TINJAUAN EMPIRIS MOTIVASI PELAYANAN PUBLIK DI MASA PANDEMI: SEBUAH STUDI PADA APARATUR SIPIL NEGARA DI BANDUNG
Ricky Adi Putranto, Saekul Anwar
Politeknik STIA LAN Bandung, Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected]
Abstract
Motivasi pelayanan publik adalah konsep dengan bangunan teoritis yang telah kokoh, telah banyak diteliti sebelumnya, dan dikenali sebagai dorongan diri individual yang berbeda jika dibandingkan dengan karyawan atau pegawai yang bekerja di sektor non-publik. Tujuan penelitian ini adalah menguji konsep dari motivasi pelayanan publik secara unidimensionalitas pada sampel aparatur sipil negara (ASN) di Kota Bandung. Sebanyak 127 responden yang berpartisipasi pada penelitian ini dengan menjawab dengan lengkap kuesioner yang disebarkan secara online yang mengukur tentang empat dimensi dari kualitas pelayanan publik, yakni (1) Ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik, (2) Ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik, (3) Kasih saying, dan (3) Pengorbanan diri. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori secara dua tahap, untuk mengeksplorasi nilai bobot faktor dari indikator ke empat dimensi, serta dari empat dimensi tersebut ke variabel motivasi pelayanan publik. Secara umum hasil menunjukkan bahwa setiap indikator maupun dimensi mempunyai makna penting dalam merefleksikan motivasi pelayanan publik bagi ASN di Kota Bandung. Namun temuan penelitian ini mengungkap bahwa pengorbanan diri (self-sacrifice) sebagai hal terpenting dalam mencerminkan motivasi pelayanan publik dari aparatur sipil negara menunjukkan seberapa besar motivasi mereka dalam melaksanakan tugas dalam pelayanan publik.
Keyword: Dimensi Motivasi Pelayanan Publik, Aparatur Sipil Negara, Analisis Faktor.
PENDAHULUAN
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah dengan tegas menyatakan bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dalam tata kehidupan yang adil dan beradab. Dalam upaya untuk mewujudkan kondisi sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai langkah strategis demi mewujudkan harapan publik akan pelayanan berkualitas yang bertujuan pada kepuasan semua pihak, baik penyelenggara dari pelayanan maupun masyarakat yang dilayani (Jamaluddin, 2016). Oleh karena itu Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan dan memberikan pelayanan publik yang prima bagi semua warga negara yang telah diamanatkan oleh Undang- Undang.
Dewasa ini, kondisi Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang luar biasa pada seluruh aspek dalam kehidupan. Berbagai kebijakan secara drastis telah diambil oleh pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Persepsi risiko tentang Covid-19 ini telah banyak dikenali di seluruh dunia (Dryhurst et al., 2020) dan tentunya seluruh lapisan masyarakat sangat terpengaruh oleh kondisi ini. Salah satu kebijakan pemerintah yang paling utama adalah menginstruksikan untuk bekerja di rumah atau dikenal dengan istilah Work From Home (Taufik & Warsono, 2020).
Penerapan social distancing, physcial distancing, dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ini bertujuan agar rantai penularan Covid-19 dapat terputus di Indonesia sehingga pemulihan berbagai sektor strategis dapat disegerakan dan berjalan secepat mungkin.
Situasi yang membawa kepada pertanyaan bagaimanakah pelayanan publik yang dijalankan di Indonesia dalam kondisi pandemi. Hal ini menarik karena pelayanan publik yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah masih banyak dijumpai kelemahan di beberapa daerah sehingga seringkali belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat (Jamaluddin, 2016; Musdalipa et al., 2017; Rinaldi, 2012). Di setiap waktu, telaah mengenai kualitas pelayanan publik sangat menarik untuk dikaji dan diteliti karena selalu memberikan informasi dan pengetahuan yang menarik bagi para pemangku kepentingan dari organisasi publik. Sebagai contoh bagaimana kualitas pelayanan pada sektor pendidikan (Silva et al., 2017; Sulistyan et al., 2017) dan sektor layanan Kesehatan (Kitapci et al., 2014; Novira et al., 2020) telah memberikan gambaran hasil empiris yang berbeda – beda tetapi bermanfaat dalam pengembangan serta eksplorasi konsep pelayanan terutama pada organisasi sektor publik.
Secara umum kondisi pandemi merubah tentang bagaimana menjalankan organisasi, bagaimana mengelola pelayanan bagi pengguna jasa atau layanan. Di dalam kondisi pandemi mengharuskan orang harus berada di rumah karena kebijakan work from home (Darmawan & Atmojo, 2020), dimana kebanyakan orang sering bergumul dengan penggambaran kehidupan kerja dan kehidupan rumah, dan banyak yang akhirnya mengimbangi tugas yang mereka jalankan di siang hari dengan bekerja lebih lama. Sebagai implikasinya, beberapa organisasi telah merubah standar tentang bagaimana pelayanan publik dilakukan (Ramadhan & Tamaya, 2021) dengan tetap berusaha bagaimana pelayanan prima tetap diupayakan meski di dalam kondisi Pandemi (Kurdi, 2020). Hal ini menunjukkan bagaimana adaptasi dalam kondisi pandemi tetap dilakukan oleh organisasi publik. Tentu menarik apabila meninjau kembali bagaimana tingkat motivasi pelayanan publik
Di sisi lain, aparatur sipil negara (ASN) sebagai bagian integral dari organisasi publik dituntut untuk terus beradaptasi dan berinovasi sejalan dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman.
Meskipun di sisi lain aspek pengembangan dari ASN tetap menjadi perhatian dari organisasi (Romlah et al., 2019), pegawai yang bekerja di sektor publik dituntut untuk mempunyai perasaan berkewajiban dalam membantu organisasi mencapai tujuannya (Pradesa, 2018; Pradesa et al., 2019). Tentu mengelola pegawai di organisasi publik mempunyai dinamika yang berbeda jika dibandingkan pada organisasi swasta atau profit-oriented. Tidak cukup hanya dengan membuat seseorang merasa berkewajiban dalam pekerjaannya untuk membantu mencapai tujuan organisasi meski telaah tentang konsep ini begitu menarik untuk diteliti (Pradesa et al., 2018). Di dalam organisasi publik para pemimpin cenderung memotivasi pegawai untuk bertindak demi kebaikan yang lebih besar, seperti: mengutamakan organisasi dan pemangku kepentingannya, alih-alih mengejar kesejahteraan diri sendiri.
Literatur dalam kajian administrasi publik telah memasok koleksi studi yang luas tentang motivasi pelayanan publik (PSM) dan perilaku yang lazim dihasilkan di organisasi, dan PSM dikenali telah mengarahkan pada hasil kinerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa PSM secara langsung mengarah ke bentuk kinerja khusus tugas dan kontekstual. Dalam tinjauan secara teoritis, telah banyak dikenali konsep Tata Kelola Publik Baru (NPG – New Public Governance) sebagai gerakan yang oleh beberapa para ahli yang dianggap bekerja bersama dengan NPM, dan memiliki seperangkat cita-cita inti yang serupa (Osborne, 2006; Perry, 2007). NPG difokuskan pada bagaimana para pemimpin mengatur dan menyediakan tata kelola (Osborne et al., 2013), dan oleh karena itu membuat keputusan yang memengaruhi mereka yang bertanggung jawab atas penyediaan layanan. NPG menjadi lebih berpusat pada nilai dan altruistik. Alturisme adalah dasar dari motivasi pelayanan publik (Perry & Wise, 1990), dan oleh karena itu motivasi pelayanan publik dapat dikaitkan dengan gerakan New Public Governance.
Studi ini memiliki tiga hal penting : tinjauan dari manajemen sumber daya manusia terutama pada sektor publik, hubungan pemerintah-masyarakat, dan pembuatan kebijakan administrator publik.
Pertama, implikasi SDM bagi organisasi publik di semua tingkat pemerintahan sangat penting bagi masa depan organisasi publik dan relasinya dengan masyarakat. Kedua, administrator dari organisasi publik mendapatkan keuntungan dengan membuat keputusan tentang kebijakan berbasis informasi dan pengetahuan yang membantu lembaga dan masyarakat. Keputusan tentang kebijakan yang dibuat oleh administrator publik menghasilkan proses perekrutan, seleksi, pelatihan perekrutan, dan promosi aparatur sipil negara untuk melayani masyarakat yang mereka wakili. Manfaat menyeluruhnya adalah pengakuan atas perilaku dan kinerja ASN yang
menguntungkan. Tindakan administratif untuk mengenali, mengakui, dan meningkatkan prevalensi perilaku yang diinginkan sangat menjanjikan untuk memperkuat lembaga dan dukungan pemangku kepentingan masyarakat.
Untuk selanjutnya variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini diawali dengan konsep motivasi pelayanan publik, tentunya mengikuti fase penelitian PSM yang disarankan oleh Perry (2014) dimulai dengan definisi dan pengukuran PSM, mengikuti hubungan PSM dengan variabel hasil, dan akhirnya, antesedennya. Tetapi untuk diketahui bahwa penelitian ini hanya membatasi pada konsep motivasi pelayanan publik (PSM) saja, tidak menguji keterkaitan konsep dengan konsep atau variabel lainnya. Oleh karena itu, tujuan penting dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang seberapa baik ASN mempersepsikan motivasi pelayanan publik yang dirasakan selama kondisi pandemi. Hal ini penting untuk dieksplorasi dan dikaji mempertimbangkan kondisi pandemi telah merubah landskap pada berbagai banyak hal di dalam kehidupan.
Motivasi pelayanan publik merupakan hal yang paling banyak dikenali sejak pertama kali dikenalkan oleh Perry & Wise (1990). Sebelumnya telah banyak dikenali dan dikaji konsep motivasi secara umum yakni terkait kebutuhan psikologis dasar, menurut self-determination theory, adalah kebutuhan bawaan semua manusia yang memfasilitasi kesejahteraan dan bentuk motivasi otonom ketika seseorang merasa puas (Potipiroon & Ford, 2017). Tetapi Konsep ini telah berkembang dengan pesat dan dengan pengujian lintas batas dan negara sehingga telah umum dikenali dan diuji. Sebagai contoh di Korea Selatan, sebuah kajian yang dilakukan mengulas tentang bagaimana motivasi pelayanan publik mempengaruhi intensi dari mahasiswa untuk bekerja di sektor publik (Lee & Choi, 2013). Studi pemetaan tentang motivasi pelayanan publik telah dilakukan sebelumnya (Supriatna et al., 2019) dan hal ini menunjukkan pentingnya eksplorasi tentang konsep ini yang masih relevan dengan perkembangan situasi zaman. Penelitian sebelumnya telah mengulas keterkaitan penting dari motivasi pelayanan publik terhadap bentuk sikap seperti kepuasan kerja (Hidayati & Sunaryo, 2019; Putranto et al., 2018) maupun komitmen (Camilleri & Van Der Heijden, 2007; Hidayati & Sunaryo, 2019; Putranto et al., 2018). Konsep motivasi pelayanan publik ini secara umum dikenali sebagai konsep yang telah mapan dan mempunyai nilai reliabilitas konstruk yang bagus.
Secara teoritis, gambaran tentang kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penting. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survei lapangan. Penelitian ini dikategorikan
Motivasi Pelayanan Publik
Ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik
Komitmen atas kepentingan umum
Kasih sayang (Compasssion)
Pengorbanan diri
penelitian interdependensi dengan fokus kepada tujuan mengkonfirmasi satu konsep yang diamati dalam penelitian ini, yakni konsep motivasi pelayanan publik. Penelitian ini menggunakan empat instrumen yang diadopsi oleh penulis dan diadaptasi dari penelitian terdahulu yang mengukur tentang motivasi pelayanan publik. Empat instrumen tersebut merupakan dimensi dari motivasi pelayanan publik, yakni (1) ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik, (2) komitmen untuk kepentingan umum, (3) kasih sayang, dan (4) pengorbanan diri. Penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2020 dengan populasi target adalah para Aparatur Sipil Negara yang bekerja pada organisasi sektor publik atau instansi pemerintah yang berada di Kota Bandung. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling, dengan menyebarkan instrument kuesioner secara online kepada ASN di Kota Bandung untuk kemudian mendapatkan rekomendasi tentang responden potensial yang dapat direkomendasikan. Pada akhirnya sebanyak 127 responden yang berpartisipasi dan menjadi sampel dalam penelitian ini selama kurun waktu satu bulan pelaksanaan pengambilan data di lapangan. Analisis faktor konfirmatori dipergunakan dalam penelitian ini untuk menguji nilai bobot faktor dan signifikansinya dari setiap indikator dan dimensi dari motivasi pelayanan publik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengambilan data dilakukan secara online, dengan data yang telah terkumpul diolah dan kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 23 untuk menguji (1) validitas dan reliabilitas , serta (2) analisis faktor. Sebelum dilakukan analisis faktor, pengujian tentang validitas dan reliabilitas dilaksanakan terlebih dahulu untuk memastikan tingkat kriteria dari masing – masing indikator dari konstruk yang diamati pada penelitian ini.
Tabel 1. Nilai Mean dan Koefisien Korelasi
Mean Koefisien Korelasi Ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik (α = .679)
Menjadi pejabat dalam organisasi publik bisa mengubah ide bagus
menjadi undang-undang 3.71 .497
Perilaku etis pejabat publik sama penting dengan kompetensi 4.23 .470 Merasa pemberian dan pengambilan kebijakan publik menarik 3.91 .519 Komitmen atas kepentingan umum (α = .760)
Tidak egois dalam berkontribusi pada komunitas 4.17 .603
Pelayanan publik yang berarti sangat penting 4.35 .623
Kewajiban resmi kepada publik harus selalu didahulukan sebelum
loyalitas seorang pegawai kepada atasan 4.06 .555
Kasih sayang (α = .743)
Patriotisme yang meliputi tentang bagaimana mengupayakan
kesejahteraan bagi orang lain 4.21 .576
Diingatkan oleh kejadian sehari-hari tentang betapa berharganya kita
satu sama lain 4.35 .535
Sering tergerak oleh penderitaan orang-orang yang kurang mampu 4.31 .599 Pengorbanan diri (α = .801)
Menggunakan setiap energi untuk membuat dunia menjadi tempat
yang lebih adil 4.20 .729
Ada banyak penyebab umum yang patut diperjuangkan 4.10 .646 Memperjuangkan hak orang lain meskipun itu berarti akan diejek 3.98 .575 Koefisien korelasi signifikan pada level p <.001
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditunjukkan oleh Tabel 1 diatas, maka dapat dilihat bahwa reliabilitas konstruk untuk seluruh dimensi dari motivasi pelayanan publik ditemukan reliabel, dengan nilai alpha Cronbach berkisar dari 0.679 sampai dengan 0.801. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk yang diamati dalam penelitian ini mempunyai kriteria keajegan yang memadai, sehingga dimungkinkan untuk penggunaannya pada konteks serta penelitian selanjutnya. Seluruh indikator dalam setiap dimensi dari motivasi pelayanan publik ditemukan
memenuhi kriteria validitas karena mempunyai hasil koefisien korelasi berada diatas nilai 0.3, dengan rentang nilai r berkisar dari 0.470 sampai dengan 0.729. Ditinjau dari nilai rata – rata dari setiap indikator menunjukkan angka yang cenderung sangat bagus berkisar dari 3.71 sampai dengan 4.35. Untuk dimensi ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik, hal terpenting yang dinilai tinggi oleh responden adalah tentang indikator “perilaku etis pejabat publik sama penting dengan kompetensi” dengan nilai mean sebesar 4.23. Sementara untuk dimensi komitmen untuk kepentingan umum, hal terpenting yang dinilai tinggi oleh responden adalah indikator “pelayanan publik yang berarti sangat penting” dengan nilai mean sebesar 4.35. Pada dimensi kasih sayang dari motivasi pelayanan publik, hal terpenting yang dinilai tinggi oleh responden adalah indikator
“diingatkan oleh kejadian sehari-hari tentang betapa berharganya kita satu sama lain”, dengan nilai 4.35. Pada dimensi pengorbanan diri dari motivasi pelayanan publik, hal terpenting yang dinilai tinggi oleh responden adalah indikator tentang “menggunakan setiap energi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil”, dengan nilai 4.20.
Tabel 2. Nilai Bobot Faktor Setiap Indikator Pada Dimensi Motivasi Pelayanan Publik
Konstruk / Indikator Nilai Bobot
Faktor Ketertarikan Pembuatan Kebijakan Publik
Menjadi pejabat dalam organisasi publik bisa mengubah ide bagus menjadi
undang-undang 0,784
Perilaku etis pejabat publik sama penting dengan kompetensi 0,762 Merasa pemberian dan pengambilan kebijakan publik menarik 0,800 Komitmen atas kepentingan umum
Tidak egois dalam berkontribusi pada komunitas 0,833
Pelayanan publik yang berarti sangat penting 0,845
Kewajiban resmi kepada publik harus selalu didahulukan sebelum loyalitas
seorang pegawai kepada atasan 0,795
Kasih sayang
Patriotisme yang meliputi tentang bagaimana mengupayakan kesejahteraan
bagi orang lain 0,820
Diingatkan oleh kejadian sehari-hari tentang betapa berharganya kita satu
sama lain 0,786
Sering tergerak oleh penderitaan orang-orang yang kurang mampu 0,835 Pengorbanan diri
Menggunakan setiap energi untuk membuat dunia menjadi tempat yang
lebih adil 0,896
Ada banyak penyebab umum yang patut diperjuangkan 0,851
Memperjuangkan hak orang lain meskipun itu berarti akan diejek 0,795 Sumber : data primer diolah (2021)
Tabel 2 menunjukkan hasil nilai perhitungan tentang bobot faktor pada setiap indikator dari masing-masing dimensi motivasi pelayanan publik. Ditinjau dari nilai bobot faktornya, dimensi ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik cenderung direfleksikan oleh indikator “Merasa pemberian dan pengambilan kebijakan publik menarik” dengan nilai bobot faktor sebesar 0.800.
Sementara untuk dimensi Komitmen atas kepentingan umum cenderung direfleksikan oleh indikator “pelayanan publik yang berarti sangat penting” dengan nilai bobot faktor sebesar 0.845.
Pada dimensi kasih sayang dari motivasi pelayanan publik cenderung direfleksikan oleh indikator
“Sering tergerak oleh penderitaan orang-orang yang kurang mampu”, dengan nilai bobot faktor sebesar 0.835. Sedangkan dimensi pengorbanan diri dari motivasi pelayanan publik cenderung direfleksikan oleh indikator tentang “menggunakan setiap energi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil”, dengan nilai bobot faktor sebesar 0.896.
Tabel 3. Nilai Bobot Faktor dan Mean Dari Dimensi Motivasi Pelayanan Publik
Dimensi Nilai Bobot Faktor Mean
Ketertarikan pada pembuatan kebijakan
publik 0,811 3.950
Komitmen atas kepentingan umum 0,907 4.197
Kasih sayang 0,884 4.294
Pengorbanan diri 0,921 4.092
Sumber : data primer diolah (2021)
Tabel 3 menunjukkan nilai bobot faktor dan mean untuk dimensi motivasi pelayanan publik yang dipersepsikan oleh ASN di Kota Bandung. Dimensi ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik mempunyai nilai bobot faktor sebesar 0.811 dan mean sebesar 3.950. Dimensi komitmen atas kepentingan umum mempunyai nilai bobot faktor sebesar 0.907 dan mean sebesar 4.197. Dimensi kasih sayang mempunyai nilai bobot faktor sebesar 0.884 dan mean sebesar 4.294. Dimensi pengorbanan diri mempunyai nilai bobot faktor sebesar 0.921 dan mean sebesar 4.092. Nilai rerata tertinggi dari dimensi motivasi pelayanan publik adalah pada dimensi kasih sayang atau compassion, sementara nilai rerata terendah terletak pada dimensi ketertarikan pembuatan kebijakan publik. Secara umum motivasi pelayanan publik pada ASN di Kota Bandung lebih dicerminkan oleh pengorbanan diri yang dilakukannya.
Jika diurutkan berdasarkan temuan bobot faktor dalam hasil analisis penelitian, motivasi pelayanan publik direfleksikan oleh pengorbanan diri, komitmen atas kepentingan umum, kasih sayang, serta ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik. Penelitian ini mengkonfirmasi dari model motivasi pelayanan publik berdasarkan empat dimensi, dimana salah satu akar atau bagian dari motivasi pelayanan publik yang terpenting khususnya pada konteks pandemi seperti sekarang ini adalah tentang pengorbanan diri dari aparatur sipil negara dalam upaya menjalankan pelayanan publik yang lebih berkualitas.
Beberapa keterbatasan penelitian ini antara lain pengambilan sampel dari aparatur sipil negara (ASN) yang berada di Kota Bandung tanpa meneliti semua ASN secara keseluruhan. Sifat self- assessment dari kuesioner yang dikembangkan dalam menilai persepsi atas konsep – konsep yang diukur dalam penelitian ini menjadi keterbatasan lain dalam penelitian, tetapi hal ini tidak mengurangi kevalidan atau keabsahan data yang telah diperoleh.
KESIMPULAN
Dari hasil analisa kuantitatif untuk data penelitian yang telah diperoleh, dengan mengkaji berbagai fenomena dan temuan yang berhasil ditelaah, dapat disimpulkan bahwa dalam situasi pandemi motivasi pelayanan publik yang dipersepsikan ASN di Kota Bandung lebih direfleksikan oleh pengorbanan diri, komitmen atas kepentingan umum, kasih sayang, serta ketertarikan pada pembuatan kebijakan publik. Hal ini menunjukkan bahwa menggunakan setiap energi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil, memperjuangkan banyak penyebab umum dari kondisi yang lebih baik untuk masyarakat, bahkan memperjuangkan hak orang lain meskipun itu berarti akan diejek merupakan beberapa hal penting yang diungkapkan penelitian ini berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menambah kredibilitas tentang konstruk motivasi pelayanan publik ketika meninjau hasilnya pada konteks situasi pandemi. Implikasi terkait termasuk keyakinan dalam temuan, potensi proyek penelitian kolaboratif masa depan terutama dalam menjembatani praktisi dan akademik, dan perluasan studi penelitian untuk studi longitudinal. Oleh karena itu, penelitian ilmiah lebih lanjut diharapkan dapat menawarkan sarana untuk memperkuat kelemahan yang dicatat.
Hasil ini berkontribusi pada penelitian tidak hanya dengan mengisi kesenjangan tetapi memperluas temuan penelitian masa lalu dan membangun teori yang menerapkan kerangka kerja dan metode konseptual bagi penelitian di masa depan. Studi empiris tentang bagaimana motivasi pelayanan publik ditinjau secara unidimensionalitas (non-kausalitas) sangat jarang terjadi melibatkan pengukuran yang sempurna. Oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai landasan empiris untuk penelitian selanjutnya yang mengulas tentang motivasi pelayanan publik maupun keterkaitannya dengan bentuk mekanisme sikap atau perilaku individual lainnya.
Terakhir, penelitian selanjutnya dimungkinkan untuk meneliti dengan sampel ASN yang lebih
besar dan memungkinkan perbandingan diantara dua atau lebih dari tempat atau lokasi yang berbeda-beda agar mendapatkan informasi dan hal-hal yang sekiranya belum terungkap dalam penelitian ini.
REFERENSI
Camilleri, E., & Van Der Heijden, B. I. J. M. (2007). Organizational Commitment, Public Service Motivation, and Performance Within the Public Sector. In Public Performance &
Management Review (Vol. 31, Issue 2). https://doi.org/10.2753/pmr1530-9576310205 Darmawan, E., & Atmojo, M. E. (2020). Kebijakan Work from Home bagi Aparatur Sipil Negara
di Masa Pandemi Covid-19. TheJournalish: Social and Government, 1(September), 92–99.
http://thejournalish.com/ojs/index.php/thejournalish/article/view/26/15
Dryhurst, S., Schneider, C. R., Kerr, J., Freeman, A. L. J., Recchia, G., van der Bles, A. M., Spiegelhalter, D., & van der Linden, S. (2020). Risk perceptions of COVID-19 around the
world. Journal of Risk Research, 23(7–8), 994–1006.
https://doi.org/10.1080/13669877.2020.1758193
Hidayati, N., & Sunaryo, H. (2019). The effect of public service motivation on job performance through satisfaction and commitment: case of public officer in immigration office malang.
Journal of Entrepreneurship, Business and Economics, 7(1), 1–16.
Jamaluddin, Y. (2016). Model Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal TAPIs, 12(1), 54–
68.
Kitapci, O., Akdogan, C., & Dortyol, İ. T. (2014). The Impact of Service Quality Dimensions on Patient Satisfaction, Repurchase Intentions and Word-of-Mouth Communication in the Public Healthcare Industry. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 148, 161–169.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.030
Kurdi, M. (2020). Menggagas Pelayanan Prima di Masa Pandemic Covid 19. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 04, 4–9. https://docplayer.info/198685155-Menggagas-pelayanan-prima-di- masa-pandemic-covid-19.html
Lee, G., & Choi, D. L. (2013). Does Public Service Motivation Influence the College Students’
Intention to Work in the Public Sector? Evidence From Korea. Review of Public Personnel Administration, 36(2), 145–163. https://doi.org/10.1177/0734371X13511974
Musdalipa, M., Parawangi, A., & Malik, I. (2017). Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Desa Parigi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, 3(1), 47. https://doi.org/10.26618/kjap.v3i1.893
Novira, A., Priatna, R., & Pradesa, H. A. (2020). Pengaruh Dimensi Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pengguna Layanan Kesehatan Puskesmas di Kabupaten Sumedang Tahun 2019.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, Dan Perpajakan, 3(2), 288–302.
Osborne, S. P. (2006). The new public governance? Public Management Review, 8(3), 377–387.
https://doi.org/10.1080/14719030600853022
Osborne, S. P., Radnor, Z., & Nasi, G. (2013). A New Theory for Public Service Management?
Toward a (Public) Service-Dominant Approach. American Review of Public Administration, 43(2), 135–158. https://doi.org/10.1177/0275074012466935
Perry, J. L. (2007). Democracy and the new public service. American Review of Public Administration, 37(1), 3–16. https://doi.org/10.1177/0275074006296091
Perry, J. L. (2014). The motivational bases of public service: foundations for a third wave of research. Asia Pacific Journal of Public Administration, 36(1), 34–47.
https://doi.org/10.1080/23276665.2014.892272
Perry, J. L., & Wise, L. R. (1990). The Motivational Bases of Public Service. Public Administration Review, 50(3), 367–373. https://doi.org/10.1111/j.1540-6210.2005.00466.x Potipiroon, W., & Ford, M. T. (2017). Does Public Service Motivation Always Lead to
Organizational Commitment? Examining the Moderating Roles of Intrinsic Motivation and Ethical Leadership. Public Personnel Management, 46(3), 1–28.
https://doi.org/10.1177/0091026017717241
Pradesa, H. A. (2018). Peran Komitmen Afektif Dalam Memperkuat Dampak Dari Dimensi Iklim Kerja Etis Terhadap Perasaaan Berkewajiban Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 12(2), 16–29.
Pradesa, H. A., Dawud, J., & Affandi, M. N. (2019). Mediating Role of Affective Commitment in The Effect of Ethical Work Climate on Felt Obligation Among Public Officers. JEMA:
Jurnal Ilmiah Bidang Akuntansi Dan Manajemen, 16(2), 133–146.
https://doi.org/10.31106/jema.v16i2.2707
Pradesa, H. A., Taufik, N. I., & Novira, A. (2018). Isu Konseptual Tentang Perasaan Berkewajiban (Felt Obligation) Individu Dalam Perspektif Kerangka Pertukaran Sosial. Wiga : Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 8(1), 1–11. https://doi.org/10.30741/wiga.v8i1.231
Putranto, R. A., Setiajatnika, E., & Fahmi, I. (2018). The Effect of Public Service Motivation and Job Satisfaction on Public Officers’ Performance through Commitment. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 8(12), 1422–1435.
https://doi.org/10.6007/ijarbss/v8-i12/5247
Ramadhan, R. F., & Tamaya, V. (2021). Standar Pelayanan Publik di Masa Pandemi Covid-19:
Studi Pelayanan Perpustakaan ITERA. Jurnal Studi Ilmu Sosial Dan Politik, 1(1), 57–66.
https://doi.org/10.35912/jasispol.v1i1.365
Rinaldi, R. (2012). Analisis Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal), 7(1), 22–34.
Romlah, N. S., Sedarmayanti, S., Gunawan, S., & Pradesa, H. A. (2019). Human Resource Development Among Administrative Staff at Faculty of Nursing Science , Padjadjaran University ( UNPAD ) Bandung Human Resource Development Among Administrative Staff at Faculty of Nursing Science , Padjadjaran University ( UNPAD ) Bandung.
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 9(7), 424–436.
https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v9-i7/6135
Silva, D. S., Moraes, G. H. S. M. de, Makiya, I. K., & Cesar, F. I. G. (2017). Measurement of perceived service quality in higher education institutions: a review of HEdPERF scale use.
Quality Assurance in Education, 25(4), 415–439.
Sulistyan, R. B., Pradesa, H. A., & Kasim, K. T. (2017). Peran Mediasi Kepuasan Dalam Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Citra Institusi Terhadap Retensi Mahasiswa. Wiga : Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 7(2), 77–78. https://doi.org/10.30741/wiga.v7i2.337
Supriatna, M. D., Pradesa, H. A., & Priatna, R. (2019). Literature Review and Conceptual Models Development on Public Services Motivation. Warmadewa Management and Business Journal (WMBJ) Agustus, 1(2), 102–110. https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wmbj Taufik, T., & Warsono, H. (2020). Birokrasi baru untuk new normal: tinjauan model perubahan
birokrasi dalam pelayanan publik di era Covid-19. Dialogue: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 2(1), 1–18. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dialogue/article/view/8182