• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang tidak tergabung di Komunitas Forum Anak Broken Home

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Yang tidak tergabung di Komunitas Forum Anak Broken Home"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Hasil perhitungan resiliensi remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak dan yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak. Saya mempunyai hasil perhitungan untuk remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak dan yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan bahwa remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Broken Home berjumlah 9 orang (60%) dan 2 orang (13%) remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak sebanyak 2 orang (13%). adalah anggota Komunitas Forum Anak Rumah Rusak yang mendapat kriteria Saya Punya rendah. , dan sisanya 6 orang (40%) remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Rumah Rusak dan 13 orang (87%) remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak mendapat kriteria tinggi.

Hasil perhitungan I AM untuk remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak dan yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak. Berdasarkan hasil perhitungan di atas terlihat bahwa 1 orang (7%) remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Broken Home dan 2 orang (13%) remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home sebanyak 2 orang (13%). Komunitas Forum Anak Rumah Rusak Komunitas Forum Anak Rumah mendapat kriteria I Am rendah. , dan sisanya 14 orang (93%) remaja korban perceraian yang bukan anggota Forum Komunitas. Dari hasil perhitungan keseluruhan di atas terlihat bahwa remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Broken Home berjumlah 6 orang (40%) dan remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas 2 orang (13%) Komunitas Forum Anak Broken Home mendapatkan kriteria I Can yang rendah dan sisanya 9 orang (60%) remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Broken Home dan 13 orang (87%) remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak mendapat kriteria tinggi.

Uji perbedaan Mann-Whitney pada Keseluruhan I Have Hipotesis

Artinya terdapat perbedaan yang nyata pada aspek I Have antara remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home dengan yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home.

Uji Perbedaan Mann-Whitney Pada I Am Hipotesis

Dari tabel uji statistik diatas terlihat bahwa untuk aspek I H0 ditolak karena nilai signifikansinya 0,035 < 0,05. Dari tabel uji statistik diatas terlihat bahwa untuk aspek I H0 diterima karena nilai signifikansinya 0,934 > 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek I Am antara remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home dengan yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home.

Uji perbedaan Mann-Whitney pada I Can Hipotesis

Dari tabel uji statistik diatas terlihat bahwa untuk aspek I can H0 diterima karena nilai signifikansinya (0,117 > 0,05). Artinya tidak ada perbedaan nyata dalam istilah “Saya bisa” antara remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Dalam Rumah Rusak dengan yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Dalam Rumah Rusak.

PEMBAHASAN

Perbandingan I Have Pada Remaja Korban Perceraian Yang Tidak Tergabung Pada Komunitas Forum Anak Broken Home Dengan Yang

Yang saya miliki adalah kemampuan remaja korban perceraian untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan peluang membina hubungan dengan orang lain, untuk dapat hidup mandiri, untuk mendapatkan dukungan moral dan bantuan berupa mendapatkan akses. terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, pelayanan sosial dan keamanan yang diperlukan. Artinya terdapat perbedaan yang nyata pada aspek I Have antara remaja korban perceraian yang bukan anggota Komunitas Forum Anak Broken Home dengan Komunitas Forum Anak Broken Home. Pengukurannya mengarah pada Aspek Saya Punya, remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home mempunyai kriteria rendah sebanyak 9 orang (60%) dan mempunyai kriteria tinggi sebanyak 6 orang (40%).

Sedangkan korban perceraian pada Komunitas Forum Anak sebanyak 2 orang (13%) mempunyai kriteria rendah, korban perceraian sebanyak 12 orang (87%) tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home dan mempunyai kriteria tinggi. Artinya remaja korban perceraian tidak mendapat dukungan yang memadai dan kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pilihan hubungan. Jika dikorelasikan dengan hasil wawancara terhadap remaja korban perceraian yang tidak tergabung dalam Komunitas Anak Broken Home, remaja korban perceraian kurang mendapat perhatian dari orang tua yang memilih untuk bercerai.

Hal ini terlihat dari data banyaknya remaja korban perceraian yang tinggal bersama keluarga lain dibandingkan dengan orang tuanya, menyebabkan remaja kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak sulit mempercayai seseorang dan mencari perhatian orang lain, sehingga mereka lebih cenderung tidak menaati aturan yang berdampak negatif seperti kabur dari rumah, mabuk. , nongkrong, berkelahi dengan teman. , dan memiliki prestasi akademik yang kurang memuaskan. Sedangkan aspek Resilience in the I have pada remaja korban perceraian di Komunitas Anak Broken Home berjumlah 13 orang dengan kriteria tinggi.

Rasa percaya ini akan menentukan apakah remaja korban perceraian mempunyai kepercayaan terhadap orang lain, terhadap kebutuhan dan perasaannya, namun juga terhadap kemampuannya sendiri dan masa depannya. Di luar itu, generasi muda korban perceraian, meski sudah mulai mandiri saat memasuki usia remaja, tetap perlu membangun hubungan dengan keluarga.

Remaja korban perceraian dapat mengendalikan perilakunya di lingkungan agar tidak terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh negatif dan diarahkan secara efektif untuk mengatasi situasi dan tugas yang diberikan kepadanya dalam menghadapi situasi perceraian orang tua. Persentase remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam komunitas anak-anak dalam keluarga berantakan (broken home) tergolong rendah (7%), dengan kurangnya rasa percaya diri. Jika dikaitkan dengan hasil wawancara terhadap remaja korban perceraian yang tidak ikut dalam komunitas anak-anak dalam keluarga Broken Home, remaja korban perceraian merasa kesepian, tertekan, tidak taat kepada orang tuanya, hal ini dirasakan oleh remaja korban perceraian yang tidak ikut serta dalam komunitas anak-anak Broken Home. berpartisipasi dalam Komunitas karena merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua, selain itu remaja mudah terpancing emosi marah sehingga dapat berujung pada pertengkaran dengan teman.

Selain itu, generasi muda korban perceraian dan bukan anggota Forum Anak Rumah Rusak mengisi kuesioner dengan pernyataan “Saya mampu terus mengerjakan tugas tersebut sampai selesai.” Hal inilah yang membuat generasi muda korban perceraian tidak mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan tugasnya sampai selesai. Remaja perempuan korban perceraian masih belum mampu menyelesaikan berbagai permasalahan di lingkungan yang berbeda serta kurangnya kontrol dan perhatian orang tua, hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara terhadap remaja perempuan korban perceraian yang bukan merupakan anggota masyarakat.

Forum Anak Broken Home lebih memilih kabur dari rumah atau menghadapi hal-hal negatif. Sedangkan resiliensi aspek diriku pada remaja korban perceraian di komunitas anak Broken Home tergolong rendah dengan persentase (13%), yang berarti remaja korban perceraian kurang percaya diri, namun mempunyai teman yang bernasib sama membuat remaja bercerai. korban dalam komunitas Forum Anak Broken Home mempunyai kekuatan lebih untuk bertahan hidup dengan berperilaku lebih baik dari sebelumnya. Remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Anak Broken Home mempunyai persentase resiliensi yang tinggi (87%) dengan adanya rasa empati dari setiap anggota komunitas Forum Anak Broken Home untuk membantu dan memberikan dukungan ketika remaja menjadi korban perceraian. yang mempunyai masalah dalam berbagi untuk mencari solusinya.

Selain itu remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak memiliki keterbatasan dalam berperilaku, meskipun remaja di komunitas tersebut merupakan korban perceraian orang tuanya, namun mereka tidak berperilaku negatif di masyarakat, remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak memiliki keterbatasan dalam berperilaku. menjadi anggota Komunitas Broken Home mempunyai kemampuan bertanggung jawab yang baik dengan melakukan kegiatan positif seperti membantu memotivasi remaja korban perceraian lainnya dalam menghadapi situasi seputar perpisahan dengan orang tuanya. Remaja korban perceraian, apalagi mengingat emosi sosialnya terhadap dirinya, dari segi identitas, menurut Erickson, perkembangan psikososial, seorang remaja akan melakukan eksperimen kepribadian, baik dari segi minat dan perannya, misalnya dalam mengembangkan agama dan spiritualitas.

Senada dengan itu, Santrocks berpendapat bahwa ketika remaja mencapai akhir masa remajanya maka akan terjadi perkembangan baik secara fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Sedangkan remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak sebanyak 2 orang (13%) memiliki kriteria rendah dan 13 orang (87%) memiliki kriteria tinggi. Berdasarkan data di atas, resiliensi aspek I CAN pada remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home dan Komunitas Forum Anak Broken Home adalah tinggi.

Artinya kemampuan remaja korban perceraian untuk mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain untuk menyelesaikan segala permasalahan dalam bidang akademik, sosial, pekerjaan dan hubungan pribadi, remaja meminta bantuan orang lain. Jika dikaitkan dengan hasil wawancara terhadap remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Anak Broken Home, ketika ada yang menghadapi perceraian orang tuanya, ada pula yang mengikuti kegiatan pesantren agar dapat memperdalam keimanan dan kerohaniannya, terdapat juga mereka yang bisa menyuruh anggota keluarga lain selain ibu dan ayah untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, masih ada beberapa remaja korban perceraian yang tidak bergabung dengan komunitas yang bisa mengatur perilakunya dan mendapatkan bantuan, ketika mereka membutuhkan. misalnya dengan bergabung dalam suatu organisasi, bekerja atau berwirausaha. Selain itu, ketahanan Aspek I BISA pada remaja korban perceraian yang bukan tergabung dalam Komunitas Forum Anak Broken Home tergolong rendah.

Remaja korban perceraian kurang mampu menyelesaikan segala permasalahan secara akademis, sosial, profesional dan pribadi, remaja tidak mau meminta bantuan orang lain. Remaja korban perceraian dengan I Can yang rendah seringkali merasa tidak percaya diri dengan pendapat dan kemampuannya sendiri. Di kalangan remaja korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Anak Broken Home, yang menggunakan kriteria resiliensi tinggi, dengan persentase (87%), jika dikaitkan dengan hasil wawancara dengan remaja korban perceraian di Komunitas Anak Broken Home, ketika dihadapkan pada Pasca perceraian orang tuanya, mereka mempunyai misi yaitu berusaha mengatasi keadaan yang mereka alami dengan memberikan motivasi timbal balik antar anggota agar berhasil menghadapi kesulitan hidup tanpa merasa berperilaku negatif.

Namun demikian, masih terdapat generasi muda korban perceraian yang tergabung dalam Komunitas Forum Anak Rumah Rusak dan memiliki aspek I Can yang rendah karena kurangnya kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tugasnya secara penuh dalam keadaan yang berbeda, baik akademis dan akademis. pekerjaan, pribadi dan sosial. Secara umum menurut Grotberg, I Can terbentuk pada fase inisiatif (4-5 tahun) dan industri (6-12 tahun), yaitu agar remaja korban perceraian dapat menerima bahwa dunia adalah lingkungannya.

Referensi

Dokumen terkait

Short Communication: Assessing the relationship of Sumatran elephant’s movement (Elephas maximus sumatranus) with vegetation intensity in Kotaagung Utara, Lampung Province,