PANGAN AMAN GOES TO CAMPUS – MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA PLATFORM UNIVERSITAS
Nama : Hilma Mutiara
NIM : J1308201047
Universitas : Institut Pertanian Bogor Semester : Gasal 2023
Minggu ke : Minggu Pertama
Hari/Tanggal Aktivitas yang dilakukan
Hari 1
PBL 1 Kasus Pelanggaran Peraturan Keamanan Pangan Kasus BPOM: Takjil Mengandung Boraks dan Parsel Kedaluwarsa PBL 1. Kasus Pelanggaran Peraturan Keamanan Pangan Tujuan: 1.
Mengidentifikasi permasalahan pelanggaran keamanan pangan yang pernah terjadi
2. Mengidentifikasi jenis peraturan yang sudah dilanggar 3. Menganalisis penyebab pelanggaran tersebut
Takjil merupakan sebuah hidangan makanan yang ditujukan
kepada orang puasa. Umumnya takjil banyak ditemukan
saat bulan Ramadhan dengan berbagai macam menu
hidangan pembuka. Keberadaan takjil mudah ditemukan dan
sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia selama
melaksanakan bulan puasa. Selain takjil, terdapat pula
parsel atau bingkisan hadiah yang berisi berbagai kebutuhan
primer untuk dibagikan kepada keluarga maupun kerabat
dekat dalam rangka menyambut hari raya. Oleh karena itu
tidak heran apabila banyak pedagang produk pangan yang
menjual berbagai jenis takjil dan parsel dengan bentuk
menarik. Tingginya minat konsumen untuk membeli produk
tersebut menjadi sebuah peluang besar bagi pedagang untuk
mendapat keuntungan yang sebesar besarnya. Hanya saja
banyak pedagang yang memanfaatkan kondisi tersebut
untuk melakukan sebuah kecurangan pasar. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seringkali
menemukan bukti bukti kecurangan atau pelanggaran terkait
keamanan pangan dan izin peredaran suatu produk. Peran
BPOM tentu sangat penting untuk mengawasi dan
memastikan bahwa produk yang akan diedarkan di pasar
sudah terjamin aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat
luas (Gondokusumo dan Amir, 2021). Oleh karena itu,
setiap produk pangan harus melalui tahap uji dan sertifikasi
dari Badan POM terlebih dahulu agar mendapat izin edar
produk. Hal ini sesuai dengan Peraturan BPOM No.27 Tahun 2022 tentang pengawasan pemasukan obat dan makanan ke dalam wilayah Indonesia.
Tujuan
Utuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum mengenai pengamanan peredaran makanan dan minuman di bawah pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan juga untuk mengetahui pemberlakuan sanksi pidana serta pengamanan peredaran makanan dan minuman.
Faktor Penyebab Permasalahan Kasus
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tingginya minat konsumen untuk membeli takjil dan parsel saat bulan puasa memberikan peluang besar bagi para pedagang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Para produsen menggunakan zat berbahaya seperti boraks dan formalin untuk mengurangi biaya produksi. Alasan lainnya yaitu kurangnya perekonomian rumah tangga memaksa mereka menggunakan bahan-bahan kimia yang lebih murah dibandingkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat makanan dan permintaannya tinggi di saat harga pangan melonjak, sehingga para. pedagang menggunakan boraks dan formalin sebagai bahan dasar. Sikap produsen yang kurang peduli terhadap bahaya penggunaan boraks dan formalin juga menjadi faktor alasan menggunakan bahan berbahaya tersebut (Muchlis, 2016) Selain faktor ekonomi, faktor penyebab lainnya yaitu kegunaan formalin dan boraks pada produk pangan. Boraks sejatinya digunakan untuk membuat campuran detergen, glasi enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, dan pengawet kayu. Demikian pula dengan formalin, bahan ini biasanya digunakan sebagai pengawet pada mayat, bahan tambahan kosmetik, perabot kayu, dan desinfektan kuat.
Namun pada olahan makanan yang mengandung boraks dan formalin biasanya tidak mudah hancur, kenyal, sangat renyah, tahan lebih dari 3 hari (tidak busuk dan berjamur), berwarna lebih mencolok, dan juga tidak dikerubungi oleh lalat dan semut. Makanan yang mengandung boraks dan formalin juga tidak akan berbeda tampilannya secara visual dengan makanan yang normal. Karena kegunaan formalin dan boraks tersebutlah yang mendorong produsen untuk menggunakan bahan berbahaya tersebut.
Hubungan Kasus dengan Peraturan yang Berlaku Pangan menjadi sebuah kebutuhan dasar bagi manusia yang keamanannya perlu dijaga dan telah terjamin agar tidak membahayakan kesehatan konsumen. Sesuai dengan Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2), setiap warga negara memiliki hak dalam mendapatkan penghidupan yang layak, salah satunya adalahmendapatkan pangan yang aman dikonsumsi. Hal tersebut telah diupayakan di Indonesia dengan adanya peraturan terkait keamanan makanan dan minuman (pangan) dalam bentuk perundang-undangan, seperti Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dan undang- undang lainnya. Konsumen harus mendapatkan bentuk perlindungan peredaran pangan yang tidak aman yang sejalan dengan isi dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang terdapat pada Pasal 4.
Hari 2 Hari 3
Hari 4 Belajar Mandiri Materidipelajari PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Teknologi Pengemasan. Aspek Perlindungan dan Penanganan Produk Aspek Pemasaran dari Pengemasan Aspek Perlindungan dan
Penanganan Produk.
Mengontrol keluar masuknya air
Mengendalikan suhu
Mengatur atmosfer pengemasan
Mencegah migrasi komponen volatil
Mencegah penyinaran UV.
Mengontrol keluar masuknya air
Mencegah masuknya uap air terutama untuk produk yang kesetimbangan kelembaban nisbinya rendah
Mencegah keluarnya uap air dengan mengatur sirkulasi udara di luar kemasan
Mengontrol uap air dengan menggunakan pengemas semi permeabel terutama untuk makanan semi basah
Mengendalikan suhu
Memperpanjang umur simpan
Penyimpanan dengan suhu rendah perlu kemasan yang tahan suhu rendah
Kemasan dapat menahan evaporasi
Kemasan kuat, sehingga pada waktu pembekuan tidak pecah
PVDC
Mencegah kontak Cahaya
Menghindari kontak cahaya untuk produk-produk yang sensitif terhadap cahaya
Menggunakan kemasan kedap cahaya
Kemasan Aluminium Foil
Kemasan Kaleng
Kemasan Gelas Berwarna
Kemasan Plastik Tidak Transpara dan juga mengerjakan tugas yang dikerjakan
PBL 1 Kasus Pelanggaran Peraturan Keamanan Pangan Kasus BPOM: Takjil Mengandung Boraks dan Parsel Kedaluwarsa
Hari 5 Belajar Mandiri Materidi pelajari Label Pangan Olahan PBL 1 Kasus Pelanggaran Peraturan Keamanan Pangan Kasus BPOM:
Takjil Mengandung Boraks dan Parsel Kedaluwarsa Kelompok A3
TUJUAN
Mengetahui peraturan terkait label pangan olahan
Memahami informasi yang dapat
dicantumkan dan yang dilarang pada label
AGENDA
Dasar Hukum,
Definisi, Ketentuan
Informasi pada
Label Pangan Olahan
Keterangan
Peringatan, Larangan DASAR HUKUM
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Peraturan Badan POM No. 26 Tahun 2021 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan
Peraturan Badan POM NO. 16 Tahun 2020 tentang Pencantuman ING untuk Pangan Olahan yang Diproduksi Oleh Usaha Mikro Dan Usaha Kecil dan Keputusan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor HK.02.02.1.2.12.21.494 Tahun 2021
PP No. 86 Tahun 2019 Tentang Keamanan Pangan
Peraturan Badan POM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan
Peraturan Badan POM No 20 Tahun 2021 tentang perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan
Peraturan Badan POM No. 27 Tahun 2017 tentang Pendaftaran Pangan Olahan
Peraturan Badan POM No 1 Tahun 2022 Tentang Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan
Definisi
Label adalah setiap keterangan mengenai Pangan Olahan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada Pangan Olahan,
dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian Kemasan Pangan.
Ketentuan
Menggunakan Bahasa Indonesia Dicantumkan pada bagian kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca Tidak mudah lepas, luntur, dan/rusak dari kemasan pangan Benar, tidak menyesatkan, dan menunjukkan hal yang sebenarnya
Gambar diperbolehkan jika pangan mengandung bahan tersebut, (bukan hanya perisa), & mencantumkan % bahan pada komposisi Sesuai dengan label yang disetujui pada saat registrasi Izin Edar
Keterangan tentang Alergen
Serealia mengandung gluten (gandum, rye, barley, oats, spelt atau strain hibrida) Telur Ikan Krustasea Moluska Kacang tanah Susu Kacang Pohon Sulfit (kandungan paling sedikit 10mg/kg) Pencantuman Jumlah Bahan Baku
Pencantuman Jumlah Bahan Baku (QUID) merupakan pernyataan dari produsen tentang jumlah bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pangan olahan yang dicantumkan pada label.
Pangan olahan yang mengandung bahan baku baik dengan jumlah terbanyak maupun tidak, namun memberikan identitas pada pangan olahan.
Bahan baku ditekankan pada pelabelan baik dalam bentuk kata-kata atau gambar/grafik.
Bahan baku merupakan nama jenis pangan atau disebut dalam nama jenis pangan
Kewajiban Pencantuman Jumlah Bahan Baku
Contoh Bakso Sapi → Komposisi : Daging Sapi (50%), Pati Tapioka, Bawang Putih, Bawang
Merah, Lada, Garam, Gula.
Contoh Minuman Serbuk Kopi Jahe mencantumkan gambar kopi dan jahe → Komposisi: Gula, Krimer Nabati, Ekstrak Kopi (5%), Ekstrak Jahe (2%).
Contoh Roti Manis dengan Cokelat Chips → Komposisi : Tepung Terigu, Gula, Garam, Susu Bubuk, Lemak Reroti, Cokelat Bubuk, Cokelat Chips (5%), Cokelat Pasta, Pengemulsi, Ragi, Pengawet Kalium Propionat
Hari 6 Mendengar kan Recording pembekalan materi kuliah yang sudah dia ajarkan dan belajarmandiri untuk persiapan besok
Kesan Pembelajaran Jelaskan pengetahuan baru apa yang dipelajari dan skill apa yang diperol eh
Mengetahui,
Mentor PT Mahasiswa
(Nama) (Nama)
Catatan:
Logbook Mahasiswa ini diisi mulai dari awal mengikuti Program Pangan Aman Goes to Campus hing ga dinyatakan selesai.
Lampiran. Dokumentasi