• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tri Retno Pratiwi (14117573).pdf - IAIN Repository - IAIN Metro

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Tri Retno Pratiwi (14117573).pdf - IAIN Repository - IAIN Metro"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian Relevan

9 Retno Windyarti, “Makna Simbolik Penyerahan Dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau” dan Penerbit Universitas Riau, no. 2/Oktober 2015. 11 Meli Pitria, “Sesan di kalangan masyarakat adat Lampung Pepaduna, dilihat dari perspektif hukum Islam (studi kasus di Desa Gunung Sugih Raya, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah)” (Lampung: Negara Islam Institut Raden Intan, 2016).

LANDASAN TEORI

Pengertian Seserahan

Pemberian Hadiah Dalam Perkawinan

Walau bagaimanapun, jika pembatalan pembatalan itu dilakukan oleh pihak yang bertunang atau atas sebab tertentu yang timbul daripadanya, yang bertunang mesti memulangkan hadiah jika dia mahu, atau dalam bentuk nilai wang yang sepadan jika hadiah itu tidak tersedia lagi. . atau telah digunakan. 14. Sisi keadilan yang harus diperhatikan, agar pihak yang memberi hadiah tidak merasa sakit akibat pembatalan pertunangan dan tidak ada perasaan hutang yang besar, jika pembatalan pertunangan dilakukan. oleh pihak yang bertunang. 15.

Seserahan Dalam Islam

Dari segi baik dan buruk, adat atau urf terbagi menjadi 2 yaitu urf yang shahih adalah urf atau adat yang diulang-ulang, diterima oleh banyak orang, tidak bertentangan dengan agama, akhlak dan budaya yang mulia, misalnya pemberian hadiah. kepada orang tua. dan kenalan dekat pada waktu-waktu tertentu, mengatur keramahtamahan selama liburan, memberikan hadiah sebagai hadiah. Sedangkan urf fasid adalah kebiasaan yang berlaku di suatu negara meskipun diberlakukan sama, tetapi bertentangan dengan agama, hukum dan tata krama negara tersebut, misalnya perjudian untuk merayakan suatu peristiwa, kumpul kebo (hidup bersama tanpa menikah).

Seserahan Dalam Adat Sunda

Selain itu, beberapa orang sering membawa beras, hewan potong (kambing, sapi, kerbau atau ayam), kayu bakar, peralatan dapur (piring, gelas, gelas, sendok, ceret, kompor, dll), buah-buahan, buah-buahan atau lainnya. hal-hal. kebutuhan setelah pernikahan suatu hari, beberapa calon pengantin pria hanya memberikan uang, semua ini tergantung. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.47. . kesanggupan mempelai laki-laki dan juga atas kesepakatan kedua belah pihak ketika bermusyawarah dalam upacara ngalamar.

Upacara Seserahan Dalam Adat Sunda

Sambutan dari tuan rumah diberikan oleh bapak calon mempelai atau wakilnya yang dipercaya, dan isi tuturannya berupa pertanyaan tentang maksud kedatangan pengiring. Sambutan dari tamu yang dibawakan oleh bapak mempelai pria atau wakilnya yang dipercaya, dan penjelasan pemenuhan janji yang dibuat pada saat melamar dengan maksud merelakan anaknya dan sekedar memberikan bingkisan untuk membantu pernikahan aksesoris nantinya.

Sesajen Dalam Islam

Dalam cara menerima ini, tuan rumah biasanya menyatakan bahwa bukan barang yang menjadi harapan utama, melainkan orang yang diharapkan. Penyerahan atau serah terima secara simbolis mempelai pria dan segala bingkisan, semua bingkisan disimpan di kamar pengantin kecuali perlengkapan.

Pinangan Dalam Hukum Islam

  • Pengertian Pinangan
  • Dasar Hukum Pinangan
  • Akibat Hukum Pinangan
  • Syarat Pinangan
  • Rukun Pinangan
  • Batasan Tubuh Wanita yang Boleh Dilihat

Garis besar hukum pacaran diperincikan dalam pasal 12 ayat 1 kompilasi hukum syarak yang mengatur syarat pacaran, bahwa pacaran boleh dilakukan kepada wanita yang masih perawan atau. Ayat (2): wanita yang diceraikan suaminya yang masih dalam tempoh iddah raj'iah adalah dilarang dan dilarang untuk dipinang. Abu Ja'far berkata: Maksudnya, tidak ada dosa bagi kamu wahai lelaki, bertanya kepada perempuan yang telah meninggal dunia daripada lelaki yang telah meninggal dunia dalam keadaan sindiran dan belum melangsungkan akad nikah.

Berdasarkan penjelasan tafsiran di atas, dapatlah difahami bahawa lelaki dibenarkan meminang wanita yang melakukan Idaat dengan kata-kata yang menyindir, iaitu dengan kata-kata yang baik, boleh juga bagi lelaki untuk menyuburkan keinginannya untuk meminang. kepada wanita yang melakukan Idaat di dalam hatinya sehingga tamat tempoh Idaat, tetapi Allah melarang hambanya dari mengakad nikah sedangkan wanita itu masih dalam tempoh Idaat, kecuali mengucapkan kalimah makruf. . Wanita yang bertunang tidak dalam tempoh Idaat raj, wanita yang menunggu raj, maka bekas suaminya yang berhak merujuknya.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Sifat Penelitian

Sumber Data

  • Sumber Data Primer
  • Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti buku Thomas Wiyas Bratawidjaja yang berjudul Ritual Pernikahan Adat Sunda, buku kiat sukses menyelenggarakan pernikahan adat Sunda, kumpulan hukum Islam di Indonesia dan buku-buku terkait lainnya. permasalahan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

  • Wawancara
  • Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data profil Desa Tegal Yoso dan dokumentasi saat wawancara. Terkait batas desa, sampai saat ini tidak pernah ada kesalahpahaman dan perselisihan antar desa yang berbatasan dengan Desa Tegal Yoso. Dilihat dari sesaji yang digunakan pada umumnya sama dengan barang yang digunakan pada sesajen lainnya, namun masyarakat desa Tegal Yoso memiliki keunikan yaitu peralatan sesaji.

Sesaji di desa Tegal Yoso ada yang dilakukan sehari sebelum hari akad, ada juga yang dilakukan pada hari akad tepatnya sebelum akad qabul. Berkurban di desa Tegal Yoso sudah menjadi hal yang biasa dilakukan, sehingga para pemuda di desa tersebut sudah dibekali bekal oleh orang tuanya tentang cara berqurban. Pelaksanaan sesajen di desa Tegal Yoso berbeda-beda kapan harus dilaksanakan, namun esensi sesajen tetap sama, dalam perbedaan tersebut masing-masing memiliki tujuan, seperti pelaksanaan.

Sehingga sesaji di desa Tegal Yoso tidak sejalan dengan ajaran Islam dan masyarakat harus meninggalkan kebiasaan memasukkan sesajen dalam sesajen.

Table 1. Jumlah Penduduk Desa Tegal Yoso 60
Table 1. Jumlah Penduduk Desa Tegal Yoso 60

Tehnik Analisa Data

Gambaran Umum Desa Tegal Yoso

  • Sejarah Singkat Desa Tegal Yoso
  • Gambaran secara Umum Desa Tegal Yoso
  • Geografis dan Demografis Desa Tegal Yoso

Desa Tegal Yoso berdiri pada tahun 1953, berasal dari transmigrasi umum yang dibawa dari pulau Jawa yang mayoritas penduduknya berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, dengan daerah asal Kebumen, Solo, Karang Anyar, Sumedang dan Ciparay. . . Nama Tegal Yoso pertama kali dipopulerkan oleh Camat Purbolinggo yang bernama Niti Suwarso pada tahun 1953. Desa Tegal Yoso merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Purbolinggo yang terletak di sebelah utara Kabupaten Lampung Timur yang terletak pada garis bujur dan garis lintang.

Jarak ke desa ± 3 km dengan waktu tempuh sekitar ± 9 menit Batas desa tercantum dalam Perdes no. 01 Tahun 2014 tentang Luas dan Batas Desa Tegal Yoso. Di desa Tegal Yoso banyak terdapat sawah dan ladang yang tanahnya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Way Kambas, sehingga pada saat musim tanam gajah dari hutan Taman Nasional Way Kambas keluar dari hutan lalu merusak dan memakan tanaman masyarakat.

Pelaksanaan Seserahan Dalam Adat Sunda di Desa Tegal Yoso

Seperti yang terjadi di desa Tegal Yoso, masyarakat yang khususnya masyarakat sunda juga melaksanakan tradisi sedekah pada setiap pernikahan yang berlangsung seperti yang disampaikan oleh Ibu Anah yang sudah lama menjadi tokoh adat dan mengatakan bahwa kurban adalah proses serah terima calon mempelai pria kepada calon mempelai, mempelai wanita untuk dikawinkan, selain menyerahkan rombongan calon mempelai pria, rombongan pihak pria juga membawa barang bawaan, pengorbanan sudah lama diberikan oleh orang tua pada zaman dahulu. Masyarakat Desa Tegal Yoso khususnya masyarakat Sunda sangat lengkap dalam melakukan tradisi pernikahan adat yang dipandu oleh tokoh masyarakat adat untuk melakukan tradisi yang telah diwariskan oleh orang tuanya dahulu. Seserahan adalah proses yang dilakukan setelah proses khitbah atau lamaran, masyarakat umumnya selalu meminang ketika hendak melangsungkan pernikahan, begitu pula yang dilakukan oleh masyarakat desa Tegal Yoso.

Namun di masyarakat Desa Tegal Yoso, pria biasanya menanyakan hadiah apa yang akan dijadikan, terutama saat melamar. Hadiah yang digunakan umumnya sama dengan adat lainnya yaitu perlengkapan kebutuhan wanita. Sesajen biasanya digunakan dan pada saat khotbah disepakati bahwa pihak laki-laki membawa sesaji sesuai dengan kepercayaan masyarakat. Ini adalah perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam, dimana kebiasaan berkorban adalah perbuatan. syirik dalam ajaran Islam dan harus ditolak atau dihilangkan dari kebiasaan masyarakat khususnya masyarakat desa Tegal Yoso.

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Seserahan Dalam Adat Sunda di Desa Tegal

Kebudayaan yang berkembang di desa Tegal Yoso, peneliti mencari solusi dengan pendekatan urf atau disebut juga adat, dimana urf terbagi menjadi dua bagian yaitu urf shahih dan urf fasid. Hukum Islam bersifat universal, sehingga mengatur segala aspek kehidupan manusia, namun tidak lepas dari pengaruh budaya atau dari suatu daerah, misalnya desa Tegal Yoso, dimana hukum Islam berkembang sehingga proses perkawinan adat berupa persembahan yang terjadi di desa Tegal Yoso termasuk dalam urf. Tradisi kurban di Desa Tegal Yoso yang menjadikan sesaji sebagai kepercayaan akan melancarkan suatu acara pernikahan merupakan tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, tradisi ini merupakan tradisi yang mengandung unsur syirik, dimana masyarakat percaya, bahwa persembahan kurban kepada leluhur akan melancarkan upacara pernikahan yang akan diselenggarakan. , maka dalam hal ini masyarakat dapat menolak atau bahkan menghilangkan kebiasaan menggunakan penawaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan revisi hukum Islam tentang sesaji adat sunda oleh masyarakat desa Tegal Yoso dengan memasukkan sesaji dalam proses kurban kepada arwah leluhur yang diyakini dapat melancarkan acara tersebut adalah fasid urf, karena sesajen dilarang dalam ajaran Islam dan mengandung unsur syirik. Musa Aripin, "Eksistensi Urf dalam Susunan Hukum Islam", (padangsidimpuan: IAIN Padangsidimpuan), no.

PENUTUP

Saran

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh, terjemahan Masdar Helmy, dari judul asli Ilmu Ushulul Fiqh, Bandung: Gema Pers, 1997. I wayan sudarma, “Arti dan Makna Persembahan Menurut Budaya Sunda”, dalam phdi. or.id/artikel /makna-simbolik-sajian-bahasa Sunda diunduh pada 14 Juni 2019. Imam as-Suyuthi, Asbabun Nuzul, diterjemahkan oleh Ali Nurdin, dari judul asli Ababun Nuzul, Jakarta: Qitsi Press, 2017.

Kemenag RI, Warna Tajwid Al-Qur'anulkarim, Terjemah Kata dan Transliterasi Latin, Bekasi: Dinamika Cahaya Pustaka, 2017. Meli Pitria, “Sesan di Masyarakat Adat Lampung Pepadun Dilihat dari Perspektif Hukum Islam (studi kasus di Desa Gunung Sugih Raya, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah)”, (Lampung: IAIN Raden Intan, 2016). Retno Windyarti, “Makna Simbolik Serah Terima Dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau” dan Penerbit Universitas Riau, No.2/Oktober 2015.

Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, Terjemahan Fat-hul Mu'in, terjemahan Moch. Anwar, dkk, dari judul asli Fathul Mu'in, Bandung:.

Gambar

Table 1. Jumlah Penduduk Desa Tegal Yoso 60
Table 2. Pendidikan di Desa Tegal Yoso 61

Referensi

Dokumen terkait

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hutang Piutang Sembako Hajatan di Kalangan Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sukaraja Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang)” ini