• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FIKIH TENTANG PERKAWINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN FIKIH TENTANG PERKAWINAN "

Copied!
93
0
0

Teks penuh

Memperhatikan faktor expertyyatul, khususnya expertyyatul ada>', maka penderita gangguan jiwa pasti tidak bisa menerimanya. Namun saya melihat ada keinginan pada penderita gangguan jiwa yang tinggal di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong Ponorogo.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penegasan Istilah

Baik pernikahan penyandang disabilitas intelektual dengan penyandang disabilitas intelektual, maupun pernikahan penyandang disabilitas intelektual dengan orang normal.

Telaah Pustaka

Tinjauan Hukum Islam Studi Kasus Pernikahan Penyandang Disabilitas Mental di Pusat Rehabilitasi Yayasan Pembinaan Anak Penyandang Disabilitas (YPAC) Semarang”. 20. 20 Ika Aula Riskiyah, “Review Hukum Islam Terhadap Perkawinan Penyandang Disabilitas Mental Studi Kasus di Balai Rehabilitasi Yayasan Pembinaan Anak Penyandang Disabilitas (YPAC) Semarang” (Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2010).

Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan berbagai penelitian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut pernikahan penyandang disabilitas mental. Dan di desa tersebut terdapat beberapa praktik perkawinan yang dilakukan oleh para penyandang disabilitas mental yang telah menghasilkan keturunan dari perkawinan tersebut.

Sistematika Pembahasan

Analisis data merupakan suatu proses menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.29 Analisis data yang digunakan penulis dalam menyajikan laporan ini adalah metode analisis deskriptif dengan perspektif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah proses analisis data dengan maksud untuk menggambarkan keseluruhan analisis data yang disajikan dalam bentuk kata-kata, tanpa menggunakan rumus dan pengukuran statistik.

TINJAUAN FIKIH TENTANG PERKAWINAN

Pengertian Perkawinan

Menurut Abu> Zahrah, perkawinan adalah suatu akad yang menghalalkan hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang saling tolong-menolong, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi menurut ketentuan syariat. Menurut Abdurrah}man Al-Ja>ziri, perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia.

Dasar Hukum Perkawinan

Dari beberapa pengertian perkawinan di atas, dapat dipahami bahwa perkawinan adalah suatu akad antara calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan berdasarkan kemauan dan kesukaan kedua belah pihak, serta untuk membenarkan percampuran di antara keduanya.

مورلا

اس لا

رو لا

اور

ااَقَو

ااَق

جام نبا و ىذمرلا )

Perkawinan Orang Safih

Oleh karena itu, orang yang tidak mempunyai atau tidak mempunyai alasan tidak dibebani taklif karena dianggap tidak mampu memahami hukum taklif. Sementara itu, Imam Syafii mengatakan, penyandang disabilitas mental tidak berhak memutuskan apapun yang berkaitan dengan dirinya.

Syarat Dewasa Dalam Perkawinan

Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan sel telur oleh sperma, sedangkan keluarnya sperma pada pria merupakan tanda kedewasaan. Sedangkan Hanafi menetapkan usia kedewasaan bagi anak laki-laki pada usia delapan belas tahun dan bagi anak perempuan pada usia tujuh belas tahun. Pendapat Hanifah mengenai usia pubertas paling tinggi, sedangkan usia paling rendah adalah dua belas tahun untuk laki-laki dan sembilan tahun untuk perempuan.

Dari segi Imamiyah, mazhab ini menetapkan umur baligh bagi kanak-kanak lelaki pada usia lima belas, manakala bagi kanak-kanak perempuan pada usia 9. 63. Disyaratkan juga bahawa seseorang itu boleh dikenakan beban hukum sekiranya dia telah menunaikannya. syarat-syarat berikut: hendaklah ia mempunyai kebolehan memahami dalil taklif, hendaklah ia berumur, hendaklah ia mampu memikul beban taklif iaitu Ahliyyah al-Wuju>b dan Ahliyyah al-Ada>'. 64. Majelis Ulama' Indonesia memberi fatwa bahawa umur layak untuk berkahwin ialah umur mampu melakukan dan menerima hak (Ahliyyah al-Wuju>b dan Ahliyyah al-Ada>').65 Begitu juga dalam a akad nikah, pihak yang melaksanakan akad sebagai unsur pertama dan kedua, lelaki pengantin lelaki-.

Namun kedewasaan seseorang juga dilihat dari kematangan berpikir, keseimbangan psikis dan kematangan sosial, dan orang tersebut merupakan orang blasteran yang mampu terbebani hukum dan terbebani hak dan kewajiban untuk bertindak dihadapan hukum dan mereka. juga mempunyai ketrampilan yang disebut Expertyyah al-Wuju>b dan Expertyyah al -There>'.

Hak dan Kewajiban Suami Istri

  • Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami dari
  • Hak bersama suami istri

Dalam hubungan suami istri dalam keluarga, suami mempunyai hak dan istri juga mempunyai hak. Adanya hak dan kewajiban suami istri dalam kehidupan rumah tangga terlihat dalam ayat Al-Qur’an antara lain yaitu pada ayat Al-Baqarah 228. Sedangkan menurut Seyyid Sa>bik, hak dan kewajiban suami dan isteri adalah hak-hak perempuan yang merupakan kewajiban suami dan kewajiban suami.

69 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Hukum Perkawinan (Jakarta: Kencana. Kewajiban suami yang merupakan hak kebendaan atau kebendaan terhadap istri adalah sebagai berikut. Hal ini sejalan dengan surat Al-Ru>m ayat 21 , karena ayat tersebut diperlihatkan kepada setiap laki-laki dan perempuan.

Hak dan kewajiban suami istri dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 diatur dalam Bab VI Pasal 30 sampai dengan Pasal 34.

Gambaran Umum Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Ponorogo 1. Profil Desa

  • Kependudukan
  • Jumlah Kepala Keluarga
  • Keadaan Keagamaan
  • Keadaan Ekonomi
  • Sarana dan prasarana
  • Keadaan Penyandang Cacat Mental

Desa Karangpatihan mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar dibandingkan desa lain di Kecamatan Balong, jumlah penduduknya sebanyak 5.750 jiwa dengan rincian sebagai berikut;106. Desa Karangpatihan merupakan desa yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam yang beriman dan taat pada agamanya, sedangkan yang menganut agama lain hanya ada 2 orang yaitu seorang laki-laki dan seorang istri yang berdomisili di Dukuh Bibi. Penduduk Desa Karangpatihan sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani yang mempunyai lahan sawah atau padang rumput yang sangat terbatas.

Jadi bisa dikatakan mereka hanyalah buruh tani, karena setelah selesai menggarap lahannya sendiri, sebagian besar dari mereka akan bekerja sebagai buruh tani pada tuan tanah di desa Karangpatihan dan desa-desa yang berbatasan dengan Karangpatihan. :109. Kelembagaan desa yang ada di desa Karangpatihan antara lain pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Desa Karang Taruna, PKK dan Tokoh Masyarakat. Desa Karangpatihan memiliki 34 RT dan 8 RW serta empat dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Bibis, Dusun Bendo dan Dusun Kemerdekaan Rejo.

Gangguan jiwa sedang adalah mereka yang masih bisa diajari bekerja, namun terkendali, namun untuk kategori sedang di desa Karangpatihan tidak diajarkan bekerja.

Tabel   BATAS DESA
Tabel BATAS DESA

Perkawinan Penyandang Cacat Mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Ponorogo

Pernikahan Penyandang Disabilitas Mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Ponorogo. hal itu disaksikan oleh setiap saksi baik mahar, wali maupun panitera yang menghadirkan. Menurut Pak Samuji, syarat bagi penyandang disabilitas mental dewasa ada 2, yaitu terkait dengan usia yang cukup dan terkait dengan kemampuannya dalam bekerja. Sesuai dengan penjelasan Bapak Modin Nyamud di atas, syarat dewasa bagi penyandang disabilitas mental untuk menikah adalah cukup umur dan mampu bekerja.

Soal batasan usia, menurutnya, ia menaati aturan yang berlaku dan sebagian besar penyandang disabilitas mental menikah pada usia 30 tahun. Katiran diatas, syarat dewasa bagi penyandang disabilitas mental untuk menikah dilihat pertama dari keinginan penyandang disabilitas untuk menikah, kedua dari segi usia kemudian kemampuannya untuk bekerja atau tidak, jika semua syarat tersebut terpenuhi, maka penyandang disabilitas mental akan menikah. penyandang disabilitas bisa menikah. Dari uraian informan di atas dapat dipahami bahwa kriteria yang digunakan masyarakat Dusun Tanggung Desa Karangpatihan dalam menentukan syarat dewasa bagi penyandang disabilitas mental untuk dapat melangsungkan perkawinan adalah.

Pemenuhan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan penyandang disabilitas intelektual di desa Karangpatihan kecamatan Balong Ponorogo.

Pemenuhan hak dan kewajiban bagi suami istri penyandang cacat mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Ponorogo

Terkait pemenuhan nafkah berupa materi bagi perempuan penyandang disabilitas mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Ponorogo, beberapa informan memberikan informasi, termasuk menurut Ibu Simis secara khusus. Menurut Mas Sutris, dia adalah anak dari pasangan penderita gangguan jiwa Toirin dan Sipon yang menikah pada tahun 1983. Menurut dia, memang demikian. 130 Hasil wawancara dengan Ny. Woni, ibu penyandang disabilitas mental, Minggu 05-Juli-2015. Kalau untuk roti, sebanyak kesempatan Parmini abang, karya Parmini hanya untuk Bao.

144 Hasil Wawancara dengan Tuni, Penyandang Disabilitas Mental, Minggu 05-Juli-2015. dunia sehingga yang membantu perekonomian dan membantu biaya sekolah Mulyono selama 3 tahun terakhir adalah orang tua penyandang disabilitas. 146 Hasil Wawancara Samin dan Kati, Penyandang Disabilitas Mental, Kamis 02-Juli-2015. jadi kalau aku lepaskan saja aku kasihan pada cucuku, Bu. kalau iya, aku sering mengunjungi mas). 147. Sedangkan menurut ibu Paus, “Nah mas, nenekku di sini membawa timun, ambi warna-warni”. iya mas, saya tinggal serumah dengan timun dan jeruk). 148 Hasil wawancara dengan Ibu Sipon, ibu penyandang disabilitas mental, Sabtu 4 Juli 2015. Hal tersebut didasari oleh kemampuan mereka dalam memiliki anak.

Analisis Fiqh Persyaratan Pernikahan Orang Dewasa Bagi Penyandang Cacat Jiwa di Desa Karangptihan Kecamatan Balong Ponorogo.

Analisa Fikih Tetatang Syarat Dewasa Dalam Perkawinan Penyandang Cacat Mental di Desa Karangptihan Kecamatan Balong Ponorogo

Menurut penjelasan dari Bpk. Eko Mulyadi di atas, bahwa jika dilihat dari segi kematangan biologis dan usia, penyandang disabilitas mental yang telah melakukan perkawinan dapat dikatakan sudah dewasa. Sehingga jika dilihat dari segi usia, penyandang disabilitas mental yang melakukan perkawinan dapat dikatakan sudah dewasa. Menurut penjelasan dari Bpk. Katiran diatas adalah penyandang disabilitas mental yang melangsungkan pernikahan sudah sangat dewasa.

Sedangkan pada prakteknya mereka menikah pada usia 27 tahun atau lebih, ada pula yang berusia 30 tahun. Jadi jika dilihat dari usianya, bisa dikatakan pernikahan tersebut dilakukan oleh para penderita gangguan jiwa yang tinggal di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong. Ponorogo menjadi sah. Sehingga perkawinan yang dilakukan oleh penderita gangguan jiwa yang tinggal di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Ponorogo adalah sah dan dapat diproses. Jadi penderita gangguan jiwa yang menikah dari segi kedewasaan sudah tercukupi dan bisa dipertimbangkan.

Analisis Fiqih Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Penyandang Disabilitas Mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong.

Analisa fikih tentang pemenuhan hak dan kewajiban suami istri bagi penyandang cacat mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong

Secara umum, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hak dan kewajiban orang normal dan penyandang disabilitas intelektual. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban yang dimiliki orang normal pada umumnya, yang membedakan hanyalah siapa yang bertanggung jawab merawatnya jika suami mengalami gangguan jiwa. Kewajiban suami terhadap istrinya, atau hak-hak istri terhadap suaminya, dapat dibedakan menjadi dua bagian.

Mampukah mereka memenuhi hak dan kewajiban suami istri, bagaimana cara memenuhi hak dan kewajiban suami istri dan lain sebagainya. Dari beberapa penjelasan di atas diperoleh data bahwa dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban suami istri tidak jauh berbeda dengan orang normal pada umumnya, hanya saja yang membedakannya adalah karena kemampuan intelektualnya mempunyai apa yang dimilikinya. berada di bawah normal dalam hal pemenuhannya. Mengenai ketaatan terhadap hak dan kewajiban suami istri, peneliti berkesimpulan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal ini dan sesuai dengan fiqih.

Akan tetapi menjadi tanggung jawab wali atas mereka dengan memperhatikan hak milik dan kewajiban yang menimpa mereka.

Kesimpulan

Saran-saran

Gambar

Tabel   BATAS DESA
Tabel  Jumlah Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki- laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang