• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinjauan hukum islam terhadap adat perkawinan desa

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "tinjauan hukum islam terhadap adat perkawinan desa"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sebagai bahan renungan dan masukan bagi masyarakat yang hendak menikah, agar pernikahan yang dianggap suci tidak ternodai oleh adanya adat-istiadat yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Kajian Pustaka

Disertasi Suharti tahun 2008 berjudul “Tradisi Kaboro Co'i dalam Hukum Masyarakat Bima Perspektif 'urf di Kecamatan Monta Kabupaten Bima”. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya tradisi perkawinan Koboro Co'i. 4 Suharti, “Tradisi Kaboro Co'i dalam Perkawinan Masyarakat Bima Ditinjau dari 'urf di Kecamatan Monta Kabupaten Bima” (Skripsi, UIN Malang, 2008).

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Metode Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Soerjono Soekanto sumber data dibagi menjadi tiga yaitu: sumber data primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier 7 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah. Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti. Tahapan ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami data yang berkaitan dengan penelitian ini.

Sistematika Pembahasan

Tradisi Penebusan Kembar Mayang merupakan produk budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Tulung. Tradisi kurban dan ritual pasangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung tidak mempengaruhi keabsahan pernikahan. Mengenai objeknya, tradisi sembelihan berpasang-pasangan dan juga ritual yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung dikategorikan ke dalam 'urf amali'.

Dilihat dari ruang lingkupnya, tradisi kurban berpasang-pasangan dan juga ruwatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung termasuk dalam 'urf Khashah, yaitu tradisi yang dikenal luas oleh semua kalangan. Adapun tujuannya, tradisi bubak krater dan juga temu mayang kembar termasuk dalam 'urf' amali, yaitu adat masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau muamalah sipil. Dari segi ruang lingkup, tradisi bubak krater dan mayang kembar lepas termasuk dalam 'urf khashah, yaitu adat istiadat yang berlaku di masyarakat dan di daerah tertentu.

Tradisi mendobrak kawah dan melahirkan anak kembar dari mayang di Desa Tulung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo memenuhi syarat sebagai 'urf. Adat-istiadat yang mengiringi perkawinan di Desa Tulung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo dapat dikategorikan menjadi 'urf fasid dan 'urf shahih. Adat yang tergolong dalam 'urf fasid meliputi tradisi sesaji pare dan juga ruwatan.

Sedangkan adat yang mengiringi perkawinan di Desa Tulung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo yang sesuai dengan syariat Islam atau bisa dikategorikan dalam 'urf shahih', yaitu tradisi melahirkan anak kembar mayang dan juga bubak krater.

PERKAWINAN DAN ‘URF

Pengertian Perkawinan

Dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata “kawin” yang artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, jenis kelamin atau persetubuhan. Sedangkan menurut syara', perkawinan adalah suatu perikatan antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan untuk saling memuaskan dan membentuk dada rumah tangga yang sakinah dan masyarakat yang sejahtera. Para ahli fikih mengatakan bahwa zawwaj atau nikah adalah akad yang mengandung kata inkah atau tazwij secara keseluruhan.1 Hal ini sesuai dengan istilah yang ditulis oleh Zakiya Darajat dan para sahabat yang mendefinisikan nikah sebagai berikut.

Artinya: “Aqad yang berisi ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan kata nikah atau tazwij atau arti keduanya.” Jadi dapat disimpulkan bahwa perkawinan adalah akad antara seorang pria dengan seorang wanita berdasarkan kehendak dan pilihan kedua belah pihak, yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang ditentukan oleh syara' untuk menghalalkan. percampuran antara keduanya sehingga saling membutuhkan satu sama lain untuk menjadi sekutu sebagai pasangan hidup dalam keluarga.

Dasar Hukum Perkawinan

Pernikahan juga wajib bagi orang yang berbadan sehat, yang akan melindungi jiwa dan menyelamatkannya dari tindakan ilegal. Dilarang menikah bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak dapat menjalani kehidupan berumah tangga, melakukan tugas lahiriah seperti mencari nafkah, sandang, perumahan, dan tugas mental seperti mengganggu istri. Menikah adalah sunnah bagi orang yang mampu tetapi masih mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang haram, dalam hal demikian perkawinan lebih baik dari pada selibat karena Islam tidak mengajarkan selibat.

Nikah Mubah, yaitu seseorang yang tidak terhalang untuk menikah dan keinginan untuk menikah belum membahayakan dirinya, dia tetap tidak wajib menikah dan tidak haram jika dia belum menikah.

Rukun dan Syarat Perkawinan

Syarat-syarat shigat adalah shigat (bentuk akad) harus dilakukan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang yang membuat akad, penerima akad dan saksi, shigat harus menggunakan tuturan yang menunjukkan waktu akad. . dan saksi. Shigat harus menggunakan kalimat past tense, atau kalimat future tense harus digunakan.

Perkawinan Adat Jawa

  • Upacara Perkawinan Adat Jawa
  • Upacara Khusus dalam Perkawinan

Disebut pengantaran tukon, ketika hari pernikahan sudah dekat, keluarga calon mempelai pria menghadiahkan keluarga calon putri dengan banyak hasil bumi, peralatan rumah tangga, dan terkadang beserta sejumlah uang. Menjelang waktu pernikahan, sekitar 7 hari sebelumnya, kedua mempelai tidak boleh keluar rumah. Seminggu sebelum dimulainya pernikahan, pihak pernikahan menyiapkan tarub (tenda) dan tratak (hiasan dengan berbagai jenis daun dan buah).

Tempat penempatan tenda adalah di depan rumah, panggung untuk segala jenis hiburan, di depan dapur, di kedua sisi rumah. Usai akad nikah, dilanjutkan dengan upacara panggih, dimana kedua mempelai dipersatukan sesuai adat. Setelah rombongan mempelai pria tiba dengan.. 10Di sana, 23. . bawa sanggan pisang berisi gedang ayu, suruh ayu melambangkan harapan keselamatan atau "sedyo rahayu", ibu mempelai wanita menerima sanggan dan menyimpannya.

Kemudian diadakan upacara serah terima, dilanjutkan dengan upacara panggih yang mempertemukan kedua mempelai.

Konsep Ushul Fiqih tentang ‘Urf

  • Pengertian ‘Urf
  • Macam-macam ‘Urf
  • Syarat-syarat ‘Urf
  • Kehujjahan Hukum ‘Urf
  • Dasar Hukum ‘Urf

Arti harfiah 'urf' adalah keadaan, perkataan, perbuatan atau bekal yang telah diketahui orang dan telah menjadi tradisi untuk mengamalkan atau meninggalkannya. Ushul fiqh ulama membagi 'urf' menjadi tiga aspek, yaitu dari segi objeknya, dari segi ruang lingkupnya dan dari segi keabsahannya dalam pandangan syrah. Mengenai keabsahannya dari segi syara', 'Abdul-Wahhab Khallaf' membagi 'urf' menjadi dua bagian, yaitu 'urf sahih dan 'urf fasid.

Adapun 'urf fasid, yaitu kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan dalil syara', seperti kebiasaan memberi suap untuk memenangkan suatu perkara, dimana seseorang memberikan sejumlah uang kepada hakim. Abdul Wahab Khallaf menegaskan bahwa urf shahih harus diperhatikan dalam menetapkan hukum dan keputusan, karena adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat berarti sudah menjadi kebutuhan dan kebaikan atau kemaslahatan di antara mereka. Hal-hal yang berkaitan dengan hadis ('urf) memerlukan penjelasan, karena Allah tidak menurunkan syariat yang rinci.

Validitas al-'Urf harus dipertahankan oleh seorang mujtahid dalam membuat undang-undang dan oleh seorang hakim dalam memutus perkara. Sedangkan mengenai Al-'Urf Fasid tidak perlu dibela karena menegakkannya berarti bertentangan dengan usul syariat atau meniadakan syariat. Al-'Urf mengatakan dalam ayat di mana manusia diperintahkan untuk melakukannya, oleh ulama Ushul Fiqh.

Berdasarkan dalil 'Urfa di atas sebagai dalil hukum, para ulama khususnya ulama Hanafi dan Maliki merumuskan peraturan hukum mengenai Al-'Urfa, salah satunya adalah (adat boleh menjadi hukum). 24.

Tradisi Perkawinan Islam

Paparan Data Umum

  • Sejarah Singkat Desa
  • Letak Geografis
  • Kondisi Sosial Kemasyarakat

Sedangkan cerita desa Tulung versi kedua, yaitu pernah ada 3 Patih yang berasal dari keraton Panembahan Senopati Solo. Atas kesediaan gubernur untuk membantu pengobatan penyakit masyarakat setempat, akhirnya nama desa ini menjadi Desa Tulung. Desa Tulung merupakan desa yang terdiri dari empat desa yaitu Dusun Pilang, Dusun Mendakilang, Dusun Tulung dan Dusun Dorokenong.

Penduduk desa Tulung juga berprofesi sebagai PNS, TNI, Polri, bidan, perawat, pegawai swasta, guru swasta dan lain-lain. Berdasarkan data pemerintah desa tahun 2016, jumlah penduduk desa Tulung terdiri dari 1190 KK, yang terdiri dari 991 KK laki-laki dan 199 KK perempuan. Untuk itu Desa Tulung sudah memiliki lembaga pendidikan di bidang umum dan keagamaan.

Lembaga pendidikan formal di Desa Tulung terdiri dari 2 kelompok bermain desa, 3 TK swasta, 3 SD Negeri, 1 SMP Swasta dan 1 SMA Swasta. Sedangkan lembaga pendidikan agama formal di Desa Tulung terdiri dari 1 madrasah swasta, 1 Raudhatul Athfal swasta, 1 unit. Saat ada anggota keluarga yang melahirkan di Desa Tulung, keluarga menyambutnya dengan suka cita, begitu pula masyarakat setempat.

Terkait pernikahan, masyarakat Desa Tulung masih menggunakan pernikahan adat Jawa yang menurut mereka.

Paparan Data Khusus

  • Gambaran Umum Perkawinan Adat Jawa di Desa
  • Adat-adat yang Mengiringi Perkawinan di Desa

Bubak dan roughatan tidak selalu ada, tetapi untuk pasangan kurban dan kembar tembus, pernikahan pasti dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung.”8. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa di Desa Tulung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo terdapat adat-istiadat yang terkait dengan perkawinan yang dilakukan. Penebusan si kembar mayang merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat desa Tulung saat perayaan pernikahan.

Penebusan kembar mayang masih dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung karena kembar mayang memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat setempat. Kawah Bubak merupakan salah satu adat dalam perkawinan Jawa yang juga dilestarikan masyarakat Desa Tulung. Tradisi bubak krater dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung saat akan menikahkan anak pertama atau baru menikah pertama kali.

Tradisi ruwatan di Desa Tulung telah berkembang sejak lama dan masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi Ruwatan biasanya dilakukan oleh masyarakat Desa Tulung ketika menikahkan anak tunggal (ontang-anting), dua anak yang terdiri dari perempuan dan laki-laki (kendana-kendini), tiga anak, anak sulung dan bungsu serta anak ketiga. . anak, dua perempuan (sendang kapit mandi), dan tiga anak, yang tertua dan termuda perempuan, dan satu anak laki-laki (pancuran kapit sendang). Maka jika dikaitkan dengan tradisi pasang sesaji dan juga tradisi ruwatan di Desa Tulung, maka dapat dikatakan dua tradisi tersebut.

Pada dasarnya tradisi penebusan Bubak Kawah dan Kembar Mayang dilakukan oleh masyarakat desa Tulung tanpa memandang status sosial, asal usul dan jabatan lainnya. Terlebih lagi, kepuasan dan kebanggaan bagi mereka yang mengamalkan tradisi bubak kawah dan tebus si kembar mayang yang digelar di Desa Tulung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Tradisi sesaji berpasangan, mayang twin redemption, bubak kawah dan ruwatan adalah tradisi yang mengiringi pernikahan di Desa Tulung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo.

Referensi

Dokumen terkait

Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan Hukum Adat Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, 1990.. Hamdani-al, Sa’id Thalib, Hukum Perkawinan Islam, Agus Salim,