• Tidak ada hasil yang ditemukan

tindak tutur ekspresif pujian dan celaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "tindak tutur ekspresif pujian dan celaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

132

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PUJIAN DAN CELAAN

TERHADAP PEJABAT NEGARA DI MEDIA SOSIAL (SPEECH ACTS OF PRAISE AND MOCKERY EXPRESSIONS TOWARDS STATE

OFFICIALS THROUGH SOCIAL MEDIA)

Riky Marliadi

SMA Negeri 11 Banjarmasin, JL. AMD Sungai Andai No.8, e-mail [email protected]

Abstract

Speech Acts of Praise and Mockery Expressions towards State Officials through Social Media. This research was conducted with the aim of describing the forms and funcion of speech acts praise and mockery expressions in Twitter, Instagram, and Facebook. The design of this research used descriptive research with qualitatve approach. The sources oh the data of this research were from the result of observation in a social media twitter, instagram, and facebook. The forms categorized into praises in terms of the most frequent speakers encountered are praises with the forms of interjection, praise of God, comparing, appreciating, showing off objects, and joking. Mockery expressions are in terms of speakers found through social media which are often found in praises with apophasis, unuendo, irony, and sarcasm. In addition to aspects in the field of government, the object of praises and mockery are: physical, religious, moral, mental, popularity, and integrity conditions.

Key words: speech acts, praise expressions, mockery expressions

Abstrak

Tindak Tutur Ekspresif Pujian dan Celaan terhadap Pejabat Negara di Media Sosial. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur ekspresif pujian dan celaan di media twitter, instagram dan facebook. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini berasal dari kumpulan data dari mengobservasi media sosial twitter, instagram, dan facebook. Bentuk-bentuk dikategorikan menjadi pujian dari segi penutur yang terdapat dalam media sosial yang banyak ditemui adalah pujian dengan bentuk interjeksi, pujian kepada tuhan, membandingkan, mengapresiasi, membanggakan objek, dan kelakar. Tindak tutur celaan dari segi penutur yang terdapat dalam media sosial yang banyak ditemui adalah pujian dengan bentuk apofasis, unuendo, ironi, dan sarkasme. Selain aspek dibidang pemerintahan, yang menjadi objek pujian dan celaan, yaitu kondisi fisik, religi, moral, mental, popularitas, dan integritas. Selain aspek dibidang pemerintahan, yang menjadi objek pujian dan celaan, yaitu kondisi fisik, religi, moral, mental, popularitas, dan integritas.

Kata-kata kunci: tindak tutur, ekspresif pujian, ekspresif celaan

(2)

133

PENDAHULUAN

Media sosial memberikan sarana bagi penggunanya untuk menyampaikan pikiran dan opini dalam kegiatan berdemokrasi. Bentuknya yang tidak terbatas menjadi perhatian masyarakat dengan segala bentuk isu sehingga sampai kepada para pemimpin negara.

Manusia sebagai makhluk sosial sering menggunakan berbagai macam tindak tutur, salah satunya tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif dalam tuturan dapat berupa ucapan terimakasih, permintaan maaf, ucapan selamat, pujian, celaan dan lain-lain.

Pujian merupakan tuturan yang diujarkan oleh seseorang untuk mengapresiasi seseorang atas hasil yang diperolehnya. Namun, pujian juga bisa dimanfaatkan oleh seorang untuk mengkritik dan menyinggung tergantung konteks dan situasinya. Celaan bisa timbul karena adanya situasi yang tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan sehingga menimbulkan respon untuk menilai hasil yang diperoleh. Prekteknya celaan juga tidak hanya menyatakan hal yang tidak baik. Celaan juga bisa bertujuan untuk memberikan kritik positif yang membangun.

Kenyataannya, kata pujian dan celaan kerap sekali dilontarkan oleh individu atau kelompok secara luas. Ramainya penggunaan pujian dan celaan sering kita baca dan simak di media sosial. Dari berbagai konteks dan situasi yang sedang bergejolak di masyarakat media sosial sebagai perantaranya mengakibatkan informasi yang disampaikan cepat menyebar.

Media sosial akhir-akhir ini sedang berpengaruh kedalam dunia politik sehingga dapat mempengaruhi jalannya suatu negara. Contohnya, kasus mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang melengser di jabatannya selesai sebelum masa kerjanya habis dan gagal dalam Pilkada Gubernur Jakarta periode 2017-2022. Hal tersebut terjadi akibat tersebarnya video ujaran penistaan agama yang dilontarkannya di media sosial Youtube.

Tulisan dan ujaran tentang pejabat negara cukup banyak dituai oleh warganet baik secara individu atau kelompok. Di dalam tulisan dan tuturan tersebut juga terdapat menuai pujiaan dan celaan. Pujian dan celaan yang hadir juga bisa berpengaruh terhadap pemerintan dan masyarakat pada umumnya. Kerap kali tulisan dan tuturan hadir secara sengaja maupun tidak sengaja menghadirkan kontroversi.

Masyarakat dunia di zaman sekarang ini tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan aplikasi-aplikasi media sosial. Salah satu penyebab media sosial (medsos) terus berkembang adalah karena kekuatan informasi, komunikasi, dan interaksi sosial yang tersaji di dalamnya.

Hadirnya aplikasi-aplikasi media sosial berbasis internet bermula dari buah hasil inisiatif dan kekreatifitasan untuk menghubungkan orang-orang yang ada di dunia dengan keragaman latar belakang sosial, budaya, suku, dan agama tanpa adanya hambatan.

Hadirnya media sosial dapat memudahkan para penggunanya untuk menyampaikan berbagai ide, saran, kritik, pandangan, aktivitas, informasi, dan minat baik antarindividu atau kelompok. Dampak yang dihasilkan dari media sosial akan berpengaruh terhadap kemajuan politik, ekonomi, sosial dan demokrasi disuatu negara. Media sosial yang bebas membuat semua orang bisa ikut andil besar dalam pergerakan suatu komunitas untuk memengaruhi dan menyusun sebuah gerakan hanya melalui tuturan atau tulisan yang dia sebarkan melalui media sosial. Para pengguna yang kerap menggunakan media sosial dinamakan dengan sebutan warganet.

Nasrullah (2016: 11) Media sosial merupakan media internet yang memungkinkan penggunanya untuk menyampaikan tentang dirinya, maupun berinteraksi, bekerja sama,

(3)

134

berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

Media sosial menghasilkan sebuah wadah pengguna untuk melaksanakan kegiatan interaksi sosial yang memungkinkan untuk berbagi, berkomunikasi, bekerjasama, dan bermain.

Eriyanto (2006: 36) mengemukakan bahwa media pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, di mana semua pihak dan kepentingan dapat menyampaikan posisi dan pandangannya secara bebas. Pandangan ini ditantang oleh kaum kritis, mereka melihat media bukan hanya alat dari kelompok dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan. Media sosial kerap digunakan individu maupun kelompok untuk mengungkapkan ekspresi baik untuk keperluan pribadi maupun secara komersil. Dalam praktek dengan hadirnya kebebasan mengungkapan pendapat dan terus berkembangnya teknologi penunjang media sosial maka ujaran-ujaran terpuji maupun tidak terpuji sering mencuat setiap harinya.

Dengan berbagai macam latar belakang penggunanya sehingga menghasilkan gejolak yang berkembang.

Mardikayah dan Noortyani (2013: 80) dalam tulisannya menyebutkan tindak tutur merupakan suatu perbuatan tutur yang mengacu terhadap makna dan arti dari ucapan yang dimaksudkan oleh si penutur, tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur itu sendiri dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur memuat keterkaitan antara makna tuturan dengan gejala dari hasil tuturan dari penutur. Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mengkaji tentang tuturan-tuturan yang berhubungan dengan perasaan atau ekspresi penutur kepada mitra tutur. Yule (2006: 93) mendefinisikan tindak tutur ekspresif sebagai tindak yang dimanfaatkan untuk menyatakan perasaan yang dirasakan oleh penutur. Dalam menggunakan tindak tutur ini, penutur menyesuaikan antara kata-kata yang diucapkan dengan perasaan yang sedang dialaminya. Lebih lanjut, menurut Searle dalam Tarigan (2009: 43) mengatakan tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis penutur menuju suatu pernyataan keadaan yang telah diperkirakan oleh ilokusi.

Memberikan pujian merupakan sebuah kebiasaan di masyarakat khususnya di Indonesia sebagai bentuk keakraban dan memperdekat hubungan antarindividu. Pujian merupakan pemberian ungkapan perasaan untuk menyanjung seseorang. Pujian bisa diberi nama lain yang kurang baik, yakni ‘rayuan’ biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus.

Celaan merupakan tindak kekerasan yang tidak mengarah ke fisik melainkan kebagian mental dan psikologis seseorang. Celaan merupakan perbuatan untuk menjatuhkan rasa hormat baik kepada diri sendiri atapun kepada orang lain. Seperti yang disampaikan Austin dalam Leech (1993), ketika seseorang menyampaikan sesuatu, ia juga memiliki tujuan tertentu. Tindakan yang dilakukan tersebut merupakan tindakan secara verbal, yaitu dengan kata-kata. Tuturan yang memuat tentang penghinaan membuat seseorang menjadi cemas atau kurang nyaman sehingga tidak hanya sebagai bentuk verbal melainkan sudah ke dalam tindakan penghinaan. Tindak penghinaan bisa diwujudkan dalam bentuk memaki, membentak, mengancam, menghujat, mengejek, melecehkan, menjelek-jelekkan, mengusir, memfitnah, menyudutkan, mendiskriminasi, mengintimidasi, menakutnakuti, memaksa, menghasut, dan membuat orang lain malu.

(4)

135

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi dan suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu sekarang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena data yang diteliti bukan berupa angka melainkan data tersebut berasal dari naskah transkrip, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, interpretatif, konstruktivitas, naturalistik-etnografik, pendekatan fenomenologis dan penelitian dengan pola pencarian dari dalam.

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan metode observasi. Pada penelitan ini peneliti mengobservasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh para pengguna media sosial di twitter, instagram, dan facebook. Peneliti bisa disebut sebagai observer.

Dalam kegiatan pengumpulan data peneliti melakukan beberapa tahapan pelaksanaan observasi, yaitu sebagai berikut. Langkah pertama, pemilihan tuturan menyesuaikan dengan kajian yang dibahas. Kedua, Mengidentifikasi tindak tutur (ekspresif). Ketiga, Mengidentifikasi makna tuturan berdasarkan tindak tutur ekspresif pujian dan hinaan.

Keempat, mengklasifikasian tindak tuturan ekspresif pujian dan hinaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan membahas bentuk pujian yang tersaji dalam media sosial, yaitu memuji dengan interjeksi, memuji dengan pujian kepada Tuhan, memuji dengan bertanya, memuji dengan membandingkan, memuji dengan mengapresiasi, memuji dengan membanggakan tokoh yang dipuji, celaan dengan Apofasi, Celaan dengan Inuendo, Celaan dengan Ironi dan Celaan dengan Sarkasme.

Pujian dengan Interjeksi

Memuji dengan interjeksi merupakan pujian yang diutarakan secara langsung dari penutur. Interjeksi memuat ketegasan atas dasar pengutaraan hati penutur tanpa adanya tambahan ataupun pengurangan. Interjeksi merupakan pengungkapan rasa takjub, sedih, senang, bingung, biasanya menggunakan kata-kata tertentu selain kalimat yang mengandung pokok yang dimaksud.

Mentri lingkungan hdp: “Reklamasi teluk Jakarta, bukan hanya di hentikan sementara, tapi harus dibatalkan”... wow keren

Konteks: tuturan diutarakan oleh akun @2019gantipresidenbaru yang memberikan pujian kepada Mentri Lingkungan Hidup.

Pada tuturan di atas merupakan tindak tutur ekpresif dengan bentuk pujian. Tuturan di atas memuat kutipan tuturan dari Mentri Lingkungan Hidup. Sehingga tuturan pujian yang dituturkan penutur secara langsung hadir pada akhir tulisan yang memuat kata wow keren, kata wow memberikan kesan nada pada tuturan yang memiliki makna terkejut atau takjub, hal tersebut terkait respon penutur terhadap tuturan Mentri Lingkungan Hidup yang kemudian dia

(5)

136

kutip sebagai rujukan memberikan pujian. Pada data tersebut penutur pujian yang utarakan terdapat pada kata keren, kata keren memiliki arti tampak gagah dan habat.

Pujian Mengandung Pujian Kepada Tuhan.

Dalam memberikan pujian ada juga beberapa yang memuat pujian kepada Tuhan.

Pujian kepada tuhan tidak bisa terlepas dari sifat religi yang dimiliki oleh manusia. Semakin religius seseorang maka semakin sering pengucapan kata yang berkaitan dengan pujian-pujian kepada tuhan diutarakan. Pujian kepada Tuhan seperti penggunaan kata Masya Allah, Puji Tuhan, Ya Allah, dan Subhanallah. Masyarakat muslim sering menggunakan kata Ya Allah dan Subhanaallah sebagai bentuk kekaguman terhadap seseorang atau peristiwa. Kaitannya terhadap pujian digunakan sebagai pengekspresian bentuk penghargaan, dan mengaitkan bahwa hasil dari pencapaian yang diperoleh berasal dari kehendak Tuhan. Indonesia dikenal sebagai negara mayoritas muslim, dalam setiap pengucapan selalu terdengar ucapan kata-kata pujian kepada Tuhan.

Masyaallah.. sambutan yg luar biasa warga kalimantan kepada Presiden Jokowi di rumah adat dayak.

29_12_2017

Pak Jokowi adalah sosok yg rendah diri, mengerti akan orang lain.

Konteks: pengguna akun twitter dengan nama @Namaku_Mei membagikan postingan video Presiden Joko Widodo di Kalimantan.

Tuturan [7] di atas, merupakan tindak tutur pujian dengan pujian kepada tuhan. Tuturan ditulis oleh warganet saat kedatangan JW di kalimantan. Pada tuturan tersebut tulisan warga kalimantan tidak dijelaskan secara lebih jelas daerah kunjungan tokoh JW pada saat itu.

Pujian mengandung pujian kepada tuhan ditunjukkan pada penggunaan Kata Masyaallah, tuturan [7] sebagai penunjuk ekspresi memberikan pujian dengan memuat rasa kagum kepada Tuhan. Masyaallah memiliki makna kekaguman atas suatu peristiwa dan kembali mengingat karena semua adalah ciptaan Allah. Kekaguman yang dimaksudkan oleh penutur adalah situasi ketika JW tiba di sebuah rumah adat Dayak dengan sambutan yang meriah dari warga sekitar. Sehingga hal tersebut membuat penutur menjadi tertarik terhadap situasi tersebut dan pada akhirnya menuturkan kata masyaallah. Selain menunjukkan rasa kagum penutur juga berusaha menambahkan gambaran sosok JW pada akhir kalimat kirimannya, ditunjukkan dengan kata Pak Jokowi adalah sosok yg rendah diri, mengerti akan orang lain. Selain memberikan caption pada kiriman tersebut penutur juga menambah potongan video ketika JW baru tiba di rumah adat dayak Kalimantan dan telah disaksikan sebanyak 813 penayangan.

Pujian dengan Membandingkan

Membandingkan meruapakan kegiatan mengaitkan suatu perbedaan dalam dua hal atau lebih. Perbandingan dapat digunakan sebagai bentuk pujian terhadap orang lain.

Biasanya pujian dengan membandingkan ditunjukan untuk memberikan rasa kagum penutur kepada mitra tutur yang memiliki keunggulan yang lebih pada objek yang dibandingkan.

Memuji dengan membandingkan tersaji dalam bentuk kalimat deklaratif. Kata perbandingan yang sering muncul yaitu meskipun, seperti, dari pada, lebih baik, dan dibandingkan.

(6)

137

ini juga penerus perjuangan Ibu Kartini yg hebat minim gelar tapi punya pemikiran yg hebat sederhana

Pande menempatkan dirinya

Waktu jadi mentri seperti apa waktu jadi ibu seperti apa

Terus pertahankan kebranianmu bu untuk tenggelamkan kapal mlng ik Konteks: pengguna twitter dengan akun @kopral1224 membalas kiriman @Nonn_Rbumi_Pras dengan menampilkan gambar tokoh Mentri Kelautan Susi Pujiastuti.

Tuturan [16] termasuk tindak tutur ekspresif pujian dengan bentuk membandingkan. Penutur mencoba membandingkan SP dengan para posisinya ketika menjadi seorang mentri dan seorang ibu. Penutur berusaha melontarkan pujian kepada dari SP terlihat pada tuturan ini juga penerus perjuangan Ibu Kartini yang hebat minim gelar tapi punya pemikiran yang hebat sederhana, pada tuturan tersebut penutur juga membandingkan kemampuan akademik dengan kecerdasan yang dimiliki oleh tokoh SP. Dengan hadirnya kalimat tersebut sangat tampak penutur memberikan pujiannya kepada tokoh SP. Unsur kata seperti merupakan salah satu penanda sebuah perbandingan. Pada perbandingan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk memberikan pujian kepada SP atas keberhasilannya membuka menjadi seorang menteri sekaligus seorang ibu meskipun berlatar belakang minim gelar.

Pujian dengan Kelakar

Kelakar biasanya dituturkan dalam kegiatan santai. Penutur dan mitra tutur dalam kaitannya saling mengenal atau akrab. Leech (1993: 228) memaparkan kelakar ditujuan untuk menunjukkan solidaritas atau kedekatan kepada seseorang dengan paparan yang tidak benar sesuai dengan kenyataan dan tidak sopan. Memuji dengan kelakar juga bisa dituturkan dengan tulisan, seperti yang dituturkan para pengguna media sosial di facebook, twitter, dan instagram sebagai berikut.

bangga memiliki Presiden yg merakyat rendah hati dan dialah @jokowi si kurus yg ndeso kerjanya gesit dan nda neko neko, otaknya cerdas dan kerjanya lurus, korupsi diberangus.

Konteks: akun twitter dengan nama pemilik Nia Ratmadja membalas kiriman @prasty13.

Data pada data merupakan tindak tutur ekpresif pujian dengan bentuk kelakar. Penutur menunjukkan rasa ketidak senangan dengan tuturan yang menjelekkan seseorang yang sebenaranya berbanding terbalik dengan maksud penutur. Dalam tuturan tersebut penutur menunjukkan rasa tidak senangnya karena kinerja dari seorang JW yang dinilai cepat dan cerdas. Makna sarkasme terdapat pada kata @jokowi si kurus yg ndeso, dalam tuturan tersebut penutur menggunakan kata-kata yang kurang sopan merujuk kepada fisik JW. Tuturan tersebut dianggap kurang sopan karena penutur mengucapkannya kepada seorang Presiden dan posisi penutur yang bukan orang dekat dari objek tokoh yang di puji. Selain pada kata si kurus kata ndeso juga sebagai tuturan yang dianggap kurang sopan. Karena, kata ndeso

(7)

138

diidentikan dengan orang kampung. Kata ndeso memiliki makna orang yang tidak berpendidikan, bukan orang kaya, dan bukan bukan dari golongan elit. Berdasarkan paparan dari penutur, penutur berusaha untuk memberikan pujian ditunjukkan dengan adanya kata bangga memiliki Presiden yang merakyat kata bangga pada tuturan menunjukkan perasaan dari penutur yang berarti merasa besar hati kepada JW. Pada tuturan tersebut penutur juga mengutarakan dasar dari dirnya memberikan pujian kepada JW ditunjukkan dengan tuturan kerjanya gesit dan nda neko-neko. Kata gesit memiliki makna cepat bergerak yang mengindikasikan seorang tokoh JW yang cepat dalam melaksanakan pekerjaannya, selanjutnya kata neko-neko memiliki arti tidak pilih-pilih, dimaksud tidak pilh-pilih adalah karakter JW yang bisa menyesuaikan dirnya dimanapun dia berada. Tuturan di atas berfungsi sebagai pengungkapan perasaan penutur tentang kebesaran hatinya sekaligus bentuk pujiannya kepada JW.

Celaan dengan Apofasis

Apofasis merupakan merupakan bentuk sindiran untuk memberikaan celaan kepada orang lain dengan pemberian penegasan yang berbalik dengan maksud yang dituju, tetapi menyangkalnya kembali dan menyatakan sebaliknya. Pada tuturan ekspresif celaan dengan bentuk apofasis juga dapat ditemui. Berdasarkan data yang telah ditemui, ditemukan data sebagai berikut.

Sebenarnya ya, w ga masalah pejabat negara tuh mau rambutnya gondrong kek, tatoan kek, pake docmart kek. Tapi mbok ya... jangan gini-gini amat, plus karetnya itu lho.

Konteks: Falla Adinda dalam akun twitternya (@falla_adinda) memuat tulisan atas respon dirinya menyaksikan penampilan salah satu pejabat negara (Sigit Purnomo) di salah satu stasiun televisi.

Berdasarkan jenisnya tindak tutur yang digunakan pada tuturan [29] di atas merupakan tindak ekspresif celaan jenis apofasis. Dikatakan sebagai tindak celaan dengan apofasis karena pada tuturan tersebut, penutur berusaha menyindir atau mencela salah satu artis yang menjabat sebagai seorang wakil bupati yang pada saat itu tampil pada acara televisi dengan mengenakan pakaian dinas dan tampilan rambut yang dikuncir. Sementara itu, unsur apofasis dalam tindak tutur tersebut terdapat pada kata jangan gini-gini amat. Berdasarkan konteks pada tuturan tersebut kata jangan gini-gini amat merujuk pada penampilan gaya rambut dari P yang tidak menggambarkan seorang pejabat negara melainkan seorang vokalis band mengingat profesi P yang dulunya adalah seorang vokalis band. Sementara itu, makna jangan merupakan kata sanggahan yang dianggap melarang, padahal pada awal tuturan penutur menyatakan tidak masalah dengan tampilan pejabat yang rambutnya gondrong dan tatoan ditujukan dengan kata sebenranya w ga maslah pejabat negara tuh mau rambutnya gondrong kek, tatoan kek.

Celaan dengan Ironi

Ironi merupakan bentuk sindiran dengan bentuk memberikan pernyataan dengan mengatakan yang sebaliknya. Berdasarkan data yang terkumpul di beberapa media sosial ditemukan data sebagai berikut.

(8)

139 Berharaplah yang terbaik buat bangsa, Mbak Puan Maharani sudah

berdedikasi sebagai wakil rakyat sebagai eksekutif dan berpotensi sbg pemimpin besar wanita Indonesia. Hasil kerja nyatam dan pandai dalam memperkuat soliditas bangsa.... tiba2 saya ditimpuk, kerena neglindur!!!

Konteks: Freddy Indrawan dengan akun twitter (FreddyIndwan) membalas kiriman @Ronin1948 tentang Mentri Puan Maharani

Berdasarkan jenisnya, tuturan yang terdapat pada bagian [37] merupakan tindak tutur ekspresif bentuk celaan. Dikatakan tindak tutur ekspresif celaan, karena dalam tuturan tersebut memuat sindiran dengan bentuk Ironi. Hal tersebut terdapat pada awal tuturan yang memuat harapan kepada tokoh PM dengan kutipan sebagai berikut mbak Puan Maharani sudah berdedikasi sebagai wakil rakyat, sebagai eksekutif dan berpotensi sbg pemimpin besar sebagai pemimpin negara, tuturan tersebut berfungsi memberikan pernyataan pada mitra tutur untuk menyatakan Tokoh Puan adalah calon pemimpin besar ditujukan dengan kata berpotensi yang berarti kemampuannya saat menjabat sebagai wakil rakyat yang memiliki potensi yang baik. Tuturan yang dimuat sebagai bentuk sindiran hadir pada akhir teks dengan kutipan sebagai berikut tiba2 saya ditimpuk, karena ngelindur!!! Kata ngelindur memiliki arti mengigau di mana tuturan tersebut bertujuan untuk menyanggah tuturan sebelumnya yang mengatakan tokoh PM adalah seseorang yang memiliki potensi. Kata ngelindur ditujukan untuk mengatakan kebalikan dari tuturan sebelumnya yang berarti tuturannya hanyalah sebuah kata-kata tanpa sadar dan bukan yang sebenarnya.

Celaan dengan Apofasis.

Apofasis merupakan merupakan bentuk sindiran untuk memberikaan celaan kepada orang lain dengan pemberian penegasan yang berbalik dengan maksud yang dituju, tetapi menyangkalnya kembali dan menyatakan sebaliknya. Pada tuturan ekspresif celaan dengan bentuk apofasis juga dapat ditemui. Berdasarkan data yang telah ditemui, ditemukan data sebagai berikut.

Sebenarnya ya, w ga masalah pejabat negara tuh mau rambutnya gondrong kek, tatoan kek, pake docmart kek. Tapi mbok ya... jangan gini-gini amat, plus karetnya itu lho.

Konteks: Falla Adinda dalam akun twitternya (@falla_adinda) memuat tulisan atas respon dirinya menyaksikan penampilan salah satu pejabat negara (Sigit Purnomo) di salah satu stasiun televisi.

Berdasarkan jenisnya tindak tutur yang digunakan pada tuturan di atas merupakan tindak tutur ekspresif celaan. Dikatakan sebagai tindak celaan dengan apofasis karena pada tuturan tersebut, penutur berusaha menyindir atau mencela salah satu artis yang menjabat sebagai seorang wakil bupati yang pada saat itu tampil pada acara televisi dengan mengenakan pakaian dinas dan tampilan rambut yang dikuncir. Sementara itu, unsur apofasis dalam tindak tutur tersebut terdapat pada kata jangan gini-gini amat. Berdasarkan konteks pada tuturan tersebut kata jangan gini-gini amat merujuk pada penampilan gaya rambut dari pejabat tersebut yang tidak menggambarkan seorang pejabat negara melainkan seperti seorang vokalis

(9)

140

band mengingat profesi Pasha yang dulunya adalah seorang vokalis band Ungu. Sementara itu, makna jangan merupakan kata sanggahan yang dianggap melarang, padahal pada awal tuturan penutur menyatakan tidak masalah dengan tampilan pejabat yang rambutnya gondrong dan tatoan ditujukan dengan kata sebenranya w ga maslah pejabat negara tuh mau rambutnya gondrong kek, tatoan kek.

Celaan dengan Sarkasme.

Sarkasme merupakan pemakaian tuturan dengan bahasa yang kasar. Bahasa kasar uang dituturkan oleh pengguna media sosial di masyarkat, bermaksud untuk memberikan kritik atau sindiran dan mngungkapkan rasa ketidak senangan terhadap sesuatu, biasanya yang menjadi objek celaan masyarakat yang berada di media sosial adalah para pejabat negara.

DPRD menilai 100 hari Duo Asu gagal, dan menasehatinya supaya mereka berguru ke Ahok.

Gagalnya Duo ASU mmg sdh diduga dan ini masih belum klimax, Jakarta akan tambah kacau, rusuh, dan kumuh..

Konteks: akun istagram @otaksehat membagikan kiriman tulisan yang ditulis oleh Sjamsu Drajad.

Berkenaan dengan tuturan di atas, juga digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif. Dalam hal ini, tindak tutur memiliki fungsi sebagai celaan dan menggungkapkan rasa tidak senang.

Tuturan tersebut berfungsi sebagai penghinaan dan menjatuhkan reputasi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Ada pun tindak tutur sarkasme terdapat pada kalimat DPRD menilai 100 hari Duo Asu Gagal, lebih teptanya terdapat pada kata Asu. Kata Asu pada tuturan di atas bila diartikan dari bahasa Jawa memiliki arti anjing yang biasanya digunakan untuk menghina orang. Namun, oleh warganet kata Asu merupakan plesetan dari singkatan Anies Sandiaga Uno (ASU).

Pada tuturan berfungsi untuk mencela AB dan SU dalam masa jabatannya selama selama 100 hari yang masih dianggap kurang berhasil dibandingkan dengan masa kerja A pada masa jabatannya sebagai Gubernur terdapat pada tuturan supaya mereka berguru kepada Ahok. Selain kata Asu, kata yang menunjukkan unsur sarkasme juga terdapat pada kalimat Jakarta akan tambah kacau, rusuh, dan kumuh. Kata kacau, rusuh dan kumuh memiliki makna yang menggabarkan situasi Jakarta yang tidak tertata dan tidak terkendali. Kata - tambah mengindikasikan arti bahwa Jakarta sudah atau sedang dalam kondisi yang kacau, rusuh dan kumuh. Oleh karena itu, kata pada tuturan [44] dimasukkan ke dalam tindak tutur ekspresif bentuk celaan dengan unsur sarkasme yang memiliki fungsi hinaan dan mengungkapkan rasa ketidakpuasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tindak tutur pujian dari segi penutur yang terdapat dalam media sosial yang banyak ditemui adalah pujian dengan bentuk interjeksi, pujian kepada tuhan, membandingkan, mengapresiasi, membanggakan objek, dan kelakar. Fungsi dari pemberian pujian adalah untuk mengungkapkan perasaan, memberikan nasihat, menegaskan, memberitahukan,

(10)

141 mengajak, menyanjung, menyatakan alasan, mengapresiasi, menyindir, memotivasi, membandingkan dan mendoakan. Pujian banyak diutarakan penutur sebagai bentuk dukungannya terhadap pejabat negara yang bersangkutan. Dalam media sosial penutur dan objek tidak saling mengenal, tetapi bahasa yang digunakan adalah ragam santai atau akrab.

Celaan banyak diutarakan penutur sebagai bentuk ketidak senangan penutur terhadap terhadap objek. Kebanyakan celaan diberikan kepada tokoh-tokoh tertentu yang banyak dikenal oleh masyarakat dan bergantung pada integritas di media sosial ataupun media lainnya. Dalam media sosial penutur dan objek tidak saling mengenal, tetapi bahasa yang digunakan adalah ragam santai atau akrab.

Saran

Diharapkan untuk pembaca dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai Tindak Tutur yang ada di Media Sosial dan dapat menentukan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan komunikasi berbahasa. Diharapkan untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan rujukan khususnya mata kuliah Pragmatik dan Wacana. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan rujukan dalam penelitian selanjutnya khususnya bagi yang ingin meneliti tindak tutur dalam bidang Pragmatik yang lebih mendalam lagi seperti Tindak Tutur Ekspresif dalam bentuk Hinaan.

DAFTAR RUJUKAN

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Mardikayah dan Rusma Noortyani. 2013. “Tindak Tutur Dokter dan Pasien di Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar”. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya-Unlam. Vol.

3: 79-92. Diakses 9 Maret 2018.

http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jbsp/article/view/4486.

Nasrullah, Rulli. 2016. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan Jumadi. Banjarmasin: Unlam.

Referensi

Dokumen terkait

Tindak tutur literal merupakan tindak tutur di mana penutur menyampaikan maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak

(3) Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk mempengaruhi mitra tutur. 1) dalam tindak tutur lokusi penutur mempunyai maksud untuk

Tindak tutur ekspresif dengan indikator mengucapkan selamat ditandai dengan adanya tuturan dari penutur untuk mengucapkan selamat kepada mitra tutur atau pihak

Pada film ini, jumlah tindak tutur ekspresif berupa ucapan “terima kasih” ditemukan sebanyak enam belas kali, tindak tutur tersebut diucapkan oleh para penutur

tuturan memuji penutur atau kagum dengan yang dikatakan penutur tentang anaknya. e) Strategi bertutur di Dalam Hati Tindak tutur memuji atau menyanjung juga

TINDAK TUTUR DAN FUNGSI TUTURAN EKSPRESIF DALAM ACARA GALAU NITE DI METRO TV: SUATU KAJIAN PRAGMATIK Fenda Dina Puspita Sari Penelitian yang berjudul “Tindak Tutur dan Tuturan

Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia digunakan tindak tutur ekspresif yang bervariasi, seperti bentuk tindak tutur memuji yang digunakan untuk memuji seseorang, tindak

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa 1 wujud tindak tutur ekspresif pada acara Mata Najwa episode Mereka-reka Cipta Kerja terdiri atas 49 tindak tutur, 2 fungsi tindak tutur ekspresif