• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP GADAI SAWAH TANPA BATAS WAKTU

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP GADAI SAWAH TANPA BATAS WAKTU "

Copied!
56
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian Relevan

Makalah berjudul “Tradisi Gadai Masyarakat Tanjung Harapan, Kota Bumi Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam” Karya Zakiatun Nufus Prodi Ekonomi Islam, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam.7. Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana tradisi gadai masyarakat Tanjung Harapan, Kota Bumi, dilihat dari perspektif ekonomi Islam. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa tradisi gadai masyarakat Tanjung Harapan di Kota Bumiada ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai dengan ekonomi Islam.

Kemudian yang membedakan dengan penelitian penulis adalah hak kuasa atas jaminan (marhun) dan pencegahan riba serta dalam ketentuan jenis barang yang menjadi jaminan (marhun). Makalah lain yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah artikel yang berjudul “Penyelesaian Gadai Dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Kasus Di Desa Balerejo 40 A Kecamatan Batanghari Lampung Timur”. Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana penyelesaian gadai dalam perspektif ekonomi Islam di Desa 40 A Balerejo Kecamatan.

7Zakiatun Nufus, Tesis: Tradisi Pegadaian Masyarakat Tanjung Harapan, Kota Bumi Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam, (Metro: Stain JuraiSiwo Metro, 2016). 9Husnul Khotimah, Tesis: Penyelesaian Ikrar dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Desa Balerejo 40 A, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur), (Metro: Stain Jurai Siwo Metro, 2016). Batanghari, Lampung Timur Hal yang sama dengan penelitian penulis adalah tentang objek penelitian yaitu masalah sandera di Desa Balerjo Kecamatan Batanghari Lampung Timur.

Kemudian perbedaannya adalah tesis Husnul Khotimah membahas penyelesaian gadai dalam perspektif ekonomi Islam, sedangkan penelitian penulis membahas tinjauan hukum dagang syariah tentang gadai sawah tanpa batas waktu. Makalah lain yang secara umum berkaitan dengan penelitian penulis adalah makalah yang berjudul “Penurunan Nilai Ekonomis Barang Jaminan Dalam Praktek Gadai Ditinjau Dari Aspek Keadilan Menurut Etika Bisnis Islam Studi Kasus Pengadaan Syariah 15 A Iringmulyo Metro Timur”. Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana penyusutan nilai ekonomi agunan untuk praktik gadai ditinjau dari perspektif keadilan menurut etika bisnis Islam pada pengadaan syariah 15 A Iringmulyo Metro Timur.

Bedanya, tesis ini membahas tentang penyusutan nilai ekonomi barang sebagai agunan praktik gadai dari perspektif keadilan sesuai dengan etika bisnis Islam. 11 Siti Aminah, Tesis: Penyusutan nilai ekonomi barang yang diasuransikan dalam praktik gadai ditinjau dari perspektif keadilan sesuai dengan etika bisnis Islam (studi kasus pengadaan umum syariah 15 A Iringmulyo Metro Timur), (Metro: Stain Jurai Siwo Metro, 2016). Namun dalam penelitian yang akan dikaji oleh peneliti lebih ditekankan pada tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap penjaminan sawah tanpa batas waktu.

LANDASAN TEORI

  • Dasar Hukum Gadai
  • Rukun, Syarat dan Ketentuan Gadai
  • Hukum Perikatan Perjanjian dan Pemanfaatan Gadai
    • Pemanfaatan Gadai
  • Batas Waktu Gadai

Jaminan merupakan suatu barang yang mempunyai nilai sehingga kreditur sewaktu-waktu dapat menjualnya jika debitur tidak mampu membayar utangnya. Menurut Pasal 373(1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), disebutkan bahwa rukun akad rahn adalah murtahin, rahin, marhun, marhun bih/utang dan akad. Pasal 374 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah menyatakan bahwa para pihak yang melakukan akad rahn harus memiliki kesanggupan hukum.30 Kesanggupan hukum adalah wajar, dewasa atau dewasa atau tidak dalam tekanan.

Adapun syarat-syarat shihat atau akad, Hanafi menyatakan bahwa shihat rahn tidak boleh menggunakan syarat-syarat atau dikaitkan dengan apapun. Hanafiyah berpendapat bahwa barang dapat diperjualbelikan, bermanfaat, jelas, milik rahin, dapat dipindahtangankan, tidak digabungkan dengan barang lain, dimiliki (dikuasai) oleh rahin, dan merupakan harta tetap.33 Dalam Pemungutan Pasal 379 Hukum Dagang Syariah disebutkan bahwa marhun harus bernilai dan dapat dipindahtangankan. Pada prinsipnya marhun tidak boleh menggunakan murtahin kecuali atas izin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan penggunaannya hanya sebagai imbalan pemeliharaan dan pemeliharaan.

Malah, barang-barang perisai (mati) tidak boleh dimanfaatkan oleh rahin atau murtahin, melainkan mendapat kebenaran daripada pihak berkenaan. Menurut Hanafiyah, kedua-dua rahin dan murtahin sama sekali tidak boleh mengambil manfaat daripada si mati melainkan ada persetujuan daripada masing-masing pihak. Menurut sebahagian Hanafiyah, murtahin tidak boleh mengambil kesempatan ke atas si mati, walaupun ada izin dari rahin, kerana ini termasuk riba.

Jumhur Fuqaha, selain ulama Hanabilah berpendapat bahwa pemegang agunan (murtahin) tidak boleh menggunakan agunan karena bukan milik seluruhnya. Dan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 396 disebutkan bahwa murtahin tidak boleh menyalahgunakan marhun tanpa izin rahin. Batas waktu penggadaian menurut hukum Islam tercantum dalam Pasal 402 dan 403 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Sekiranya pada masa yang ditetapkan, penerima gadaian masih belum melunaskan hutangnya, maka penerima gadaian boleh dipaksa oleh si mati untuk menjual barang gadaian itu dan kemudian menggunakannya untuk membayar hutang. Sekiranya penerima gadaian enggan membayar balik hutangnya dan menjual barang gadaian, maka kerajaan boleh menjatuhkan hukuman penjara supaya dia menjual barang gadaian itu. 51. Jika dia tidak menjualnya, maka kerajaan menjual barang yang dicagarkan dan membayar balik hutang daripada nilai hasil jualan itu.

Malikiyah berpendapat bahwa pemerintah dapat menjual barang gadai tanpa memenjarakannya, dan dapat melunasi hutang dengan hasil penjualan. Sehingga ketika waktu yang ditentukan telah habis, penjual dapat membeli kembali barang yang dijualnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber data

Sumber data primer adalah sumber pertama dimana suatu data dihasilkan,59 sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data primer atau sumber pertama di lapangan.60 Sebagai sumber data primer penulis mengambil data secara langsung. terkait dengan kegiatan masyarakat Desa Balerejo khususnya para penggadai sawah. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku literatur, dokumen berupa laporan, majalah, jurnal, internet dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Sebagai sumber data sekunder, penulis mengambil tulisan-tulisan terkait ikrar, antara lain buku Fikh Ekonomik Syariah: Fikh Muamalah karya Mardani, Kompilasi Lay-Out Hukum Ekonomi Syariah Fauzan, dan Pengantar Hukum Adat Indonesia karya Hilman Hadikusuma.

Teknik Pengumpulan Data

Dimana pelaku penyanderaan di Desa Balerejo terdiri dari 16 orang pemberi sandera (rahin) dan 17 orang penyandera (murtahin). Proses pendokumentasian ini dilakukan untuk mengumpulkan data terkait kegiatan pemadatan sawah masyarakat Belerejo Batanghari, Lampung Timur. Hal ini digunakan untuk memverifikasi kebenaran segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pengrusakan sawah masyarakat Desa Balerejo, Batanghari, Lampung Timur, dan dapat digunakan untuk mendukung hasil wawancara.

Analisis kualitatif dalam penelitian digunakan jika data penelitian yang terkumpul di lapangan juga memiliki karakteristik kualitatif.66 Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi pegadaian di lapangan yaitu masyarakat desa Balerejo, Batanghari, Lampung Timur, akan diolah dengan teknik deskriptif kualitatif. Temuan ini akan menjawab permasalahan peneliti yaitu tinjauan hukum Islam terhadap gadai sawah tanpa batas waktu di Desa Balerejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur. Desa Balerejo dikelilingi oleh desa sekitar seperti desa Adirejo, desa Bumimas, desa Batangharjo dan desa Bumiharjo.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan peneliti kepada masyarakat desa balerejo kec. Sementara dalam praktik penjaminan sawah oleh masyarakat Desa Balerejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, tidak ada kejelasan batas waktu. Sedangkan kontrak yang dilakukan oleh masyarakat kota Balerejo, Kabupaten Batanghari tidak menjelaskan batas waktu penjaminan.

Sedangkan akad yang dilakukan oleh masyarakat Desa Balere merugikan salah satu pihak, pihak yang merasa paling dirugikan adalah gadai (rahin) karena tanah yang dijadikan jaminan akan menjadi milik orang yang digadaikan (murtadin) sehingga hasil dan pakai sampai penerbit (rahin) mampu melunasi hutangnya. Sedangkan gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Balerejo Sawah yang dijadikan jaminan oleh gadai (rahin), hasilnya diambil oleh gadai (murtahin) sampai batasnya. Praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Balere pada umumnya sama, artinya barang gadai pada umumnya digunakan oleh para murtahin.

Hal ini seperti adat/kebiasaan di Desa Balerejo yang menggunakan harta gadai murtahin dan hasilnya menjadi milik murtahin seluruhnya tanpa ada pembagian keuntungan antara rahin dan murtahin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai praktik gadai sawah oleh masyarakat Desa Balerejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur dapat disimpulkan bahwa praktik gadai sawah di Desa Balerejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur belum sesuai dengan kaidah hukum ekonomi syariah dan hadits. Hal ini terlihat dari akad gadai yang dilakukan oleh masyarakat desa Balerejo kecamatan Batanghari Lampung Timur tidak sesuai karena salah satu pihak yaitu gadai atau rahin dirugikan, dimana jual beli harus ada kerelaan antara keduanya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Balerejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur tidak sesuai dengan hukum ekonomi syariah. Bagi masyarakat Desa Balerejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur dihimbau agar memperhatikan kaidah-kaidah dalam bermuamalah khususnya mengenai hipotek agar tidak menyimpang dari ketentuan syariat Islam.

Tabel 4.1: Batas-Batas Desa
Tabel 4.1: Batas-Batas Desa

Gambar

Tabel 4.1: Batas-Batas Desa
Tabel 4.3: Mata Pencaharian Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

English language teaching research shows great interest in integrative and instrumental motivation; however, no research has been carried out on these two

Understanding the concept according to Ruseffendi 1998: 157 is an abstract idea that Abstract The purpose of this research in the design of Quasi Experiment is to investigate the