam memahaminya. Pertanyaan semacam “mengapa saya Islam, sementara tetangga saya non muslim?; mengapa wajah saya jelek, sementara banyak orang yang ganteng dan cantik?; mengapa saya hidup miskin sementara teman saya kaya?, inikah suratan takdir?”. Pertanyaan tersebut menjadi persoalan yang pelik jika mereka yang mempertanyakan hal semacam itu tidak mengetahui makna takdir.
Banyak orang yang memperdebatkan masalah ini, ada yang berkata bahwa apakah manusia melakukan keburukan sesuai dengan kehendak Allah atau tidak, apakah manusia dapat menghentikan apa yang ingin dilakukannya sesuai dengan keinginannya dan akhirnya manusia sampai pada kesimpulan bahwa dirinya dapat menciptakan perbuatannya sendiri1. Oleh karena itu para ulama shalafusshalihin menyimpulkan bahwa permasalahan takdir haruslah disesuaikan dengan pandangan al-Qur’an dan sunnah yang shahih. Kalau tidak, boleh jadi seseorang akan terjerumus pada kekafiran atau bisa juga terjebak pada sikap apatis atau liberal.
1 Sayyidah Afaf Muhammad Baharits, Cahaya Tauhid, (Jakarta: Pustaka Afaf, 2005), h.
102
Terlepas dari permasalahan itu, pandangan mengenai takdir membawa dampak yang tidak kecil dalam kehidupan. Banyak orang berkeyakinan salah mengenai takdir, menyalahkan Tuhan atas berbagai kesulitan dan kemalangan yang menimpannya. Ini membuktikkan bahwa pandangan mengenai takdir akan mempengaruhi sikap dan mental seseorang dalam kehidupan. Setidaknya terdapat perbedaan dalam bersikap antara orang yang mempercayai bahwa dirinya adalah wujud yang terbelenggu dengan orang yang meyakini bahwa dirinya sendirilah yang berkuasa sepenuhnya atas masa depan nasibnya.2
Problem pertama yang muncul dalam permasalahan takdir adalah perbedaan pemaknaan terhadap takdir itu sendiri. Fethullah Gulen (L. 1941) dalam bukunya Qadar menuliskan bahwa, adakalanya makna kata takdir merupakan ketetapan Allah SWT yang berhubungan erat dengan kehendak manusia. Maksudnya, manusia diberi kewenangan untuk berbuat sesuatu, dan perbuatan yang merupakan hasil dari pilihan manusia itu sesuai dengan kehendak Allah SWT. Adakalanya pula makna kata takdir merupakan ketetapan akhir dari segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam ilmunya yang bersifat azali dan abadi baik sebelum takdir terwujud maupun setelah terwujud.3
Pernyataan di atas menunjukkan adanya dua makna tentang takdir yang seakan bertentangan. Makna pertama memberi pemahaman bahwa takdir tidak lepas dari ketetapan Allah dan kehendak parsial manusia dan makna yang lain menginformasikan tentang takdir merupakan ketetapan akhir dari Allah. Jika demikian takdir tidak hanya berkisar pada ilmu Allah semata sehingga kata takdir jika dimaknai sebagai sekedar kehendak Allah dengan ilmuNya hanyalah pengertian secara sempit.
2Syahrin Harahap, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya: 1999), h. 29
3Fethullah Gulen, Qadar, (Jakarta: Republik 2015), Cetakan ke II, h. 4
Membicarakan tentang makna takdir tidak luput dari pandangan aliran yang sangat menonjol dalam pembahasan ini, yakni Jabariyah4 dan Qadariyah5 serta Mu’tazilah. Menurut aliran Jabariyah semua kejadian itu telah ditentukan oleh Allah dari awal, baik berupa nasib baik maupun nasib buruk. Semua yang dilakukan atas kehendak Allah SWT dan manusia tidak dapat menghindarinya, tanpa dapat berikhtiar untuk mengubahnya.
Dasar pemikiran aliran Jabariyah mengenai takdir adalah manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam aliran ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Jadi nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat faham bahwa manusia melakukan pekerjaannya dalam keadaan terpaksa.6
Menurut aliran ini bahwa manusia terpaksa dan tidak memiliki pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah dilakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan atas dirinya segala amal perbuatan yang mesti dikerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah ciptaan Allah sama seperti apa yang Dia ciptakan pada benda-benda yang tidak bernyawa.7 Yang berarti segala perbuatan manusia tidak boleh lepas dari skenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Adapun aliran Qadariyah memaknai takdir dengan berpendirian bahwa segala ketentuan yang terjadi dan akan terjadi ada di dalam kehendak
4Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah s wt. artinya,manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya. Lihat Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.31
5Qadariyah adalah sebuah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap perbuatan hambaNya dan berkeyakinan bahwa Allah belum membuat ketentuan terhadap makhlukNya. Lihat Harum Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.31
6 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986), Cet. 5, h. 31
7 Abdul Rozak, dkk, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 42
manusia. Mereka beranggapan bahwa apabila segala sesuatu ditentukan oleh kehendak Allah, lalu untuk apa manusia berusaha?.
Ajaran aliran Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya.
Menurut faham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada takdir Allah.8
Aliran ini sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau tidak melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan tanpa campur tangan Allah.9
Sementara aliran Mu’tazilah10 berpendapat bahwa Allah bersifat bijaksana dan adil. Ia tak dapat berbuat jahat dan bersifat zalim. Tidak mungkin Allah menghendaki supaya manusia berbuat hal-hal yang bertentangan dengan perintah-Nya. Dengan demikian manusia sendirilah sebenarnya yang mewujudkan perbuatan baik dan perbuatan jahatnya, iman dan kufurnya, kepatuhan dan tidak kepatuhan kepada Allah. Atas perbuatan- perbuatannya ini manusia memperoleh balasan-balasan. Dan untuk terwujudnya perbuatan-perbuatannya itu Allah memberikan daya dan
8 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 31
9 Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 37
10Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan Teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama kaum Rsionalis Islam. Lihat Harum Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.38
kekuatan kepadanya. Tidak mungkin Allah menurunkan perintah pada manusia untuk berbuat sesuatu kalau manusia tidak mempunyai daya dan kekuatan untuk berbuat.11
Baik aliran Jabariyah, Qadariyah, maupun Mu’tazilah masing- masing memiliki pandangan yang berbeda tentang takdir, dimana setiap paham dari aliran ini saling bertolak belakang. Jika Jabariyah lebih mengedepankan takdir dengan beranggapan segala sesuatu adalah kehendak Allah dan menafikan ikhtiar, maka lain halnya dengan aliran Qadariyah yang mengedepankan ikhtiar manusia dan menafikan kehendak Allah. Adapun Mu’tazilah beranggapan bahwa Allah suci dari keburukan sehingga tidak mungkin menciptakan keburukan, dan menisbatkan penciptaan keburukan kepada manusia.
Berkaitan dengan pemikiran tersebut di atas, terdapat seorang tokoh yang memiliki perhatian khusus mengenai masalah takdir. Beliau adalah Badiuzzaman Said Nursi (w. 1960 M), seorang tokoh yang memiliki pandangan berbeda dan dapat menyatukan pandangan dari aliran-aliran tersebut. Karena pentingnya pembahasan tentang takdir ini beliau menulis dan menempatkannya dalam bab khusus dalam salah satu kitabnya berjudul Al-Kalimat (Sőzler). Beliau juga menafsirkan salah satu ayat yang menurutnya berkaitan dengan takdir dalam karyanya yang berjudul Isyârât al-I’jâz fî Madzhânnil Al-Îjâz (İşaratű’l İ’caz)
Ulama tersebut adalah Said Nursi lahir tahun 1877 di desa Nurs Provinsi Bitlis, di sebelah selatan Danau Van di Anatolia timur. Ayah Nursi, Sufi Mirza, memiliki sepetak kecil tanah. Bersama isterinya, Nuriye, mereka dikenal sebagai sosok yang saleh dan teguh pendirian.
Said muda memulai studinya pada usia 9 tahun di bawah arahan saudara tuanya, Abdullah. Karena tidak puas dengan metode pendidikan yang
11 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 41
ada, Nursi berpindah-pindah dari satu madrasah ke madrasah yang lain di kawasan Nurs selama 5 tahun.
Dengan metodenya sendiri Said Nursi berhasil mencapai level yang layak diganjar diploma ketika berusia 14 tahun. 90 jilid buku dipelajari dan dihafalkan oleh beliau. Said muda mulai berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, menantang ulama setempat untuk melakukan debat publik dan mampu mengalahkannya, sehingga beliau mendapat gelar Badiuzzaman (Keajaiban Zaman).
Berkenaan dengan pembahasan tentang takdir, Badiuzzaman Said Nursi menyimpulkan beberapa prinsip dasar untuk memahami takdir sebagai bantahan terhadap paham aliran-alian teologi lainnya, sehingga menarik untuk di bahas.
Dalam bukunya Sőzler atau Al-Kalimat, yirmialtıncı sőz (kalimat ke 26) Nursi menjelaskan bahwa takdir dan ikhtiar adalah dua bagian dari iman yang bersifat aktual dan perasaan dimana keduanya menjelaskan batasan Iman dan Islam. Menurutnya keduanya bukan kajian ilmiah dan teoritis.
Artinya, seorang mukmin menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, dan menyandarkan semua perkara kepada-Nya. Mukmin tersebut senantiasa dalam kondisi seperti ini hingga mengembalikan aktivitas dan dirinya kepada Allah. Akan tetapi, agar manusia tidak terlepas pada beban dan tanggung jawab, maka dihadapannya nampak ikhtiar (usaha) dengan berkata engkau bertanggung jawab, engkau mempunyai kewajiban. Kemudian agar tidak sombong dengan kebaikan-kebaikan dan amal shalih yang dilakukannya, takdir menghampirinya seraya berkata lihatlah batas kemampuanmu, sesungguhnya bukan engkau yang melakukannya12
Dengan demikian takdir menyelamatkan manusia dari sifat sombong, misalnya bangga terhadap amal-amal kebaikan yang telah dianugrahkan
12 Bediuzzaman Said Nursi, Sozler, (Istanbul, RNK. Nesriyet, 2009), h. 502
kepadanya serta terbuai dengannya. Sedangkan ikhtiar menyelmatkannya dari sifat tidak memiliki tanggung jawab. Karena manusia jika tidak baik maka dia buruk.
Pada sisi yang lain, Said Nursi membantah pemikiran aliran teologi lainnya. Said Nursi dalam bukunya İşaratű’l İ’caz mengatakan bahwa penciptaan keburukan bukanlah keburukan karena penciptaan dari sisi malakutiyyah terhitung baik. Itu karena penciptaannya demi menyempurnakan berbagai kebaikan sehingga iapun menjadi baik dilihat dari yang lain.13
Beliau juga menegaskan dalam karyanya tersebut: “Wahai para pengikut Mu’tazilah! Sesungguhnya hamba bukanlah pencipta hasil pekerjaan seperti apa yang dihasilkan dari sebuah pekerjaan tetapi merupakan sumber pekerjaan semata karena tidak ada pemberi efek selain Allah dan seperti itulah kehendak tauhid. Kemudian wahai para pengikut jabariyyah!
Seorang hamba tidaklah dipaksa tetapi manusia memiliki ikhtiar parsial karena Allah Maha Bijaksana, karena itulah keinginan penyucian.14
Said Nursi memadukan takdir dan ikhtiar, sehingga dalam membahas permasalahan takdir tak lepas dari bahasan ikhtiar. Dan Nursi membantah pemikiran aliran teologi lainnya tentang takdir dengan bukti-bukti yang nyata yang dirangkum dalam penafsirannya pada surat al-Baqarah: 7. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menampilkan serta menguraikan pandangan Said Nursi tentang takdir dalam kitabnya Risâlah Nȗr, dengan alasan bahwa penulis ingin mengenal lebih dekat sosok Badîuzzaman Said Nursi, dan juga pandangan pemikiran dan penafsiran Badîuzzaman Said Nursi tentang takdir.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “Takdir Dalam Perspektif Badîuzzaman Said Nursi”
13 Bediuzzaman Said Nursi, Isyaratu’l İ’caz, (Istanbul, RNK Nesriyet: 2009), h. 80
14 Bediuzzaman Said Nursi, Isyaratu’l İ’caz, h.81
B. Permasalahan
Melihat beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan takdir, maka penulis perlu untuk melakukan identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah terhadap pembahasan yang dikaji.
1. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah dari judul yang dibahas oleh penulis, terdapat beberapa masalah yang patut untuk dibahas, antara lain adalah:
a. Masih banyaknya orang yang belum memahami mengenai konsep takdir hingga akhirnya memunculkan paradigma untuk menyalahkan Tuhan atas berbagai kesulitan dan kemalangan yang menimpannya.
b. Adanya pertentangan dalam memaknai takdir khususnya jika dikaitkan dengan faham-faham aliran teologi Islam.
2. Pembatasan Masalah
Dikarenakan studi ini merupakan studi pemikiran Badiuzzaman Said Nursi mengenai takdir yang difokuskan pada penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur`an maka studi ini dibatasi pada studi pemahaman Said Nursi tentang takdir dalam penafsirannya terhadap surah al-Hijr : 21 pada kitab al-Kalimat dan penafsiran surah al-Baqarah : 7 pada kitab İşaratű’l İ’caz yang oleh beliau ditafsirkan ssebagai ayat yang membahas mengenai takdir. Dan penulis membatasi penafsiran pada dua ayat tersebut karena Badîuzzaman Said Nursi hanya menggunakan dua ayat ini dalam pembahasannya tentang takdir. Berbeda dengan ulama yang lain, Said Nursi tidak menumpulkan semua ayat yang berhubungan dengan takdir tetapi hanya mengambil satu sampel ayat yang mewakili ayat
yang lainnya dalam membahas mengenai takdir, lalu oleh beliau ditafsirkan dengan argumentasi.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip-prinsip memahami takdir perspektif Badîuzzaman Said Nursi?
2. Bagaimana penafsiran Badîuzzaman Said Nursi pada surah Al- Baqarah:7 ?
3. Bagaimana Badîuzzaman Said Nursi memadukan antara takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok-pokok permasalahan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengungkap prinsip-prinsip memahami takdir perspektif Badîuzzaman Said Nursi
2. Mengetahui penafsiran Badîuzzaman Said Nursi pada surah Al- Baqarah:7
3. Mengungkap bagaimana Badîuzzaman Said Nursi memadukan antara takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang ilmu agama Islam dan tafsir.
b. Penelitian ini dapat dijadikan penelitian selanjutnya yang serupa, dan sedikit banyak penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi
pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang ilmu agama Islam dan tafsir.
2. Secara Praktis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan setiap bagian dari masyarakat mampu mengetahui prinsip dasar memahami takdir, khususnya permasalahan takdir dalam pandangan Badîuzzaman Said Nursi
b. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat lebih memahami kekayaan intelektul umat Islam, dan mengetahui faham ahlu sunnah wal-jama’ah serta lebih mendekati kebenaran ajaran mengenai takdir sebagaimana yang dimaksudkan agama Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa kajian yang membahas mengenai takdir dan Badiuzzaman Said Nursi, diantara kajian yang penulis temukan adalah sebagai berikut:
Konsep Takdir dalam al-Qur`an, oleh Sulaiman Ibrahim. Tesis UIN Syarif Hidayathullah Jakarta yang membahas takdir dalam ayat-ayat al- Qur`an dengan menggunakan metode Maudhu’i15. Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang takdir, jika skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir dalam al- Qur’an maka dalam hal ini penulis membahas tentang takdir dalam pandangan seorang tokoh, yakni membatasi hanya pada satu orang saja.
Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam, oleh Zunus Zafrudin yang membahas takdir dalam pandangan Murtadha Mutahhari yang dapat memberikan ketenangan jiwa kepada peserta didik dan dapat menekan jiwa
15 Sulaiman Ibrahim, “Konsep Takdir dalam Al-Qur`an”,Tesis, (Ciputat: UIN Syahid Hidayathullah Jakarta: 2003), h. 6, (t.d)
peserta didik untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.16 Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang takdir, dan sama-sama memilih pemikiran salah satu tokoh. Jika skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir menurut Murthada maka dalam hal ini penulis lebih mengedepankan pandangan Badiuzzaman Said Nursi.
Takdir dalam Pandangan Fakhr al-Din al-Razi, oleh Djaya Cahyadi.17 Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang takdir. Dalam skripsi ini Fakhr al-Din al-Razi dalam penafsirannya terhadap ayat-ayat seputar takdir memiliki kecenderungan determinis. Menurutnya perbuatan manusia dipengaruhi atau bergantung pada faktor-faktor di luar kekuasaannya. Takdir dipandang sebagai suatu ketetapan yang telah ditentukan sejak azali. Apa yang diinginkan dan diperbuat manusia bergantung kepada kehendak Ketuhanan.
Sedangkan skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir dalam Risâlah Nȗr karya Badiuzzaman Said Nursi, yang mengetengahkan konsepnya tentang takdir yang tidak bisa dipisahkan dengan ikhtiar manusia.
Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Badiuzzaman Said Nursi, oleh Muhammad Labib Syauqi.18 Program Studi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayathullah Jakarta tahun 2010, menyimpulkan bahwa negara Turni adalah negara yang lahir dari negara Usmani yang berarti negara Islam.
Namun seiring berjalannya waktu Turki dengan segala problemanya bergeser menjadi negara yang jauh dari agama dimana saat ini Turki dikenal dengan negara sekuler. Dan terjadilah modernisasi di Turki. Badiuzzaman Said Nursi
16Zunus Safrudin, “Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, (Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2014), (t.d)
17Djaya Cayadi, “Takdir dalam Pandangan Fakhr al_Din al-Razi”,Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2011), (t.d)
18 Muhammad Labib Syauqi, “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Badiuzzaman Said Nursi”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2010), (t.d)
muncul sebagai sosok yang mempertahankan Islam di tengah-tengah modernisasi yang terjadi di Turki terbukti dari banyaknya karya karya beliau yang menyinggung tentang moralitas yang merupakan platform pemikiran Nursi. Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis kaji adalah sama-sama menggunakan pemikiran Badiuzzaman Sadi Nursi dalam tulisan.
Adapun perbedaan skripsi yang akan penulis kaji dengan skripsi ini adalah dari tema bahasan yang mengangkat pembahasan mengenai pengaruh modernisasi di Turki atas penafsiran Badiuzzaman Said Nursi. Sedangkan skripsi yang penulis kaji mengangkat tema mengenai konsep takdir dalam pandangan Badiuzzaman Said Nursi.
Beberapa kajian ini telah banyak membahas persoalan tentang takdir dan Said Nursi, agar menghindari kesamaan atau peniruan maka penulis mencoba membahas dari sisi yang belum diungkapkan, yaitu dengan mengemukakan Takdir dalam Perspektif Badiuzzaman Said Nursi
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang angat penting dari sebuah penelitian sehingga metode penelitian tidak bisa dipisahkan dari sebuah penelitian. Bahkan metode penelitian akan membentuk sebuah karakteristik keilmuan dari penelitian, karena eksistensi metode dalam sebuah penelitian ini berfungsi sebagai jalan bagaimana penelitian ini dapat diselesaikan.
Dalam pembahasan skripsi ini meliputi beberapa hal, sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan dalam skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.19 Penelitian telaah
19 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), edisi ke-2, Cet. ke-1, h. 3
pustaka ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan beragam data, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.20
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber primer adalah sumber utama yang terdiri dari literatur- literatur asli karangan Badiuzzaman Said Nursi yang terangkum dalam master peace-nya Risâlah Nȗr. Yang dikhususkan pada kitab Al-Kalimat dan İşaratű’l İ’caz
b. Sumber sekunder adalah ensiklopedi Al-Qur`an, kamus-kamus bahasa, jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dengan cara penelusuran kepustakaan. Penelusuran kepustakaan penulis lakukan dengan sistem manual maupun dengan sistem komputerisasi. Sistem manual yang penulis maksud adalah dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber di beberapa perpustakaan. Adapun sistem komputerisasi adalah penulis mencari informasi terkait dari berbagai data di internet.
Setelah menemukan bahan, selanjutnya akan ditelaah secara intens sehingga dapat membantu dalam memberi penjelasan terkait.
20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. ke-8, h. 9
Metode ini juga disebut dengan teknik dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, makalah seminar dan lain sebagainya. Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
4. Analisis Data21
Untuk menganalisa data pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang menguraikan dan menganalisa data-data yang ada. Dengan demikian penelitian ini tidak terbatas hanya pada pengumpulan data, namun juga menganalisa dan menginterpretasi data guna memunculkan sebuah gagasan baru.
Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang tafsir, oleh karenanya untuk mendukung proses penelitian terhadap pembahasan yang dikaji dan untuk memperoleh kesimpulan yang maksimal, maka dalam hal ini setelah penulis mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pembahasan takdir menurut Badiuzzaman Said Nursi, penulis kemudian melakukan pendeskripsian terhadap data-data tersebut sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Penulis mengumpulkan dua ayat yang telah di tetapkan Said Nursi sebagai ayat yang berkaitan dengan takdir yang kemudian dihimpun dan selanjutnya dikaji secara mendalam sesuai dengan pendalaman Said Nursi baik penafsirannya dengan metode tahlili maupun dengan penafsiran tematiknya. Semua itu dijelaskan dengan rinci.
21 Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan focus atau masalah yang ingin dijawab. Lihat V. Sujarweni, Metodologi Penelitian,(Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014), Cet. I, h. 34
Setelah penulis memahami bagaimana gambaran tentang kondisi ayat dan topik yang dibahas kemudian penulis menganalisa dalam rangka pengembangan teori berdasarkan data yang diperoleh, sehingga dapat membantu penulis untuk menemukan hasil penelitian yang akurat.
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh IIQ Jakarta Press tahun 2011 yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang diuraikan dalam skripsi ini dan agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka secara keseluruhan penyajian skripsi ini akan memuat lima bab dengan perincian dan sistematika sebagai berikut:
Pada bab pertama dari skripsi ini penulis terlebih dahulu memuat pendahuluan. Tujuan dari pendahuluan ini adalah sebagai gambaran umum atas pembahasan pada bab-bab berikutnya atau sebagai pengantar untuk bab berikutnya. Dalam pendahuluan ini, poin pertama yang dimunculkan adalah uraian tentang latar belakang masalah, lalu beranjak kepada identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Pada bab kedua ini berisi tentang pengenalan takdir yang meliputi pengertian takdir, pandangan ulama tentang takdir dan urgensi mengetahui makna takdir. Pengertian takdir sengaja didahulukan dalam bab ini karena mengingat bahwa untuk mengetahui lebih mendalam mengenai takdir, maka hal yang paling pertama dilakukan adalah dengan mengetahui arti secara bahasa maupun secara istilah dari berbagai perspektif. Selanjutnya di dalam
bab ini juga dibahas mengenai apa sajakah objek daripada takdir. Hal ini dimaksudkan agar pemikiran tentang takdir lebih meluas.
Pada bab ketiga berisi tentang profil Kitab Risâlah Nȗr yang meliputi biografi Said Nursi, karir Intelektual Said Nursi, pengenalan tentang kitab Risâlah Nȗr khususnya kitab Al-Kalimat dan İşaratű’l İ’caz dan metodologi penafsiran Said Nursi. Pengenalan tentang Badiuzzaman Said Nursi merupakan bagian yang penting dalam penulisan skripsi ini, karena pengetahuan tentang Said Nursi membantu untuk memahami cara penafsirannya tentang takdir.
Pada bab keempat berisi prinsip memahami takdir menurut Badiuzzaman Said Nursi, penafsiran Badiuzzaman Said Nursi terhadap surah al Baqarah : 7 dan bagaimana Badiuzzaman Said Nursi memadukan antara takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21. Sengaja penulis uraikan dalam beberapa poin agar penafsiran tentang takdir lebih terlihat jelas.
Pada bab terakhir, yaitu bab kelima berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga disebutkan mengenai saran-saran, hal ini dimaksudkan agar peneliti selanjutnya bisa mendapatkan informasi untuk penelitian mengenai takdir.
103
PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasar kepada hasil penelitian penulis mengenai takdir perspektif Badiuzzaman Said Nursi. Maka dalam rangka untuk menemukan hasil yang sistematis, berikut penulis coba rangkum dalam sebuah kesimpulan.
1. Said Nursi merangkum beberapa dasar pijakan atau prinsip untuk memahami hakikat takdir untuk menengahi perdebatan para teolog mengenai takdir. Dan mempertemukan dua pemikiran aliran yang berbeda pandangan tentang takdir, dengan berpegang pada konsep ahlu sunnah wal jamâ’ah
2. Hasil penafsiran Said Nursi dari surah al-baqarah ayat 7 tentang takdir bahwa ketika Allah menutup hati, mata dan pendengaran mereka sesungguhnya bukanlah takdir Allah yang menginginkan hal itu untuk mereka tetapi pilihan mereka sendiri dikarenakan buruknya ikhtiar mereka.
3. Hubungan ikhtiar dan takdir bagi Said Nursi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan untuk memahaminya tidak dengan akal tetapi dengan perasaan. Jika orang yang berbicara tentang takdir dan ikhtiar memiliki iman yang sempurna dan hati yang tenang serta merasakan kehadiran Allah pasti akan menyerahkan semua urusan alam dan juga dirinya kepada Allah. Ia percaya bahwa seluruh urusan berjalan di bawah kendali dan pengaturan Allah. Ia memikul tanggung jawab dengan merujuk kepada ikhtiar yang dipandang sebagai sumber perbuatan dosa. Dengan demikian ia tetap menyucikan Tuhan, masih berada di bawah wilayah penghambaan, serta tunduk dan menjalankan
kewajiban Ilahi. Ia juga melihat takdir pada berbagai kebaikan dan kemuliaan yang bersumber darinya agar tidak lupa diri dan bersyukur kepada Tuhan. Ia juga melihat takdir pada sejumlah musibah yang menimpanya sehingga bersabar.
4. Keistimewaan dari penafsiran takdir menurut Said Nursi adalah penggunaan contoh atau permisalah dalam memaparkan hakikat takdir.
Sehingga tafsir ini tidak hanya bisa dinikmati oleh kaum ulama tetapi juga untuk kaum awam.
B. Saran-Saran
Setelah melalui proses penelitian mengenai takdir persektif Badiuzzaman Said Nursi dan berdasar kepada kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal, yakni:
1. Sebagai penulis saya berharap masyarakat pada umumnya menyempatkan waktunya untuk membaca karya-karya tafsir tematik.
Seperti tafsir tematik karya Badiuzzaman Said Nursi
2. Saya juga berharap untuk kalangan akademisi dapat membaca dan mengkaji tafsir tematik Risalah Nur yang syarat makna agar mampu bersikap netral dan berwawasan lebih luas dalam memahami konsep takdir dari berbagai sisi.
3. Saya sebagai penulis juga berharap pengkajian tentang takdir perspektif Badiuzzaman Said Nursi ini masih diteruskan pengkajiannya, karena tentu masih banyak kekurangan yang dilakukan penulis dalam skripsi ini.
105
Al-Ahmadi, Musa ibn Muhammad ibn Milyani, Mu‟jam al-Muta‟addiyât bi Harfin, Beirut: Dâr al-„Ilm al-Malâyîn, 1979
Al-„Aqqad, Abbas Mahmud, Filsafat Qur`an,Terjemah oleh Tim Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996
Abbas, Nukman, Al-Asy‟ari: Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan, Jakarta: Erlangga, tt
Afriantoni, Konsep Pendidikan Akhlak Badiuzzaman Said Nursi, Yogyakarta : Pustaka Ilmu, 2015
Anis, Ibrahim, dkk, Al-Mu‟jam al-Wasit, Kairo: Majma‟ al-Lugat al- Arabiyah, 1972
Azra, Azyumardi, Tema-Tema Pokok Al-Qur‟an tentang Ketuhanan, Jakarta: Angkasa, 2008
Baharits, Sayyidah Afaf Muhammad, Cahaya Tauhid, Jakarta: Pustaka Afaf, 2005
Baidhan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur`an, Kajian Kritis terhadap Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, Cet. ke-1
, Nasaruddin, Prof. Dr., Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yoghyakarta, PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 2000
Cayadi, Djaya, “Takdir dalam Pandangan Fakhr al_Din al-Razi”,Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2011
Fazlurrahman, Tema Pokok Al-Qur‟an, terjemah oleh Anas Mahyuddin dari judul asli Major Themes of The Qur`an, Bandung: Penerbit Pustaka, 1983
FORDIAN and Turk Kultur Cemiyeti, Visi Emansipator Al-Qur`an Perspektif Said Nursi, Cairo: Sozler Publication, 2010
Fakhruddin, Muhammad al-Razi, Al-tafsir Al-Kabir wa mafatih al-Ghaib, Jilid XVI, Bairut: Istiqlalul Kubra, 1963
Al-Ghazali, Tahâfut al-Falâsifah, Beirut: D^ar al-Fikr al-Lubnâni, 1990 Al-Ghurabi,Ali Mustafa, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, Kairo: tp,th Gulen, Fethullah, Qadar, Jakarta: Republik 2015, Cetakan ke-2
Harahap, Syahrin, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya: 1999
Habanakah, Abdurrahman, Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta: Gema Insani, 1998
Haqqi, Muhammad Safa‟ Syeikh Ibrahim, Ulum Al-Qur`an min Khilal Muqaddimat al-Tafsir, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2004
Hijazi, Muhammad Mahmud, Al- Tafsir al-Wadih, Juz 27, cet ke III, Mashr:
Matba‟ah al-Istiqlalul Kubra, 1963
Ibrahim, Sulaiman, “Konsep Takdir dalam Al-Qur`an”,Tesis, Ciputat: UIN Syahid Hidayathullah Jakarta: 2003
Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam,Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam : 1995, Cet. Ke-3
Jami‟an, Arifin, Memahami Takdir, Gresik: CV. Bintang Pelajar, 1986 Al-Juhniy, Mani bin Hammad, al-Mausu‟ah al-Muyassarah fi al-adyan wa
al-Mazahib wa al-Ahzab al-Mu‟asyirah, Jilid 1, Dar al-Nadwah al-„Alimiyah li al-Taba‟ah wa al-Nasyr,tt
Al-Khatib,Abdul Karim, al-Qadhâ‟ wa al-Qadar baina al-Falsafah wa ad- Dîn, Kairo: Dar al-Fikt al-„Arabiy, 1979
Madjid, Nurcholish, Islam: Doktrin dan Peradaban, Bandung: Mizan, 1990 Ma‟luf, Louis, Al-Munjid fi Lughati wal Adabi wal „Ulum, Bairut: Matba‟ah
Katalukiyah, tt
Manzur, Jamaluddin Muhammad bin Mukram Ibn, Lisan al_arab, Jilid 5, Beirut: Dar Sadir, 1994, Cet.3
Mat, Mohamad Zaidin bin, Bediuzzaman Said Nursi Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, Malaysia: Malita Jaya Publisher, 2001
Mutawali, Hasan Al-Sayyid, Muzakkar al-Tauhid wa al-FiraI, Kairo:
Matba‟at Hijazi, 1955
Al-Munawwir, A.W., Kamus Al-Munawwir, Jogjakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984
Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1960
, Harum, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa, Perbandingan, Jakarta: UI-Press, 1986
Nawawi, Syaikh, Kâsyifah as-Saja‟, Indonesia: Maktabah al-Madaniyyah, t.th.
Nata, Abudin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998
Nursi, Bediuzzaman Said, Sozler,Istanbul, RNK. Nesriyet, 2009 , Isyaratu‟l İ‟caz, Istanbul, RNK Nesriyet: 2009 , İşaratü‟l İ‟jaz, Istanbul, RNK Neşriyet, 2006
, Al-Isyarat al-I‟Jaz, (Cairo: Sozler Publications,2011) , Al-Lama‟at, Jakarta: Risalah Nur Press, 2017, Cet. II , Al-Kalimat, Jakarta: Anatolia, 2011
, Al-Lama‟at Membumikan Inspirasi Ilahi, Jakarta: Risalah Nur Press, 2014
, Al-Matsnawi al-„Arabi an-Nuri, Jakarta: Anatolia, 2009 Rozak, Abdul, dkk, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006 Sabiq, Sayyid, Al-„Aqâ‟id al-Islâmiyyah, Kairo: Dâr al-Fikr, 1992
Safrudin, Zunus, “Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2014
Saleh, Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al-Qur`an dalam Pandangan Fazlur Rahman, Jakarta: Gaung Persada Teks, 2007
Salih, Ihsan Kasim, Said Nursi Pemikir & Sufi Besar Abad 20, Terj. dari Bediuzzaman Said Nursi Nazrat al-„Ammah „an Hayatihi wa Atsarihi oleh Nabilah Lubis, Jakarta: Murai Kencana, 2003
Shihab, M. Quraish, dkk, Ensiklopedi Al-Qur`an Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, Jakarta: Yayasan Bimantara Jakarta, 2002, Jilid 2
, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati: 2000 , Wawasan al- Qur`an¸ Jakarta: Lentera Hati,2000
Ash-Shallabi, Ali Muhammad, Iman Kepada Qadar, Jakarta: Ummul Qura, 2014
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2009, Cet. ke-8
Sujarweni, V., Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014, Cet. I,
Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, Cet II, Mesir: Dar al-Qalam, 1970
Syauqi, Muhammad Labib, “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Badiuzzaman Said Nursi”, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2010
Sya‟rawi, Muhammad Mutawalli, Al-Fatâwâ, juz 1, Kairo: t.p., 1992
Al-Syahrastani, Muhammad Ibn „Abd al-Karim, Kitab al-Milal wa al-Nihal, Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr, 1997
Tebba, Sudirman , Nikmatnya Iman Menenangkan Hati Pikiran, Ciputat:
Pustaka Irvan, 2007
Vahide, Sukran, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki, Jakarta: Anatolia, 2007
, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi, Jakarta: Pernada Media Grup, 2013
Al-Zamaksyari,Abu al-Qasim, Mahmud bin Umar, Al-Kasysyaf, Juz 4, Teheran: tp,tt
Zakaria, Ahmad ibn Fâris ibn, Mu‟jam maqâyîs al-Lughah, juz 5, Kairo:
ittihâd al-Kitâb al-„Arab, 2002
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, edisi ke-2, Cet. ke-1
Zubaidi, Sujiat, Tafsir Kontemporer Bediuzzaman Said Nursi dalam Risale-i Nur: Studi Konstruk Epistimolog