• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teorema Dasar Aritmatika

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Teorema Dasar Aritmatika"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Teorema Dasar

Aritmatika

(2)

• Teorema 1

Setiap bilangan bulat yang > 1 adalah hasil kali bilangan-bilangan prima.

(3)

Bukti

Diambil sebarang bilangan bulat n > 1. Jika n prima, bukti selesai. Jika n komposit, maka n mempunyai pembagi sejati terkecil , yang tentunya berada di

antara n dan 1, namakan q1. Dengan demikian

terdapat bilangan bulat k1 sehingga berlaku n = q1k1. Andaikan q1 tidak prima, maka terdapat faktor dari q1 selain dirinya sendiri dan 1. Akan tetapi hal ini

kontradiksi dengan pernyataan q1 faktor terkecil dari n. Oleh karena itu q1 bilangan prima. Jika k1

bilangan prima, maka bukti selesai.

(4)

Jika k1 bilangan komposit, maka k1 mempunyai faktor terkecil selain 1, namakan q2 . Seperti sebelumnya, tentunya q2 merupakan bilangan

prima. Oleh karena itu terdapat bilangan bulat k2, sehingga n = q1q2k2 dengan 1 < k2 < k1 < n . Jika k2 prima, bukti selesai. Jika k2 komposit, maka k2 mempunyai faktor prima terkecil, demikian

seterusnya. Karena n suatu bilangan bulat positif tertentu, maka sebelum n langkah terdapat s < n, sehingga n = q1q2... qs-1qs, dengan q1 , q2 ,... , qs bilangan-bilangan prima.

(5)

Berdasarkan Teorema 1, maka n dapat dinyatakan dalam faktorisasi prima sebagai berikut

Dengan pj bilangan prima dan aj bilangan bulat positif, j = 1, 2, 3, ..., m.

Faktorisasi dari n semacam ini dinamakan faktorisasi kanonik dari n.

0 ,...,

0 ,

0

; ...

, ...

2 1

2 1

2 1

2 1

m m

a m a

a

a a

a p

p p

p p

p

n

m

(6)

Teorema Dasar Aritmetika

Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat dinyatakan sebagai hasil kali faktor- faktor prima tepat dengan satu cara (urutan

faktor-faktornya bisa berbeda)

(7)

Bukti

Diambil sebarang bilangan bulat positif n > 1. Akan ditunjukkan n mempunyai faktorisasi kanonik

tunggal. Andaikan faktorisasi kanonik dari n tidak tunggal. Dengan demikian

(i)

dengan

bilangan2 prima

n

m b

n b

b a

m a

a

p p q q q

p

n

1 1 2 2

... 

1 1 2 2

...

n

m

q q q

p p

p

1

,

2

,... ,

1

,

2

,...,

0 ,...,

, ,

,...

,

2 1 2

1

a a

m

b b b

n

a

(8)

Karena p1 faktor dari n, maka

p1 habis membagi salah satu dari qj . Tanpa

mengurangi keberlakuan secara umum misalkan p1 habis membagi q1 . Karena p1 dan q1 prima, maka p1 = q1 . Dengan cara yang sama diperoleh p2 = q2. Demikian seterusnya, diperoleh n = m

Selanjutnya, andaikan aj < bj untuk suatu j, maka apabila kedua ruas persamaan (i) dibagi

bn

n b b

q q

q

p

1 1 1 2 2

...

a j

p

j

(9)

Diperoleh

Terjadi kontradiksi. Demikian juga bila aj > bj , terjadi hal yang sama. Oleh karena itu,

seharusnya dan aj = bj untuk setiap j. Hal ini berarti faktorisasi kanonik dari n tunggal

adanya. 

n j

j m

j

j b

n a

b j b

a m a

j a

j

a p p p p p q

p1 1 ... 1 1 1 1 ...  1 1 ...

(10)

Berdasarkan Teorema Dasar Aritmatika, apabila a dan b secara berturut-turut mempunyai

faktorisasi prima dan

(tentunya mungkin terdapat suatu ak = 0 atau bl = 0) maka

am

m a

a

p p

p

a

1 1 2 2

...

bm

m b

b

p p

p

b

1 1 2 2

...

) , min(

1 )

, min(

2 )

, min(

1

...

) ,

( a bp

a1 b1

p

a2 b2

p

as bs

) , ( 1

) , ( 2

) , (

1

...

] ,

[ a bp

maks a1 b1

p

maks a2 b2

p

maks as bs

(11)

Ada tiga kemungkinan hubungan antara aj dan bj untuk setiap j, yaitu aj > bj, aj < bj dan aj = bj

Jika aj > bj, maka

maks (aj , bj) + min (aj , bj) = aj + bj Jika aj < bj , maka

maks (aj , bj) + min (aj , bj) = bj + aj =aj + bj Jika aj = bj , maka

maks (aj , bj) + min (aj , bj) = aj + aj =aj + bj

(12)

Oleh karena itu

,

] ,

)[

, ( )

, ](

, [

...

. ...

...

...

.

) , min(

) , min(

2 )

, min(

1

) , ( )

, ( 2

) , ( 1

) , min(

) , (

) , min(

) , ( 2

) , min(

) , ( 1

2 1

2 2 1

1

2 2 1

1

2 2 2

2 1

1 1

1

2 2

1 1

b a b

a b

a b

a

p p

p

p p

p p

p p

p p

p b

a

s s

s s s

s s

s

s s

b a s

b a b

a

b a maks s

b a maks b

a maks

b a b

a maks s

b a b

a maks b

a b

a maks

b a

s b

a b

a

(13)

Contoh 1

Diberikan polinom

dengan koefisien-koefisien bulat dan P(x)

bernilai 7 untuk 4 bilangan bulat x yang berbeda.

Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat x yang mengakibatkan P(x) bernilai 14!

n n

n

n

a x a x a

x a x

P ( ) 

0

1 1

 ... 

1

(14)

Penyelesaian

Diketahui p(ak ) = 7 dengan k = 1, 2, 3, 4 dan aiaj untuk setiap ij, i, j {1, 2, 3, 4}. Oleh karena itu,

p(ak ) - 7 = (xa1)(xa2)(xa3) )(xa4)q(x)

; q polinom dengan koefisien-koefisien bulat.

Sekarang, andaikan terdapat bilangan bulat m , yang mengakibatkan p(m) = 14. Hal ini berarti p(m) – 7 = 7

(15)

Akibatnya

7 = p(m) 7

= (ma1)(ma2)(ma3) )(ma4)q(x) Padahal 7 hanya mungkin diuraikan dalam

perkalian 3 bilangan bulat yang berbeda, yaitu 7 = -1.1.(-7). Kontradiksi. 

(16)

Contoh 2

Buktikan bahwa hasil kali 3 bilangan bulat berurutan yang tak nol tidak pernah berupa

bentuk pangkat sempurna ( maksudnya kuadrat sempurna atau pangkat tiga sempurna)

Penyelesaian:

Misalkan bilangan tersebut (n-1)n(n+1)  0, maka (n-1)n(n+1) = (n2 – 1)n. Jelas n tidak habis membagi (n2 – 1).

(17)

Oleh karena itu, n2 – 1 dan n relatif prima.

Andaikan hasil kali tiga bilangan tersebut

merupakan bentuk pangkat k sempurna (k > 1).

Berdasarkan Teorema Dasar Aritmatika, n2 – 1 dan n berbentuk pangkat k sempurna. Akibatnya n2 – 1 dan n2 merupakan 2 bentuk pangkat k

berurutan. Kontradiksi. 

(18)

Contoh 3

Buktikan bahwa bentuk (ii)

Tidak pernah sama dengan 33.

Penyelesaian

Diperhatikan bahwa

= m4 (m + 3n) – 5m2n2 (m + n) + 4n4 (m + 3n)

= (m4 – 5m2n2 + 4n4 )(m + 3n)

= (m2 n2)(m2 –4n2)(m + 3n)

= (m – 2n)(m - n)(m + 3n) )(m + n) (m + 2n)

5 4

3 2 2

3 4

5

3 m n 5 m n 15 m n 4 mn 12 n

m     

5 4

3 2 2

3 4

5

3 m n 5 m n 15 m n 4 mn 12 n

m     

(19)

Lanjutan Contoh 3

Jika n = 0, maka bentuk (ii) menjadi m5 . Tidak ada bilangan bulat m yang mengakibatkan m5

bernilai 33.

Jika n  0, maka bentuk (ii) merupakan hasil

kali 5 bilangan bulat yang berbeda. Bentuk (ii) tidak mungkin bernilai 33, karena 33 hanya bisa dinyatakan dengan hasil kali maksimal 4

bilangan bulat yang berbeda, yaitu (-11)3(1)(-1)

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjelaskan integrasi lintas fungsional yang terjadi pada tingkat individu dan kelompok, peneliti mencoba mengangkat penelitian Hoch dan Wegge (2008) yang