• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terjemahan Ad-Durrah Al-Mudhiyyah

N/A
N/A
Ys Gunawan

Academic year: 2024

Membagikan "Terjemahan Ad-Durrah Al-Mudhiyyah"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

1 Terjemahan

Ad-Durrah Al-Mudhiyyah

Karya Al-Imaam As-Saffaariiniyy (w. 1188 H)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

1. Segala puji bagi Allah yang Maha Awal, Maha Kekal, Maha menakdirkan sebab segala sesuatu serta rezeki-rezeki

2. Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Berkuasa, Ada, yang segala sesuatu serta semua eksistensi menjadi ada dengan shifat Qayyuumiyyah-Nya.

(2)

2

3. Hal-hal yang haadits di alam semesta menunjukkan eksistensi-Nya. Maha Suci Dia, Dialah yang Maha Bijaksana dan Maha Mewarisi.

4. Kemudian salawat dan salam selama-lamanya semoga selalu tercurah atas Sang Nabi Terpilih nan Sang Sumber Petunjuk.

5. Begitu pula keluarga dan para shahabat beliau yang baik hati lagi menjadi teladan ketakwaan dan rujukan pertama rahasia-rahasia ajaran Islam.

6. Adapun sesudah itu, maka ketahuilah bahwa setiap ilmu ibarat cabang bagi ilmu Tauhiid.

Maka dengarkanlah gurindamku.

7. Sebab ilmu Tauhiid adalah ilmu yang tidak selayaknya bagi seorang yang berakal tidak mencari pemahaman yang benar tentangnya.

8. Sehingga dengannya ia akan mengetahui yang waajib, mustahiil, dan jaaiz tentang Allah ta’aalaa.

(3)

3

9. Telah menjadi kebiasaan para ulama untuk memberikan perhatian kepada penjelasan akidah melalui syair/gurindam.

10. Sebab ia lebih mudah dihafalkan sebagaimana juga nikmat didengar dan memuaskan dahaga.

11. Dari sinilah saya menggubah akidah yang kuyakini dalam bentuk gurindam ber-bahr rajaz yang singkat lagi bermanfaat.

12. Aku gubah muqaddimah, enam bab, begitu pula penutup dalam susunannya.

13. Dan aku namainya dengan Ad-Durrah Al-Mudhiyyah fii ‘Aqdi Ahlil Firqatil Mardhiyyah (Mutiara nan Bercahaya dalam Akidah Para Pengikut Kelompok yang Diridai).

(4)

4

14. Di atas akidah sosok yang berada dalam bimbingan kebenaran, Sang Hanbaliyy yang beliau imamnya pengikut kebenaran lagi memiliki kedudukan tinggi.

15. Ulamanya para tokoh agama, sosok yang tinggi sendirian, lagi Rabbaaniyy, pemilik akal cerdas, penghapus kegelapan, keturunan Syaibaan.

16. Sebab beliaulah imamnya Ahlul Atsar, maka barangsiapa mengikuti jalan beliau, ialah seorang Atsariyy.

17. Semoga Allah menyiramkan makam tempat jasad beliau berada dengan curahan ridha, pemaafan, dan ampunan selama bintang masih menerangi.

18. Semoga juga Allah tempatkan beliau dan imam-imam lainnya pada kedudukan yang diridai- Nya di surga tertinggi.

(5)

5

MUQADDIMAH: Penjelasan Keunggulan Madzhab Salaf atas Madzhab Khalaf

19. Ketahuilah –semoga Allah beri engkau petunjuk-, bahwasanya telah datang hadis dari Nabi yang terpilih nan manusia terbaik.

20. Bahwasanya umat ini akan terbagi menjadi 70 sekian akliran akidah, dan yang benar ialah ...

21. … yang sesuai manhaj Nabi Sang Terpilih dan para shahabat beliau tanpa ekstrim kiri maupun ekstrim kanan.

22. Tidaklah hadis ini secara pasti sesuai dengan satu aliran pun kecuali kepada Atsariyyah.

(6)

6

23. Maka mereka menetapkan ayat/hadis dengan disertai pensucian, tanpa penolakan dan tanpa penyerupaan.

24. Maka semua ayat dan hadis yang sahih dari orang-orang nan terpercaya …

25. … dari hadis-hadis, maka kita membiarkannya sebagaimana telah datang. Maka dengarkan gurindamku dan ketahuilah.

26. Dan kita tidak menolaknya dengan akal-akal hanya karena mengikuti ucapan orang yang mengada-ngada lagi tak berilmu.

(7)

7

27. Maka akidah kita adalah itsbaat, wahai kekasihku, tanpa penolakan dan tanpa pula penyerupaan.

28. Karena semua orang yang menakwil shifat-shifat seperti Dzat-Nya tanpa melakukan itsbat, … 29. … maka sungguh ia telah melampaui batas, melanggar haknya, lancang, dan larut dalam

lautan kebinasaan, serta mengada-ngada.

30. Tidakkah engkau lihat kontradiksi di antara ulama-ulama Kalaam tentangnya dan baiknya apa yang dianut pemegang Atsar.

31. Sebab merekalah yang sungguh meneladani Sang Terpilih dan para shahabat beliau, maka puaslah engkau dengan penjelasan ini dan ia telah cukup.

BAB I: Ma’rifatullaah (mengenal Allah)

(8)

8

32. Kewajiban pertama atas setiap hamba ialah Ma’rifatullaah dengan benar.

33. Bahwasanya ia Maha Esa, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak pula Dia memiliki serupa ataupun penolong.

34. Shifat-shifat-Nya qadiim sebagaimana Dzat-Nya, nama-namaNya pun demikian, tetap adanya nan agung.

35. Akan tetapi yang benar ialah bahwa shifat & nama-Nya tersebut tawqiifiyyah (hanya bisa ditetapkan dengan teks ayat/hadis). Kami memiliki dalil yang mencukupi tentangnya.

36. Dia memiliki shifat Hayaah (Kemahahidupan), Kalaam (Kemahaberbicaraan), Bashar (Kemahamelihatan), Sam’ (Kemahamendengaran), Iraadah (Kemahaberkehendakan), ‘Ilm (Kemahamengetahuian), dan Qudrah (Kemahamampuan).

(9)

9

37. Dengan Qudrah yang terkait dengan apapun yang Mumkin, begitu juga Iraadah. Maka perhatikan dan simak terus penjelasannya.

38. ‘Ilm dan Kalaam terkait dengan apapun (Waajib, Mustahiil, & Mumkin) secara mutlak, wahai kekasihku.

39. Sam’-Nya Allah subhaanahuu wata’aalaa seperti Bashar, terkait dengan semua yang bisa didengar dan semua yang bisa dilihat (yakni: Waajib & Mumkin).

40. Serta bahwasanya apa yang datang bersama Jibril ‘alaihissalaam dari Al-Qur’an yang sempurna lagi diturunkan …

41. … merupakan Kalaam-Nya subhaanahuu wata’aalaa yang Qadiim. Ia memayahkan seluruh makhluk untuk menyamainya sebagaimana ditegaskan teks wahyu, wahai orang yang berilmu.

42. Tidak ada dalam kemampuan seorang pun makhluk pada asalnya untuk mampu membuat satu surat pun sepertinya.

(10)

10

43. Tuhan kita bukanlah jawhar, bukan pula ‘aradh, serta bukan pula jism. Maha Tinggi Dia Sang Pemilik Kemahatinggian.

44. Maha suci Dia. Sungguh Dia telah Istawaa sebagaimana disebutkan dalam ayat/hadis tanpa dibagaimanakan. Maha Tinggi Dia dari dibatasi.

45. Pengetahuan kita tidaklah meliputi Dzat-Nya. Begitu pula Dia tidak terlepas dari Shifat- ShifatNya.

46. Maka semua yang disebutkan dalam dalil, ia di-itsbaat (ditetapkan) tanpa disertai tamtsiil (penyerupaan).

47. Berupa “Rahmah” dan sejenisnya seperti “Wajh-Nya” dan “Yad-Nya”, serta semua yang sekelompok dengannya.

48. Demikian juga “’Ain-Nya”, shifat “Nuzuul”, dan shifat Penciptaan-Nya. Maka berhati-hatilah dari keterjerumusan.

(11)

11

49. Maka shifat-hifat dan perbuatan-perbuatan Allah Sang Pemilik Kemuliaan seluruhnya qadiim.

50. Tetapi tanpa takyiif serta tanpa tamtsiil, walaupun tak sesuai keinginan para penganut ajaran menyimpang dan ta’thiil.

51. Maka biarkanlah shifat-shifat tersebut sebagaimana tertera dalam ayat/hadis, tanpa ta’wiil dan tanpa dibayang-bayangkan.

52. Ketidaktahuan dan ketidakberdayaan itu mustahil atas Allah, sebagaimana kematian dan ketidakmelihatan benar-benar mustahil atas-Nya.

53. Seluruh kekurangan itu Allah Maha Tinggi darinya. Maka kabar gembiralah bagi mereka yang mendedikansikan loyalitas pada-Nya.

(12)

12

54. Semua pembahasan akidah yang seorang hamba dituntut untuk meyakininya secara tegas, maka bertaqliid padanya pastilah dilarang.

55. Sebab menurut para pakar ilmu akidah ia tidak cukup diyakini dengan dugaan oleh para pemilik akal.

56. Konon dikatakan bahwa menurut ijmaa’ yang disebutkan sebagian ulama: Cukup yakin dengan tegas (walaupun secara taqliid) pada pembahasan-pembahasan akidah yang dituntut untuk diyakini tegas tersebut.

57. Maka orang-orang yang yakin secara tegas dari kalangan awam manusia (walaupun secara taqliid), mereka sah disebut kaum muslimin menurut Atsariyyah.

BAB II: Perbuatan-Perbuatan Kita yang Merupakan Ciptaan Allah

(13)

13

58. Segala sesuatu selain Dzaat Allah dan selain Nama serta Shifat-Nya …

59. … merupakan makhluuq yang diciptakan dari ketiadaan oleh Tuhan kita. Sesatlah yang menyematkan keqadiiman atas segala sesuatu selain Dzat, Nama, dan Shifat-Nya tersebut.

60. Tuhan kita menciptakan dengan pilihan-Nya, tanpa ada kebutuhan serta tanpa ada keterpaksaan.

61. Akan tetapi Dia tidaklah menciptakan ciptaan-Nya secara tak bijaksana sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat/hadis. Maka ikutilah petunjuk-Nya.

62. Perbuatan-perbuatan kita merupakan ciptaan Allah, tetapi ia merupakan kasb kita, wahai orang yang lalai.

(14)

14

63. Semua yang para hamba lakukan dari ketaatan ataupun lawannya merupakan kehendak … 64. … dari Tuhan kita tanpa ada pemaksaan dari-Nya kepada kita. Maka pahamilah dan janganlah

mendebat secara arogan.

65. Boleh saja (pada dasarnya) Sang Pemilik semesta untuk menyiksa seluruh makhluuq tanpa dosa dan kejahatan yang dilakukan.

66. Seluruh yang dilakukan-Nya itu baik sebab Dia tidaklah layak ditanya tentang perbuatan-Nya.

67. Jika Dia memberikan pahala/ganjaran kebaikan, maka sungguh itu merupakan karunia dari- Nya dan jika Dia menyiksa, maka itu murni keadilan-Nya.

68. Tidak wajib atas-Nya melakukan yang termaslahat serta tidak pula yang maslahat. Kasihan sekali mereka yang tidak beruntung (dengan malah meyakini akidah keliru).

69. Siapapun yang Allah kehendaki hidayah bagi-Nya, akan menempuh jalan hidayah. Sementara jika Dia menghendaki kesesatan seorang hamba, maka hamba tersebut akan melakukan sikap melampaui batas.

(15)

15

70. Rezeki itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi suatu makhluuq baik dari sesuatu yang halal maupun lawannya. Maka mengenyahlah dari kemustahilan.

71. Sebab Dialah pemberi rezeki semua makhluuq dan tidak ada makhluuq yang tak diberi-Nya rezeki.

72. Barangsiapa yang wafat karena dibunuh manusia atau selainnya, maka itu sudah sesuatu qadha’ & qadar.

73. Tidak luput sedikit pun rezekinya dan tidak pula meleset ajalnya. Maka tinggalkanlah para pengikut kesesatan dan pembicaraan yang banyak tapi kacau.

BAB III: Pemvonisan dan Pembahasan Keimanan Serta Hal Terkaitnya

(16)

16

74. Wajib atas para hamba semuanya untuk beribadah kepada-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kebajikan.

75. Serta mengerjakan perbuatan yang Allah perintahkan secara tegas dan meninggalkan perbuatan yang Dia larang tegas.

76. Segala yang Allah atur atau putuskan maka pasti terjadi sesuai yang Dia putuskan.

77. Tidaklah wajib atas para hamba untuk rida atas semua hal yang menjadi putusan-Nya, tetapi wajib ia rida atas seluruh Qadha-Nya ...

78. … karena Qadhaa’ merupakan perbuatan-Nya, sementara hal yang menjadi putusan-Nya merupakan perbuatan orang yang mungkin saja membuat-Nya murka.

(17)

17

79. Seseorang menjadi fasik dengan mengerjakan dosa besar. Begitu pula jika ia terus-menerus melakukan dosa kecil.

80. Seseorang tidaklah keluar dari keimanan dengan mengerjakan dosa besar dan kedurhakaan.

81. Namun wajib atasnya untuk bertobat dari semua dosa yang membawanya kepada kebinasaan.

82. Dengan murni karunia-Nya, Allah akan menerima taubat siapapun selain dari hamba kafir yang terpisah dari Islam ...

83. … selama ia belum taubat dari kekafirannya dengan melakukan lawan dari kekafirannya, sehingga ia kembali dari kemusyrikan dan sikap menghalangi dari kebenaran yang selama ini dikerjakan.

84. Barangsiapa yang meninggal dunia namun belum bertaubat dari kesalahan-kesalahannya, maka urusan tentangnya diserahkan kepada Sang Maha Memiliki pemberian.

85. Jika Dia berkehendak, Dia akan memaafkan. Andai Dia menghendaki, Dia akan membalas dendam. Andai Dia menghendaki, Dia akan memberikan tambahan kebaikan dan memberi banyak nikmat.

(18)

18

86. Dikatakan mengenai Druze dan para Zindiiq serta kelompok-kelompok munafik lainnya … 87. … juga seluruh penyeru kepada kebid’ahan bahwa hukuman mereka ialah dihukum mati,

sebagaimana pula orang yang berulang kali murtad tidak lagi diterima Islamnya.

88. Sebab tidaklah nampak dari keimanannya melainkan yang ia perdengarkan dari lisannya.

89. Begitu pula hukumnya bagi penghina Allah/nabi serta penyihir pria dan wanita. Sementara itu silakan mereka dihukumi sesuai niat mereka di akhirat.

(19)

19

90. Aku katakan: Jika indikator-indikator telah menunjukkan bahwa orang tersebut telah mendapatkan hidayah, seperti terjadi pada Al-’Aylabuuniyy (w. 1085 H) yang mendapat hidayah.

91. Sebab sungguh ia telah menyiarkan rahasia-rahasia kaum Druze yang menjadi penghancur tirai-tirai mereka.

92. Ia menjadi penolong agama Islam nan lurus, sehingga ia telah menjadi bagian dari kita (Atsariyyah) secara batin dan lahir.

93. Maka semua zindiiq, murtad, penentang Islam, pencela Allah/nabi nan munafik …

94. … jika telah jelas ketulusannya terhadap agama Islam, maka taubatnya secara yakin diterima.

95. Keimanan kita terdiri dari ucapan, amalan hati, dan amalan anggota tubuh. Takwa akan menambahnya serta ia berkurang dengan ketergelinciran.

(20)

20

96. Kita mengucapkan insyaallah tentang keimanan kita tanpa disertai keraguan, maka dengarkanlah dan pelajarilah hingga jelas.

97. Kita mengikuti orang-orang salih dari para Atsariyyah serta meneladani atsar-atsar, bukannya para pelaku keburukan.

98. Janganlah engkau katakan bahwa keimanan kita itu makhluuq, tidak pula kita katakan ia qadiim begitu saja tanpa catatan.

99. Sebab ia mencakup salat dan sejenisnya dari beragam ketaatan lain.

100. Sehingga perbuatan kita semisal ruku’ itu muhdats, sedangkan seluruh Al-Qur’an itu qadiim.

Maka telitilah.

(21)

21

101. Allah menugaskan dua malaikat mulia sebagai penjaga bagi manusia.

102.Mereka mencatat semua perbuatan makhluk sebagaimana datang dalam ayat/hadis tanpa adanya keraguan.

BAB IV: Pembahasan Sam’iyyaat (Hal-Hal yang Hanya Diketahui Melalui Ayat/Hadis)

103. Semua yang sahih dari hadis atau datang dalam Al-Qur’an dan atsar-atsar (Shahaabat) … 104. … dari beragam ujian di alam Barzakh dan kubur, serta apa pun yang datang dari perkara- perkara ini …

105. … serta bahwa sesungguhnya ruh-ruh para manusia & jin tidaklah dimusnahkan, padahal ia diciptakan, -maka carilah kepahaman tentang ini- …

(22)

22

106. Maka seluruh yang disebutkan oleh Sang Pimpinannya para makhluk dari perkara bab ini, ia benar nan tak boleh ditolak.

107. Semua yang datang dalam ayat/hadis dari tanda-tanda (kiamat), maka semuanya benar, tanpa kemustahilan.

108. Di antaranya ialah Sang Imam Penutup nan fasih: Muhammad Al-Mahdiyy dan Al-Masiih (‘Iisaa

‘alaihissalaam),

109. Serta bahwasanya beliau akan membunuh Dajjaal di gerbang Ludd, tinggalkanlah perdebatan.

110. Begitu pula persoalan kemunculan Ya’juuj dan Ma’juuj, tetapkanlah, sebab ia benar, sebagaimana juga benarnya peristiwa penghancuran Ka’bah.

(23)

23

111. Dan sungguh termasuk juga dari tanda-tanda kiamat ialah tanda berupa asap, juga disirnakannya Al-Qur’an.

112. Juga terbitnya matahari dari arah barat, seperti benarnya kemunculan makhluk dari Ajyaad, sebagaimana pendapat yang masyhur.

113. Dan tanda terakhir ialah penghimpunan dengan api seperti yang datang dalam hadis nan jelas.

114. Kesemua itu sahih hadis-hadisnya dan atsar-atsarnya dicatat oleh orang-orang mulia.

115. Dan secara tegas yakinilah perkara kebangkitan dan penghimpunan setelah tiupan sangkakala.

116. Begitu pula berdirinya para makhluk untuk hisab, pembagian catatan amalan, dan penimbangan pahala

(24)

24

117. Begitu pula shiraath, kemudian telaganya Sang Mushthafaa, betapa mudahnya orang yang mendapat kesembuhan dengan air telaga tersebut.

118. Diusir darinya orang mengada-ada, sebagaimana disebutkan dalam dalil. Sedangkan orang yang menempuh jalan-jalan keselamatan, niscaya tak akan ditolak.

119. Maka jadilah orang yang taat dan ikutilah langkahnya para ahli ketaatan dalam mengimani telaga, sungai Kautsar, dan syafaat.

120. Sebab syafa’at itu benar-benar nyata bagi Sang Mushthafaa seperti juga bagi para pemilik kesetiaan selain beliau …

121. … dari para rasul dan orang-orang baik, selain dari syafa’at yang dikhususkan bagi Sang Pemilik Cahaya (Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam).

(25)

25

122. Semua manusia dan jin nantinya akan masuk negeri neraka atau kenikmatan surga.

123. Keduanya merupakan tempat kembalinya para makhluk dari seluruh manusia & jin. Maka neraka merupakan negerinya mereka yang melampaui batas dan mengada-ngada.

124. Maka barangsiapa durhaka dengan dosanya, maka ia tak dikekalkan meski memasukinya, duhai betapa celakanya orang yang melampaui batas.

125. Sementara surga penuh kenikmatan, ia diperuntukkan bagi orang-orang baik serta dijaga dari dimasuki semua orang kafir.

126. Juga yakinilah secara tegas bahwa neraka itu seperti surga, sudah ada serta takkan sirna.

(26)

26

127. Maka kita memohon kepada Allah segala kenikmatan akhirat dan kenikmatan melihat Tuhan kita tanpa ada suatu azab, interogasi hisaab, dan celaan Tuhan yang mendahuluinya.

128. Sebab sungguh Dia kelak dilihat dengan pandangan mata kepala sebagaimana disebutkan dalam teks ayat & hadis.

129. Itu karena Dia yang Maha Suci tidaklah terhalangi kecuali dari pandangan orang yang kafir dan mendustakan.

BAB V: Kenabian

130. Termasuk dari agungnya nikmar Allah As-Salaam dan kebaikan-Nya terhadap seluruh manusia &

jin …

131. … ialah Allah membimbing para makhluk untuk sampai kepada semua kebaikan dunia & akhirat dengan menjelaskan kebenaran melalui para rasul.

132. Syarat seseorang yang diberi kemuliaan dengan kenabian ialah kemerdekaan, kelelakian, dan kekuatan.

(27)

27

133. Derajat kenabian tidaklah dapat diperoleh dengan usaha, melatih diri, dan kemurahan hati.

134. Akan tetapi ia karunia dari Allah yang Maha Mulia bagi siapa yang Dia kehendaki dari para makhluk-Nya, hingga Sang Nabi Terakhir.

135. Para nabi senantiasa ada sejak dahulu, sebagai bagian dari karunia-Nya nan datang kepada siapapun yang Dia kehendaki.

136. Hingga akhirnya Dia mendatangkan Sang Nabi Terakhir yang dengan beliau Dia menutup kenabian serta meninggikan kita di atas seluruh umat.

(28)

28

137. Dia memberikan kekhususan bagi beliau dengan status nabi terakhir sebagaimana pula dengan Al-Maqaam Al-Mahmuud dan pengutusan beliau kepada seluruh manusia & jin.

138. Juga dengan kemukjizatan Al-Qur’an, begitu pula seperti Mi’raaj yang benar terjadi tanpa keraguan dan penyelewengan.

139. Maka betapa banyaknya anugerah yang Rabb beliau limpahkan, karuniakan, khususkan, dan berikan bagi beliau.

140. Mukjizat Sang Penutup Para Nabi banyak hingga lebih dahsyat dari apa yang aku mampu hitung sebutkan.

141. Di antaranya ialah Kalaamullaah yang tak mampu ditandingi manusia & jin, begitu juga terbelahnya bulan purnama tanpa perlu didebatkan lagi.

142. Makhluk termulia di alam semesta ini tanpa perdebatan lagi ialah Nabi kita yang diutus di Ummulquraa (Mekkah).

143. Setelah itu yang paling mulia ialah Ulul ‘Azmi, lalu para rasul lainnya, kemudian para nabi lainnya secara meyakinkan.

(29)

29

144. Kita yakin juga bahwa sesungguhnya masing-masing dari mereka terbebas dari semua kekurangan yang menjatuhkan wibawa serta dilindungi dari kekafiran.

145. Begitu pula setiap mereka dilindungi dari dusta dan dari khianat sebab mereka disifati dengan kejujuran dan amanah.

146. Lalu tidur dan nikah begitu pula makan boleh-boleh saja dilakukan para rasul.

147. Lantas tak ada sesungguhnya dalam umat ini yang keutamaan dan kebaikannya seperti Ash- Shiddiiq.

148. Setelah beliau ialah Al-Faaruuq tanpa debat lalu setelah beliau ialah ‘Utsmaan, maka tinggalkanlah perdebatan.

(30)

30

149. Lalu setelah beliau maka yang keutamaan sesungguhnya ialah milik sang sosok yang penuh ilmu lagi jauh dari kemusyrikan …

150. …sang pahlawan yang wafat dibunuh serta kuat tekad, penyingkap ketakutan lagi cerdas akal … 151. … yang teramat dermawan, sang penampak petunjuk, sang penjungkal musuh, pelawan masalah, celakalah orang yang melampaui batas akan beliau.

152. Mencintai beliau benar-benar wajib sama seperti mencintai Khulafaa’ Raasyidiin lainnya. Maka barangsiapa melampaui batas dalam mencinta atau membenci, maka ia telah dusta.

153. Kemudian setelah para Khulafaa’ Raasyidiin yang paling afdal ialah shahabat lainnya dalam sepuluh shahabat yang dijamin masuk surga, kemudian Ahlu Badr, kemudian Ahlu Bai’atir Ridhwaan

(31)

31

154. … konon lebih diutamakan Ahlu Uhud daripada Ahlu Bai’atir Ridhwaan. Hanya saja pendapat pertama lebih utama berdasarkan dalil-dalil yang tegas.

155. Lalu ‘Aaisyah radhiyallaahu ‘anhumaa dalam ilmu lebih afdal sedangkan Khadiijah radhiyallaahu

‘anhaa lebih afdal dalam lebih dulu masuk Islam, maka pahamilah poin hasil penelitian isu ini.

Insyaallah akan dilanjut…

Depok, 1 Dzulhijjah 1444 H Nur Fajri Romadhon

156. Lantas tidak ada dalam umat ini yang menyamai para Shahabat dalam keutamaan, kebaikan, dan ketepatan meniti kebenaran.

157. Itu karena mereka telah melihat Sang Nabi Terpilih serta menyaksikan langsung beragam rahasia dan cahaya wahyu.

158. Mereka juga telah berjihad fillaah hingga jelaslah kebenaran agama penuh petunjuk ini dan sungguh telah mengungguli agama-agama lainnya.

(32)

32

159. Sungguh telah disebutkan dalam ayat yang tegas tentang keutamaan mereka hingga puaslah dahaga para pencari kebenaran.

160. Pun dalam hadis-hadis dan banyak atsar serta penjelasan para ulama serta syair-syair … 161. … yang kuantitas sebagiannya saja sudah melebihi apa yang bisa dicakup gurindamku ini, maka merasa cukuplah dengannya dan ambillah dari ilmu yang kusampaikan.

162. Waspadalah dari berdalam-dalam tentang hal tak ideal yang terjadi dalam sejarah hidup mereka sehingga bisa saja mencederai keutamaan mereka.

163. Sebab hal tak ideal itu muncul dari hasil ijtihad yang mereka lakukan, sehingga jadilah orang yang selamat dari perbuatan buruk! Semoga Allah hinakan orang yang memusuhi mereka.

164. Setelah mereka (para shahaabat), maka yang paling layak menyandang keutamaan ialah para taabi’iin, kemudian seluruh taabi’ut taabi’iin.

(33)

33

165. Semua hal luar biasa yang nampak pada seorang salih dan tulus dari pengikut syariat agama kita

166. … maka sungguh itu termasuk karamah yang kita yakini, maka ikutilah dalil-dalil.

167. Barangsiapa menegasikannya dari para penganut kesesatan, maka mereka benar-benar telah datang membawa kemustahilan.

168. Itu karena karamah-karamah begitu terkenal dan terus ada di setiap masa, duhai sengsaranya para penganut penyimpangan.

169. Menurut kita orang-orang istimewa dari kalangan manusia lebih utama daripada para malaikat Tuhan kita, sebagaimana telah terkenal keyakinan ini.

170. Al-Imaam Ahmad berkata: ”Barangsiapa mengatakan selain ini maka ia telah mengada-ada dan telah melampaui batas serta lancang dalam berpendapat.”

(34)

34

BAB VI: Keimaman dan Hal-Hal Terkait

171. Umat Islam pastilah butuh imam di setiap masanya …

172. … yang menjaga umat Islam dari penentang serta mengurusi jihad, penegakan hukuman pidana

173. …, dijalankannya perbuatan ma’ruf, ditinggalkannya kemunkaran, pembelaan terhadap orang yang terzalimi, ditampakkannya ketidakmuliaan kekafiran …

174. … , mengambil harta fay’, kharaaj, dan sejenisnya, serta mengalokasikannya sesuai aturan Islam.

(35)

35

175. Pengangkatannya dapat dilakukan dengan teks penunjukan, kesepakatan (Ahlul Halli wal-'Aqdi), atau kemenangan militer, maka hindarilah ketertipuan.

176. Syaratnya ialah beragama Islam, merdeka, 'adaalah, mampu mendengar, memiliki kecakapan...

177. ..., berasal dari suku Quraisy, berilmu, mukallaf, berpengalaman, dan bijaksana.

178. Taatilah perintahnya pada hal yang ia perintahkan, selama bukan merupakan kemunkaran sehingga harus dijauhi.

179. Ketahuilah bahwasanya amar ma'ruf dan nahi munkar keduanya itu fardhu kifayah bagi orang yang memahami.

180. Jika ia hanya sendirian menyaksikannya, maka menjadi fardhu 'ain atasnya tapi disyaratkan ia aman.

(36)

36

181. Maka bersabarlah dan hilangkanlah kemungkaran dengan tangan dan lisan serta waspadailah dari melakukan yang kurang padahal mampu.

182. Dan barangsiapa melarang dari perbuatan yang ia sendiri kerjakan, maka sungguh ia telah melakukan hal yang aneh

183. Andai ia mulai dari dirinya sendiri lebih dahulu,m dengan mengendalikannya dari penyimpangan, maka sungguh itu lebih berfaidah baginya.

PENUTUP -semoga Allah karuniakan kita husnul khaatimah-: Dalil-dalil dan yang Terkait

(37)

37

184. Sarana mencapai ilmu tentang apa yang kita saksikan terbatas pada Hadd dan Burhaan.

185. Sejumlah ulama ilmu kalam, manthiq, & ushul fiqh mengatakan bahwa termasuk juga sarananya ialah: indra, Khabar Shahiih, dan Nadzhar.

186. Maka Hadd -dan ia merupakan pokok setiap ilmu- merupakan deskripsi yang holistik terhadap sesuatu, maka berusahalah memahami.

187. Dan syaratnya ialah Thard/Maani’ dan ‘Aks/Jaami’ dan ia jika menyebutkan Fashl dari sesuatu, maka ia adalah Hadd yang sempurna, usahakanlah mencari terus kejelasan.

188. Dan jika ia hanya menyebutkan Jins kemudian Khaashshah, maka itu adalah Hadd Rasm, maka pahamilah klasifikasi ini.

189. Dan semua yang di-ilmu-i dengan indra dan akal, maka pengingkaran terhadapnya merupakan kepandiran yang buruk menurut adat kebiasaan.

(38)

38

190. Lalu jika sesuatu berdiri dengan dirinya sendiri, maka ia disebut Jawhar. Jika tidak, maka ia

‘Aradh yang butuh kepada selainnya.

191. Sementara itu Jism adalah sesuatu yang tersusun dari dua bagian atau lebih, maka tinggalkan pembicaraan dusta.

192. Lantas sesuatu yang Mustahiil secara Dzaat ialah sesuatu yang sama sekali tidak mungkin ada, lawannya adalah sesuatu yang Jaaiz, maka dengarkanlah ilmuku.

193. Dhidd, Mukhaalif, Naqiidh, Mitsl, dan Ghair sudah terkenal pembahasannya.

194. Semua ini ilmu yang membahasnya sudah diteliti, maka kami tidak memperpanjang dan mendalamkan pembahasannya.

(39)

39

195. Segala puji bagi Allah atas taufik-Nya bagi kita berpegang teguh dengan manhaj kebenaran yang sesungguhnya …

196. … tunduk pasrah sesuai maksud hadis dan nash ayat baik tentang Dzaat yang Qadiim maupun hal-hal yang Haadits.

197. Aku tidaklah memberi perhatian kecuali pada perkataan Salaf, sebagaimana halnya para imam dan pendahuluku.

(40)

40

203. Rahmat dan ridha Allah serta kebajikan, pemuliaan, dan kebaikan …

204. Semua itu kumohon dihadiahkan dengan penuh penghormatan dan kenikmatan kepada mereka yang berada dalam tempat penjagaan Islam …

205. … para imam agama, para penunjuk umat, dan ahli takwa dari seluruh imam …

206. … terlebih lagi Ahmad, An-Nu’maan (Abuu Haniifah), Maalik, dan Muhammad (Asy-Syaafi’iyy) sang kerabat Nabi …

207. … yang wajib atas semua yang hendak beramal untuk bertaklid kepada salah seorang ulama dari mereka, maka dengarkanlah, niscaya engkau mengetahui.

208. … begitu pula siapa pun yang meniti jalan mereka dari para manusia dan jin, selama orbit-orbit terus beredar atau selama bintang bergerak.

209. Sebagai hadiah dariku untuk para pengikut Salaf yang menjauhi larut dalam pembahasan orang- orang Khalaf.

210. Terimalah –semoga engkau diberi petunjuk- dan amalkanlah gurindamku ini, niscaya engkau akan berhasil memperoleh yang engkau harapkan dan keselamatan.

Nur Fajri Romadhon 5 Muharram 1445 H

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis akan membahas salah satu kitab tafsir yang monumental pada abad V H karya Imam Ibnul Jauzi (597 H) yang secara sempurna membahas

Kitab ini kemudian di perbaiki oleh Adz-Dzahaby (747 H) dalam kitab At-Tajrid. Pada abad ke-9 Hijriyah, Ibnu Hajar al-Asqalani menyusun kitab yang terkenal bernama Al- Ishabah,

Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani dikenal sebagai ulama yang memiliki hasil- hasil karya pemikiran berupa kitab-kitab dalam jumlah yang begitu banyak.Subjek kajiannya

Semua materi yang diajarkan bersumber dari kitab-kitab yang ditulis para ulama abad pertengahan (sekitar abad ke-7 – 13 H) yang dikenal dengan nama kitab

Hadis-hadis yang termuat dalam kitab tersebut telah banyak di-syarah (dijelaskan) oleh para ulama dan juga telah banyak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Misalnya,

Menganalisa hadis-hadis tersebut melalui pemahaman ulama yang tercantum dalam kitab-kitab syarah hadis serta referensi lain yang relevan, termasuk menganalisa dengan melihat

Konstribusi pemikiran ekonomi al-Mawardi terutama lewat tiga karya monumentalnya Kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din, al-Hawi dan al-Ahkam as-Sulthaniyyahmasih dapat dirasakan sampai

Quraish Shihab, maka utamanya kita juga harus mengenal kitab tafsir Ulama indonesia yang pertama yaitu kitab Tarjuman al-Mustafid karya Syaikh Abdurrauf as-Singkil.. Sejarah Penafsiran