• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Jenis Psikotropika yang Dilakukan Anggota TNI (Putusan No.80-K/PM I-02/AD/VII/2018)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Jenis Psikotropika yang Dilakukan Anggota TNI (Putusan No.80-K/PM I-02/AD/VII/2018)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Jenis Psikotropika Yang Dilakukan Anggota TNI

(Putusan No. 80-K/Pm I-02/Ad/Vii/2018)

Mulyadi[1] Thurva Naziha Visar[2*]

Habibie Rahman Sinaga[3] Baeyhaki Ekaputra Hamidi[4]

Fakultas Hukum Universitas Prima Indonesia [1][2*][3] [4]

Jl. Belanga No.1 Simpang Ayahanda Medan Email: ulfanazihavisar@gmail.com [2*]

Submitted : 14 Desember 2022 Revised : 19 Januari 2023 Accepted : 22 Juni 2023 Published : 30 Juni 2023

Jurnal Al Adl by Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. (CC-BY)

Abstract

The Indonesian National Armed Forces (TNI) is part of society and protectors specially prepared to carry out the duties and defense of the country. In addition, the Indonesian National Army (TNI) is limited by laws and military regulations, so all actions undertaken must be based on applicable laws and regulations. To carry out specific duties and obligations, the Indonesian National Army (TNI) is educated and trained to comply with orders or decisions and carry them out appropriately and efficiently. The increase in the illicit circulation of narcotics in the territory of Indonesia is due to the lack of strictness or the lightness of the punishments imposed on dealers and users or the development of narcotics abuse and illicit trafficking not only in the general public but also in the military community, both as manufacturers, dealers and users. The illicit circulation of narcotics within the military is currently very concerning for the discipline and future of the Indonesian National Armed Forces (TNI) because it will lead to dependence on its users and hinder the implementation of its primary duties, damage the physical and mental health of military members who use narcotics, and the Criminal Code will be enforced. The Military Criminal Law, especially regarding the imposition of a sentence, but if the act is not regulated in the Criminal Procedure Code, another law that regulates it will apply. This study aims to find out the factors that cause narcotics abuse by military members and to analyze the judge's decision regarding the criminal act of narcotics abuse by members of the TNI. This study uses a normative juridical approach and is descriptive by using legal sources in the form of secondary data, in this case, bibliographical data. Data collection techniques are carried out using decision studies and searches of related documents, laws, literature, etc. The study results showed that the Military Prosecutor in the trial brought the defendant along with his identity data, and the defendant confirmed that the identity was his so that there was no wrong subject.

Keywords: Narcotics abuse, Military, Members of the TNI.

Abstrak

Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan bagian dari masyarakat sekaligus pelindung yang dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas dan pembelaan negara. Selain itu tentara nasional indonesia (TNI) dibatasi oleh undang-undang dan peraturan militer sehingga semua perbuatan yang dijalani harus berdasarkan pada landasan undang-undang dan peraturan yang berlaku.Untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajiban yang khusus maka tentara nasional indonesia (TNI) dididik dan dilatih untuk mematuhi perintah atau putusan dan melaksanakannya dengan tepat dan berdaya guna. Meningkatnya peredaran gelap narkotika di wilayah Indonesia karena kurang tegasnya atau terlalu ringannya hukuman yang dijatuhkan kepada para pengedar dan

(2)

pengguna atau Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat umum saja, tetapi sudah masuk pada lingkungan masyarakat militer, baik itu sebagai pembuat,pengedar, dan pemakai. Peredaran gelap narkotika di lingkungan militer saat ini sudah sangat memprihatinkan terhadap disiplin dan masa depan Tentara Nasional Indonesia (TNI), karena akan menimbulkan ketergantungan terhadap penggunanya serta menghambat pelaksanaan tugas pokoknya, merusak kesehatan fisik dan mental anggota militer yang menggunakan narkotika akan diberlakukan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Militer, terutama mengenai penjatuhan hukumannya, Tetapi apabila perbuatannya tersebut tidak diatur dalam KUHPM maka akan I diberlakukan Undang-Undang yang lain yang mengatumya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor yang menjadi penyebab terdapatnya penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota militer serta menganalisis putusan hakim terkait tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anggota TNI. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan bersifat deskriptif dengan menggunakan sumber hukum berupa data sekunder; dalam hal ini data kepustakaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi putusan serta penelusuran berbagai dokumen,undang-undang, literatur dan sejenisnya yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan Oditur Militer dalam persidangan mendatangkan terdakwa, ikut dengan data identitasnya dan dibenarkan oleh terdakwa bahwa benar identitas tersebut miliknya, sehingga tidak terjadi salah subjek.

Kata Kunci : Penyalahgunaan narkotika, Militer, Anggota TNI

PENDAHULUAN

Saat ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

Kita diharapkan agar bisa lebih maju dan lebih siap dalam menghadapi persoalan-persoalan hukum yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. Kejahatan biasanya terjadi di lingkungan masyarakat sipil, namun dewasa ini kejahatan khususnya yang berkaitan dengan NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif) telah melingkupi lingkungan masyarakat militer yang dalam hal ini adalah TNI. TNI adalah Tentara Nasional Indonesia yang dibentuk dengan tujuan sebagai alat pertahanan negara Kesatuan Negara RI, bertugas menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa menjalankan operasi militer untuk perang dan ataupun selain perang. 1

Masalah penyalahgunaan narkotika yang sudah melingkupi lingkungan militer ini menjadi perhatian masyarakat. Hal ini dapat diperhatikan dalam putusan pengadilan No.124- K.PMT-I/BDG/AD/X/2018. Secara jelas dan tegas Majelis Hakim menyatakan bersalah terhadap salah satu prajurit TNI yang secara sah terbukti melakukan penyalahgunaan narkotika untuk diri sendiri. TNI dalam menjalankan tugasnya wajib berpedoman pada sapta dan marga, hal ini semacam kode etik bagi seorang TNI. TNI dalam menjalani kehidupan sehari-harinya harus menerapkan sapta dan marga. TNI mempunyai peranan sebagai pelindung bangsa dan sebagai prajurit bersenjata yang bertanggung jawab untuk mengamankan perbatasan wilayah Indonesia, mengamankan presiden, wakil presiden beserta

1 Valery Classe,Penjatuhan Sanksi Pidana Bagi TNI Yang Melakukan Penyalahgunaan Psikotropika,1.

(3)

keluarga, mengatasi segala aksi terorisme maupun gerakan bersenjata, serta melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik negeri. 2

Psikotropika biasanya hanya digunakan oleh kalangan remaja, akan tetapi saat ini psikotropika telah banyak digunakan oleh pejabat dan anggota militer yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat.3 Hal ini menjadi perhatian masyarakat khususnya Psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi disisi lain dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan ketergantungan sehingga penggunaannya harus diawasi secara seksama.4

Pengertian psikotropika dan narkotika dibuat secara berbeda dalam UU No.5 Tahun 1997 dengan UU No.35 Tahun 2009. Menurut Pasal 1 Angka 1 UUNo.35 Tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.

Sedangkan Psikotropika dalam UU No.5 Tahun 1997 adalah zat atau obat, baik secara ilmiah maupun sintetis bukan narkotika, yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Penyalahgunaan psikotropika dapat membuat seseorang hidup secara tidak normal. Ia bertingkah laku aneh dan menciptakan ketergantungan fisik dan psikologis pada tingkat yang berbedabeda.10 Ketergantungan obat adalah suatu keadaan psikis (kejiwaan), dan keadaan badaniah/jasmaniah (fisik) yang diakibatkan oleh interaksi antara manusia dan suatu obat, yang ditandai secara khas oleh kelainan-kelainan di bidang tingkah laku dan bidang-bidang lainnya yang selalu meliputi suatu kompulsi (dorongan kehendak yang tidak bisa dihambat) untuk memakai obat-obatan tersebut secara terus-menerus atau secara periodik agar supaya diperoleh efek-efek psikiknya, dan kadang-kadang untuk menghindari perasaan tidak enak kalau obat itu tidak ada.5

Hukum pidana militer dalam arti luas mencakup pengertian hukum pidana militer dalam arti materiil dan hukum pidana dalam arti formil. Hukum pidana dalam arti materiil

2 Ibid

3 Ibid

4 Ibid

5 M. Wresniwiro dan A. Haris Sumarna, Masalah Narkotika, Psikotropika, dan Obat Berbahaya, Yayasan Mitra Bintibmas, , 2019, Jakarta, hlm. 362

(4)

merupakan kumpulan peraturan tindak pidana yang berisi perintah dan larangan untuk menegakkan ketertiban hukum dan apabila perintah dan larangan itu tidak ditaati maka diancam hukuman pidana. Hukum pidana formil atau yang disebut juga hukum acara pidana merupakan kumpulan peraturan hukum yang memuat ketentuan tentang kekuasaan peradilan dan cara pemeriksaan, pengusutan, penuntutan dan penjatuhan hukuman bagi militer yang melanggar hukum pidana materiil.6 Seorang TNI yang melakukan penyimpangan- penyimpangan tunduk pada hukum pidana umum apabila penyimpangan-penyimpangan yang ia lakukan tersebut tidak diatur dalam Kitab Undang-undang hukum militer.7

Hal ini berarti apabila seorang TNI melakukan kejahatan atau pelanggaran sanksi pidana yang diterapkan kepadanya mengikuti KUHP akan tetapi TNI tetap diadili di lingkungan peradilan militer. Di internal TNI, dalam rangka mendukung program pemerintah, berbagai upayaupaya pemberantasan gencar dilakukan. Panglima TNI beberapa waktu lalu telah memerintahkan kepada para Pangkotama dan Komandan Satuan jajaran TNI untuk melakukan pembersihan secara serius di kesatuan masing-masing.

Prajurit TNI yang terindikasi terlibat peredaran dan penyalahgunaan narkoba segera didorong untuk diproses hukum dan apabila terbukti akan dipecat dari dinas militer. Langkah tegas ini diambil oleh pimpinan TNI untuk menjaga agar postur TNI yang telah dengan susah payah dibangun dapat dipertahankan sehingga selalu berada pada kondisi prima dengan performa terbaik. Selain itu juga untuk memelihara disiplin dan keutuhan pasukan serta memberikan kepastian hukum dan keadilan. Penegakan hukum yang dilakukan oleh TNI terhadap penyalahgunaan narkotika saat ini dilakukan secara tegas dengan tetap memperhatikan satu asas yang sangat penting dalam penegakan hukum di lingkungan TNI yaitu asas kepentingan militer.8

Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer disebutkan bahwa dalam proses peradilan, kepentingan militer selalu diseimbangkan dengan kepentingan hukum. Artinya bahwa dalam menegakkan hukum, kepentingan militer tidak boleh diabaikan. Kepentingan militer harus seimbang dan sejalan dengan kepentingan hukum. Aparat penegak hukum di lingkungan TNI dalam melakukan proses hukum terhadap penyalahgunaan narkotika tidak boleh hanya melihat dari kepentingan hukumnya saja, kepentingan militer juga harus betul-betul dipertimbangkan. Hakim militer yang akan

6 Moch.Faisal Salam, Hukum Pidana Militer, Penerbit Mandar Maju, Yogyakarta, 2018, hlm. 26.

7 Ibid

8https://www.dilmiltama.go.id/home/ejournal/KEPENTINGANMILITERDALAMPROSESHUKUM

(5)

memutus perkara-perkara Narkotika tidak boleh hanya melihat persoalan dari kaca mata undang-undang, mereka juga harus selalu mempertimbangkan kepentingan militer dalam putusannya.9

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa faktor penyebab adanya tindak pidana penyalahgunaan narkotika jenis psikotropika yang dilakukan oleh anggota militer (TNI)?

2. Bagaimana putusan hakim terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika jenis psikotropika yang dilakukan anggota TNI berdasarkan putusan No.124-K.PMT- I/BDG/AD/X/2018?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, yakni penelitian berdasarkan bahan hukum dengan cara menganalisa konsep serta menelaah teori dan juga asas-asas hukum dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini juga menganalisis serta menggambarkan suatu peraturan hukum yang berkaitan dengan kasus penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anggota TNI.

PEMBAHASAN

Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Jenis Psikotropika Yang Dilakukan Anggota Militer

Psikotropika adalah obat-obatan yang berbahaya dan dilarang untuk digunakan, dikonsumsi, ataupun diedarkan secara bebas di wilayah indonesia. Psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi disisi lain dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan ketergantungan sehingga penggunaannya harus diawasi secara seksama.

Dengan semakin mudahnya para pelaku penyalahgunaan narkotika berinteraksi, narkoba sudah menjadi han bisnis yang terorganisir dan berskala besar yang sifatnya transnasional dan dikenal dengan“transnational organized crime” yang berbahaya.10 Jika seorang prajurit

9 Ibid

10 Herindrasti, V. L. S.. Drug-free ASEAN 2025 : Tantangan Indonesia dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Hubungan Internasional, 7(1), 2018, hlm.19–33.

(6)

militer menjadi subjek hukum pidana, maka prajurit tersebut harus diadili di Pengadilan Militer Mengingat yang menjadi subjek pidananya.11

Jurnal Penjatuhan Sanksi bagi TNI yang Melakukan Penyalahgunaan Psikotropika di dalamnya membahas mengenai penjatuhan sanksi pidana berbentuk pidana penjara serta pemecatan secara tidak hormat terhadap anggota TNI yang melakukan penyalahgunaan narkotika yang serta kendala yang dialami para penegak hukum dalam hal ini Peradilan Militer adalah pemanggilan saksi yang sulit untuk memberikan kesaksian di persidangan.12

Adapun jurnal Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Oleh Anggota Militer,, yang membahas pengaturan hukum pidana militer terhadap penyalahgunaan narkotika dalam bentuk hukum pidana pokok dan hukumpidana tambahan.13

Meskipun peraturannya sudah jelas, namun masih terdapat kelemahan yang membuat celah terhadap penyalahagunaan narkotika yakni masih banyaknya jenis psikotropika yang belum teridentifikasi juga pengaturan dalam sistem yang ada saat ini adalah para pengguna yang notabene adalah korban masih banyak yang tidak mendapat pembinaan dam hal ini adalah rehabilitasi.

Pada umumnya TNI menyalahgunakan psikotropika disebabkan karena faktor adanya salah bergaul diluar kedinasan dan anggota TNI tersebut mencari pelarian atau hiburan untuk melepaskan kepenatannya atau kecapekannya sehingga bergaul dengan orang yang ada dalam jaringan psikotropika. Tidak hanya karena pengaruh salah bergaul, TNI juga terkadang melakukan pengedaran narkotika/psikotropika dikarenakan menyangkut masalah ekonomi.

TNI terkadang merasa penghasilan yang mereka dapatkan dari bekerja sebagai TNI tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mereka mengedar atau menjual-belikan psikotropika agar kebutuhan mereka dapat tercukupi.14

Sabu juga dianggap memiliki efek yang mengakibatkan pemakainya tidak mudah lelah, selalu bersemangat dan bisa kuat bekerja hingga berjam-jam hal ini sejalan dengan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap bahan yang dianggapdapat meningkatkan stamina seseorang agar tidak mudah lelah. Itulah kenapa, barang haram ini populer dikalangan pekerja terutama pekerjaan yang memiliki tekanan yang besar seperti pekerja tambang, profesi medis,

11 Effendy, M.. Profesionalisme Militer : Profesionalisasi TNI. UPT Penerbitan Universitas Malang, 2018, hlm. 261

12 Classe, V.. Penjatuhan Sanksi Pidana bagi TNI yang Melakukan Penyalahgunaan Psikotropika.

Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2019, hlm. 1-2.

13 YP, C. H.. Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Anggota Militer Yang Melakukan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Putusan Pengadilan Militer III-13 Madiun Nomor: 09-K/PM. III- 13/Ad/II/2012), 2019, hlm. 1.

14 http://e-journal.uajy.ac.id /11173/1/jurnal.pdf (diakses pada tanggal 12 Desember 2022)

(7)

dan aparat negara. Salah satu keberhasilan tentara Jerman dalam menalukkan Prancis pada Perang Dunia ke II ialah mengonsumsi sabu (berupa zat amphetamine yang dibungkus dengan merek Pervitin) untuk menjaga stamina agar tidak mudah lelah.

Sebab lainnya adalah tekanan pekerjaan menjadi seorang anggota TNI adalah salah satu tugas yang mulia namun tidak dipungkiri seorang anggota TNI memiliki tanggungjawab yang besar dan berat. Belum lagi sistem kerja yang harus patuh dan tunduk terhadap atasan, dan harus siap ditempatkan dimanapun berada dan jauh dari isteri,anak,dan keluarga.

Terkadang anggota militer merasa penat dan kelelahan dalam menjalankan tugasnya akibatnya bisa saja narkoba menjadi salah satu akternatif yang digunakan anggota militer agar tahan bekerja berjam-jam dan tak kenal lelah.15

Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Jenis Psikotropika Yang Dilakukan Anggota Militer.

Istilah psikotropika mulai banyak dipergunakan pada tahun 1971, sejak dikeluarkan Convention on Psikotropic Substance 1971 oleh General Assembly (PBB) yang menempatkan zat-zat tersebut dibawah control internasional. Istilah tersebut muncul karena Single Convention on Narcotic Drug 1961, ternyata tidak memadai untuk menghadapi bermacam-macam drug baru yang muncul dalam peredaran.16

Pengertian Psikotropika secara yuridis dapat dilihat dalam Pasal 1 Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1997. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui penga ruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Asas kepentingan militer menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika di lingkungan militer dengan catatan kepentingan militer harus sejalan dengan kepentingan hukum.17

Terpidana yang dijatuhi pidana pokok berupa pidana penjara dan pidana tambahan berupa pemecatan dari dinas kemiliteran maka setelah putusan tersebut inkra atau memiliki kekuatan hukum tetap maka, pidana penjaranya dilaksanakan di Lembaga

15 Putusan Pengadilan Militer Medan Nomor 80-K/PM-I/AD/VII/2017, Hlm. 9.

16 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana,Penerbit Mandar Maju,2003,Bandung, hlm. 63

17 Bungin, S. S.. Kepentingan Militer dalam Proses Hukum Penyalahguna Narkotika. Journal Peradilan Militer.Vol. 1 No. 4, 2019, hlm. 1-2.

(8)

Pemasyarakatan umum. Jika ada pidana denda yang harus di laksanakan oleh terpidana karena dibarengi dengan subsidiaritas maka diganti dengan pidana penjara.18

Dilingkup militer sendiri pelanggaran yang dilakukan oleh anggota militer diatur dalam Peraturan perundang-undangan seperti KUHP, KUHPM, KUHDM. Anggota TNI yang terbukti melakukan suatu tindak pidana akan diselesaikan di peradilan militer.19 Undang-undang memberikan wewenang terhadap Peradilan Militer sebagai peradilan yang bersifat khusus untuk memeriksa serta mengadili tindak pidana yang dilakukan seorang anggota militer. Selain untuk menindak para anggota militer, lembaga ini juga dimaksudkan sebagai alat kontrol bagi anggota militer dalam menjalankan tugasnya.20

Pengadilan militer ialah pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata, yang berwenang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya berpangkat kapten ke bawah. Akan tet api, dalam proses persidangan di pengadilan militer mengalami sedikit kendala dalam hal pemeriksaan alat bukti saksi yaitu saksi sulit dipanggil untuk memberikan keterangan di pengadilan militer karena saksi tersebut merupakan warga sipil dan sedang menjal ani penahanan sebagai terdakwa di pengadilan negeri. Akibatnya, saksi tersebut tidak dapat hadir untuk dimintai keterangan dan sidang ditunda sampai saksi tersebut selesai menjalani proses persidangan di pengadilan umum.21

Yang dimaksud menggunakan adalah memakai guna/manfaat dari sesuatu dalam hal ini Narkotika Gol. I), sedangkan penyalahgunaan adalah pemakaian Narkotika yang menggunakan tidak sesuai dengan peruntukannya dan digunakan bukan untuk tujuan yang sesuai dengan perudang-undangan melainkan digunakan untuk kepentingan pribadi dantanpa pengawasan dari pihak yang berwenang.22 Manusia merupakan subjek hukum pidana berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang artinya adanya kemampuan berpikir subjek tindak pidana tersebut dapat dilihat dari pidana atau bentuk hukuman yang terdapat dalam pasal-pasal KUHP, yakni penjara,kurungan serta denda.23

Setiap penyalahgunaan disini merupakan setiap orang atau seluruh rakyat Indonesia yang patuh pada peraturan perundang-undangan yang menjadi subjek hukum pidana dan bisa

18 http://e-journal.uajy.ac.id /11173/1/jurnal.pdf (diakses pada tanggal 8 Desember 2022)

19 Ibid

20 Dysmala, E., Penyalahgunaan Narkotika oleh Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam Perspektif Hukum Pidana Militer. Transparansi Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi. 15,202, hlm. 3.

21 http://e-journal.uajy.ac.id/ 11173/1/jurnal.pdf

22 Ibid

23 Prodjodikoro, W. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditma: Bandung, 2003, hlm. 59.

(9)

dimintai pertanggungjawaban atas perilakunya secara hukum sebagaimana yang ditentukan dalam KUHP. Subjek hukum tersebut meliputi semua orang sebagai warga negara Indonesia termasuk yang berstatus Prajurit TNI.24

Hasil penelitian menunjukkan Oditur Militer dalam persidangan mendatangkan terdakwa, ikut dengan data identitasnya dan dibenarkan oleh terdakwa bahwa benar identitas tersebut miliknya, sehingga tidak terjadi error in subject (salah subyek). Lewat pengamatan Majelis Hakim di kala sidang berlangsung, terdakwa dalam kondisi baik jasmani serta rohaninya, dan dapat menjawab serta menjajaki sidang dengan baik. Oleh karena itu terdakwa telah memenuhi ketentuan sebagai subjek hukum dan sanggup mempertanggungjawabkan

25perbuatan yang dilakukannya, danunsur “setiap orang” terpenuhi dalam diri terdakwa.

Selain syarat seseorang dapat dipidana apabila karena perbuatannya,perbuatan yang sifatnya melawan hukum juga harus dipenuhi. Karenaperbuatan melawan hukum terdapat dalam rumusan perundang undangan. Menurut undang-undang tentang narkotika

“penyalahgunaan narkotika” merupakan orang yang mengonsumsi Narkotika tanpa hak ataupun melawan hukum. Ketentuan ini ialah penilaian objektif terhadap perbuatan.Psikotropika merupakan obat/zat alamiah maupun sintetis bukan narkotika,yang berkegunaan psikoaktif melalui pengaruh selektif dalam susunan saraf pusat yang membuat perubahan yang khas pada perilaku dan mental si pengguna.

Dalam Pasal 8 Ayat (1) Undang-undang Narkotika menyebutkan “Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan”, Ayat (2) menyebutkan “Dalam jumlah terbatas,Narkotika Golongan I merupakan narkotika yang paling berbahaya dengan daya adiktifnya sangat tinggi dan hanya dapat digunakan untuk yang berwenang dan dosis yang disarankan”. Heroin, ganja,morfin,opium, dan sebagainya termasuk dalam Narkotika golongan I.26

Pada tanggal 16 April 2018 sekira pukul 10.30 Wib yang didampingi oleh Prada Muhammad Andreansyah beserta beberapa petugas Denpom I/5membawa Terdakwa dan Urine yang telah diambil dan dites oleh petugasDenpom I/5 pada tanggal 14 April 2018 dalam keadaan disegel ke Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Jalan William Iskandar Muda untuk dilakukan pemeriksaan. Kemudian urine Terdakwa tersebut diserahkan ke petugas Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,dan selanjutnya segel urine

24 Ibid

25https://www.dilmiltama.go.id/home/Ejournal/Kepentinganmiliterdalamproseshukum

26 Iriani, D.. Kejahatan Narkoba: Penanggulangan, Pencegahan dan Penerapan Hukuman Mati.

Justicia Islamica, 12(2), 2015, hlm. 306-309.

(10)

tersebut dibuka dihadapan Terdakwa danTerdakwa mengakui urine tersebut adalah miliknya.

Selanjutnya 2 (dua)orang petugas Laboratorium Kesehatan membawa urine Terdakwa ke dalam ruangan laboratorium guna dilakukan pemeriksaan dan hasilnya akan keluar kurang lebih 2 jam. Setelah menunggu sekitar 2 jam petugas menyerahkan hasilnya kepada Lettu Cpm Ridwan, dan merujuk dari test urine yang dikeluarkan oleh Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sumut Nomor : 076/IV/2018 tanggal 16 April 2018 a.n Yoga Nurhidayat dengan hasil menunjukkan POSITIF (+) mengonsumsi zat narkotika yaitu Amphetamine, yang terdaftar dalam Narkotika Golongan I dan selanjutnya.

Tindak pidana merupakan perbuatan dari seseorang yang dari sini lah menjadi titik penghubung dasar dalam pemberian sanksi pidana menurut Sudarto.27 Dalam hal ini Yoga Nurhidayat merupakan prajurit TNI berstatus masih aktif, belum mengakhiri atau diakhiri ikatan dinasnya dan terbukti mengonsumsi barang haram narkotika jenis psikotropika golongan I dalam hal ini Happy Five (Amphetamin) yang dibelinya dari orang yang tidak dikenal di sebuah Diskotik yang bertempat di Medan. Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur kedua“Narkotika Golongan I” sudah terpenuhi.28

Perbuatan manusia yang terumuskan dalam undang-undang, melawan hukum yang patut dipidana dan adanya kesalahan (Van Hamel)29 Bambang Poernomo juga berpendapat bila seseorang melakukan perbuatan melawan hukum dan sesuai dengan rumusan didalam KUHP, belum tentu bisa ia langsung dihukum. Dikarenakan harus dilihat lagi apa yang menjadi kesalahannya.30 Artinya subjek hukum dapat dipidana jika memenuhi 2 kriteria dalam satu keadaan, yakni perbuatan melawan hukum yang merujuk ke suatu tindak pidana serta dapat dipertanggung-jawabkan sebagai kesalahan. Jika 2 kriteria diatas terbukti dan terungkap sewaktu persidangan dan ditambah oleh keyakinan hakim, dan dapat dijadikan penentu suatu vonis pidana. Terdakwa pada tanggal 14 April 2018 sekira pukul 00.30 Wib pergi ke diskotik New Zone di Jalan Wajir Medan, kemudian sekitar pukul 00.40 Wib Terdakwa membeli 1 (satu) butir Narkotika jenis Happy Five dengan harga Rp. 100.000.- (seratus ribu rupiah) dari seseorang yang tidak dikenal. Kemudian Terdakwa langsung mengonsumsinya dengan cara memasukkan kedalam mulut dan dihisap dengan lidah dan

27 Setiawan, A., &Yuspin, W. TindakPidanaNarkotika (Studi tentangPertimbangan Hukum Hakim dalamMemutusPolisisebagaiTerdakwsa di Pengadilan Negeri Boyolali). Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018, hlm. 23

28Https://Www.Dilmiltama.Go.Id/Home/Ejournal/Kepentinganmiliterdalamproseshukum.pdf (diakses pada tanggal 10 Desember 2022)

29 Andi, H.. Asas-asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 88-91

30Poernomo, B. Asas-asas Hukum Pidana, cetakan kelima. Ghalia Indonesia: Jakarta, 1985, hlm. 134

(11)

mendorongnya dengan meminum air mineral. Terdakwa membeli dan mengonsumsi narkotika tersebut atas kehendaknya sendiri dan tidak ada bentuk paksaan, bujukan ataupun rayuan dari pihak manapun.

Jadi, pada dasarnya penyalahgunaan yang terungkap dalam persidangan ialah perbuatan terdakwa sebagai anggota TNI yang melakukan penyalahgunaan narkotika jenis psikotropika untuk dikonsumsi sendiri secara tidak sah (tanpa kewenangan) atau tanpa ijin dari pihak yang berwenang dan melakukan perbuatan melawan hukum sehingga atas perbuatan tersebut terdakwa dapat dinilai dengan penyalahgunaan narkotika.

Sesuai dengan hasil diatas, tindakan terdakwa telah memenuhi semua unsur yang telah dituntutkan Oditur militer kepada terdakwa, yakni terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah atas penyalahgunaan Narkotika Golongan I (Happy Five) yang dikonsumsi secara pribadi dan telah melanggar kode etik militer. Selama persidangan Majelis Hakim tidak menemukan adanya unsur pemaaf dan pembenar dari terdakwa sehingga terdakwa harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya dalam bentuk pidana.31

Dalam Putusan Pengadilan Militer I-02 Medan No: 80-K/PM I-02/AD/VII/2018 yang menyatakan Terdakwa telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Penyalahgunaan Narkotika Gol. I bagi diri sendiri sesuai Pasal 127 Ayat (1) UU Narkotika. Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika adalah unsur setiap orang,dan menyalahgunakan narkotika bagi diri sendiri. Dari unsur-unsur tesebut dijadikan sebagai dasar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Militer untuk menjatuhkan hukuman berupa pidana pokok dan tambahan terhadap Terdakwa.

Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103 mengungkapkan bahwa “wajib menjalani pengobatan/perawatan melalui rehabilitasi bagi korban dan pecandu penyalahgunaan narkotika”. Namun,dalam persidangan terakhir terungkap bahwa Terdakwa terakhir kali mengonsumsi barang haram tersebut pada tanggal 14 April 2018, berarti kurang lebih telah 5 bulan Terdakwa tidak pernah lagi mengonsumsi barang haram tersebut dan tidak ditemukan efek apapun baik ketergantungan pada diri Terdakwa dan masih dalam kondisi sehat dan normal. Sehingga Terdakwa tidak termasuk dalam kategori dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103 UU Narkotika, sehingga Majelis Hakim memutus perkara ini dengan menjatuhkan pidana pokok (penjara) dan tambahan (pemecatan) kepada Terdakwa dan tidak perlu menjalani pengobatan dan rehabilitasi sosial dikarenakan Terdakwa bukanlah seorang pecandu narkoba.

31 https://repository.ar-raniry.ac.id /id/eprint/19014/ (diakses pada tanggal 10 Desember 2022).

(12)

Selain dikarenakan Pasal diatas, alasan yang menjadikan mengapa Terdakwa tidak direhabilitasi walaupun sebagai pengguna ( baru pertama kali menggunakan barang haram ini ) bukan pengedar adalah Surat Telegram Panglima TNI No.ST/398/2009 tanggal 22 Juli 2009 yang selalu menjadi sumber Odmil dalam menuntut anggota militer dalam keterlibatan barang haram ini. Anggota militer yang menjadi oknum penyalahgunaan Narkotika, dapat melakukan rehabilitasi secara mandiri setelah keluar dari penjara sebagai warga sipil biasa.32

Dalam kasus ini, Terdakwa merupakan subjek hukum yang secara sengaja melakukan perbuatan melawan hukum yaitu penyalahgunaan narkotika sehingga dimintai pertanggung- jawabannya secara pidana dan telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan Pasal 127 Ayat (1) UU Narkotika. Penempatan Pasal 127 Ayat (1) UU Narkotika menimbulkan konsekuensi pertanggung-jawaban atas perbuatan Terdakwa yang telah masuk dalam perbuatan melawan hukum. Dasar penjatuhan putusan terhadap Terdakwa juga mensyaratkan adanya pemenuhuan seluruh unsur-unsur dalam tindak pidana tersebut.33

Dari sinilah Hakim kemudian mendapat keyakinan bahwa tindak pidana penyalahgunaan narkotika jenis psikotropika yang dilakukan prajurit (TNI) berdasarkan dakwaan tunggal merujuk pada fakta-fakta hukum dalam persidangan serta barang bukti yang ada, Terdakwa secara sah dan meyakinkan melakukan penyalahgunaan Narkotika jenis Psikotropika Happy Five bagi diri sendiri.

PENUTUP

Pidana tambahan pemecatan dari dinas militer terhadap penyalahguna Narkotika sangat diperlukan karena tuntutan kepentingan militer dalam penegakan hukum sebagaimana telah diuraikan di atas. Namun demikian, perlu juga untuk dipertimbangkan mengenai rehabilitasi medis terhadap para pelaku pasca pemecatan. Dari segi hukum, pecandu atau penyalahguna Narkotika adalah pelaku tindak pidana dan juga sekaligus sebagai korban.

Disebut pelaku tindak pidana karena menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, setiap penyalahguna Narkotika diancam dengan pidana penjara yang bervariasi mulai dari 1 tahun sampai paling lama 4 tahun, tergantung narkotika golongan berapa yang digunakan. Di sisi lain, dalam kondisi tertentu para penyalahguna ini juga didudukkan dan

32 Mhd, N. A., Muhyi, M., & Reine, R. Sanksi Rehabilitasi Bagi Prajurit TNI yang Menjadi Terpidana Penyalahgunaan Narkotika ( Studi Kasus di Pengadilan Militer II-08 Jakarta. Sultan Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum. 1(2)., 2021, Hlm. 76-77

33Maulani, D. G. Analisis Pertanggung-jawaban Pidana dan Dasar Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penodaan Agama Di Indonesia. Fiat Justitia JurnalIlmu Hukum, 7(1), 2019, hlm. 1–12

(13)

dipandang sebagai korban peredaran gelap narkotika yang wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Dua sisi ini harus menjadi perhatian dalam penegakan hukum di TNI agar tujuan dari pemidanaan dapat tercapai.

Dalam praktek selama ini, sebagian Prajurit TNI yang dipecat dari dinas militer karena menyalahgunakan narkotika tidak ditindaklanjuti dengan rehabilitasi medis sehingga mereka kembali ke masyarakat masih dalam kondisi tidak normal, belum pulih dari ketergantungan narkotika. Praktek seperti ini tidak sejalan dengan tujuan pemidanaan jaman sekarang yang lebih bertujuan agar Terdakwa menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Prajurit TNI yang dipecat dari dinas militer dan dibiarkan terjun bebas ke masyarakat dalam kondisi masih ketergantungan narkotika tanpa adanya pengawasan dan pengendalian dari otoritas TNI akan sangat membahayakan karena mereka memiliki keahlian-keahlian khusus yang didapatkan pada saat masih berdinas aktif. Pecatan TNI ini dapat direkrut untuk bergabung dengan para Bandar atau pengedar narkotika dan keahliannya dimanfaatkan untuk mendukung bisnis haram mereka.

Demi menegakkan asas kepentingan militer dalam penegakan hukum, Prajurit TNI yang terbukti sebagai penyalahguna narotika harus dipecat dari dinas militer untuk menjaga tetap tegaknya disiplin, kewibawaan hukum dan kesiapsiagaan satuan namun tindakan pemecatan tersebut harus ditindaklanjuti dengan upaya rehabilitasi medis. Tindakan rehabilitasi ini juga sejalan dengan sejumlah Putusan Mahkamah Agung RI yang memerintahkan rehabilitasi terhadap Prajurit TNI penyalahguna narkotika. Lebih konkritnya, dalam hal hakim menjatuhkan pidana tambahan berupa pemecatan dari dinas militer kepada Prajurit yang masih dalam kondisi ketergantungan narkotika, dalam amar putusan juga harus memuat perintah untuk dilakukan tindakan hukum berupa rehabilitasi atas diri terdakwa dengan menunjuk secara tegas dan jelas tempat rehabilitasi yang terdekat dan menetapkan lamanya waktu menjalani rehabilitasi tersebut.

Untuk menindaklanjuti proses rehabilitasi sebagaimana tertuang dalam rekomendasi pertama, TNI perlu membangun sebuah pusat rehabilitasi medis untuk memulihkan kondisi kesehatan dan kejiwaan Prajurit TNI yang telah dipecat agar pada saat dikembalikan ke masyarakat, mereka telah benar-benar siap dan dapat melanjutkan kehidupan dan pengabdian di luar TNI. Hal ini perlu dilakukan mengingat panti rehabilitasi yang ada saat ini masih sangat kurang sementara kebutuhan rehabilitasi dari tahun ke tahun semakin meningkat.

(14)

Pembangunan pusat rehabilitasi narkotika TNI ini juga sebagai wujud dukungan terhadap program pemerintah untuk menyukseskan gerakan rehabilitasi masif yang menjadi target nasional. Selain itu, juga untuk menghindari kesan bahwa TNI cuci tangan terhadap Prajuritnya yang terlibat narkotika. Setidaknya, dengan langkah tersebut, ada suatu bentuk tanggung jawab TNI untuk memulihkan kondisi prajurit penyalahguna narkotika dan mengantar mereka melewati fase transisi sebelum dikembalikan ke masyarakat sehingga tidak menjadi beban otoritas sipil.

Pemberantasan narkotika di lingkungan TNI harus melibatkan berbagai pihak. TNI harus terbuka dan bisa bekerjasama dengan Kepolisian, BNN dan institusi terkait lainnya karena tidak tertutup kemungkinan Para pelaku kejahatan Narkotika yang berasal dari unsur TNI bekerja sama dengan masyarakat sipil. Dengan adanya sinergitas antar insitusi, akan lebih memudahkan untuk membongkar sindikat peredaran narkotika yang semakin marak terjadi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Andi, H.. 2008 “Asas-asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta

Effendy,M (2018) “Profesionalisme Militer : Profesionalisasi TNI”, UPT Penerbitan Universitas Malang

Gilang Fajar (2018) “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana NARKOTIKA New Psychoactive Subtances Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol.1,No.1

M.Wresniwiro (2019) “Masalah Narkotika, Psikotropika, dan Obat Berbahaya”, Yayasan Mitra Bintibmas, Jakarta

Prodjodikoro,W. (2018) “Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia”, Refika Aditama, Bandung Setiawan A. & Yuspin W. (2018) “Tindak Pidana Narkotika (Studi tentangPertimbangan

Hukum Hakim dalam Memutus Polisi sebagai Terdakwa di Pengadilan Negeri Boyolali), Universitas Muhammadiyah Surakarta

YP.C.H (2019) “Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Anggota Militer Yang Melakukan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba”, Studi Putusan Pengadilan Militer III- 13 Madiun Nomor: 09-K/PM. III- 13/Ad/II/2012

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

(15)

Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 tentang Narkotika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Militer (KUHAPM)

Putusan Pengadilan Militer Medan Nomor 124-K/PMI-I/BDG/AD/X/2018 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotopika.

Jurnal

Bungin,S.S (2019) “Kepentingan Militer dalam Proses Hukum Penyalahguna Narkotika”

Journal Peradilan Militer, Vol.1, No.4.

Classe, V.(2019) “Penjatuhan Sanksi Pidana Bagi TNI Yang Melakukan Penyalahgunaan Psikotropika”, Jurnal Universitas Atma Jaya, Yogyakarta,Edisi I

Dysmala,(2021) “Penyalahgunaan Narkotika oleh Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam Perspektif Hukum Pidana Militer”, Jurnal Transparansi Ilmiah Ilmu Administrasi

E.Indra & Aji.T (2021) “Penegakan Hukum Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Pihak Berwajib (Kepolisian Maupun Anggota Militer” Jurnal Ilmu Hukum “THE JURIS”. V(2)

Herindastri (2018) “Tantangan Indonesia dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba”, Jurnal Hubungan Internasional, Vol.7

Iriani,D (2017) “Kejahatan Narkoba: Penanggulangan, Pencegahan dan Penerapan Hukuman Mati”, Jurnal Justicia Islamica, Vol.12

Maulani, D.G (2019) “Analisis Pertanggung-jawaban Pidana dan Dasar Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penodaan Agama Di Indonesia”, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum,Vol.7 (1)

Mhd.N.A.Muhyi (2021) “Sanksi Rehabilitasi Bagi Prajurit TNI yang Menjadi Terpidana Penyalahgunaan Narkotika ( Studi Kasus di Pengadilan Militer II-08 Jakarta) Jurnal Riset Ilmu Hukum, Vol.2(1)

Wenda, H. (2018) Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Narkotika dan Obat-obat Terlarang Dalam Era Perdagangan Bebas Internasional Yang Berdampak Pada Keamanan dan Kedaulatan Negara”, Jurnal Legislasi Indonesia,Vol.14, No.1

Internet

Https://Www.Idntimes.Com/News/Indonesia/Indianamalia/Akibat%09narkobapotensikerugia nekonomi- Capai-744-Triliun/Full. 2018

Http://E-Journal.Uajy.Ac.Id /11173/1/Jurnal.Pdf

(16)

Https://Tirto.Id/Anggaran-Bnn- Meningkat-Tersangka-Narkoba-Pun Meningkat-Cty92 Http://E-Journal.Uajy.Ac.Id/ 11173/1/Jurnal.Pdf/Peradilan Militer Tentang Narkotika

Http://E-Journal.Uajy.Ac.Id /11173/1/Jurnal.Pdf (Diakses Pada Tanggal 12 Desember 2022) Putusan Pengadilan Militer Medan Nomor 80-K/Pm-I/Ad/Vii/2017

s

Https://Www.Dilmiltama.Go.Id/Home/Ejournal/Kepentinganmiliterdalamproseshukum.Pdf Https://Repository.Ar-Raniry.Ac.Id /Id/Eprint/19014/

Https://Lso-Pukash.Umm.Ac.Id/Id/ Pages/Detail/Departemen-Keilmuan/Konsepsi- Pengaturan-Uu-Narkotika-dan-uu-psikotropika-bahaya-penyalahgunaan-narkoba- narkotika-dan-obatobatan-terlarang.html

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penyebaran angket siswa, penelitian pertama dilakukan 20 siswa dari hasil angket yang diberikan oleh peneliti, mereka memnutuhkan bahan