DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah bertanggung jawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, hal ini juga tertuang dalam tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satu program pembangunan yang dilakukan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat adalah pembangunan sektor sanitasi.
Salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan,tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada masalah kesehatan lingkungan adalah sektor
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 2 sanitasi. Sanitasi lingkungan pada gilirannya akan menentukan taraf produktivitas penduduk. Situasi ini memberikan tantangan signifikan dimana Pemerintah Daeah masih dihadapkan pada persoalan belum tertanganinya tingkat kemiskinan dan permasalahan lain. Hal ini masih menjadi persoalan pembangunan Nasional dan Daerah, tidak terkecuali Kabupaten Majene.
Sanitasi mempunyai peran penting dalam proses adaptasi untuk energy dan sumber daya dan mendukung pembangunan yang berorientasi pada konsep reuse dalam permukiman perkotaan. Sistem ini dinilai secara efektif mampuu untuk mengurangi angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang berkaitan dengan sanitasi. Sebagai hasilnya, sanitasi merupakan salah satu tujuan penting yang saat ini digencarkan di seluruh negara baik negara maju maupun negara berkembang. Akan tetapi pembuangan limbah rumah tangga dan manusia memunculkan masalah besar yang hanya bisa dimitigasi dengan investasi yang sangat signifikan untuk pengembangan pengolahan air limbah.
Pengembangan sanitasi perkotaan merupakan suatu tantangan berat bagi Indonesia. Setengah dari populasi Indonesia yaitu 242 juta penduduk yang tinggal di permukiman perkotaan, hanya kurang dari 2% yang sudah mempunyai akses terhadap sanitasi. Kecamatan Banggae, Banggae Timur dan Pamboang merupakan kecamatan yang mempunyai akses kurang terhadap sanitasi. Akses dalam hal ini adalah kurangnya integrasi antara pembuangan limbah serta pengelolaan limbah. Kondisi tersebut dapat dijumpai di beberapa wilayah tersebut dan masih terdapat beberapa masyarakat yang belum mempunyai
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 3 fasilitas kamar mandi di rumah mereka. oleh karena itu, Pemerintah Kabupatenn Majene berupaya untuk mengatasi hal tersebut dengan menawarkan program pembangunan sanitasi yang berupa MCK dan IPAL komunal di Kabupaten Majene.
Program sanitasi yang dibangun di Kecamatan Banggae, Banggae Timur dan Pamboang tersebut bertujuan untuk menciptakan sistem sanitasi yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Berkualias berarti bisa secara efektif mengatasi Permasalahan sanitasi di Kecamatan Banggae, Banggae Timur dan Pamboang, berkelanjutan berarti program sanitasi tidak hanya sekedar berfungsi dalam waktu itu saja, tetapi juga bisa berlanjut untuk waktu-waktu selanjutnya, dan berwawasan lingkungan berarti mampu memperbaiki kualitas lingkungan masyarakat di Kecamatan Banggae, Banggae Timur dan Pamboang sehingga meningkatkan derajat kehidupan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1.2 Dasar Hukum
Kegiatan Kajian Tingkat Kelayakan Sanitasi Bangunan MCK di Kec.
Banggae, Banggae Timur dan Pamboang ini mengacu pada beberapa peraturan perundang-undangan, kebijakan-kebijakan serta pedoman teknis penyelenggaraan kegiatan yang memiliki relevansi dengan kegiatan yang akan dilakukan tersebut, antara lain :
1. Undang-Undang tentang Kesehatan;
2. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 tentang Tentang Kesehatan Lingkungan;
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 4 3. Peraturan Menteri Kesehatan No.2 Tahun 2023 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan No.66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun 2007 tentang Mutu Air Limbah
5. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2399-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan MCK
1.3 Maksud, Tujuan dan Sasaran
Maksud dari kegiatan pekerjaan Kajian Tingkat Kelayakan Sanitasi Bangunan MCK di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan sanitasi bangunan MCK di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek kelayakan teknis teknologis, lingkungan, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan dan finansial.
Tujuan dari kegiatan Kajian Tingkat Kelayakan Sanitasi Bangunan MCK di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene adalah tersusunnya dokumen kelayakan sanitasi Bangunan MCK di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene.
Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan jasa konsultansi Kajian Tingkat Kelayakan Sanitasi Bangunan MCK di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene adalah:
1. Mengidentifikasi kualitas fasilitas sanitasi (MCK dan IPAL Komunal) di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 5 2. Mengidentifikasi keberlanjutan dan berwawasan lingkungan fasilitas
sanitasi (MCK dan IPAL Komunal) di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene.
3. Mengidentifikasi penerapan praktik hidup bersih dan sehat oleh Masyarakat
4. Mengidentifikasi tingkat penggunaan fasilitas sanitasi (MCK dan IPAL Komunal) di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene
5. Menganalisis kesesuaian antara pengguna yang terlayani dengan pengguna eksisting fasilitas MCK dan IPAL Komunal.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan/pengadaan jasa konsultansi Kajian Tingkat Kelayakan Sanitasi Bangunan MCK di Kec. Banggae, Banggae Timur dan Pamboang Kabupaten Majene adalah:
1. Kajian kelayakan teknis, disusun dengan meninjau beberapa aspek, meliputi.: potensi sumber air baku; kondisi demografi;
kebutuhan air; operasional dan pelayanan, konsep desain system serta sistem dan kebutuhan lainnya. Kajian ini menghasilkan beberapa alternatif teknis dalam Pembangunan MCK.
2. Kajian kebutuhan investasi serta kemampuan pemerintah daerah untuk investasi dalam rangka Pembangunan MCK.
3. Kajian kelayakan keuangan dan ekonomi meliputi :
a. Kajian kelayakan keuangan dilakukan terhadap beberapa aspek meliputi: indeks inflasi, harga proyek, demand, kebutuhan modal kerja, masa konsesi proyek, tarif air curah, laba rugi,
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 6 rencana pembiayaan, proyeksi laba rugi, proyeksi neraca, arus kas, proyeksi pendapatan dan biaya operasi.
b. Kajian kelayakan ekonomi merupakan analisis kelayakan dan manfaat yang mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: pola pekerjaan, pendapatan masyarakat, kemampuan dan kemampuan keuangan daerah, rencana Pembangunan MCK dan jumlah pelayanan yang layak.
c. Memberikan rekomendasi alternatif skema pendanaan untuk Pembangunan MCK di Kabupaten Majene dengan mempertimbangkan pemanfaatan pola pembiayaan.
4. Kajian kelayakan lingkungan yang meliputi analisis kebutuhan studi lingkungan yang diperlukan terkait kapasitas dan tingkat kompleksitas sesuai peraturan perundang-undangan. Pengkajian kelayakan aspek lingkungan mempertimbangkan kegiatan masyarakat dan kondisi daerah setempat secara holistik untuk menentukan kelayakan faktor-faktor lingkungan dalam Pembangunan MCK.
5. Kajian kelayakan sosial, budaya dan ekonomi yang dilakukan melalui analisis gambaran umum tingkat sosial, ekonomi dan budaya, proyeksi pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi air minum, tingkat cakupan pelayanan, proporsi jenis pelanggan, aspek kesehatan masyarakat, fasilitas umum dan peran masyarakat;
6. Kajian kelayakan hukum dan kelembagaan yang dilakukan terhadap kajian hukum terhadap peraturan perundang-undangan, struktur organisasi, dan sumber daya manusia yang diperlukan
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MAJENE 7 (meliputi tingkat pendidikan dan kualitas), serta bentuk kerjasama yang diperlukan;
7. Kajian risiko dan mitigasi meliputi risiko kinerja, dan politik, dan finansial. Risiko dikelola berdasarkan prinsip alokasi risiko yang memadai dengan mengalokasikan risiko kepada pihak yang paling mampu mengendalikan risiko dalam rangka menjamin efisiensi dan efektivitas dalam penyediaan infrastruktur. Pengelolaan risiko ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.