• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan Pemberian Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat ke Afghanistan Tahun 2021

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Tantangan Pemberian Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat ke Afghanistan Tahun 2021 "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Tantangan Pemberian Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat ke Afghanistan Tahun 2021

Indra Sahputra, Gideon Candra Agape, Dian Ayu Anjani P, Axcel Geraldo A., Q.Firmansyah, M. Chusaini Ashari

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

ABSTRACT

No less than $145 billion USD has been given to Afghanistan to build governance, economy, social and societ (SIGAR, 2021). A total of $76.6 billion USD has also been provided through the Official Development Aid (ODA) scheme from various countries from 2002 to 2019, not counting another billion dollars coming from International Organizations (Hanke, 2021). However, the Human Development Report (2020) notes that Afghanistan's Human Development Index (HDI) is still at position 169 out of 189 countries worldwide, which is a poor performance for this country. This country is also far from prosperous, even SIGAR classifies Afghanistan as a country that is increasingly dependent on external aid. In 2021, 43% of Afghanistan's GDP will come from foreign aid, 75% of public spending will come from foreign aid, and 90% of the population lives on less than 2 dollars a day. By using a descriptive qualitative method, this paper will answer 2 research questions, first regarding the failure and success of US foreign aid to Afghanistan in 2021, second research question is how foreign aid will impact development in Afghanistan in 2021.

Key words : Afganistan, International aid, sustainable development

Tak kurang dari $145 miliar USD telah diberikan kepada Afghanistan untuk membangun pemerintahan, ekonomi, sosial, dan masyarakat (SIGAR, 2021). Sebanyak $76.6 miliar USD juga telah diberikan melalui skema Official Development Aid (ODA) dari berbagai negara sejak tahun 2002 hingga tahun 2019, belum terhitung oleh miliar dolar lainnya yang datang dari Organisasi Internasional (Hanke, 2021). Namun Human Development Report (2020) mencatat bahwa Human Development Index (HDI) Afghanistan masih berada pada posisi 169 dari 189 negara di seluruh dunia, yang mana merupakan prestasi buruk bagi negara ini. Negara ini juga masih jauh dari kata sejahtera, bahkan SIGAR menggolongkan bahwa Afghanistan sebagai negara yang semakin bergantung pada bantuan luar . Di tahun 2021 sebanyak 43% GDP Afghanistan diperoleh dari bantuan luar negeri, 75% pengeluaran publik diambil dari bantuan luar negeri, dan 90%

masyarakat hidup hanya dengan kurang dari 2 dolar sehari. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif tulisan ini akan menjawab dua rumusan masalah, pertama terkait apa kegagalan dan keberhasilan bantuan luar negeri AS ke Afghanistan di tahun 2021, kedua bagaimana bantuan luar negeri berdampak pada pembangunan di Afghanistan tahun 2021.

Kata kunci : Afganistan, bantuan luar negeri, pembangunan berkelanjutan

Pendahuluan

Dalam bukunya yang berjudul Does Foreign Aid Really Work ?, Roger (2007) menjelaskan secara sederhana tentang bantuan luar negeri sebagai sebuah transfer barang, jasa, atau modal guna membantu negara untuk tujuan kesejahteraan populasi. Penerima bantuan luar negeri dikenal sebagai istilah recipient sedangkan pemberi bantuan luar negeri dikenal dengan istilah donor. Namun meskipun istilah bantuan luar negeri terkesan sederhana, tetapi Roger (2007) menjelaskan bahwa definisi dari bantuan luar negeri sangat kompleks, dan dalam perkembangannya definisi foreign aid lebih condong dikonstruksikan oleh para donor (donor driven), maka dari itu donor seakan donor mempunyai kekuatan untuk mendefinisikan bantuan luar negeri. Beberapa bantuan luar negeri bisa mencangkup banyak sekali sektor, mulai dari ekonomi, militer, dan keperluan darurat untuk kemanusiaan.

(2)

Bentuk bantuan luar negeri yang paling sering dikenal adalah Official Development Aid (ODA), ODA sebenarnya tidak memiliki definisi yang universal karena seperti kata Roger (2007) para pendonor punya kekuatan untuk mengonstruksikan atau menentukan apakah sebuah pemberian bisa disebut ODA. Namun jika mengacu pada definisi oleh yang dikeluarkan oleh Development Assistance Committee (DAC), definisi ODA merujuk pada bantuan yang diberikan oleh donor dengan tujuan pembangunan dan memerangi kemiskinan untuk negara berkembang dan negara miskin. Klasifikasi recipient dari ODA juga merujuk kepada negara lower income dan middle income. Salah satu bentuk dari bantuan luar negeri lainnya adalah Official Aid (OA) yang diberikan hanya untuk negara transisi dan maju dengan pendapat ekonomi diatas middle income country (Roger C, 2007).

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) adalah kumpulan negara-negara yang berkomitmen untuk mempromosikan bantuan luar negeri kepada negara miskin yang membutuhkan. Jika dihitung terkait prosentase terhadap Gross National Income (GNI), setiap donor dianjurkan memberikan 0.7% dari GNI (OECD, 2022). Namun Roger (2007) menjelaskan bahwa tidak semua pendonor mempunyai kapasitas untuk memberikan bantuan luar negeri sebanyak 0.7% dari GNI mereka, bahkan hanya sedikit negara yang benar-benar mampu, Roger juga menerangkan bahwa baik negara maju atau berkembang keduanya tidak pernah dibatasi untuk menjadi donor.

Dalam laporan oleh Special General Inspector of Afghanistan Reconstruction (SIGAR) yang berjudul What We Need To Learn: Twenty Years of Afghanistan Reconstruction tahun 2021, tercatat bahwa lebih dari 20 lamanya AS telah menggelontorkan banyak dana dalam bentuk bantuan luar negeri terutama ODA namun kesejahteraan Afghanistan masih jauh dari katata cukup. Dalam 20 tahun belakangan, AS telah menghabiskan sebanyak $145 miliar USD untuk membangun keamanan, ekonomi, sosial, dan pemerintahan. Departemen Pertahanan AS juga telah menghabiskan $837 miliar USD untuk dalam konflik panjang, sebanyak 2443 tentara AS telah terbunuh, 1144 tentara sekutu terbunuh, dan sebanyak 20.666 pasukan AS terluka. Di sisi Afghanistan, sebanyak lebih dari 48.000 pasukan terbunuh, setidaknya ada 75.000 pasukan yang terluka (SIGAR, 2021).

Tabel di bawah diambil dari John Hopkins University pada tahun 2019, menunjukkan total ODA yang mengalir ke Afghanistan tahun 2002-2019 dengan total $76.6 miliar USD.

Bahkan ODA yang diterima tahun 2019 berkontribusi kepada 22% GDP dari Afghanistan.

Seorang Direktur Senior dari Trouble Currencies Project Steve H. Hanke (2021) menjelaskan bahwa korupsi adalah alasan utama mengapa DIA tidak pernah sampai ke masyarakat.

Ditahun 2010 Hanke (2021) menemukan bahwa dana suap mencapai $2.25 miliar USD di Afghanistan, angka ini naik menjadi $2.88 miliar USD, dan angka ini akhirnya turun menjadi $1.6 miliar di tahun 2018. Puluhan miliar dolar telah diberikan melalui ODA, namun Afghanistan tetap berada di peringkat 169 dari 189 dalam Human Development Index di tahun 2021. Angka harapan hidup dan kemiskinan tetap merongrong negeri ini dari tahun ke tahun. Keadaan semakin parah ketika pemerintahan Afghanistan akhirnya jatuh ke tampuk kekuasaan Taliban, saat ini sebanyak 40% lahan agrikultur di Afghanistan ditanami opium, para donor dibuat semakin dilema untuk memotong atau meneruskan bantuan luar negeri ke Afghanistan. Hanke (2021) juga menerangkan tak hanya gagal memutar roda ekonomi dan pemerintah, Afghanistan juga menjadi negara yang sangat terikat dengan bantuan luar negeri atau aid dependent. Aid dependent juga melupakan hak yang dikhawatirkan oleh Roger (2007) bahwa negara menjadi ketergantungan akan bantuan dan enggan mengupayakan pemerintahan yang baik. Tulisan ini akan membedah apa keberhasilan dan kegagalan bantuan luar negeri AS ke Afghanistan tahun 2021 dan juga melihat tantangan AS dalam membangun kesejahteraan di Afghanistan melalui ODA.

(3)

Metodologi

Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang diperkenalkan oleh Bogdan dan Taylor dan Suwandi tahun 2008. Metode deskriptif kualitatif berusaha untuk menjelaskan rangkaian peristiwa secara utuh melalui proses pengumpulan data kualitatif yang diperoleh dari sumber primer ataupun sekunder yang tertulis ataupun tidak tertulis. Sumber yang dimaksud merupakan berita, laporan, berita, jurnal, artikel, hingga buku yang tersedia online atau offline. Lamont (2015:34) juga menjelaskan bahwa metode deskriptif kualitatif merupakan acara yang dipakai untuk menarik kesimpulan dari serangkaian peristiwa melalui proses eksplorasi data yang komprehensif (Lamont, 2015).

Pembahasan

Sejarah 20 Tahun Bantuan Luar Negeri di Afghanistan

Bantuan luar negeri pada tahun 2001 – 2020, yang diberikan kepada negara Afghanistan yaitu bantuan non militer dari Amerika Serikat sebesar US$ 150 miliar. Ditambah dengan bantuan luar negeri dari sekutu – sekutu dan juga organisasi internasional yang ikut serta membantu ekonomi di negara Afghanistan. Selama 20 tahun berjalan, bantuan – bantuan luar negeri terus meningkat seperti bantuan pembangunan ekonomi, tenaga alat medis, dan pembangunan rumah penduduk Afghanistan. Dan bantuan pembangunan ekonomi yang diberikan tidak hanya itu saja, melainkan adanya pendidikan, perawatan kesehatan, reformasi tata kelola dan infrastruktur seperti sekolah, rumah sakit, jalan, bendungan, dan proyek konstruksi besar lainnya. Dengan bantuan – bantuan tersebut Afghanistan akan lebih aman yang artinya masyarakat Afghanistan tidak lagi merasa kekurangan dalam hal pembangunan infrastruktur dan alat tenaga medis.

Dalam sektor pendidikan juga peran penting untuk memajukan dan mengembangkan generasi muda di Afghanistan, maka dari itu bantuan luar negeri ikut serta membantu di sektor pendidikan di Afghanistan. Hal yang penting dalam pendidikan meningkatnya siswa dan siswi yang daftar sekolah di setiap tahunnya, yang di mana bisa dikatakan pada tahun

(4)

2001 siswa dan siswi Afghanistan secara data yang mendaftar sekolah hanya sebesar 900.000 dan selama dari tahun ke tahun hingga di tahun 2020 jauh lebih meningkat yaitu total sebesar 9,5 juta siswa dan siswi yang mendaftar sekolah. Dalam 20 tahun dengan meningkatkan di sektor pendidikan di Afghanistan, generasi muda siswa dan siswi lebih semangat dalam mendaftar sekolah, yang di mana mendapatkan fasilitas sekolah yang sesuai. Infrastruktur pendidikan yang dibangun seperti sekolah dasar yaitu sebanyak 20.000 yang dibantu dan dibangun oleh bantuan asing. Dengan bantuan asing sekolah dasar dalam data meningkat tinggi (Shah M. Q., 2021).

Tidak hanya di sekolah dasar saja, melainkan bantuan – bantuan asing yang telah diberikan yaitu membangun universitas sekolah atau infrastruktur. Yang mana di selama 20 tahun, awal di tahun 2001 yang ikut mendaftar di universitas hanya sebesar 7.000 siswa dan di tahun 2019 meningkat sebesar 200.000. Bisa dikatakan sama halnya dengan sekolah dasar tadi, yang meningkat sangat cepat dengan bantuan luar negeri atau bantuan asing yang membantu infrastruktur pendidikan serta meningkatkan daya tarik siswa dan siswi untuk masuk dalam dunia pendidikan. Lalu di tahun 2020 banyaknya siswi yang ikut serta sebesar 5.000 lebih banyak dari tahun sebelumnya yang ikut mendaftar di universitas. Karena di tahun sebelumnya siswi sangat minim atau kurang dalam mengikuti jejak dunia pendidikan di Afghanistan, melainkan dominan siswa.

Tenaga medis dan perawat di Afghanistan juga mengalami peningkatan, yang dimana hidup mereka lebih aman, akibat bantuan dari bantuan asing. World bank atau bank dunia mengatakan “Harapan hidup meningkat selamat dua dasawarsa 2001 – 2019, menjadi 64,8% di tahun 2019”. Yang mana angka tersebut dapat meningkatkan daya hidup atau harapan hidup masyarakat di Afghanistan lebih aman dibandingkan sebelum dibantu oleh bantuan asing. Karena kesehatan lebih penting atau hal prioritas dalam menjalankan aktivitas, jika ingin melakukan sebuah pekerjaan pun juga harus mempunyai daya yang prima untuk menjalankannya. Maka dari itu Afghanistan terus memanfaatkan situasi tersebut (Shah M. Q., 2021).

Sebenarnya dalam hal bantuan luar negeri di sektor ekonomi, tidak hanya seputar membangun sekolah dan tenaga medis, melainkan bantuan asing membantu masyarakat Afghanistan, dalam akses jalan raya sebesar ribuan mil, agar akses di Afghanistan untuk masyarakat lebih cepat dan berkembang. Dengan mengembangkan jalanan di Afghanistan dapat memudahkan masyarakat untuk bepergian lebih cepat tanpa hambatan. Serta bantuan asing juga membantu dalam tenaga air, tenaga listrik, dan tenaga surya untuk memfasilitasi masyarakat di tempat tinggalnya, jadi tidak harus mencari sendiri. Dan Afghanistan juga terus mencari dan mengembangkan dalam hal peraturan di negaranya, atau mengadopsi ratusan undang – undang atau peraturan baru mengenai pendidikan, kesehatan, asuransi, dan hak asasi manusia.

Di tahun 2020 Afghanistan mengalami krisis bantuan, di mana penarikan militer dan diplomasi oleh Amerika Serikat mengakibatkan pemerintah Afghanistan runtuh dan juga pengembalian Taliban, di mana itu semua menghambat pengiriman bantuan asing ke Afghanistan. Dampak lain seperti tenaga bantuan asing juga meninggalkan negara Afghanistan, yang di mana itu membuat ekonomi Afghanistan turun sedikit demi sedikit.

Dan di tahun 2021 Amerika Serikat kembali membuat krisis negara Afghanistan, dengan membekukan aset Afghanistan sebesar US$9 miliar. Hal itu hampir semua bantuan asing atau bantuan luar negeri, termasuk Uni Eropa, dana moneter internasional dan organisasi multilateral internasional berhenti memberikan sumbangan dana dan bantuan sektor lainnya kepada negara Afghanistan. Yang bisa dikatakan Amerika Serikat di setiap tahunnya memberikan bantuan, krisis, bantuan lagi yang mengakibatkan Afghanistan kebingungan akibat hal – hal yang dijanjikan sebelumnya (Shah M. Q., 2021).

(5)

Bantuan Luar Negeri AS untuk Afghanistan di tahun 2021-2022

Setelah terjadinya perang saudara yang dimana negara Afghanistan di kudeta oleh sekelompok Taliban kini rakyat Afghanistan terlantar dengan kondisi seadanya. Sempat jadi sorotan publik adanya isu ini berlangsung, negara yang memiliki super power di dunia langsung tanggap dengan adanya isu yang berlangsung ini. Amerika Serikat memberikan bantuan kemanusiaan kepada Afghanistan senilai kurang lebih 300 juta dolar AS, bantuan tersebut dapat dipastikan langsung tersalurkan kepada rakyat Afghanistan yang tertindas di bawah kuasa Taliban. Tidak hanya terkait bantuan material saja bantuan-bantuan yang lain seperti vaksin diberikan oleh AS untuk rakyat Afghanistan sebesar satu juta vaksin covid-19 sehingga total jumlah vaksin yang ada di Afghanistan meningkat menjadi 4,3 juta dosis.

Pada bulan Desember 2021, Pemerintah AS memperluas otoritas dengan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan yang ia keluarkan kepada Afghanistan bisa tersampaikan secara langsung melalui perluasan otoritas tersebut yaitu kelompok bantuan internasional, PBB, maupun lembaga bantuan pemerntah Amerika Serikat berhak memberikan bantuan kemanusiaan kepada Afghanistan tanpa adanya pelanggaran sanksi terhadap Taliban.

Semenjak adanya kasus ini masyarakat Taliban merasakan penderitaan yang cukup parah, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirasa sangat sulit, Pemerintah dari pihak Afghanistan belum bisa memberikan jalan yang terbaik dari permasalahan yang sedang dihadapinya karena wilayah yang di mana dikuasai oleh rakyat asli Afghanistan kini diambil alih oleh sekelompok Taliban. Tetapi perlawanan yang dimiliki oleh Afghanistan kalah dengan Taliban dan mereka bisa menguasai wilayah tersebut.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh AS memberikan bantuan kepada Afghanistan yaitu di saat negara Afghanistan mengalami krisis ekonomi semenjak sekelompok Taliban menguasai negara tersebut pada bulan Agustus. Krisis tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap masyarakat Afghanistan dengan terjadinya krisis ini 23 juta orang menghadapi kearawanan pangan akut, Pemerintah Afghanistan sudah mulai berusaha dengan maksimal tetapi dalam upaya yang dilakukan ini belum bisa membawa perubahan yang baik. Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo sempat membicarakan keterkaitan AS memberikan bantuan kepada Afghanistan bahwasannya ia sangat mendukung dan berkomitmen terhadap AS untuk mendukung Afghanistan yang sedang mengalami krisis ekonomi dan kemanusiaan di negara itu. Setelah mendapatkan bantuan yang cukup banyak yang diterima oleh Afghanistan kini bergantung pada bantuan asing, jika masih berharap dan bergantung pada Pemerintah Afghanistan masih belum bisa apa yang seharusnya di harapkan oleh rakyatnya. Sebagian besar aset negara Afghanistan dibekukan semenjak Taliban kembali berkuasa pada wilayah tersebut.

Bantuan-bantuan yang di dapatkan oleh Afghanistan 80% bantuan dari luar negara, namun bantuan-bantuan yang masuk di jeda untuk sementara waktu termasuk bantuan yang diberikan oleh AS untuk Afghanistan. Hal ini disebabkan Taliban telah menguasai kekuasaan wilayah Afghanistan dan menguasai aset keuangan sebesar $10 Miliar atau setara Rp143,7 Triliun yang telah dibekukan oleh lembaga asing dan negara. Kekhawatiran ini semakin tinggi dirasakan oleh negara yang memberikan bantuan, adanya pemberhentian saluran bantuan ini agar sumbangan yang masuk tidak di ambil alih dan dikuasai juga oleh pihak Taliban sehingga masyarakat Afghanistan yang memerlukan tidak menerima hak yang harus didapatkan. Pada bulan Februari kemarin sekitar $1,6 Miliar atau Rp23 Triliun telah disalurkan kepada pihak Afghanistan tanpa melalui Taliban hal ini menurut data dari PBB untuk koordinasi bantuan kemanusiaan (UNOCHA).

Amerika Serikat secara konsisten penuh menjadi negara penyumbang terbesar dan kemudian diakui oleh Uni Eropa meskipun di wilayah Uni Eropa ini seperti Jerman menyalurkan bantuan secara terpisah, dan sejumlah negara lain termasuk negara tetangga

(6)

seperti Pakistan, India, China, dan Arab telah mengirimkan bantuan kepada negara saudaranya sendiri berupa makanan, obat-obatan melalui berbagai macam lembaga kemanusiaan yang aktif pada saat itu. Tidak hanya Amerika dan negara-negara di penjuru dunia saja yang memberikan bantuan lembaga internasional ikut serta kontribusi dalam hal ini seperti lembaga donor internasional menyetujui untuk mengirim $280Juta atau Rp4 triliun untuk mendanai PBB dalam menjalankan layanan bantuan baik dari panganan, sandang, dan kesehatan di Afghanistan, namun secara persoalan keseluruhan yang masih jadi tantangan oleh badan-badan kemanusiaan terkait pencabutan sanksi dan terbatasnya dana yang dibekukan, persoalan ekonomi di wilayah Afghanistan sudah mulai runtuh dan membutuhkan waktu jangka panjang untuk memperbaikinya, hal ini membuat kebingungan pemerintah Afghanistan harus melobi pihak Taliban agar bisa mengambil alih kekuasaan tersebut, namun Taliban tidak dengan kekosongan mereka melakukan aksi tersebut dengan aksi bersenjata hal ini juga berkaitan dengan HAM yang harus diterima oleh Afghanistan. AS telah mengupayakan sepenuhnya agar bantuan kemanusiaan dan perlindungan bisa didapatkan oleh masyarakat Afghanistan yang tertindas tanpa perantara dari pihak Taliban yang terkait, karena AS dan Afghanistan memiliki hubungan persaudaraan yang baik dan AS pernah memberikan bantuan militer untuk Afghanistan pada tahun 2003-2006 untuk melindungi wilayahnya dari serangan Taliban tapi kini pasukan yang ditugaskan oleh AS diambil alih karena dirasa Taliban sudah menguasai wilayah tersebut.

Tantangan dan Keberhasilan Bantuan Luar Negeri AS ke Afghanistan Selama 20 tahun Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Afghanistan berupa bantuan secara finansial. Tentu selama 20 tahun tersebut bukan waktu yang singkat, dan akan ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Amerika Serikat begitu juga dengan manfaat yang akan diterima oleh Afghanistan. Seperti yang sudah diketahui bahwa perekonomian dari Afghanistan masih bergantung dari pendanaan atau bantuan internasional. Hal ini bisa dibuktikan dengan data yang diberikan oleh Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan atau yang bisa disebut SIGAR menyatakan bahwa 75% dari pengeluaran pemerintahan Afghanistan berasal dari bantuan internasional (SIGAR, 2021). Bantuan keuangan ini digunakan untuk mendanai sektor modern yang ada di kota. Sejak tahun 2001 Amerika Serikat telah memberikan Afghanistan bantuan sebesar $133 miliar dollar untuk membangun kembali Afghanistan, untuk membiayai program yang akan dijalankan dan juga membantu pendanaan militer dari Afghanistan (Whitlock, 2019).

Namun dengan jumlah bantuan yang tidak sedikit ditambah dengan inflasi, tidak membuat Afghanistan tumbuh menjadi negara yang lebih baik, namun malah membuat sistem pemerintahan dan keuangan di Afghanistan menjadi kacau dan tidak jelas. Banyak uang yang terbuang dengan sia-sia dan tidak tepat pada sasaran. Hal ini dikarenakan pemerintahan Afghanistan sangat bergantung dengan kekuatan militer dari Amerika Serikat.

Dalam waktu dua dekade tersebut, pemerintahan Afghanistan yang tidak mampu untuk mengelola bantuan untuk membangun kembali negara, sehingga jika ingin benar-benar membantu Afghanistan untuk pulih kembali membutuhkan lebih banyak lagi bantuan keuangan dari sektor internasional (Whitlock, 2019).

Program Amerika Serikat yang menjanjikan akan membangun kembali Afghanistan atau nation building merupakan ide yang sudah ada sejak presiden ke 43, George W.Bush dan dilanjutkan hingga masa kepresidenan Barack Obama, adalah waktu yang lama, namun dengan waktu yang lama tersebut tidak ada perubahan yang bisa dilihat dari Afghanistan.

Banyaknya uang dan pasukan militer yang dikirim dari Amerika Serikat hanya masuk ke dalam kantong orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti kontraktor yang menetapkan harga tinggi untuk membangun sekolah, jalan atau rumah sakit. Selain dengan keuangan yang pada akhirnya masuk ke kantong orang yang tidak bertanggung jawab, hal lain yang membuat bantuan keuangan Amerika Serikat tidak berjalan dengan baik adalah

(7)

dengan banyaknya proyek yang tidak berguna. Proyek-proyek yang tidak berguna ini menyebabkan Afghanistan tidak bisa menghemat bantuan keuangan sebesar $ 2 miliar dolar (Whitlock, 2019).

Hal lain yang menjadi tantangan bagi Amerika Serikat dalam membantu Afghanistan dalam membantu membangun kembali negaranya adalah banyak warga Afghanistan yang masih kurang pendidikan. Dengan kurangnya pendidikan ini banyak warga yang tidak ingin masuk ke sekolah, kurangnya pengetahuan tentang apa yang terjadi di luar negara mereka. Maka dari itu program pembangunan sekolah di Afghanistan pun bisa dibilang sia-sia. Walaupun tidak semua, namun kebanyakan dari warga Afghanistan memilih untuk bersekolah di luar negeri atau tidak sekolah sama sekali. Hal ini juga merupakan hambatan yang paling terlihat di Afghanistan, banyak proyek yang dibangun oleh Amerika Serikat yang terbengkalai karena kurangnya sumber daya manusia yang bisa menjaga dan merawat proyek tersebut sehingga bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (Whitlock, 2019).

Namun jika dilihat dari sisi yang lain, Afghanistan juga menunjukkan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Jika sebelumnya di Afghanistan angka kematian bayi baru lahir banyak, namun dengan edukasi dan bantuan secara finansial untuk membangun rumah sakit yang lebih layak membuat angka kematian bayi yang baru lahir turun secara drastis.

Lalu dengan pembangunan sekolah oleh Amerika Serikat membuat banyak anak-anak kembali ke sekolah untuk melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda karena perang yang berkelanjutan. Menurut data yang ada pada tahun 2001 hanya 900.000 anak yang bersekolah, setelah dengan bantuan yang mengalir jumlah anak yang masuk ke dalam sekolah itu pun naik hingga 9,5 juta lebih anak. Begitu juga dengan perguruan tinggi, banyak anak-anak muda laki-laki maupun perempuan yang melanjutkan perguruan tinggi. Selain itu ekspektasi hidup di Afghanistan naik di angka 64,8 tahun dengan bantuan yang didapatkan selama 20 tahun tersebut (Shah M. Q., 2021)

Pemerintah Afghanistan juga berhasil membuat peraturan yang baru dan tegas secara demokratis tentang edukasi, hak asasi manusia, hak perempuan, jaminan kesehatan, hingga sertifikasi tanah. pembangunan jalan baru atau perbaikan jalan yang sudah ada juga dilakukan untuk mempermudah warga di Afghanistan untuk kegiatan sehari-hari. Lalu proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan untuk menghidupkan listrik, irigasi, jembatan dan program minum air yang digunakan menghasilkan air bersih yang bisa diminum dan dipakai untuk sehari-hari. Lalu pembangunan yang sukses lainnya adalah pembangunan hidroelektrik yang bisa membantu proses agrikultural yang nantinya bisa membangun ekonomi dan pangan di Afghanistan (Shah M. Q., 2021).

Strategi Bantuan Luar Negeri AS ke Afghanistan

Perang dan konflik yang terjadi di Afghanistan tanpa henti memberikan dampak serius bagi kehidupan masyarakatnya. Dampak yang dapat berupa, kelaparan, keterbatasan akses, rendahnya tingkat ekonomi dan lain lainnya. Sepanjang tahun 2013-2014 angka kemiskinan Afghanistan meningkat dari 36% menjadi 39% (The World Bank, 2017). Mayoritas penduduk miskin di Afghanistan berasal dari daerah pedesaan yang mayoritas masih bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Sebanyak 75% penduduk Afghanistan bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber pencaharian, yang kemudian hal tersebut memberikan pengaruh pada sektor bantuan Donor.

Setelah Invasi panjang yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Afghanistan selama 18 Tahun. Pada akhirnya Amerika Serikat mengubah strategi di Afghanistan dengan menghentikan invasi dan mempertegas komitmennya dengan melakukan perjanjian perdamaian dengan kelompok Taliban. Adapun poin poin dalam perjanjian damai Amerika Serikat dengan Taliban yaitu; 1) Upaya penarikan pasukan AS dan Koalisinya secara

(8)

bertahap, 2) Melakukan upaya gencatan senjata, 3) Negosiasi intra-Afghanistan untuk pembahasan secara komprehensif keamanan Afghanistan, 4) Menjadikan Afghanistan sebagai wilayah yang bebas dan aman dari kelompok teror sehingga tidak mengganggu stabilitas keamanan Afghanistan, AS dan juga sekutu (Ni Wayan Ayu Suwari, 2020).

Amerika Serikat menjadi negara yang paling aktif dalam hal memastikan stabilitas keamanan Afghanistan. Amerika Serikat mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan negara Afghanistan. Hubungan antara Amerika Serikat dan Afghanistan sudah terjalin sejak lama dan selama hubungan itu Amerika Serikat dan Afghanistan mengalami pasang surut khususnya pada beberapa dekade terakhir. Upaya Amerika Serikat untuk menciptakan stabilitas di Afghanistan sering kali memicu respons keras dari masyarakat Afghanistan. Hal itu disebabkan oleh tindakan pemerintah dan militer Amerika Serikat yang menahan warga negara Afghanistan yang diduga atau dicurigai sebagai teroris, penjahat perang atau musuh. Operasi penahanan masyarakat Afghanistan sendiri sudah terjadi sejak tahun 2002 dan berlangsung selama satu dekade hingga tahun 2012 menyebabkan jumlah tawanan perang terus meningkat (Behen, 2008). Hal tersebut semakin diperparah dengan gerakan pasukan militer Amerika Serikat yang melakukan penyerbuan ke rumah-rumah di Afghanistan pada malam hari dan menculik orang orang yang terduga atau dicurigai sebagai teroris. Sampai dengan pada 9 Maret 2012 kedua negara menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) yang menyatakan pengaturan rumah tahanan akan diserahkan kepada pihak negara Afghanistan, yang kemudian dilanjutkan dengan dilepaskannya para tawanan.

Peran Amerika Serikat di Afghanistan cukup dominan dan berpengaruh, pada hampir semua kejadian yang ada di Afghanistan terutama yang berhubungan dengan konflik dan militer.

Baik yang dilakuakn secara langsung ataupun tidak langsung. Konflik yang terjadi memberikan dampak pada kesejahteraan dan keamanan masyarakat. Maka dari itu, Amerika Serikat sebagai pihak yang mengirimkan ribuan pasukan militer secara massal juga ikut mengamati kondisi-kondisi domestik Afghanistan. Seperti pada urusan Kemanusiaan/

Humanitarian. Sikap yang ditunjukkan Amerika Serikat menunjukkan bahwa ada rasa simpati terhadap kondisi di Afghanistan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk respons negara Amerika Serikat menjadi negara mitra. Adapun pidato yang disampaikan oleh Presiden Obama terkait dengan Afghanistan:

“―We will support Afghan ministries, governors, and local leaders that combat corruption and deliver for the people. We expect those who are ineffective or corrupt to be held accountable. And we will also focus our assistance in areas – such as agriculture – that can make an immediate impact in the lives of the Afghan people.” (CNN Politics, 2009)

“―The agreement we signed today sends a clear message to the Afghan people: As you stand up, you will not stand alone … including shared commitments to combat terrorism and strengthen democratic institutions. It supports Afghan efforts to advance development and dignity for their people. And it includes Afghan commitments to transparency and accountability, and to protect the human rights of all Afghans – men and women, boys and girls.” (Office of the Press Secretary, 2012)

Dari paparan di atas terdapat dua indikator Humanitarian Motives/Motif Kemanusiaan, yang jika dihubungkan dengan program bantuan luar negeri, terdapat gabungan dari dua sektor yaitu Humanitarian/Kemanusiaan dan Agriculture/Agrikultur. Motif Kemanusiaan tersebut dijadikan sebagai motif pendukung dari jumlah bantuan yang besar dibandingkan Strategi Ekonomi, Identitas dan Motif Lingkungan. Langkah-langkah yang dibuat oleh Amerika Serikat adalah hasil dari cara berpikir sistematis, objektif dan rasional.

Melalui perjanjian yang dilakukan antara negara Amerika Serikat dan pihak Afghanistan.

Amerika Serikat yang menganut sistem demokrasi mendorong nilai-nilai demokrasi dan Hak Asasi Manusia untuk diterapkan di Afghanistan. Sebelumnya Amerika Serikat pernah

(9)

memiliki peran dalam lahirnya Konferensi Bonn tahun 2001. Dari lahirnya Konferensi Bonn tersebut menghasilkan kesepakatan bagi Afghanistan untuk menyelenggarakan Pemilu dan melahirkan konstitusi baru (Gretehen Birkle, 2011). Usaha lain yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah dengan menyalurkan bantuan melalui USAID yang bergerak di bidang pemerintahan. Bersama dengan pemerintah serta pejabat Afghanistan berupaya untuk meningkatkan transparansi dan legitimasi, meningkatkan kemampuan lembaga dan memberdayakan masyarakat Afghanistan melalui proses yang demokratis. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menghubungkan warga kepada pemerintah, memperkuat legitimasi dan memperluas jangkauan pemerintah sampai ke daerah terpencil atau pelosok.

USAID juga membantu pemerintah Afghanistan untuk membangun sistem pemerintahan dan menciptakan hubungan yang baik antar pemerintah (Gretehen Birkle, 2011).

Selain pada bidang pemerintahan. Amerika Serikat juga memajukan sektor Ekonomi dan Pembangunan. Amerika Serikat memiliki anggapan jika demokrasi liberal adalah arus utama pembangunan dan merupakan pusat pembangunan ekonomi, politik dan sosial selama beberapa dekade terakhir (Honer, 2008). Berdasar pada konflik yang membutuhkan pengorbanan dan perjuangan kedua pihak, sebagai bentuk pengorbanan tersebut sebagai tujuan untuk mewujudkan perdamaian, keamanan dan kesejahteraan. Pada bidang keamanan Amerika Serikat menjadikan Afghanistan sebagai aliansi utama non-NATO bagi Amerika Serikat. Kerjasama pada bidang pertahanan dan keamanan diperkuat demi mewujudkan keamanan dan stabilitas serta perdamaian Internasional dan memperkuat Afghanistab menjadi negara yang berdaulat. Kerjasama dilakukan atas dasar komitmen kedua negara untuk saling mematuhi perjanjian internasional. Kerjasama yang dilakukan dilandaskan pada penghilangan atau penghapusan prasangka atau keraguan atas perlanggaran kedaulatan Afghanistan. Kedua pihak setuju bahwa hubungan luar negeri yang didasarkan kepada saling menghargai perlu dikembangkan.

Pada bidang Ekonomi dan Sosial kedua negara setuju untuk mengupayakan pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mewujudkan stabilitas, kemajuan ekonomi berkepanjangan dan pemulihan Afghanistan pasca perang atau konflik yang berlangsung selama kurang lebih 3 dekade. Afghanistan juga mendapatkan dukungan fiskal yang tidak mampu dipenuhi oleh Produk Domestik Bruto (PDB). Kedua Pihak akan berusaha untuk konsolidasi ekonomi guna meningkatkan pertumbuhan pasar, serta mengadakan kerjasama ekonomi jangka panjang yang disesuaikan dengan konstitusi dan situasi sosial di Afghanistan. Sedangkan fokus pada bidang sosial, kedua negara akan melakukan kerjasama dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Kerjasama tersebut akan diwujudkan dengan cara memperkuat akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Di sisi lain, juga akan di selenggarakan pelatihan keterampilan atau vokasional dalam sektor-sektor utama di Afghanistan. Selain itu, juga mengupayakan perlawanan dan pemberantasan korupsi menjadi fokus dan perhatian dalam bidang sosial.

Kesimpulan

Selama lebih dari dua dekade belakang peranan bantuan luar negeri yang berasal dari Amerika Serikat, negara negara sekutu dan organisasi internasional sangat vital dalam membangun perekonomian serta berjalannya sistem pemerintahan di negara Afganistan.

Bantuan internasional yang diperoleh dialokasikan dalam pembangunan ekonomi, peningkatan mutu pendidikan serta pelayanan medis. Namun, pemberian bantuan ini tidak sepenuhnya efektif karena pemerintahan Afghanistan sendiri gagal menyalurkan dana bantuan secara efisien. Ketergantungan Afghanistan terhadap bantuan asing membuat negara menjadi gagal untuk menjalankan pemerintahan dengan baik ketika bantuan itu dicabut atau terhambat. Hal inilah yang terjadi ketika Amerika Serikat dan sekutunya mulai berhenti memberikan bantuan internasional kepada Afghanistan ketika pemerintahan jatuh

(10)

ke tangan taliban. Runtuhnya pemerintahan ke tangan Taliban membuat pemberian bantuan internasional oleh organisasi internasional juga terhambat.

Taliban sendiri belum menunjukkan bahwa mereka benar-benar dapat mengatur pemerintahan yang efektif atau mengelola bantuan internasional semacam itu, dan banyak negara termasuk Amerika Serikat telah memotong atau menghentikan aliran bantuan mereka atau memprogram ulang. Tidak adanya organisasi atau negara yang ada di luar Afghanistan untuk mengelola bantuan kemanusiaan atau pembangunan, khususnya yang akan dipercaya dan disetujui oleh Taliban untuk bekerja bersama juga membuat pemberian bantuan menjadi terhambat. Berbagai macam strategi telah diupayakan pemerintahan Amerika Serikat dalam pemberian bantuan luar negeri ke Afghanistan. Sebagai pendonor terbesar dana bantuan untuk Taliban, masih terdapat batasan ketat untuk peran yang dapat dimainkan Amerika Serikat secara kredibel. Amerika Serikat mungkin memiliki pengaruh ekonomi, tetapi mereka telah menjadi musuh utama Taliban selama dua dekade terakhir.

Dengan situasi tersebut tidak mungkin mencapai dukungan politik domestik dari pemerintahan Taliban di setiap upaya bantuan kemanusiaan yang akan Amerika Serikat berikan.

Daftar Pustaka

Afghanistan, S. T. (2021). BBC Indonesia. Indonesia: BBC Indonesia.

Azria, K. (2021). Sejarang Perang Afghanistan Dari Dulu Hingga Kini. Jurnal in International Relation, 1-16.

Baqi, A. M. (2020). From Foes to Friends: The Normalization of the United Emirates Arab and Israel Relations. Insignia Journal of International Relations Vol. 9, No. 2022,, 80-95.

Behen, S. (2008). Salon: Bush vows more troops for Afghanistan, but Mullen doesn't have

them. Retrieved June 25, 2022, from

https://www.salon.com/2008/07/03/afghanistan/?story=%2Fpolitics%2Fwar_roo m%2F2011%2F06%2F04%2Fbagram_obama_gitmo

Bogani, P. (2021). ‘Brink of Collapse’: How Frozen Assets & Halted Foreign Aid Are Impacting the Afghan People. Retrieved June 25, 2022, from https://www.pbs.org/wgbh/frontline/article/taliban-takeover-how-frozen-assets- foreign-aid-impacts-afgh

CNN Politics. (2009). Transcript of Obama speech on Afghanistan. Retrieved June 25,

2022, from

http://edition.cnn.com/2009/POLITICS/12/01/obama.afghanistan.speech.transcrip t/index.html

Creswell, J. (2013). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Approach.

Student Library.

Gretehen Birkle, M. O. (2011). Toward a Political Strategy for Afghanistan. Foreign Policy at Brookings.

Haaretz. (2020). ‘Historic Diplomatic Breakthrough’: Read the Full Statement on Israel UAE Agreement. Retrieved from https://www.haaretz.com/israel- news/historicdiplomatic-breakthrough-read-the-full-statement-on-israel-uae-

agreement1.9070792

(11)

Hanke, S. (2021). Afghanistan: A Poster Child for Foreign‐Aid Failure. Retrieved June 25, 2022, from CATO Institute: https://www.cato.org/commentary/afghanistan-poster- child-foreign-aid-failure

Honer, L. (2008). How and Why Has Multiparty Democracy Spread Over the Last 100 Years and What Difference HAs it Made to the Lives of the Poor? Inggris: Oxford.

Jaramaya, R. (2022). AS Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Afghanistan. Retrieved June 27, 2022, from Republika: https://www.republika.co.id/berita/r5lrxl459/as-kirim- bantuan-kemanusiaan-untuk-afghanistan.

Katzman, K. (2018). The United Arab Emirates (UAE): Issues for U.S. Policy. Washington, D.C.: Congressional Research Service.

Keohane, O. R., & Joseph, S. N. (2001). Power and Interdependence (3rd ed). London:

Pearson Longman.

Lamont, C. (2015). Research Methods in International Relations. New York: : Sage Publication Ltd.

Maka, S. P. (2017). Strategic Partnership Agreement Amerika Serikat dan Afghanistan (2012-2015). Jakarta: Universitan Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ministry of Economy and Industry UAE-Israel. (2022, May 31). Historic agreement between Israel and the United Arab Emirates was signed this. Retrieved from morning in Dubai – a free trade zone: https://www.gov.il/BlobFolder/news/israel-uae-to-sign- historic-free-trade-agreement-30-may-2022/en/English_Documents_Israel-

UAE%20Free%20Trade%20Zone%20Agreement.pdf

Ni Wayan Ayu Suwari, S. S. (2020). Rasionalitan Amerika Serikat Dalam Perjanjian Damai Dengan Taliban Pasca Konflik di Afghanistan. Bali: Universitas Udayana.

OECD. (2022). . The ODA/GNI Target – A History of OECD. Retrieved June 25, 2022, from https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.oecd.org/d evelopment/stats/the07odagnitarget-

ahistory.htm%23:~:text%3DThe%2520best%2520known%2520targe

Office of the Press Secretary. (2012). The White House: Remarks by President Obama in Address to the Nation from Afghanistan. Retrieved June 26, 2022, from https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2012/05/01/remarks- president-obama-address-nation-afghanistan

Putri, G. I. (2019). Motif Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Kepada Afghanistan Melalui Official Development Assistance Pada Tahun 2011-2016. Malang:

Universitas Brawijaya.

Roger C, R. (2007). Does Foreign Aid Really Work ?. . New York: Oxford University Press.

Shah, M. Q. (2021). Afghanistan Crisis: What Did Billions In Aid Accomplish In 20 Years?

Retrieved June 27, 2022, from https://wap.business-standard.com/article- amp/international/what-did-billions-in-aid-to-afghanistan-accomplish-5-questions- answered-121102700352_1.html

Shah, M. Q. (2021, Oktober 26). What Did Billions In Aid To Afghanistan Accomplish ? 5 Questions Answered. Retrieved June 27, 2022, from : https://theconversation.com/what-did-billions-in-aid-to-afghanistan-accomplish-5- questions-answered-166804

(12)

Sigar. (2021). Lessons Learned. Retrieved June 27, 2022, from Sigar mil:

https://www.sigar.mil/lessonslearned/lessonslearnedreports/index.aspx?SSR=11&S ubSSR=60&WP=Lessons%20Learned%20Reports.

SIGAR. (2021). What We Need To Learn: Lesson from Twenty Years of Afghanistan

Reconstruction. Retrieved June 25, 2022, from

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.sigar.mil/p df/lessonslearned/SIGAR-21-46-LL.pdf&ved=2ahUKEwiI-

Takieddine, R. (2020). UAE position on Palestine in line with Arab consensus, says

diplomat. Retrieved from Arab News:

https://www.arabnews.com/node/1719976/middle-east

The World Bank. (2017). Worlbank: Afghanistan Poverty Status Update Progress at risk.

Retrieved June 26, 2022, from

http://www.worldbank.org/en/country/afghanistan/publication/afghanistan- poverty-status-update report-2017

U.S Departement of State. (2020). Abraham Accords Peace Agreement: Treaty Of Peace, Diplomatic Relations And Full Normalization Between The United Arab Emirates

And The State Of Israel. Retrieved from

https://www.state.gov/wpcontent/uploads/2020/09/UAE_Israel-treaty-signed- FINAL-15-Sept-2020-508.pdf

Whitlock, C. (2019). BUILT TO FAIL. Retrieved June 27, 2022, from The Washington Post:

https://www.washingtonpost.com/graphics/2019/investigations/afghanistan- papers/afghanistan-war-nation-building/.

Wicaksono, R. (2020). Analisis Kebijakan Uni Emirat Arab dalam Normalisasi Hubungannya. Jurnal Middle East and Islamic Studies (MEIS), 7(2), , 132-154.

Zweiri, M. (2020). The UAE Israel Normalisation ‘’If you can’t convince them, confuse them.

Retrieved from https://qspace.qu.edu.qa/handle/10576/15890

Referensi

Dokumen terkait

Keywords: balcony, flats, aparlements ABSTRAK Pengelolaan ruang hijau pada rumah susun dan apartemen merupakan suatu hal yang rumit untuk diterapkan.. Karena itu jarang sekali ada

และอุตสาหกรรมการผลิตขนาดเล็ก จ านวน 9,545 ตัวอย่าง ทั้งนี้ได้แบ่งกลุ่มสาขาอาชีพของ แรงงาน ออกเป็น 3 กลุ่ม ตามการจัดประเภทอาชีพตามมาตรฐานสากล International Standard Classification of