TEBU
(Saccharum officinarum Linn.)
I. PENDAHULUAN
TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM LINN.)
• BAHAN BAKU GULA DAN VETSIN.
• TUMBUH DI DAERAH BERIKLIM TROPIS.
• TERMASUK JENIS RUMPUT-RUMPUTAN.
• UMUR TANAMAN SEJAK DITANAM SAMPAI BISA DIPANEN MENCAPAI KURANG LEBIH 1 TAHUN. SEHINGGA TERMASUK TANAMAN TAHUNAN
• DI INDONESIA TEBU BANYAK DI BUDIDAYAKAN DI PULAU JAWA DAN SUMATERA
Salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi adalah dengan perluasan lahan dan
penanaman varites tebu
dengan persentase rendemen tinggi.
Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata
memerlukan keterpaduan antara agribisnis dan agroindustri.
Indonesia semula terkenal sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar dan
diperhitungkan di dunia, tetapi saat ini
justru berubah menjadi negara pengimpor gula dalam jumlah cukup besar.
Impor gula tahun 2000 mencapai tidak kurang dari 1,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
Menurut survei yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian Tanah dan Iklim (Puslittanak) dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula (P3GI)
Didapatkan bahwa areal potensial di luar Jawa yang dianggap sesuai untuk perkebunan tebu ± 1,2 juta hektar, dengan penyebaran :
Papua (817.000 ha), Maluku (63.000 ha), Riau (54.600 ha),
Sumatera Utara (44.900 ha),
Kalimantan Tengah (36.900 ha), dan Sulawesi Selatan (29.200 ha).
SYARAT TUMBUH Tanah yang cocok adalah :
• Bersifat kering-kering basah,
• Curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun.
• Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4.
• Ketinggian kurang dari 500 m dpl.
VARIETAS TEBU
1. Varietas Genjah (masak awal),mencapai masak optimal < 12 bulan.
2. Varietas Sedang (masak engahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14 bulan.
3. Varietas Dalam (masak akhir),mencapai
masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan.
Potensi Hasil Beberapa Varietas Tebu Unggul
• PEMBUKAAN KEBUN
Sebaiknya pembukaan dan penanaman
dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik.
II. BUDIDAYA TEBU DI LAHAN SAWAH/TANAH BASAH
Pada umumnya budidaya tebu sawah dilaksanakan dengan sistem reynoso, yaitu suatu sistem budidaya tebu yang dirancang untuk lahan basah, sehingga diperlukan suatu saluran (got) untuk mengatur muka air tanah.
Sistem Reynoso adalah suatu sistem pengolahan lahan tebu di sawah. Pada dasarnya sistem ini bertujuan untuk
mengelola lahan tebu dengan sistem drainase yang
intensif. Dicirikan dengan got-got yang dalam bahkan pada beberapa titik bisa sampai kedalaman 90-100 cm
A. PERSIAPAN LAHAN DAN PENGOLAHAN TANAH
PADA SISTEM REYNOSO LAHAN DIBUKA DENGAN SATUAN 1 HEKTAR SEBAGAI LUASAN POKOK.
KEMUDIAN DIBUAT BUKAAN DENGAN MEMBUAT SALURAN MEMBUJUR (GOT MUJUR) DAN SALURAN MELINTANG (GOT MALANG).
LUASAN SATU HEKTAR DIBAGI MENJADI 10 PETAK (BAK) YANG DIBATASI OLEH GOT MALANG DAN GOT MUJUR.
PEMBUATAN GOT INI SECARA TOTAL DILAKUKAN SECARA MANUAL.
Sistem Reynoso
Sistem Reynoso
• Kedalaman got malang : 50 cm
• Kedalaman got pujuran : 60 cm
• Kedalaman got keliling : 70 cm
UKURAN GOT STANDAR
• Got keliling/mujur
lebar 60 cm; dalam 70 cm,
• Got malang/palang
lebar 50 cm; dalam 60 cm.
• Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got.
Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.
Pembuatan lubang tanam (juringan)
Pada sistem reynoso juringan dibuat secara
manual dengan ukuran panjang 10 m dan lebar pusat ke pusat (pkp) 1,10 m, (1400 lubang/ha) Jika tanah semakin subur jumlah juringan dibuat
lebih sedikit dari 1.400 juring.
Juringan dibuat sedalam 40 cm agar nantinya perakaran dapat berkembang dengan baik.
Sistem Reynoso
Sistem Reynoso
• kebutuhan bibit dari Kebun Bibit Datar (KBD) untuk Kebun Tebu Giling (KTG) adalah 1 : 8
yaitu dari 1 ha KBD dihasilkan bibit tebu yang cukup untuk 8 ha KTG untuk lahan sawah dan 1 : 3 untuk lahan kering.
Yang awalnya juringan menjadi guludan