• Tidak ada hasil yang ditemukan

(2)Tindak pidana pencemaran nama baik merupakan kejahatan hukum yang perlu untuk diperhatikan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(2)Tindak pidana pencemaran nama baik merupakan kejahatan hukum yang perlu untuk diperhatikan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hukum Indonesia adalah ketataan hukum yang berlaku di Indonesia, Tata Hukum di Indonesia itu ialah hukum yang sekarang berlaku di Indonesia, berlaku berarti yang memberi akibat hukum kepada peristiwa – peristiwa dalam pergaulan hidup; sekarang menunjukkan kepada pergaulan hidup pada saat ini, dan tidak pada pergaulan hidup yang telah lampau, tidak pada pergaulan hidup masa yang kita cita – citakan di kemudian hari; di Indonesia menunjukkan pada pergaulan hidup yang terdapat di Indonesia dan tidak di Negara lain.1

Tatanan Hukum di Indonesia setiap saat berubah sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sains (IPTEKS), karena itu praktisi hukum semestinya memahami dan menerapkan pasal – pasal dalam undang –undang dan peraturan – peraturan atau hukum itu sendiri dalam pergaulan hidup masa kini dan masa yang akan datang.

Kajian Yuridis Penjatuhan Pidana Pencobaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penghinaan Pasal 310 KUHP adalah mengkaji menurut hukum, atau secara hukum penjatuhan pidana percobaan terhadap Pelaku Tindak Pidana Penghinaan pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama baik seseorang.

1Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum di Indonesia, Pembangunan, Jakarta, 1965, hlm 39.

Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, hlm 2.

(2)

Tindak pidana pencemaran nama baik merupakan kejahatan hukum yang perlu untuk diperhatikan. Banyak kasus-kasus pencemaran nama baik yang saat ini berkembang luas seiring terdapatnya media, baik media cetak maupun media elektronik. Pencemaran nama baik seseorang atau fitnah adalah ketentuan hukum yang paling sering digunakan untuk melawan media massa.

Berdasarkan KUHP, hukuman pidana pencobaan diatur dalam pasal 14 a ayat (1) :

Apabila hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahun atau pidana kurungan, tidak termasuk pidana kurungan pengganti maka dengan putusannya hakim dapat memerintahkan pula bahwa pidana tidak usah dijalani kecuali jika dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan karena terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut di atas habis, atau karena terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat khusus yang mungkin ditentukan dalam perintah itu. 2

Secara singkat pidana percobaan (voorwaardelijke) ini berarti terdakwa tidak perlu menghuni penjara selama satu tahun, asalkan dalam dua tahun kedepan terpidana berkelakuan baik. Masa percobaan dimulai pada saat putusan telah menjadi tetap dan telah diberitahukan kepada terpidana menurut cara yang ditentukan dalam undang-undang. Hukuman percobaan hanya dapat diberikan dalam hal dijatuhkan hukuman penjara tidak lebih dari satu tahun.

Pencemaran nama baik dalam bahasa Inggris sering kali diterjemahkan dengan defamation. Di beberapa negara, pencemaran nama baik juga biasa disebut calumny, vilification atau slander. Ketiga istilah ini digunakan untuk

2R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 21.

(3)

pencemaran nama baik yang dilakukan secara lisan. Sedangkan pencemaran nama baik secara tertulis disebut libel. 3

Belakangan ini persoalan eksistensi delik pencemaran nama baik kembali mengemuka dan dipermasalahkan banyak pihak. Munculnya perhatian publik terhadap delik ini diakibatkan oleh beberapa kasus pencemaran nama baik yang sering terjadi. Contohnya; kasus Hotman Paris yang akhir-akhir ini berkembang di media massa dan media elektronik dimana Hotman Paris melaporkan balik Farhat Abbas dengan tuduhan telah melakukan pencemaran nama baik hingga penyebaran berita bohong/ hoax. Sebelumnya Farhat melaporkan Hotman Paris atas dugaan penyebaran konten pornografi melalui akun Instagram milik Hotman Paris .

Mengutip buku KUHP dan KUHAP BAB XVI Tentang Penghinaan, Pasal 310 KUHP ayat demi ayat sebagai berikut : 4

Ayat 1, :

Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Ayat 2, :

Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempel di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun

3Sahrul Mauludi, Awas Hoax, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2018, hlm 121- 122.

4R. Sunarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 186-189.

(4)

empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Ayat 3, :

Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.

Pada pasal 310 KUHP ini berbicara tentang tiga (3) hal antara lain:

1. Kehormatan atau nama baik seseorang dengan ancaman penjatuhan pidana penjara dan pidana denda yang telah diatur pada ayat (1),

2. Pencemaran tertulis dengan ancaman penjatuhan pidana penjara dan pidana denda pada ayat (2),

3. Pencemaran atau Pencemaran Tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri pada ayat (3).

Penghinaan dalam pencemaran nama baik seseorang kebanyakan saat ini terjadi lewat media sosial dengan teknologi ITE yang banyak dipakai saat ini antara lain Line, WhatApp , Facebook, Instagram, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian dan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Alasan yuridis apa saja sehingga terdakwa dapat dijatuhkan pidana percobaan dalam Tindak Pidana Penghinaan.

(5)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Mengkaji dan membahas penjatuhan pidana percobaan terhadap Pelaku Tindak Pidana Penghinaan.

2. Sebagai salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penjatuhan pidana percobaan terhadap Pelaku Tindak Pidana Penghinaan pasal 310 KUHP.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana di Indonesia.

E. Kerangka Teori

Penegakan hukum dalam bahasa Belanda disebut dengan rechtstoe – passing atau rechtshandhaving dan dalam bahasa Inggris law enforcement, meliputi pengertian yang bersifat makro dan mikro. Bersifat makro mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, sedangkan dalam pengertian mikro terbatas dalam proses pemeriksaan di pengadilan termasuk proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan hingga pelaksanaan putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 5

5Moh. Hatta, Penegakan Hukum Pidana Umum dan Pidana, Khusus Liberty, Yogyakarta, 2009, hlm 14

(6)

Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya merupakan Pelaku Tindak Pidana Penghinaan direksi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur – unsur penilaian pribadi (Wayne La-Favre). Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, melahirkan dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Atas dasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada ketidakserasian antara nilai, kaidah dan pola perilaku.

Gangguan tersebut terjadi apabila ada ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum merupakan suatu upaya pemerintah untuk menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi penegakan hukum yang dilakukan sampai saat ini sangat bertolak belakang dengan prinsip penegakan hukum yang sebenarnya. Masyarakat yang seharusnya memperoleh perlindungan hukum akan hak – haknya malahan menjadi merasa ditindas. Fenomena yang menganggap hukum belum mampu sepenuhnya memberi rasa aman, adil dan kepastian perlu dicermati dengan hati – hati.

Dari fenomena tersebut muncul ekspektasi agar hukum dapat ditegaskan secara tegas dan konsisten, karena ketidakpastian hukum dan kemerosotan

(7)

wibawa hukum akan melahirkan krisis hukum. Menurut Mastra Liba ada 3 faktor yang mempengaruhi kinerja penegakan hukum yaitu:6

1. Sistem ketatanegaraan yang menempatkan “jaksa agung” sejajar menteri

2. Sistem perundangan yang belum memadai 3. Faktor sumber daya alam (SDM).

Penegakan hukum bukanlah semata – mata berarti pelaksanaan perundang – undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu ada kecenderungan lain yang mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan – keputusan hakim. Namun pendapat – pendapat seperti itu mempunyai kelemahan apabila pelaksanaan dapat dijankan secara berkeadilan.7

Undang-undang atau keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut mempunyai arti netral sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut adalah:

6Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1983, hlm 7

7Wiliam N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Penegakan Hukum, Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003 hlm. 51-52

8 H.A.S. Natabaya, Menata Ulang Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Sekjen dan Kepaniteraan Mahkama Konstitusi, Jakarta, 2008, hlm 30

(8)

1. Faktor hukumnya sendiri 2. Faktor penegak hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat yakni lingkungan di mana hukum tersebut

berlaku dan diterapkan

5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada rasa kemanusiaan di dalam pergaulan hidup.

Tujuan penegakan hukum sejalan dengan tujuan hukum itu sendiri, adalah untuk mencapai hasil – hasil tertentu yang diinginkan dan tujuan hukum merupakan upaya mewujudkan tercapainya ketertiban dan keadilan suatu ketertiban mustahil akan dapat diwujudkan, jika hukum diabaikan.

Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap hukum, tidak saja berpengaruh terhadap ketertiban dan keadilan, tetapi berperan membentuk kultur (budaya) hukum suatu masyarakat karena mengatur perilaku.9

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif Menurut Peter Mahmud Marzuki,10 penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip – prinsip hukum, maupun doktrin – doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

9Moh Yamin, Pembentukan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia , Armico, Jakarta, 2009, hlm 19

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Perdana Media Group, Edisi Pertama, Jakarta, 2005 Cetakan Ke Empat, hlm 35

(9)

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, penelitian deskriptif analitis,11 yang dimaksudkan yaitu dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dirumuskan dengan hasil penelitian kepustakaan, dimungkinkan untuk dapat mendeskripsikan berbagai temuan baik melalui penelitian empiris maupun penelitian kepustakaan dan data yang diperoleh akan dianalisis dan dikaji dalam suatu sistem penulisan yang terstruktur, sehingga dengan hasil dideskripsi tersebut akan ditarik kesimpulan dan dilengkapi dengan saran – saran.

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan yaitu sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.12

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan serta yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, yakni :

1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

3 Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

4 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana

11 Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri , Jakarta, 1980, Ghalia Indonesia, hlm.12

12 Baher Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, , Bandung, 2008, C.V.

Mandar Maju, hlm 92

(10)

b. Bahan Hukum Sekunder, merupakan bahan hukum yang berhubungan erat dengan bahan hukum primer, antara lain : Buku-buku perpustakaan yang menjadi referensi utuk menunjang penulisan skripsi ini, karya ilmiah para Sarjana Hukum, dokumen-dokumen dan hasil – hasil penelitian hukum.

c. Bahan Hukum Tersier, yakni bahan-bahan hukum yang memberikan informasi maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu : internet, majalah hukum, putusan pengadilan, dan jurnal – jurnal hukum.

4. Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan bahan hukum melalui studi kepustakaan (library research) adalah metode pengumpulan data dengan jalan menggali atau mempelajari data dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku atau literatur, peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

5. Analisa Bahan Hukum

Data atau hasil yang telah terkumpul atau ditemui dalam penelitian ini, selanjutnya akan dianalisis secara “kualitatif” yakni data yang telah terkumpul atau ditemui harus dipisah-pisahkan menurut kategori masing- masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha mencapai jawaban masalah penelitian.13

13 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, , Jakarta, 1998, Rineka Cipta, hlm 124

(11)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini yang digunakan terdiri dari 4 bab yaitu: Bab I pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan tinjauan pustaka. Bab III merupakan hasil dan pembahasan. Bab IV merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Perbuatan kumpul kebo merupakan perilaku yang melanggar norma dalam masyarakat walaupun secara yuridis normatif hukum pidana yang berlaku di Indonesia sekarang ini tidak dapat mengancam