• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK RADIOTERAPI 3 DIMENSIONAL CONFORMAL RADIATION THERAPY PADA KASUS KANKER PARU DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN

N/A
N/A
Lisa Fitri Dewi

Academic year: 2023

Membagikan "TEKNIK RADIOTERAPI 3 DIMENSIONAL CONFORMAL RADIATION THERAPY PADA KASUS KANKER PARU DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK RADIOTERAPI 3 DIMENSIONAL CONFORMAL RADIATION THERAPY PADA KASUS KANKER PARU

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN

LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN PERIODE 02 MEI – 09 JUNI 2023

DISUSUN OLEH : FAUZAN RIDHO NPM : P21130220025

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan banyak kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul

“Teknik Radioterapi 3 Dimensional Conformal Radiation Therapy Pada Kasus Kanker Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan” dengan baik.

Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi mahasiswa jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

Dalam penyusunan laporan ini hingga selesai, penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-Nya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukung hingga selesainya laporan.

Tidak lupa penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan laporan PKL ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat menerima kritik dan saran dari pembaca.

Jakarta 09 Juni 2023

Penulis

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS PRAKTEK PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI RADIOLOGI DAN PENCITRAAN

Judul Laporan : Teknik Radioterapi 3 Dimensional Conformal Radiation Therapy Pada Kasus Kanker Paru di Rumah Sakit Umum Pusat

Persahabatan.

Tanggal Praktik : 02 Mei 2023 – 09 Juni 2022

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Disusun Oleh : FAUZAN RIDHO NIM : P21130220025

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instructure (CI) dan akan dilaporkan atau diujikan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Sarjana Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

Jakarta, 09 Juni 2023

Menyatakan, Menyetujui,

Mahasiswa, Clinical Instructure (CI)

Fauzan Ridho Utari Widiatmi, S.ST.

NIM. P21130220025 NIP.

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Data Globocan menyebutkan di tahun 2018angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2 orang/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 orang per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 11 orang per 100.000 penduduk.(1) Salah satu modalitas yang paling efektif dalam pengobatan kanker paru yaitu dengan terapi radiasi yang dapat diberikan sebelum atau sesudah operasi atau dapat bersamaan dengan modalitas lainnya seperti kemoterapi.(2)

Modalitas terapi radiasi dalam pengobatan kanker paru semakin berkembang dengan adanya modifikasi metode teknik penyinaran untuk menghasilkan tingkat ke akurasian yang lebih baik. Terapi radiasi kanker paru dapat menggunakan teknik 2D CRT, 3D CRT, IMRT, VMAT, atau IGRT.

Salah satu teknik penyinaran untuk terapi radiasi kanker paru, yaitu teknik 3D CRT (3 Dimensional Conformal Radiation Therapy) yang merupakan cara efektif untuk dapat mencapai dosis tumor yang lebih tinggi tanpa meningkatkan dosis pada struktur jaringan normal beresiko yang berada disekitar tumor tersebut.(3)

Dalam pelaksanaan terapi radiasi mengenai efek yang dihasilkan oleh radiasi akan berbahaya untuk jaringan sehat disekitar jaringan tumor, maka perlindungan pada jaringan normal sangatlah penting. Melindungi jaringan normal beresiko (organ at risk) dapat dilakukan dengan menyesuaikan lapangan kolimasi sesuai dengan target, untuk bidang radiasi yang tidak teratur dapat menggunakan blok konvensional menggunakan bahan cerrobend atau pun dengan MLC (multileaf collimator).

Beberapa rumah sakit masih membutuhkan pembuatan blok cetak, biasanya ini untuk pesawat cobalt 60, pesawat linac yang belum menggunakan MLC, ataupun untuk penggunaan pengobatan radiasi elektron(3). MLC merupakan aksesoris ekstra yang dipasangkan ke bagian kepala pesawat linear akselerator.

Material bahan dasar MLC adalah logam tungsten. Secara basicnya MLC dikendalikan oleh komputer sehingga memungkinkan dapat keuntungan seperti;

waktu pengobatan akan lebih sedikit, kemungkinan pengiriman informasi

(5)

pengobatan yang akan dilakukan lebih maksimal, dan membuat pekerjaan lebih praktis.

Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan adalah salah satu rumah sakit di Jakarta yang memiliki pelayanan radioterapi dengan memanfaatkan pesawat radioterapi Linac Elekta yang menggunakan perangkat piranti MLC. Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang bagaimana teknik radioterapi kanker paru dengan teknik 3D CRT menggunakan LINAC, maka penulis membuat makalah dengan judul

“Teknik Radioterapi 3 Dimensional Conformal Radiation Therapy pada Kasus Kanker Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan”.

B. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum

Sebagai studi untuk mendeskripsikan prosedur penatalaksaan terapi radiasi pada pasien kanker paru dengan teknik 3 dimensional conformal radiation therapy b. Tujuan Khusus

Tujuan dari penulisan laporan ini untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai proses penyinaran radiasi eksterna dengan teknik 3 dimensional conformal radiation therapy pada kasus kanker paru dan juga untuk memenuhi tugas akhir praktek kerja lapangan.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yang dilakukan oleh penulis, antara lain:

1. Bagi penulis

Untuk memenuhi tugas laporan kasus PKL serta menambah wawasan terutama mengenai persiapan serta proses radiasi eksterna dengan Teknik 3 dimensional conformal radiation therapy pada kanker paru.

2. Bagi pembaca

Memberikan gambaran serta informasi yang jelas mengenai teknik radioterapi 3 dimensional conformal radiation therapy pada pasien kasus kanker paru.

(6)

BAB II KAJIAN TEORI A. Anatomi Paru

Paru-paru merupakan organ penting yang berbentuk spons dan terdapat pada bagian rongga dada. Paru-paru mempunyai dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru memiliki lima lobus yang dimana paru-paru kanan terdapat tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru dilindungi oleh selaput tipis yaitu pleura, pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental.

Pleura viseralis adalah selaput yang langsung membungkus bagian organ paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Dan celah diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura(4).

B. Kanker Paru

Faktor resiko utama kanker paru ialah merokok, secara umum rokok menyebabkan 80% kasus kanker pada laki-laki sedangkan 50% menyebabkan kanker pada perempuan. Serta faktor lain kanker paru adalah hidup didalam lingkungan asap tembakau (perokok pasif), kerentanan genetic, paparan industri, polusi udara, dan lain-lain.

Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung misalnya batuk, hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker paru. Sehingga dibutuhkan penegakan diagnosis berdasarkan

(7)

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan patologi anatomik(5).

Pembagian histopatologi pada kanker paru-paru ada dua subtipe utama yaitu sebagai berikut:

1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) atau Karsinoma paru bukan sel kecil (KPBSK) yang terdiri atas

a) Adenokarsinoma (50%), lebih banyak di bagian perifer paru, subtipe bronkoalveolar, asiner dan papiler.

b) Karsinoma sel skuamosa (35%), lebih banyak di sekitar hilus.

c) Karsinoma sel besar (15%), subtipe giant cell dan clear cell.

2. Small Cell Lung Cancer (SCLC) atau karsinoma paru sel kecil (KPSK) lebih dari 80% kasus kanker paru adalah golongan KPSK(2).

Penentuan stadium kanker paru berdasarkan sistem klasifikasi TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke delapan adalah sebagai berikut:

Klasifikasi T:

TX: sel terbukti tapi tidak terlihat tumor secara bronkoskopi dan radiologis.

Tis: Karsinoma insitu

T1: Tumor ≤ 3 cm, dikelilingi oleh paru-paru atau pleura viseralis, tanpa bukti adanya invasi bronkoskopik yang lebih proksimal daripada bronkus lobuler (tidak di bronkus utama).

T1Mi: Minimal invasif adeno karsinoma

T1a: Tumor ≤ 1 cm

T1b: Tumor > 1 cm ≤ 2 cm

T1c: Tumor > 2 cm ≤ 3 cm

T2: Tumor lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

T2a: Tumor > 3 cm ≤4 cm

T2b: Tumor > 4 cm, ≤ 5 cm

T3: Tumor> 5 cm ≤ 7 cm atau telah menginvasi salah satu dari : pleura parietalis, dinding dada, nervus prenikus, perikardium parietalis.

T4: Tumor > 7 cm atau menginvasi salah satu dari: diafragma, mediastinum, jantung, trakea, pembuluh darah besar, nervus laringeal recurent, esofagus, corvus vertebral, carina, nodul terpisah pada lobus lain ipsilateral dari tumor primer.

Klasifikasi N:

N0: Tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat.

(8)

N1: Metastase KGB peribronkial ipsilateral daan atau hilus ipsilateral dan intrapulmoner. bronkopulmoner atau ipsilateral hilus.

N2: Metastase KGB mediastinal ipsilateral dan atau sub carina.

N3: Metastase KGB mediastinal kontra lateral atau hilus kontralateral atau KGB skaleneus ipsi/kontralateral atau KGB supraklavikula.

Klasifikasi M:

M0: Tidak ada metastase jauh.

M1a: nodul pada kontralateral lobus tumor dengan nodul pleura atau efusi pleura / perikard malignan.

M1b: Metastase tunggal ekstratoraks pada satu organ dan melibatkan satu kelenjar.

M1c: Ditemukan metastase jauh multipel baik pada satu atau multi organ.

C. Radioterapi

Radioterapi adalah metode pengobatan di bidang kesehatan dimana radiasi pengion digunakan untuk mengobati penyakit keganasan yang bertujuan mematikan atau menghambat pertumbuhan sel tumor/kanker.Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup.

Sumber Radiasi pengion berasal dari unsur radioaktif (radionuklida) berupa sinar gamma ataupun dari suatu pembangkit radiasi berupa sinar-X, elektron, dan lain sebagainya. Contoh sumber radiasi gamma dari Unsur radioaktif: Cobalt (Co-60), Caesium (Cs-137) dan Iridium (Ir-192). Sedangkan contoh sumber radiasi berupa pembangkit LINAC (Linear Accelerator)

Adapun prinsip radioterapi sebagai berikut:

1. Memberikan dosis radiasi yang tepat dan terukur pada tumor yang ditentukan.

2. Mengurangi kerusakan jaringan sehat disekitarnya seminimal mungkin D. Tujuan Radioterapi

1. Kuratif

Pasien mempunyai kemungkinan bertahan hidup atau sembuh setelah pengobatan adekuat dengan pemberian dosis yang cukup tinggi. Biasanya tujuan penyinaran dilakukan pada kasus stadium awal.

2. Paliatif

Tidak ada harapan pasien bertahan hidup dalam periode tertentu.Tujuan penyinaran hanya mengurangi gejala atau keluhan (meningkatkan kualitas

(9)

hidup).Biasanya dilakukan pada kasus stadium lanjut. Dosis yang diberikan secukupnya (2/3 dosis kuratif) dengan pemberian yang sesingkat mungkin.

3. Preventif

Bila suatu kanker menyebar ke daerah risk, kemungkinan akan dilakukan penyinaran agar sel pada daerah tersebut tidak berubah menjadi tumor.

E. Prosedur Radioterapi

1. Assessment of Patient, adalah tahap dimana pasien berkonsultasi dengan onkologi radiasi mengenai penyakitnya, dengan merujuk pada hasil-hasil CT-Scan, MRI atau PET Scan dan mengenai kebijakan-kebijakan dalam tindak lanjut dari diagnosis tersebut.

2. Decission to Treat, tahap ketika pasien menyetujui keputusan untuk dilakukannya radioterapi.

3. Prescribing Treatment Protocol, penentuan lokasi, dosis total dan langkah- langkah tambahan yang diperlukan seperti pemeriksaan gigi atau diperlukannya kemoterapi.

4. Immobilization and Positioning, menyiapkan keperluan pasien sesuai dengan diagnosa, memposisikan pasien dengan alat bantunya untuk memberikan kenyamanan kepada pasien dan mengurangi pergerakan yang mungkin ditimbulkan.

5. Simulation, Imaging and Volume Determination, penentuan lokasi dan volume dengan simulator atau CT Simulator.

6. Planing, tahap perencanaan radiasi yang dilakukan di ruang Treatment Planning System (TPS) berupa konturing target dan jaringan sehat disekitarnya, penentuan arah sinar sehingga distribusi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasien, kalkulasi dosis.

7. Treatment Information Transfer, mengirimdata dari TPS (Treatment Planing System)ke pesawat penyinaran radiasi.

8. Patient Set Up, memposisikan pasien sesuai dengan yang dilakukan saat simulasi.

9. Treatment Delivery, tahap melakukan pengiriman dosis radiasi kepada pasien dengan alat Radiation Treatment, contohnya dengan Linear Accelerator (Linac).

Dosis radiasi yang telah direncanakan dapat diaplikasikan dengan benar sesuai dengan kebutuhan terapi pasien.

10. Treatment Verification and Monitoring, verifikasi posisi pasien, apakah posisi pasien saat mau disinar sama dengan saat dilakukannya CT Simulator. Verifikasi bisa dilakukan dengan menggunakan portal film, EPID (Electronic Portal Image Device), OBI (On Board Imager). Konfirmasi data-data dari TPS.(6)

(10)

F. Pesawat Linac

Pesawat teleterapi jenis Linear Accelerator ( Linac ) digunakan sejak tahun 1945. Linac pada umumnya dilengkapi dengan 2 pilihan berkas radiasi yaitu berkas foton dan elektron. Energi foton bervariasi: 4 – 10 MV atau 4 – 15

MV sedangkan Energi elektron bervariasi:4,6,8,9,12,15, dan 20 MeV.

Electron digunakan untuk mengobati tumor yang terletak dipermukaan sampai +4-5 cm di bawah kulit.Karena jarak jangkauan relative lebih rendah, maka electron hanya dapat digunakan untuk teknik lapangan langsung menggunakan aplikator.

Komponen utama Teletrapi Linac:

Stand: yang terdiri dari beberapa komponen di dalamnya, yaitu

- Klystron atau Magnetron, merupakan pembangkit dan penguat gelombang mikro.

- Wave guide, yaitu pemandu gelombang yang di dalamnya dilengkapi circulator

- Circulator, berfungsi unuk menghindari berbaliknya gelombang mikro ke Klystron

- Oil tank, berfungsi sebagai tempat minyak untuk pendingin

- Cooling water system, berfungsi menjaga temperatur supaya tetap stabil dan mencegah terjadinya kondensasi dari gelembung udara.

Gantry: terdiri dari beberapa komponen:

- Accelerator Structure, merupakan struktur pemercepat elektron yang di dalamnya ada modulator

- Modulator, adalah pencatu daya tinggi

- Electron Gun (Cathode), sebagai sumber elektron - Bending Magnet, sebagai pembelok berkas elektron

- Treatment Head, di dalamnya terdapat alat yang membentuk berkas radiasi - Beam Stopper, merupakan penyerap berkas radiasi, sehingga mengurangi

persyaratan shielding ruang radiasi.

G. Teknik Three Dimensional Conformal Radiation Therapy (3-DCRT)

Teknik 3D CRT merupakan permulaan teknik pengobatan radiasi yang diawali dengan penggunaan pencitraan berupa CT-Scan, maka akan memberikan informasi anatomis tiga dimensi yang dapat mengidentifikasi tumor secara

(11)

lebih baik serta mengetahui struktur anatomi jaringan di sekitar tumor , karena gambaran yang dihasilkan berupa potongan axial, sagittal, dan coronal.

Sehingga akan menjelaskan bentuk volume dari tumor dan volume tumor berbentuk mikroskopis yang berada mengelilingi tumor, serta volume organ beresiko disekitar wilayah tumor.

Jika lapangan radiasi telah dirancang secara optimal, respons biologis yang ditimbulkan oleh tumor dan jaringan normal di sekitarnya perlu dipertimbangkan. Maka perlu dilakukan optimalisasi evaluasi treatment planning system yang berupa DVH (Dose Volume Histogram) untuk mempertimbangkan skema peningkatan dosis dengan berdasarkan rencana analitik yang direkomendasikan oleh International Commission on Radiation Units and Measurements (ICRU) berbagai volume target seperti GTV, CTV, PTV, dan lainnya(7).

H. Terapi Radiasi Kanker Paru

Untuk kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) dengan lobektomi tergantung pada luasnya penyakit yang diikuti oleh pemberian kemoterapi dan atau radiasi, sedangkan pada kasus yang tidak dapat di operasi maka dilakukan kombinasi radiasi dan kemoterapi. Dan untuk kanker paru sel kecil (KPSK) yang mempunyai angka respons lebih tinggi terhadap kemoterapi ataupun kombinasi radiasi dan kemoterapi dan untuk pembedahan tidak mempunyai peranan yang signifikan dengan mengingat angka kematian yang mecapai 2-3% dan komplikasi mayor sebanyak 10-20%(2).

Adanya organ vital yang ikut serta dalam lapangan radiasi akan sangat membatasi dosis radiasi maksimal yang dapat diberikan, terlebih jika organ vital tersebut mempunyai nilai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi. Maka untuk jaringan sehat di sekitar tumor harus dilindungi dan mempunyai batas toleransi terhadap dosisnya sendiri.

(12)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penyinaran Pasien

1. Nama Pasien : Ny. I

2. Klinis : Kanker Paru

3. Total Fraksi : 20 kali

4. Total Dosis per fraksi : 2 Gy

5. Total Dosis : 40 Gy

6. Teknik Penyinaran : 3-D CRT 7. Total Lapangan : 6 lapangan 8. Energi Radiasi : 6 - 10 MV B. Alat dan Bahan

1. Pesawat Radioterapi Linac

Pada pemeriksaan kanker paru, digunakan pesawat Linac Elekta untuk menyinari organ target sesuai dengan kondisi dan letak tumor pasien.

2. Control Panel dan Komputer Pada Linac

(13)

3. Base Plate

Base plate yang sudah dilengkapi dengan hand rest digunakan sebagai alas tubuh pada penyinaran kanker paru. Tangan pasien diletakan di hand rest yang berada di atas kepala agar keluar dari lapangan penyinaran.

4. Masker sebagai alat untuk fiksasi agar meminimalisasi pergerakan tubuh pada bagian yang akan disinar.

C. Penatalaksanaan Radioterapi

Penatalaksanaan radioterapi didukung oleh beberapa pihak, yaitu dokter, fisika medis, perawat, dan radioterapis. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam pengobatan pasien tetapi saling terkait satu sama lain.

1. Treatment planning

Di TPS dilakukan proses perencanaan penyinaran oleh fisikawan medis dan dokter yang bekerja untuk menentukan dosis radiasi yang akan diterima pasien, volume radiasi (PTV, GTV, CTV), counturing bentuk tumor/kanker dan organ sehat, jarak, sudut gantry, arah sinar, dll.

2. Data dikirim ke LINAC

3. Pasien diberikan penyinaran sesuai dengan data dari TPS.

a. Siapkan masker dan base plate pada meja pemeriksaan

(14)

b. Pasien diposisikan supine di atas base plate

c. Posisikan kepala pasien di bantalan, dan tangan di hand rest dengan tepat.

d. Pasangkan masker pada daerah target yang akan disinar.

e. Atur meja pemeriksaan sesuai dengan titik referensi yang telah ditandai pada saat CT-Simulator di tubuh pasien.

f. Atur posisi vertikal, longitudinal, dan lateral sesuai dengan data treatment yang sudah ditentukan.

g. Instruksikan pasien agar tidak melakukan pergerakan selama penyinaran.

h. Setelah mengatur posisi pasien, tutup ruang penyinaran dengan rapat terkunci, karena pesawat linac akan otomatis berhenti melakukan penyinaran jika pintu ruangan terbuka

i. Cari nama pasien pada komputer di ruang operator lalu pilih penyinaran sesuai dengan tanggal di hari itu. Jumlah lapangan ada 6 yaitu dengan penyudutan 196, 210, 346, 350, 170 dan 24 derajat.

j. Putar sudut Gantry sesuai dengan posisi yang ditentukan hingga mencapai sudut awal yang telah ditentukan.

k. Setelah sudut gantry dan posisi pasien sudah sesuai dengan posisi yang telah ditentukan lakukan penyinaran dengan menekan tombol ekspose. Posisi penyinaran pasien akan tetap sama ketika penyinaran berlangsung dari awal hingga akhir penyinaran.

4. Setelah diradiasi, pasien diberi kartu kunjungan radioterapi. Apabila penyinaran sudah memasuki yang kelima atau kelipatannya pasien diberitahu untuk mengecek darah dan control ke dokter untuk penyinaran selanjutnya. Bila kadar Hb <10, leukosit <3000, atau trombosit <100.000 maka penyinaran harus ditunda dan radioterapis melaporkannya ke dokter untuk mempertimbangkan apakah penyinaran dihentikan sementara atau tetap dilanjutkan.

C. Perencanaan Radiasi 1. CT Simulator

Padad CT simulator, pesawat yang digunakan mempunyai diameter gantry yang lebih besar dari pada CT-Scan diagnostik, meja pemeriksaan yang datar, serta lengkap dengan 3 laser eksternal (2 laser lateral dan 1 laser vertikal) yang tidak ada pada pesawat CT-Scan diagnostik. Scanner tersebut dapat mempermudah operator menentukan titik isocenternya.

(15)

CT-Simulator merupakan tempat awal simulasi sebelum pasien melakukan terapi radiasi agar terapi radiasi yang diberikan dapat berjalan optimal. Salah satu output dari simulasi yang dilakukan di ruang CT simulator adalah tanda menggunakan spidol hitam berupa garis yang menunjukan titik isocenter baik di tubuh pasien maupun di masker pasien yang telah dibuat.

2. Treatment Planing system (TPS)

Merupakan perangkat komputer yang digunakan untuk membuat planning penyinaran radiasi dalam bentuk gambaran mengenai distribusi dosis yang optimal. Dokter onkologi akan menggambarkan contouring target yang akan terkena radiasi berdasarkan gambar hasil CT Simulator dan menentukan dosis total penyinaran.

Fisikawan medis menggunakan sistem forward planning untuk melakukan perhitungan setelah input dosis yang sudah ditentukan untuk GTV, CTV, PTV dan dosis untuk organ yang dilindungi dalam bentuk DVH (Dose Volume Histogram). Kemudian algoritma TPS akan mencari lapangan penyinaran dengan batas dosis yang sudah ditentukan. Proses planning di RSUP Persahabatan dilakukan oleh dokter dan fisikawan medis.

(16)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien penderita kanker dimana radiasi pengion digunakan untuk mengobati penyakit tersebut dengan maksud mematikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker.

Pelaksanaan radioterapi di RS RSUP Persahabatan pada kasus kanker paru khususnya dengan teknik 3D CRT dimulai dari pendaftaran dan registrasi pasien kemudian dilanjutkan ke Poli radioterapi, lalu dilanjutkan ke CT Simulator sambil dibuatkan masker paru, lalu data hasil simulasi digunakan untuk membuat treatment planning. Verifikasi dilakukan sebelum dilakukan penyinaran awal, selanjutnya dilakukan penyinaran kanker paru menggunakan teknik 3D-CRT berdasrkan data treatment planning yang telah dibuat.

B. Saran

Dengan laporan PKL ini penulis berharap agar pelaksanaan penyinaran radioterapi khususnya pada kasus kanker paru dapat dilaksanakan dengan tetap memperhatikan prinsip radioterapi. Semoga laporan PKL ini dapat memberikan gambaran proses terapi radiasi eksterna pada kasus kanker paru khususnya dengan teknik 3 Dimensional Conformal Radiotheraphy dengan menggunakan Pesawat Linac.

DAFTAR PUSTAKA

1. Penyakit Kanker di Indonesia Berada Pada Urutan 8 di Asia Tenggara dan Urutan 23 di Asia [Internet]. 2019. Available from: http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di- indonesia-berada-pada-urutan-8-di-asia-tenggara-dan-urutan-23-di-asia/

2. Susworo R. Radioterapi : dasar-dasar radioterapi tata laksana radioterapi penyakit kanker. Jakarta: UI-Press; 2007. 192 p. Available from: uri:

https://lontar.ui.ac.id/detail?id=120992

3. Symonds PR. Walter and Miller’s Textbook of Radiotherapy: Radiation Physics, Therapy and Oncology. 8th ed. Elsevier Inc.; 2019. 640 p. Available from:

https://www.uk.elsevierhealth.com/walter-and-millers-textbook-of-radiotherapy- radiation-physics-therapy-and-oncology-9780702074851.html

4. Putra KAH& AM. Fisiologi Ventilasi Dan Pertukaran Gas. J Respir. 2016;

(http://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dis):30.

5. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN KANKER PARU

[Internet]. 2017. Available from:

(17)

http://61.8.75.226/itblog/attachments/article/1513/PNPKParu.pdf

6. Radiotherapy Risk Profile [Internet]. 2008. (WHO/IER/PSP/2008.12). Available from: https://cdn.who.int/media/docs/default-source/patient- safety/radiotherapy/090715-who-radiotherapy_risk_profile.pdf?sfvrsn=ec752b08_3 7. M. Khan F. The Physics of Radiation Therapy. 5th ed. Philadelphia: y LIPPINCOTT

WILLIAMS & WILKINS, a WOLTERS KLUWER business; 2014. Available from:

https://dl.icdst.org/pdfs/files3/da276c4dbff4eaca387bdfb0ddbbdcf9.pdf

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat utilitas maksimal dapat dimodelkan sebagai berikut: ∗, = ln 4 Berdasarkan penjelasan sebelumnya, rumah tangga akan memutuskan untuk membeli aset produktif hanya apabila rumah

pdf accessed 1 July 2020 International IDEA Social and Economic Rights International Institute for Democracy and Electoral Assistance IDEA Social and Economic Rights 2017 available