• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

(2)

1

TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG

KOTA PADANG

Oleh :

Eci Peblarici*Bakaruddin**Elvi Zuriyani**

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*

Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRACT

Subdistrict Bungus sackcloth Bay kelurahannya development level is self- employment, while other districts in the city of Padang has been self-sufficient.

The Village Self-employment is a village that can take advantage of and use all the physical and non-physical potential of the Village is not maximized (BPS Padang).

This study aims to look at the potential of each - each village in the District Bungus sackcloth Bay, to determine the level of development of the village - the village seen from the economic factors, social factors and factors of infrastructure. This research is descriptive evaluative. This research conducted in the District Bungus sackcloth Bay, secondary data retrieved through sub-district office and the office of BPS and respective offices - each village in the district Bungus sackcloth Bay. The data is retrieved and analyzed secondary data sourced from the office - district office in the District Bungus sackcloth Bay, sub-district office Bungus sackcloth Bay and the BPS office Padang.

The research found that (1) The level of development of village seen from the economic factors on each - each village in the district Bungus sackcloth Bay, where the level of development kelurahannya more likely to self-employment, livelihood of the population average - average in the agricultural sector and a relatively low income urban village ie ≤ Rp 50 million in one year. (2) The level of development of the village seen from the social factors on each - each village in the district Bungus sackcloth Bay, where the level of development kelurahannya more likely to self-employment. (3) The level of development of the village seen from the infrastructure factors on each - each village in the district Bungus sackcloth Bay, where the level of development kelurahannya more likely to self- employment.

Keywords: level of village development, Economic Factors, Social Factors, Factors infrastructure.

PENDAHULUAN

Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatera sekaligus ibu kota dari

provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki wilayah seluas 694,96 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut namun memiliki daerah perbukitan yang ketinggiannya

(3)

2 mencapai 1.853 mdpl. Kota Padang terbagi atas 11 Kecamatan (BPS Kota Padang, 2014).

Pelaksanaan pembangunan di kota Padang tentunya juga didukung oleh perkembangan wilayah disetiap Kecamatan yang ada di kota Padang.

Kota Padang terdiri dari 11 Kecamatan, sudah diamati dimana disetiap Kecamatan memiliki atau terdiri dari beberapa Kelurahan.

Berdasarkan data BPS Kota Padang, klasifikasi Kelurahan menurut tingkat perkembangan yaitu swadaya, swakarya dan swasembada.

Kota padang memiliki 11 Kecamatan, pada 10 Kecamatan di Kota Padang, menurut tingkat perkembangan klasifikasi Kelurahan telah berada pada tingkat swasembada (Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Pauh). Sementara itu di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, klasifikasi Kelurahan menurut tingkat perkembangan berada pada tingkat swakarya. Hal ini tentu menjadi pertanyaan kenapa Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kelurahannya masih berada pada tingkat swakarya sementara Kecamatan yang lain di Kota Padang, Kelurahannya telah berada pada tingkat swasembada.

Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki 6 (enam) Kelurahan, yang terdiri dari Kelurahan Teluk Kabung Selatan, Kelurahan Bungus Selatan, Kelurahan Teluk Kabung Tengah,

Kelurahan Teluk Kabung Utara, Kelurahan Bungus Timur dan Kelurahan Bungus Barat. Kelurahan paling luas adalah Kelurahan Bungus Timur dengan luas wilayah 25,81 km², jumlah penduduk 5.420 jiwa dan terdiri dari 10 RW (Rukun Warga) dan 32 RT(Rukun Tetangga) (BPS Kota Padang, 2014).

Sampai akhir tahun 2012 Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki 6 (enam) Kelurahan dan pada masing – masing Kelurahan terdapat RW (Rukun Warga) dan RT (Rukun Tetangga). Berdasarkan klasifikasi Kelurahan menurut tingkat perkembangan, semua Kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung adalah Kelurahan swakarya. Kelurahan yang dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik Kelurahan belum maksimal (BPS Kota Padang, 2014).

Berdasarkan data di atas dijelaskan bahwa pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung pada setiap Kelurahannya belum dapat secara maksimal memanfaatkan segala potensi fisik dan non fisik. Bisa saja kendalanya ada pada potensi non fisiknya yang belum maksimal seperti penduduknya, kelembagaan dan sebagainya ataupun pada potensi fisiknya. Maka melalui penelitian ini peneliti ingin melihat lebih lanjut apa yang terdapat di lapangan sesungguhnya.

Peranan Kelurahan dalam pembangunan wilayah sangat penting karena banyak potensi yang dimilikinya. Pengembangan Kelurahan perlu mempertimbangkan potensi Kelurahan. Kelurahan memiliki potensi fisik dan non fisik.

Adapun potensi fisik Kelurahan

(4)

3 meliputi lahan, air, iklim, flora dan fauna, sementara itu potensi non fisik Kelurahan meliputi penduduk, lembaga dan organisasi sosial serta aparatur Kelurahan.

Hal ini sesuai dalam Bakaruddin (2012 : 115 - 116)mengatakan nilai suatu desa ditentukan oleh potensi yang tersimpan di dalam desa itu sendiri, baik potensi sosial maupun potensi fisik, jadi arti nilai desa mencakup arti kuantitatif dan kualitatif. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, dengan adanya instansi Mendagri No. 11 Tahun 1972 bahwa secara sederhana dapat digunakan sebagai indikator penilaian tingkat perkembangan desa (swadaya, swakarya, swasembada). Hal ini sesuai pula kebijakan pemerintah dalam buku UDKP yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri 1977 / 1978 hanya tiga elemen utama yaitu : 1) Faktor ekonomi, terdiri dari dua indikator berupa mata pencaharian dan produksi desa. 2) Faktor sosial, berupa adat istiadat, kelembagaan, pendidikan dan gotong royong. 3) Faktor prasarana yang ada di di desa tersebut.

Walaupun secara formal indikator ini sudah lama dilaksanakan di Indonesia namun masih ada diantara di daerah yang datanya belum tersusun secara baik, seperti di kota Padang sendiri, tidak terkecuali khususnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung ( observasi peneliti 09 februari 2015). Justru itu peneliti merasa penting untuk diangkat kembali dalam rangka mempersiapkan kebijakan pemerintah I Peraturan Mendagri 12 Maret 2007).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menerapkan / memakai tiga variabel tersebut dengan maksud untuk melihat potensi masing – masing kelurahan yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, untuk menentukan tingkat perkembangan kelurahan – kelurahan tersebut dengan mengangkat judul

“Tingkat Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang”.

METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian yang akan dilakukan termasuk kategori penelitian deskriptif evaluatif, dengan penelitian ini diharapkan temuan – temuan empiris dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas dan lebih akurat. Adapun objek yang akan diteliti meliputi tiga aspek dengan rincian masing – masing yaitu : 1) Aspek ekonomi terdiri dari mata pencaharian dan pendapatan. 2) Aspek Sosial terdiri dari adat dan kepercayaan, kelembagaan, pendidikan, swadaya gotong royong. 3) Prasarana.

Menurut Noor (2011) mengatakan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitia berlangsung.

Menurut Lufri (2007 : 59) mengatakan penelitian evaluasi dapat didefinisikan sebagai perkembangan fondasi dari informasi yang digunakan sebagai suatu basis untuk

(5)

4 membuat perencanaan dan keputusan yang berdampak pada kebijakan.

Objek penelitian adalah tempat yang akan digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan, penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, data sekunder diambil melalui kantor camat dan kantor BPS maupun kantor masing – masing kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

Adapun variabel penelitian ini yang meliputi 3 aspek sebagai penilaian tingkat perkembangan desa yang terdapat dalam Bakaruddin (2012 : 116 – 124) yaitu faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor prasarana.

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini ialah observasi, adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Penelitian ini diperoleh dari data sekunder yang langsung mengambil data di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kelurahan – Kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan kantor BPS.

Analisis statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Teknik dan Penilaian Tingkat Perkembangan Desamenurut Bakaruddin (2012 : 115 - 116).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

Letak, Luas dan Batas Wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung

Kecamatan bungus Teluk Kabung secara geografis terletak antara 1° 05' - 1° 00' lintang selatan dan 100° 25' - 100° 30' bujur timur.

Dengan kondisi kemiringan tanah rata – rata landai (kurang dari 15 derajat) dan tidak melebihi 17 meter di atas permukaan laut (Kantor Camat Bungus Teluk Kabung, 2014).

Luas daerah Kecamatan Bungus Teluk Kabung 100,78 km².

Temperatur Adapun batas wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung yaitu :

 Utara : Kecamatan Lubuk Begalung

 Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

 Timur : Kabupaten Pesisir Selatan dan

Kecamatan Lubuk Kilangan

 Barat : Samudera Indonsia

(Kantor Camat Bungus Teluk Kabung, 2014)

Kondisi Penduduk dan Jumlah RW / RT Setiap Kelurahan di Kecamtan Bungus Teluk Kabung

a. Kelurahan Teluk Kabung Selatan

Kelurahan Teluk Kabung Selatan memiliki luas wilayah 9,14 km².

Terdiri dari 2 RW (Rukun Warga) dan 9 RT (Rukun Tetangga). Jumlah penduduk Kelurahan Teluk Kabung Selatan 937 (laki – laki) dan 849 (perempuan). Adapun batas wilayah Kelurahan Teluk Kabung Selatan yaitu :

 Utara : Kelurahan Teluk Kabung Tengah

 Selatan : Perbukitan

(6)

5

 Timur : Perbukitan

 Barat : Laut

(Kantor Kelurahan Teluk Kabung Selatan, 2013) b. Kelurahan Bungus Selatan

Kelurahan Bungus Selatan memiliki luas wilayah 4,85 km². Terdiri dari 3 RW (Rukun Warga) dan 13 RT (Rukun Tetangga).

Jumlah penduduk Kelurahan Bungus Selatan yaitu 1.671 (Laki – laki) dan 1.580 (perempuan). Adapun batas wilayah Kelurahan Bungus Selatan yaitu :

 Utara : Kelurahan Bungus Barat

 Selatan : Kelurahan Teluk Kabung Utara

 Timur : Bukit Barisan

 Barat : Laut

(Kantor Kelurahan Bungus Selatan, 2013) c. Kelurahan Teluk Kabung

Tengah

Kelurahan Teluk Kabung Tengah memiliki luas wilayah 25,64 km².

Terdiri dari 4 RW (Rukun Warga) dan 10 RT (Rukun Tetangga). Jumlah penduduk Kelurahan Teluk Kabung Tengah 1.651 (laki – laki) dan 1.4600 (perempuan).

 Utara : Laut

 Selatan : Kelurahan Teluk Kabung Selatan

 Timur : Bukit

 Barat : Laut

(Kantor Kelurahan Teluk Kabung Tengah, 2013) d. Kelurahan Teluk Kabung

Utara

Kelurahan Teluk Kabung Utara memiliki luas

wilayah 17,26 km². Terdiri dari 5 RW(Rukun Warga) dan 14 RT (Rukun Tetangga).

Jumlah penduduk Kelurahan Teluk Kabung Utara yaitu 1.959 (laki – laki) dan 1.841 (perempuan). Adapun batas – batas wilayah Kelurahan Teluk Kabung Utara adalah :

 Sebelah Utara : Kelurahan Bungus Selatan

 Sebelah selatan : Kelurahan Teluk Kabung Tengah

 Sebelah barat : Lautan samudera

 Sebelah timur : perbukitan

(Kantor Kelurahan Teluk Kabung Utara, 2013) e. Kelurahan Bungus Timur

Kelurahan Bungus Timur memiliki luas wilayah 25,32 km². Terdiri dari 10 RW (Rukun Warga) dan 33 RT (Rukun Tetangga).

Jumlah penduduk Kelurahan Bungus Timur yaitu 2.890 (laki – laki) dan 2.747 (perempuan). Adapun batas wilayah Kelurahan Bungus Teluk Kabung adalah :

 Utara : Rimba Kecamatan Lubuk Kilangan

 Selatan : Kelurahan Bungus Selatan

 Barat : Kelurahan Bungus Barat

 Timur : Rimba Kabupaten Pesisir Selatan

(Kantor Kelurahan Bungus Timur, 2013)

(7)

6 f. Kelurahan Bungus Barat

Kelurahan Bungus Barat memiliki luas wilayah 18,08 km². Kelurahan Bungus Barat terdiri dari 8 RW (Rukun Warga) dan 27 RT (Rukun Tetangga). Jumlah penduduk Kelurahan Bungus Barat 3.156 (Laki – laki) dan 3.118 (perempuan).

 Utara : Kecamatan Padang Selatan

 Selatan : Kelurahan Bungus Selatan

 Timur : Kelurahan Bungus Timur

 Barat : Laut

(Kantor Kelurahan Bungus Barat, 2013)

Pembahasan

Berdasarkan Pengolahan data secara keseluruhan, maka dapat dirangkum dari hasil penelitian, maka pembahasan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

Pertama,tingkat

perkembangan kelurahan dilihat dari faktor ekonomi pada masing – masing kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dimana tingkat perkembangan kelurahannya lebih cenderung ke swakarya, mata pencaharian penduduknya rata – rata ada pada sektor pertanian dan pendapatan kelurahannya tergolong masih rendah yaitu ≤ Rp 50.000.000 dalam satu tahun.

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dilapangan, banyak peneliti temukan mata pencaharian penduduk masih bergerak di sektor pertanian seperti petani, buruh tani dan nelayan. Pendapatan kelurahan di tiap – tiap kelurahan di Kecamatan

Bungus Teluk Kabung Kota Padang pun rata – rata masih tergolong pada tingkat rendah yaitu ≤ Rp 50.000.000 dalam satu tahun. Hanya dua kelurahan yang pendapatan kelurahannya tingkat sedang yaitu Antara Rp 50.000.000,- s/d Rp 100.000.000,- dalam satu tahun yaitu Kelurahan Bungus Teluk Kabung Utara dan Kelurahan Bungus Timur.

Priyanto (2010 : 12) mengatakan pada masyarakat pedesaan mata pencaharian bersifat homogen yang berada di sektor ekonomi primer, yaitu bertumpu pada bidang pertanian. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, petrnakan dan termasuk juga perikanan darat. Jadi kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan- bahan mentah. Baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain- lainnya untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.

Priyanto (2010 : 12) mengatakan pada umumnya masyarakat pedesaan menganut sistem ekonomi tradisional atau sistem ekonomi tertutup, cukup memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat terbatas untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan -kebutuhan bersama. Pola produksi dalam masyarakat tradisional terutama mendasarkan pada tenaga keluarga dan tenaga ternak pun dimanfaatkan. Dalam proses produksi tradisional tadi, umumnya laki-laki mengerjakan pekerjaan pengolahan tanah yang paling berat baik di sawah ataupun di ladang. Untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih ringan seperti menyiang terutama

(8)

7 pada sawah anak-anak di atas sepuluh tahun dan istri juga turut membantu. Selanjutnya pada waktu panen dan setelah panen banyak tenaga istri dimanfaatkan.

Kedua, tingkat perkembangan kelurahan dilihat dari faktor sosial pada masing – masing kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dimana tingkat perkembangan kelurahannya lebih cenderung ke swakarya.

Dilapangan peneliti menemukan upacara adat di tiap – tiap kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang sudah tidak begitu dilaksanakan lagi, hanya upacara – upacara adat yang umum yang masih dilaksanakan seperti, upacara pernikahan, upacara kelahiran dan upacara kematian.

Kelembagaan pada setiap kelurahan masih terhitung sedang hanya ada empat sampai enam kelembagaan. Tingkat pendidikan pada setiap kelurahan sudah masuk kategori tinggi yaitu lebih dari 30%

penduduk yang tamat SD ke atas.

Swadaya gotong royong pada setiap kelurahan umumnya sudah berada pada tahap transisi.

Supriyadi (2011 : 336) mengatakan dukungan masyarakat dalam pembangunan desa yang menerapkan partisipasi akan didapat, apabila dalam proses pembangunan desa masyarakat diberikan informasi tentang pembangunan dan dilibatkan secara utuh, baik dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan sampai dengan tahap pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Tahap-tahap itu merupakan cara yang tepat dalam melibatkan masyarakat secara utuh guna mengembangkan, melestarikan

dan meningkatkan peranan Handep dalam pembangunan desa.

Ketiga,tingkat perkembangan kelurahan dilihat dari faktor prasarana pada masing – masing kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, dimana tingkat perkembangan kelurahannya lebih cenderung ke swakarya.

Dilapangan peneliti melihat prasarana perhubungan ditiap kelurahan sudah baik, umunya jalan telah diaspal dan jalan batu, meskipun ada juga peneliti menemukan jalan – jalan yang berlobang (dalam keadaan buruk).

Prasarana produksi ditiap kelurahan umunya sudah setengah teknis, ada bangunan – bangunan air, meskipun masih ada kelurahan yang memakai irigasi sederhana / sawah tadah hujan. Prasarana pemasaran umumnya dimiliki oleh setiap kelurahan yaitu pasar umum, koperasi / KUD, dan warung.

Prasarana sosial umumnya juga telah dimiliki setiap kelurahan yaitu : gedung pemerintahan desa, gedung LSD, gedung sekolah, gedung kesehatan, masjid, dan tempat rekreasi.

Menurut Jayadinata dan Pramandika (2006 : 107) mengatakan yang termasuk prasarana meliputi prasarana ekonomi (seperti sawah, kolam, pabrik, irigasi, jalan, pasar, toko dan sentral listrik) dan prasarana sosial (seperti jalan, rumah, gedung sekolah, gedung rumah sakit, sentral listrik, kawat, telepon dan riol). Prasarana dapat dibagi juga menjadi prasarana produksi, prasarana perhubungan, prasarana sosial, prasarana pemasaran dan prasarana umum atau prasarana pemerintahan.

(9)

8 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, maka peneliti dapat menarik kesinpulan tentang tingkat perkembangan kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang, sebagai berikut :

1. Tingkat perkembangan kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dilihat dari faktor ekonomi, dimana tingkat perkembangan kelurahannya lebih cenderung ke swakarya, mata pencaharian penduduknya rata – rata sektor pertanian dan pendapatan kelurahannya tergolong masih rendah yaitu

≤ Rp 50.000.000 dalam satu tahun.

2. Tingkat perkembangan kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dilihat dari faktor sosial, dimana tingkat perkembangan kelurahannya lebih cenderung ke swakarya. Upacara adat yang masih dilakukan pada setiap kelurahan umumnya adalah upacara perkawinan, upacara kelahiran dan upacara kematian.

Kelembagaan pada setiap kelurahan masih terhitung sedang hanya ada empat sampai enam kelembagaan.

Tingkat pendidikan pada setiap kelurahan sudah masuk kategori tinggi yaitu lebih dari 30% penduduk yang tamat SD ke atas. Swadaya gotong royong pada setiap kelurahan umumnya sudah berada pada tahap transisi.

3. Tingkat perkembangan kelurahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dilihat dari faktor prasarana, dimana tingkat perkembangan kelurahannya lebih cenderung ke swakarya. Prasarana perhubungan ditiap kelurahan sudah baik, umunya jalan telah diaspal dan jalan batu.

Prasaran produksi ditiap kelurahan umunya sudah setengah teknis, ada bangunan – bangunan air, meskipun masih ada kelurahan yang memakai irigasi sederhana / sawah tadah hujan. Prasarana pemasaran umumnya dimiliki oleh setiap kelurahan yaitu pasar umum, koperasi / KUD, dan warung. Prasarana sosial umumnya juga telah dimiliki setiap kelurahan yaitu : gedung pemerintahan desa, gedung LSD, gedung sekolah, gedung kesehatan, masjid, dan tempat rekreasi.

Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan Kecamatan Bungus Teluk Kabung, 2. Diharapkan kepada

pemerintah terkait untuk lebih memperhatikan kelembagaan di masing – masnig kelurahan.

3. Diharapkan kepada pemerintah terkait untuk lebih memperhatikan mata pencaharian penduduknya, agar tidak fokus di sektor pertanian saja.

(10)

9 DAFTAR PUSTAKA

Bakaruddin. (2012). Pengantar Geografi Desa Dan Kota. UNP : Padang.

BPS. (2013).Bungus Teluk Kabung Dalam Angka.BPS Kota Padang.

BPS. (2014). Statistik Kota Padang.

BPS Kota Padang.

BPS. (2014).Statistik Bungus Teluk Kabung.BPS Kota Padang.

Danim,Sudarwan. (2004).Ekonomi Sumber Daya Manusia. CV Pustaka Setia :

Bandung.

Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa. Profil Desa / Kelurahan. PT

Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Lufri. (2007). Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian. UNP Press : Padang.

Melia, Rita. (2013).Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Relokasi Pembangunan Waduk PLTA Koto Panjang Di Nagari Tanjung Pauh Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten 50 Kota.Padang : STKIP PGRI PADANG.

Jayadinata, T, Johara. Pramandika.

(2006). Pembangunan Desa Dalam Perencanaan. Bandung : ITB.

Ghazali, Muchtar, Adeng. (2011).

Antropologi Agama. Bandung : ALFABETA.

Priyanto, Ari Dwi. (2010). Tipologi Desa. Semarang : Universitas Diponegoro.

Setiawan, Anggi. (2013). Peran Kepala Desa Terhadap Swadaya Masyarakat

Dalam Pembangunan Di Desa Bumi Rapak Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur. Fisip : Universitas Mulawarman.

Supriyadi. (2011). Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Perkembangan Desa

(Studi Evaluasi di Desa Pangkoh Hilir Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Kapuas). Kuala Kapuas : STIE Kuala Kapuas.

Referensi

Dokumen terkait

Kelurahan Laompo merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. Letak Kecamatan Batauga ditampilkan dari peta Kebupaten Buton Selatan