• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis dengan judul “Persepsi Pemuda Terhadap Karifan Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tesis dengan judul “Persepsi Pemuda Terhadap Karifan Lokal "

Copied!
127
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang mahar dan dui’menra’ dalam perkawinan bagi umat Islam. Skripsi ini berjudul “Persepsi Pemuda Terhadap Kearifan Lokal Mahar dan Dui’ Menre” Pada Masyarakat Bugis Kabupaten Sidenreng Rappang. Guna memudahkan kreasi penulis dan lebih terfokusnya materi skripsi maka persepsi pemuda merupakan respon langsung ( penerimaan) terhadap sesuatu, proses seseorang mengetahui lebih banyak hal dengan panca inderanya.

Mahar adalah pemberian dari mempelai laki-laki kepada isteri sebagai pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan pada saat akad nikah telah dilaksanakan, untuk menimbulkan rasa cinta seorang wanita terhadap calon suaminya, atau suatu pemberian yang dibutuhkan calon suami kepada calon istrinya berupa benda atau jasa (pembebasan), pendidikan dan sebagainya. Dui'menre' disebut juga uang belanja adalah biaya yang dibayarkan pihak laki-laki kepada pihak perempuan untuk menyelenggarakan pesta pernikahan.12 Pemberian dui'menre' merupakan salah satu hal pertama yang harus dilakukan laki-laki ketika menikah. Menurut Imam Syafi'i, mahar adalah suatu hal yang wajib diberikan oleh laki-laki kepada seorang perempuan agar dapat menguasainya sebagai seorang istri.15 Jika perempuan itu telah menerima maharnya tanpa paksaan atau tipu muslihat, maka ia memberikan sebagian dari maharnya. mahar, maka hal itu boleh dan tidak dipersalahkan, namun jika wanita tersebut memberikan maharnya hanya karena malu atau takut, maka tidak halal menerimanya meskipun diperlukan.

Garis Besar Isi Tesis

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Teori Maqashid Syariah

Ulama juga memperluas cakupan maqashid atau tujuan syariah melampaui lima maqashid klasik, seperti yang dicontohkan oleh Muhammad Al-Gazali, salah satu tokoh kebangkitan Islam moderat abad ke-20 yang lahir di Nakla al-. 'Desa Inab, Buhairah, Mesir pada tahun 1917 yaitu tentang keadilan dan kebebasan, serta pendapat Rasyid Ridha, seorang pemikir dan ulama pembaharu Islam di Mesir pada awal abad ke-20 mengenai reformasi dan hak-hak perempuan serta gagasan-gagasannya. Yusuf Al-Qaradawi, seorang ulama yang berasal dari Mesir, dikenal sebagai seorang mujtahid di era modern ini mengenai hak asasi manusia dan harkat dan martabat manusia. Mahar merupakan salah satu bingkisan dan pemberian gratis pertama yang diterima seorang wanita dari suaminya setelah akad nikah. Sebab sebetulnya setelah itu akan ada lagi pemberian-pemberian yang wajib karena kepala rumah tangga wajib menafkahi istri dan keluarganya.

Karena setelah itu akan timbul kewajiban lain dalam menjalani kehidupan rumah tangga bersama istri dan anak. Perempuan pada umumnya dihidupi oleh suami sebagai bekal sebelum menambah nafkah rumah tangga dan tidak dibantu oleh orang tua atau kerabat dekat. Mahar juga menjadi pencegah laki-laki agar tidak mudah menolak istrinya karena mahar yang telah dibayarkan dan besar kecilnya mahar kelak jika menikah lagi dengan wanita lain.

Mahar maqasid syariah merupakan bagian dari kebutuhan haji bagi wanita yang telah memberikan faraj kepada suaminya, juga bagian dari hufdzu al-Nasl, agar keturunan dan perkawinan tersebut langgeng dan langgeng hingga ruh memisahkan laki-laki dan laki-laki. wanita, maka mahar itu harus dibagi. untuk diberikan sebagai bentuk penghormatan terhadap perempuan dan sebagai hak perempuan (ada keperluan haji) terhadap perempuan. Mahar juga merupakan bagian dari syarat tahsiniyat, untuk menyempurnakan keturunan yang diperoleh dari perkawinan yang sah, serta sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan tujuan perkawinan yaitu menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah, salah satu upaya tersebut adalah dengan Memberikan mahar kepada isteri sebagai tahsinjat suami kepada isteri, sesungguhnya itu merupakan bentuk kebaikan.Suami memberikannya sebagai bentuk kehormatan kepada isterinya.

Teori Al ‘Urf

Ulama ushul fiqh membezakan antara adat dan 'urf dalam membicarakan kedudukannya sebagai salah satu dalil penetapan hukum syariah. Menurut ulama usul fiqh, 'urf boleh dijadikan pertimbangan dalam menentukan hukum syariah' sekiranya memenuhi 4 syarat. Dengan ilmu yang dijelaskan di atas, erti tabiat dan 'urf adalah sinonim.

29Faiz Zainudin, “Konsep Islam tentang Adat: Kajian Adat dan ‘urf Sebagai Sumber Hukum Islam”, Jurnal Lisan Al-Hal, Vol. Pertama, al-'urf as-shahih, yaitu adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash, tidak menghilangkan manfaatnya atau menimbulkan kerugian. Kedua, 'urf fasid merupakan kebiasaan dalam masyarakat yang bertentangan dengan dalil syariah'.

Berdasarkan dua dalil di atas, tidak diragukan lagi bahwa hadis-hadis masyarakat ('urf) dapat dijadikan dalil syariat. Dengan demikian, undang-undang sebelumnya dapat berubah mengikuti perubahan 'urf (al-'urf as-sahih) yang menjadi hukum syariah.

Teori Perubahan Hukum Sosial Masyarakat

Banyaknya atau banyaknya dui’menre’ yang diberikan oleh kedua mempelai berdampak pada stratifikasi sosial orang yang akan menikah pada masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang. Permasalahan dui’ menre’ erat kaitannya dengan stratifikasi sosial, dimana masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang mengenal namanya. Dalam masyarakat Bugi, sudah menjadi tradisi memberi dan meminta mahar dan dui'menre' dalam jumlah besar untuk meminang anak perempuan.

Sedangkan calon mempelai pria menghadiahkan kepada calon mempelai wanita sesuatu yang disebut dui'menre' yang disepakati kedua belah pihak. Pemberian dui’menre’ merupakan adat istiadat yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang. Samad menilai fenomena dui'menre' yang terjadi di Kabupaten Sidenreng Rappang mengatakan demikian.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa generasi muda, disimpulkan bahwa persepsi generasi muda tentang mahar dan dui’menre adalah sebagai berikut. Besar kecilnya dui’menre yang diserahkan mempelai pria mempengaruhi stratifikasi sosial orang yang akan menikah. Nilai dui’ menre’ bukan merupakan bagian dari ajaran agama, melainkan merupakan tradisi.

Peneliti menemukan beberapa istilah budaya dalam bahasa Bugis yang menjelaskan makna di balik berdirinya dui'menre' di masyarakat. Mahar dan dui’menre’ dalam perkawinan adat Bugis merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pemberian dui’menre’ pada pernikahan Bugis yang dilakukan oleh masyarakat Sideneng Rappang merupakan pemberian sejumlah uang untuk membiayai pesta pernikahan.

Mahar dan dui’menre’ dalam perkawinan adat suku Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kenyataannya, dui'menre' pada masyarakat Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang bisa mencapai Rp. Pemberian dui’menre’ di Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi dan biasanya dalam jumlah yang besar.

Pemberian dui’menre’ dalam perkawinan adat masyarakat Kabupaten Sidenreng Rapang tidak bisa ditinggalkan dan sudah mengakar dalam masyarakat. Pemberian dui’menre’ merupakan adat istiadat yang bersifat umum, dalam artian berlaku bagi setiap orang Bugis khususnya Kabupaten Sidenreng Rappang. Dampak pandemi Covid-19 berdampak pada tatanan perekonomian masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang sehingga dui’menre’ mengalami penurunan pada kalangan tertentu.

Dalam hukum Islam tidak ada kewajiban membayar dui’menre’, yang ada hanyalah kewajiban membayar mahar.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk

Kerangkah Teoritis Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Pendekatan Penelitian

Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini adalah penelitian ilmu pengetahuan alam, yaitu penelitian yang diterapkan pada situasi objektif yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kuncinya, teknik pengumpulan datanya bersifat triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian menekankan pada makna, bukan generalisasi. Penelitian naturalistik adalah penelitian yang menggunakan lingkungan naturalistik atau alam dengan tujuan memahami fenomena sosial secara menyeluruh melalui metode kualitatif dan menyajikannya dalam bentuk verbal dan linguistik.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Luas wilayah Kabupaten Sidereng Rappang kurang lebih 1.883,25 km², terbagi menjadi 11 kelurahan dan 106 desa/kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Sidrap berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Disabilitas Sipil Kabupaten Sidrap per Desember 2019 sebanyak 325.341 jiwa, laki-laki 161.741 jiwa, dan perempuan 163.600 jiwa. Rasio jenis kelamin yang tersebar di 11 kecamatan disajikan pada tabel berikut; Kabupaten Sidrap mempunyai jumlah penduduk sebanyak 319.990 jiwa sesuai penjelasan pada tabel 4.2.1 diatas, dimana sebaran penduduknya tidak mempunyai pola pemusatan.

Umumnya masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang bermata pencaharian sebagai petani, ada pula yang berprofesi sebagai PNS, pegawai swasta, tukang kebun/sawah dan ada pula yang berprofesi sebagai pedagang. Mayoritas penduduk yang tinggal di Kabupaten Sidenreng Rappang mengaku sebagai suku Bugis, oleh karena itu umumnya menggunakan bahasa Bugis sebagai alat komunikasi sehari-hari dalam interaksi antar masyarakat. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial dan budayanya, mereka tidak jauh berbeda dengan masyarakat Bugis lainnya di Sulawesi Selatan.

Secara umum kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang sangat harmonis karena adanya ikatan kekerabatan yang kuat, oleh karena itu antar sesamanya terkesan menganut sistem patrilineal dan bilateral. Kekerabatan suku Bugis yang terdiri dari ayah dan ibu serta anak-anaknya, dan masyarakat Bugis pada umumnya, dalam sebuah keluarga atau rumah tangga tidak hanya terdiri dari keluarga inti saja (ayah, ibu dan anak). Sedangkan dalam keluarga besar masyarakat suku Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang, setiap orang mempunyai hubungan darah baik jauh maupun dekat yang disebut seajing atau sompu lolo.

Padahal masyarakat Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang menganut sistem kekerabatan yang mengakui keluarga ayah sama dengan keluarga ibu. Namun dalam hal tertentu mereka juga menganut sistem patrilineal yaitu berdasarkan keturunan ayah, yang dalam bahasa Bugis dikenal dengan istilah ambo-e mappabati. Dalam kehidupan sosial yang terlihat pada masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang sifatnya adalah saling membantu dalam berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari.

Anda melihat hal-hal seperti ini di antara para petani dan sifat gotong royong yang Anda lihat dalam pembangunan perumahan. Warga Kabupaten Sidenreng Rappang, seperti halnya masyarakat Bugis pada umumnya, masih mengenal adat istiadat yang diturunkan secara turun temurun dalam hal adat istiadat. Selain berfungsi sebagai sarana beribadah, juga berfungsi sebagai sarana hubungan sosial antara individu yang satu dengan individu lainnya.

DatadanSumber Data

Instrumen Penelitian

Metode Observasi

Metode Wawancara

Dokumentasi

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Persiapan Penelitian

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Pengutipan referensi pada naskah Diketik di dalam kurung:  nama akhir penulis dan tahun penulisan, untuk satu orang pengarang contoh: "…dalam bentuk deret Taylor, 1990." atau