Skripsi yang berjudul “Tawadhu’ dalam Perspektif Tafsir Al-Jailani Karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani” yang disusun oleh Wasilah Nur Kamilah dengan Nomor Induk Mahasiswa 13210558 telah berhasil melewati proses bimbingan dan disetujui untuk dipertimbangkan dalam Sidang Sidang Munaqosyos. Tesis berjudul “Tewâdhu’ dalam Perspektif Tafsir al-Xailani Karya Syekh Abdul Qadir el-Jailânî” karya Wasilah Nur Kamilah dengan NIM 13210558 diulas dalam sidang Munaqasjeh Fakultas Al-Qur'an Ushuluddin. Institute of Sciences (IIQ) Jakarta pada bulan Agustus 2017. Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tawadhu’ dalam Perspektif Tafsir Al-Jailani Karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani” memang asli karya saya, kecuali kutipan yang telah disebutkan.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Usuluddin, Fakultas Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Institut Ilmu Al-Qur'an, Jakarta. Khuzaemah Tahido Yanggo, Lc, MA Bunda Semua, Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta. Penulis tidak lupa menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau penyusunan ringkasan ini. . Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Dalam skripsi ini terdapat dua pertanyaan pokok: Pertama, apa pendapat Syekh Abdul Qâdir Al-Jailânî tentang makna tawadhu', dan kedua, apa persamaan dan perbedaan para mufasir lain mengenai ayat-ayat tawadhu'. Menurut Syekh Abdul Qâdir Al-Jailânî Tawadhu', maksudnya mengharuskan pelaku memandang dirinya dengan tatapan bawahan guna menghilangkan kecenderungan sombong dan angkuh. Maka tawadhu' seorang hamba kepada Allah adalah ketika seseorang mampu memantapkan kedudukannya di hadapan keagungan Allah SWT, yaitu dirinya nol dan tidak mempunyai arti dihadapan Dzat Yang Mutlak dan Tak Terbatas.
Al-Qur'an merupakan mukjizat abadi yang tidak terbatas pada dimensi ruang dan waktu dan tidak ada keraguan sedikit pun mengenai hal itu.
بٰ َتيكۡلٱ
ينيميل ۡسُمۡليل٨٩
أيبَمُهَرۡج َ
يفَِ يشۡمَت َ
يضرۡ َ ۡ لۡٱ
لاَبي لۡٱ ۡ
- Identifikasi dan Perumusan Masalah
- Identifikasi Permasalahan
- Pembatasan Masalah
- Perumusan Masalah
- Kegunaan Penelitian
- Tinjauan Pustaka
- Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Teknik pengumpulan data
- Metode Analisis data
- Teknik dan Sistematika Penulisan 1. Teknik Penulisan
- Sistematika Penulisan
Karena kecintaannya terhadap tawadhu', ia tidak menyukai kesombongan (takabur), membenci kesombongan dan kesombongan terhadap harta dan keturunan, serta menampilkan kekayaan, kemegahan, kekuasaan dan kesombongan. Pembahasan tentang tawadhu’ banyak diungkapkan dalam disiplin ilmu tasawuf dan dunia spiritualitas serta ajaran akhlak, yang telah ada sejak awal sejarah para nabi dan rasul. Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di era modern ini sedang mengalami berbagai krisis, salah satunya krisis tawaâdhu', karena kesombongan yang mereka sebarkan di media sosial sudah menjadi hal yang lumrah.
Dari pemaparan di atas, jelaslah bahawa tawâdhu’ adalah akhlak yang dicintai oleh Allah SWT., dan salah satu unsur terpenting yang harus ada dalam diri kita, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji ayat-ayat tentang tawâdhu’ yang terdapat dalam Al - Al-Quran, tetapi penulis hanya akan mempelajari ayat-ayat tersebut menurut pandangan Syeikh Abdul Qâdir Al-Jailânî, salah seorang ulama besar tasawuf, yang tharîqahnya banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia, dalam kitab tafsirnya, yaitu Tafsir. Al-Jailânî. Atas sebab itu, penulis memilih tajuk tesis "Tawâdhu' dalam Perspektif Tafsir Al-Jailânî oleh Syeikh Abdul Qâdir Al-Jailânî". Bagaimana Syeikh Abdul Qâdir al-Jailânî menafsirkan ayat-ayat tentang tawâdhu’ dalam al-Quran.
Batasan masalah penelitian ini adalah tentang tawaâdhu' menurut Al-Qur'an dalam tafsir Al-Jailânî karya Syekh Abdul Qâdir Al-Jailânî. Secara akademis menambah wawasan keilmuan dan mengetahui pendapat para ulama tentang tawaâdhu' dalam tafsir al-Jailânî dengan relevansinya dengan realitas kehidupan masyarakat muslim. Dengan sabar itulah manusia menjadi mulia dan selalu berada di sisi Allah.10 Bedanya dengan tesis yang penulis selidiki adalah Latifah Fidiyanti menjelaskan kesabaran dan syukur menurut Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî, sedangkan penulis membahasnya tawadhu' yang mengacu pada tafsirnya yaitu tafsir Al-Jailânî Jailânî karya Syekh Abdul Qâdir Jailânî.
Pada tahun 2012, karya tulis berjudul “Konsep Tawadhu’ Dalam Perspektif Al-Quran” ditulis oleh Maftuhatur. Dalam disertasi ini Maftuhatur Rohmah membahas tentang konsep tawadhu' dalam perspektif Al-Qur'an kajian tafsir tematik. Tesisnya menyimpulkan bahwa konsep tawadhu' dalam Al-Qur'an diturunkan secara implisit, dan tidak ditemukan kata tawadhu' kecuali padanannya, atau kata yang mempunyai persamaan makna dengannya. Mayoritas ahli tafsir menjelaskan bahwa kata ini setara dengan kata tawâdhu'.11 Bedanya dengan pernyataan yang penulis gali adalah Maftuhatur Rohmah membahas tentang konsep tawadhu' dari sudut pandang Al-Qur'an, sedangkan penulis lebih fokus pada konsep tawâdhu'. tentang tawadhu' dan menafsirkan ayat tentang tawadhu'.
Hidayat menjelaskan penafsiran ayat-ayat mutasyâbîhât pada tafsir al-Jailânî, sedangkan penulis tidak membahas tawâdhu' pada ayat-ayat mutasyâbîhât, padahal kajian tafsirnya sama yaitu mengkaji tafsir Al-Jailânî karya Syekh 'Abd Qâdir Al-Penjara. Tidak ada kata tawadhu' dalam Al-Qur'an, namun ada beberapa makna yang mengandung makna tawadhu'. Bab kedua dibagi menjadi empat subbagian, bab pertama membahas tentang makna tawadhu’ ditinjau dari etimologi dan terminologinya.
Yang kedua membahas tentang jenis-jenis dan syarat-syarat tawadhu', yang ketiga membahas tentang perlunya tawadhu' dalam Al-Qur'an. Hal ini dilakukan karena bab kedua merupakan landasan teori agar penyusunan skripsi dapat terfokus dan sistematis guna memberikan informasi kepada pembaca tentang tawaâdhu' dalam Al-Qur'an.
PENUTUP
Saran-Saran
Ulama tafsir hendaklah meluaskan pengajiannya kepada mata pelajaran tafsir ulama awal yang lain yang menyumbang kepada ilmu Islam agar pandangan ulama terhadap mata pelajaran pusat ini dapat diketahui dan akan menzahirkan keutuhan pandangan ahli tafsir. Abidu, Yunus Hasan, Tafsir Al-Qur`an, The History of Tafsir and the Method of the Mufassir, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007. Audah, Ali, The Concordance of the Qur'an: Phrases in the Search for the Al -Qur'an, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1996.
Fidiyanti, Latifah, “Sabar dan Syukur menurut Syaikh „Abd Al-Qadir Al-Jilani”, Tesis diserahkan ke program magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008. Hidayat, Mohammad, “Pentafsiran ayat-ayat mutashabihat dalam tafsir Al-Jilani. oleh Syaikh "Abd Al-Qadir Al-Jilani", tesis diserahkan untuk program sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. Iskandar, Arief B., Percikan Cahaya Lahi: Ajaran Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Bandung: Pustaka Hidayah , 1988.
Muslim ibn al-Hajjaj Ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Abu al-Husain, Sahih Muslim, Beirut: Dar al-Jalil. Rohmah, Maftuhatur, "Konsep Tawadhu" dalam Perspektif Al-Qur`an", Tesis diserahkan kepada Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta: 2012. Shefaa', Khuloud, " Tawakal dan Tafsir Al-Jailani”, Tesis diserahkan kepada Program Pascasarjana Institut Pengajian Al-Qur`an (IIQ) Jakarta: 2012.