TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DM TIPE 2 DIPUSKESMAS DESA
PON PADA BULAN FEBRUARI SAMPAI MARET TAHUN 2025
Presentan:
dr. Farhan Mubarak Pendamping:
dr. Novrida Pasuria Nainggolan
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA PUSKESMAS DESA PON
KAB. SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA 2025
LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai peningkatan kadar glukosa darah. DM tipe 2 meningkat pesat dalam tiga dekade terakhir dan belum bisa disembuhkan, namun dapat dikendalikan melalui manajemen diri dan perubahan gaya hidup. Lima pilar tatalaksana DM meliputi edukasi, perubahan gaya hidup, aktivitas fisik, terapi farmakologi, dan pemeriksaan glukosa darah mandiri.
DM menjadi masalah global karena prevalensinya tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, ulkus diabetikum, hingga kematian.
Menurut IDF 2021, terdapat 537 juta penderita diabetes di dunia, dengan Indonesia berada di peringkat kelima (19,47 juta kasus).
aktor risiko utama DM tipe 2 meliputi genetik, obesitas, kurang aktivitas fisik, pola makan buruk, usia lanjut, dan stres kronis.
Manajemen DM yang baik serta kepatuhan terhadap terapi sangat penting untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah di pelajari, khususnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang dampak pernikahan dini dan juga berguna untuk pemahaman serta pengembangan ilmu pengetahuan
dan dapat dijadikan sebagai kajian karya ilmiah
TINJAUAN
PUSTAKA
Diabetes mellitus (DM)
Diabetes sering disebut "the silent killer" karena gejalanya seperti mudah lapar, haus, dan sering buang air kecil baru diketahui setelah muncul keluhan.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat ketidakmampuan sel tubuh menyerap glukosa dengan baik.Insulin, hormon yang diproduksi pankreas, berfungsi mengatur kadar gula darah dengan memindahkan glukosa ke dalam sel untuk menghasilkan energi.
Klasifikasi
Dm tipe 2 biasa disebut non-insulin- dependent,ditandai dengan restensi insulin dan gangguan sekresi insulin.Jenis ini sering menyerang orang yang berusia 4o tahun ke atas. Hal tersebut terjadi karena tubuh manusia tidak mampu memproduksi insulin secara aktif. Penyebab dm
tipe 2 ini adalah factor keturunan, obesitas, kurang aktivitas, usia dan penyakit lainnya.
DM tipe 1 biasanya disebut insulin dependent. Dm tipe 1 terjadi pada orang di bawah usia 30 tahun.
Penderita dm tipe 1 harus mendapatkan suntik insulin karena gula darah tidak dapat memproduksi insulin dalan tubuh sebagaimana mestinya.
1. Diabetes mellitus tipe 1 2. Pendidikan
Klasifikasi
pada kehamilan Merupakan akibat defek genetic fungsi
sel beta, defek genetic bekerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, obat/bahan kimia, infeksi, imunologi, dan sindroma genetic lainnya.
3. Diabetes Mellitus Tipe
Lain 4. Diabetes Gestasional
Etiologi Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat terjadi akibat penyakit eksokrin pancreas, ketika sebagian besar pancreas rusak. Hormone yang berperan sebagai antagonis insulin juga dapat menyebabkan diabetes.
Etiologi diabetes mellitus merupakan kombinasi factor genetic dan lingkungan, penyebabnya yang lain adalah sekresi atau kerja insulin, gangguan metabolism yang mempengaruhi sekresi insulin, gangguan mitokondria, dan sejumlah penyakit lainnya yang mempengaruhi toleransi glukosa.
Patofisiolo gi
Kelebihan glukosa yang tidak diserap ginjal keluar melalui urin, menyebabkan diuresis osmotik yang ditandai dengan sering buang air kecil dan rasa haus berlebih.
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas oleh proses autoimun sehingga tidak lagi memproduksi insulin.Hiperglikemia puasa muncul karena produksi gula hati yang tidak terkontrol, dan glukosa makanan tetap tinggi dalam darah (hiperglikemia postprandial).
DM Tipe 1
Patofisiolo gi
Jika sel beta gagal memenuhi kebutuhan insulin, kadar gula darah meningkat dan berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Kekurangan insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak, menyebabkan penurunan berat badan.Tanpa insulin, metabolisme lipid meningkat terutama saat sekresi insulin minimal.Pada gangguan toleransi glukosa, sekresi insulin berlebihan menjaga kadar gula tetap normal atau sedikit meningkat.
DM Tipe 2
Faktor Penyebab
1) Pola makan
2) Pola kebiasaan sehari-hari 3) Pola istirahat
4) Pengelolaan stress 1. Faktor yang dapat
dirubah 2. Faktor yang tidak dapat dirubah
1) Unia
2) Jenis kelamin
3) Keturuanan atau pasien dengan latar keluarga dengan penyakit dm.
Manifestasi Klinis
1) Sering haus dan mulut terasa kering 2) Sering buang air kecil dan banyak 3) Kurang berenergi dan kelelahan
yang berlebihan
4) Kesemutan atau mati rasa di tangan dan di kaki
5) Infeksi jamur yang berulang di kulit 6) Lambatnya penyembuhan luka 7) Penglihatan yang kabur
1) Sering haus dan mulut terasa kering 2) Sering buang air kecil
3) Merasa cepat lelah dan tidak bertenaga 4) Mudah terasa lapar
5) Penurunan berat badan secara tiba-tiba 6) Penglihatan kabur
1. DM Tipe 1 2. DM Tipe 2
Komplikasi Diabetes mellitus
Sekitar 10% kematian Pasien DM tipe 2 disebabkan oleh gagal ginjal.
DM tipe 2 adalah penyebab paling umum dari amputasi akstremitas bawah nontraumatik.
Komplikasi DM dibagi menjadi komplikasi makrovaskular misalnya : penyakit kardioveskuler (CVD) dan komplikasi makrovaskuler misalnya : komplikasi yang mempengaruhi ginjal dan system saraf.
Penyakit kardiovaskuler diantaranya adalah penyakit jantung kronis, penyakit pembuludarah perifer, dan penyakit serebrovaskuler.
Pencegahan Diabetes mellitus
Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan dengan cara mengurangi timbulnya retinopati diabetic pada pasien, DM yang terdiagnosis retinopati diabetic dengan cara mengontrol gula darah, tekanan darah, serta rutin sekrining.
Pertumbuhan DM menjadi retinopati diabetic dapat dicegah dengan cara menghilangkan factor resiko yang menimbulkan komplikasi. Pencegahan retinopati diabetic meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer adalah dengan menurunkan kejadian retinopati diabetic pada pasien DM dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, modifikasi gaya hidup, dan deteksi dini secara rutin.
Tatalaksan a
Olahraga dianjurkan 30–45 menit per sesi, 3–5 kali per minggu, total 150 menit per minggu, dengan jenis aerobik intensitas sedang seperti jogging, jalan cepat, bersepeda, dan berenang.
Pengobatan diabetes meliputi edukasi, nutrisi, dan olahraga.Edukasi diberikan untuk promosi kesehatan, seperti perawatan luka kaki dan penggunaan sepatu.Nutrisi diarahkan pada pola makan seimbang sesuai kebutuhan kalori, dengan 45–65% karbohidrat, 20–25% lemak, dan 30–
35% protein, serta pemanis non-kalori.
Penatalaksanaan nonfarmakologi
Tatalaksan a
Inhibitor glukosidase (AGIs) seperti acarbose, voglibose, dan miglitol menghambat enzim pencernaan karbohidrat untuk mengurangi hiperglikemia postprandial.Terapi berbasis inkretin seperti agonis GLP-1 (exenatide, liraglutide) menurunkan HbA1c sebesar 0,8–1,5%.
Pengobatan DM tipe 2 dikombinasikan dengan perubahan pola makan, olahraga, dan gaya hidup.Terapi menggunakan obat oral dan suntik, salah satunya biguanida seperti metformin yang meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan risiko kardiovaskular.Thiazolidinediones (TZDs) seperti troglitazone, rosiglitazone, dan pioglitazone bekerja sebagai agonis PPAR-γ untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
Penatalaksanaan Farmakologi
Tatalaksan a
Jenis insulin berdasarkan durasi kerja meliputi insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, dan insulin campuran tetap.
Karena banyaknya pilihan terapi oral dan GLP-1-RA, penggunaan insulin sering tertunda hingga penyakit lanjut.Insulin sebaiknya tidak ditunda karena dapat dikombinasikan dengan obat antidiabetik lain dan memungkinkan individualisasi terapi.
Tatalaksana insulin
Kepatuhan
Kepatuhan minum obat adalah suatu bentuk perilaku yang ditunjukan oleh lansia dalam minum obat sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan, dikatakan patuh apabila minum obat sesuai dengan aturan dan waktu yang tepat, dikatakan tidak patuh apabila lansia tidak mau minum obat sesuai aturan dan waktu yang sudah dianjurkan.
Kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindakan menghindari dari setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana.
Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
1. Keyakinan dan tingkah laku pasien
2. Interaksi antar pasien dan dokter dan tenaga medis atantar kedua belah pihak.
3. Kebijakan yang dibuat dan dipraktekkan di public oleh pihak yang berwenang.
4. Intervensi yang dilakukan agar kepatuhan mengonsumsi obat terjadi
Kepatuhan
Strategi Meningkatkan Kepatuhan
• Memberikan informasi kepada pasen tentang pentingnya dan manfaat patuh dalam mencapai keberasilan pengobatan.
• Ingatkan pasien melalui telpon atau sarana komunikasi lain untuk melakukan segala upaya untuk memastikan keberasilan pengobatan
• Tunjukan pada pasien paket obat yang asli
• Memberikan pasien keyakianan akan efeksamping obat dalam penyembuhan
Kepatuhan
Strategi Meningkatkan Kepatuhan
• Memberikan informasi tentang resiko ketidak patuhan atau apabila tidak mengonsumsi obat.
• Pemberian pelayanan kefarmasian melalui observasi langsung, kunjungan rumah dan penyuluhan kesehatan
• Keluarga, teman, dan orang-orang disekitar mereka selau mendukung pasien secara rutin minum obat agar pengobatan berhasil
• Jika obat yang digunakan hanya diminum satu kali sehari, pemberian dosis lebih dari satu kali sehari akan menyebabkan pasien sering lupa sehingga mengakibatkan asupan obat tidak teratur.
Kerangka Konsep
Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori
METODE PENELITIAN
1. Metode penyuluhan
2. Kuesioner tingkat pengetahuan
penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan rancangan Pra eksperimen dan Cross-Sectinal
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Desa Pon pada bulan Februari- Maret 2025.
37 Responden 01
03 02
04
Jenis Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Instrumen Penelitian
Jumlah Responden
VARIABEL PENELITIAN
1) perderita yang terdiagnosis diabetes namun tidak meminum obat diabetes.
2) penderita yang tidak kooperatif dalam penelitian.
1) Seseorang yang telah didiagnosis diabetes tipe 2
2) Seseorang yang sedang mengonsumsi obat diabetes minimal 1 bulan.
3) Seseorang yang mengambil obat diabetes di puskesmas
4) Seseorang yang bisa membaca 5) Seseorang yang tidak tuna
rungu.
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
HASIL PENELITIAN
Distribusi Pasien Berdasarkan Umur
Distribusi pasien berdasarkan umur yaitu terdapat umur <60 tahun sebanyak 25 responden (67,6%), umur ≥60 tahun sebanyak 12 responden (32,4%).
Distribusi Ibu Berdasarkan Pendapatan Orang Tua
Berdasarkan jenis kelamin laki - laki dengan jumlah 17 Orang (45,9%) dan perempuan dengan jumlah 20 orang (54,1%).
Distribusi Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
distribusi kadar gula darah pada penderita diabetes yang memiliki kadar gula darah normal berjumlah 22 responden (59,5%) dan kadar gula darah tinggi berjumlah 15 responden (40,5%). Hal ini menunjukkan mayoritas penderita diabetes memiliki kadar gula darah yang normal.
Distribusi Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes Dalam Mengonsumsi Obat
Diabetes
distribusi penderita diabetes yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi dalam menjalani terapi berdasarkan kuisioner MMAS-8 berjumlah 16 responden (43,2%), penderita diabetes yang memiliki tingkat kepatuhan sedang dalam menjalani terapi berjumlah 13 responden (35,1%) dan penderita diabetes yang memiliki tingkat kepatuhan rendah dalam menjalani terapi berjumlah 8 responden (21,6%). Hal ini menunjukkan tingkat kepatuhan terhadap terapi pada pendetita diabetes adalah tinggi
Distribusi Terapi Yang Diberikan Pada Penderita Diabetes
distribusi jenis terapi yang diberikan kepada penderita diabetes berdasarkan jumlah dan persentase.
Terapi yang paling banyak diberikan adalah Metformin, yaitu pada 27 orang (73,0%). Selanjutnya, kombinasi Metformin dan Glibenklamid diberikan kepada 5 orang (13,5%), sedangkan terapi tunggal Glibenklamid diberikan kepada 3 orang (8,1%). Terapi dengan insulin merupakan yang paling sedikit digunakan, yaitu hanya pada 2 orang (5,4%). Data ini menunjukkan bahwa Metformin merupakan pilihan terapi utama bagi penderita diabetes dalam sampel penelitian ini.
Analisis Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis bivariat menggunakan uji chi-square (x2), bila data berdistribusi normal (p>0,05) dengan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu.
Uji Normalitas merupakan syarat yang harus terpenuhi dalam menggunakan uji parametrik. Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan digunakan berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro Wilks dengan alasan sampel sebanyak 37 orang.
Pengaruh Tingkat Kepatuhan Menjalani Terapi Terhadap Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Miletus
Menunjukkan pengaruh tingkat kepatuhan menjalani terapi terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Dari total 37 responden, sebagian besar dengan kadar gula darah normal memiliki tingkat kepatuhan tinggi (54,5%) dan sedang (40,9%), sedangkan hanya 4,5% dari mereka yang memiliki kepatuhan rendah.
Sebaliknya, pada kelompok dengan kadar gula darah tinggi, sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan rendah (46,7%), sedangkan hanya 26,7%
masing-masing memiliki kepatuhan tinggi dan sedang. Nilai p sebesar 0,009 (p
< 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan terhadap terapi dengan kadar gula darah penderita diabetes melitus.
Artinya, semakin tinggi tingkat kepatuhan terhadap terapi, semakin besar kemungkinan kadar gula darah tetap dalam batas normal.
Pembahasan
Diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan tingginya angka kematian, morbiditas, dan penurunan kualitas hidup. Keberhasilan pengobatan bergantung pada kepatuhan pasien terhadap terapi, di mana mayoritas pasien berusia 45–64 tahun dan lebih banyak ditemukan pada perempuan.
Metformin menjadi terapi paling banyak digunakan, diikuti kombinasi metformin dan glibenklamid, sedangkan insulin paling sedikit dipilih. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dua obat lebih efektif mengontrol gula darah dibandingkan monoterapi.
Pembahasan
Analisis data menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat kepatuhan minum obat dan kadar gula darah, dengan p-value 0,009. Tingkat kepatuhan yang tinggi dikaitkan dengan kontrol gula darah yang lebih baik dan outcome terapi yang lebih tercapai. Berbagai strategi seperti PRB, telemedicine, pill box, dan layanan edukasi dikembangkan untuk meningkatkan kepatuhan pasien, dengan tujuan mengurangi komplikasi dan menurunkan angka morbiditas serta mortalitas akibat DM.
KESIMPULAN
• Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur <60 tahun sebanyak 25 responden (67,6%), umur ≥60 tahun sebanyak 12 responden (32,4%). Berdasarkan jenis kelamin laki - laki dengan jumlah 17 Orang (45,9%) dan perempuan dengan jumlah 20 orang (54,1%).
• Distribusi frekuensi kadar gula darah pada penderita diabetes yang memiliki kadar gula darah normal berjumlah 22 responden (59,5%) dan kadar gula darah tinggi berjumlah 15 responden (40,5%). distribusi penderita diabetes yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi dalam menjalani terapi berdasarkan kuisioner MMAS-8 berjumlah 16 responden (43,2%), penderita diabetes yang memiliki tingkat kepatuhan sedang dalam menjalani terapi berjumlah 13 responden (35,1%) dan penderita diabetes yang memiliki tingkat kepatuhan rendah dalam menjalani terapi berjumlah 8 responden (21,6%).
KESIMPULAN
• Distribusi jenis terapi yang diberikan kepada penderita diabetes berdasarkan jumlah dan persentase. Terapi yang paling banyak diberikan adalah Metformin, yaitu pada 27 orang (73,0%). Selanjutnya, kombinasi Metformin dan Glibenklamid diberikan kepada 5 orang (13,5%), sedangkan terapi tunggal Glibenklamid diberikan kepada 3 orang (8,1%). Terapi dengan insulin merupakan yang paling sedikit digunakan, yaitu hanya pada 2 orang (5,4%). Data ini menunjukkan bahwa Metformin merupakan pilihan terapi utama bagi penderita diabetes dalam sampel penelitian ini.
• Berdasarkan pengaruh tingkat kepatuhan menjalani terapi terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus berdasarkan instrumen MMAS-8. Dari 16 pasien dengan kepatuhan tinggi, mayoritas (54,5%) memiliki kadar gula darah normal, sedangkan hanya 26,7% yang memiliki kadar gula darah tinggi. Sebaliknya, dari 8 pasien dengan kepatuhan rendah, sebagian besar (46,7%) memiliki kadar gula darah tinggi, dan hanya 4,5% yang normal. Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan terapi dan kadar gula darah, dengan nilai p sebesar 0,009 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan terhadap terapi, semakin besar kemungkinan penderita memiliki kadar gula darah yang normal.
SARAN
1. Perlu adanya penyuluhan yang komprehensif dan metode follow-up yang tepat sehingga dapat memonitoring penderita DMT2 dalam mengonsumsi obat.
2. Petugas kesehatan sebaiknya memberikan penjelasan yang tepat dan juga mudah dipahami saat menjelaskan tujuan dari obat yang dikonsumsi serta alasan harus patuh dan rutin minum obat diabetes.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi gambaran tentang pentingnya mengonsumsi obat diabetes dalam mengontrol gula darah. Sehingga, penderita paham pentingnya minum obat.