• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syariah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syariah"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemanfaatan Tanah Wakaf melalui Bagi Hasil ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah di Desa Bumimas Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Bagaimana ketentuan pembagian hasil pertanian pada tanah wakaf produktif di Desa Bumimas Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur? PEMANFAATAN TANAH WAKAF MELALUI BAGI HASIL HUKUM EKONOMI SYARIAH (STUDI KASUS DI DESA BUMIMAS KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR).

Tabel 4.1 Data harta benda wakaf di KUA Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur
Tabel 4.1 Data harta benda wakaf di KUA Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang berkepentingan untuk mengetahui dan memahami tentang pemanfaatan tanah wakaf melalui bagi hasil ditinjau dari hukum ekonomi syariah di Desa Bumimas Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Penelitian Relevan

9 Nurhaini, “Tinjauan Hukum Islam tentang Pengelolaan dan Pengawasan Tanah Wakaf di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang”, Tesis, Makassar: UIN Alauddin, 2017. Pada kajian kedua lebih fokus pada pengelolaan tanah wakaf yang tidak optimal sehingga tidak terjadi peningkatan tanah wakaf.

LANDASAN TEORI

Definisi Wakaf

Wakaf adalah “perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang membagi sebagian hartanya dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan ibadah atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.” Dalam undang-undang no. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, pengertian wakaf adalah perbuatan hukum wakaf untuk mengalokasikan dan/atau menyerahkan sebagian hartanya untuk dipergunakan secara tetap atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya untuk keperluan itu. ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah 14.

Rukun, Syarat, dan Dasar Hukum Wakaf

Wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau manfaat harta yang diberikan kepada orang yang berhak dan digunakan mengikut ajaran Islam. Maksudnya: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sehingga kamu menggunakan sebahagian daripada harta yang kamu cintai.

Macam-macam Wakaf

Untuk itu, dengan mengoptimalkan pengelolaan wakaf sebagai lembaga keagamaan secara efektif dan efisien untuk kemaslahatan umat, merupakan salah satu cara untuk melaksanakan wakaf produktif. Wakaf produktif adalah harta atau pokok wakaf tetap yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuannya, tetapi dikembangkan terlebih dahulu untuk menghasilkan sesuatu (produktif) dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf.

Pengelolaan Wakaf

  • Manajemen Wakaf
  • Pengembangan Wakaf Produktif

Lahan galian wakaf yang dibebaskan untuk konstruksi permanen juga dapat digunakan untuk tempat pembibitan dengan menggunakan polybag untuk tanaman buah yang dapat diperdagangkan. Lokasi ini juga bisa dijadikan tempat penjualan berbagai jenis bunga, khususnya untuk tanah wakaf pemakaman yang berada di kota. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat 3) Pasal 44 UU No. 41 Tahun 2004 menyatakan bahwa dalam pengelolaan dan pembinaan harta benda wakaf, Nazhir dilarang melakukan perubahan terhadap harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan Wakaf Indonesia.

Izin dari alinea pertama hanya dapat diberikan jika harta wakaf tidak dapat digunakan sesuai dengan penukaran yang tercantum dalam ikrar wakaf.43 Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pengelolaan dan pengembangan harta wakaf. melakukan secara produktif. Pengawas tidak diperbolehkan mengubah dana wakaf kecuali memiliki izin tertulis dari badan wakaf Indonesia. Dalam rangka mewujudkan kepastian hukum atas harta benda wakaf, dalam penafsiran UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf menyatakan bahwa setiap perbuatan hukum wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam akta gadai wakaf serta didaftarkan dan diumumkan sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemanfaatan Tanah Wakaf

  • Pemanfaatan Wakaf dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun
  • Pemanfaatan Tanah dengan Bagi Hasil

Dalam hukum Islam, tidak ada pembahasan yang tegas mengenai pembayaran pajak tanah dalam kerjasama bagi hasil pertanian. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil dapat dilihat bahwa bagi hasil yang dilakukan harus sesuai dengan syariat Islam, seperti zakat hasil pertanian. Sedangkan kewajiban bagi pemilik tanah dan penggarap harus sesuai dengan perjanjian bagi hasil yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil.

Sistem bagi hasil (muzara'ah) adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik tanah dengan penggarap, dimana pemilik tanah memberikan tanah pertaniannya kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan suatu bagian (persentase) tertentu. budaya. Muzara'ah (sistem bagi hasil) adalah suatu sistem kerjasama antara pemilik tanah (tanah) dan pemegang saham (pekerja) dengan syarat pemilik tanah menerima bagian tertentu yang telah ditentukan dari hasil bumi, bisa ½ (setengah), 1/3. (sepertiga) atau . Sistem bagi hasil adalah pengaturan untuk mengolah tanah, dengan upah untuk sebagian dari pendapatan yang diterima dari mengolah tanah.

Hukum Ekonomi Syariah

Dengan demikian, kedua istilah ini, jika disebut secara singkat, adalah Hukum Dagang Syariah atau Hukum Dagang Syariah. Hukum ekonomi syariah di satu sisi dan hukum ekonomi syariah di sisi lain merupakan persoalan yang perlu dibangun atas kewibawaan hukum di Indonesia. Dalam konteks masyarakat, hukum ekonomi syariah berarti hukum ekonomi Islam yang bersumber dari sistem ekonomi Islam yang ada di masyarakat, yaitu penerapan fikih di bidang ekonomi oleh masyarakat.

Dengan kata lain, Sistem Ekonomi Islam membutuhkan dukungan Hukum Ekonomi Islam untuk menyelesaikan berbagai perselisihan yang mungkin timbul di masyarakat. Produk konkrit hukum ekonomi di Indonesia khususnya dapat dilihat dari pengakuan fatwa Dewan Syariah Nasional sebagai materi hukum ekonomi Islam. Ikhtisar Hukum Ekonomi Syariah (KHES) yang berkaitan dengan harta benda wakaf adalah Buku I Badan Hukum dan Amwal Bab III Amwal Bagian Kesatu Prinsip Amwal Kepemilikan Pasal 17 Amwal Kepemilikan didasarkan atas asas (a) amanah, bahwa kepemilikan amwal pada dasarnya adalah suatu titipan dari Allah Subhanahu wata'ala untuk dimanfaatkan bagi kepentingan kehidupan.

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber Data

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti untuk menjawab permasalahan atau tujuan penelitian. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder atau secondary source dari data yang kita butuhkan. Sedangkan data sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel yang telah dikumpulkan dan dikumpulkan sebelumnya oleh pihak lain.

Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku dan jurnal ilmiah yang terkait dengan penelitian ini antara lain Fiqh Ekonomi Islam karya Mardani, Jurnal Hukum Islam Al Mashlahah dan Lembaga Sosial Islam karya Eka Sakti Habibullah berjudul Hukum Ekonomi Syariah dalam Tata Hukum Nasional, Jurnal de Jure Syariah dan Hukum oleh Sudirman berjudul Regulasi Wakaf di Indonesia Pasca Kemerdekaan Ditinjau dari Pendekatan Statuta, Al Istinbath: Jurnal Hukum Islam oleh Lutfi El Falahy berjudul Pengalihan Fungsi Tanah Wakaf Ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-Undang nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, Wakaf Tanah di Indonesia oleh Adijani Al-Alabij dan dokumentasi dari sumber yang terkait dengan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Latar belakang sistem bagi hasil di desa Bumimas adalah najiri yang ingin menjadikan tanah wakaf produktif tetapi tidak memiliki waktu untuk menggarapnya. Jumlah perimbangan bagi hasil antara nadzir dan penggarap ada dalam tiga akad, yaitu ½ untuk penggarap dan ½ untuk nadzir penggarap. Pada umumnya pembagian keuntungan dibentuk atas kesepakatan kedua belah pihak, begitu pula di desa Bumimas.

Seperti yang kita ketahui, muzara'ah merupakan bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil yang dianjurkan oleh syariat Islam, khususnya di bidang pertanian. Perjanjian bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bumimas dapat dikatakan sangat beragam, pada intinya perjanjian bagi hasil dapat dilaksanakan jika sudah ada kesepakatan antara nadzir dengan penggarap. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sistem bagi hasil yang diterapkan masyarakat Desa Bumimas sudah sesuai dengan sistem yang dianjurkan syariat Islam.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Tanah Wakaf Dengan Cara Bagi Hasil di Desa

Sistem pertanian bagi hasil merupakan hubungan kerja sama atau kesepakatan antara pemilik tanah dengan petani sebagai penggarap. Namun dalam praktiknya, sesuai kesepakatan bersama antara Nadzir dan masyarakat setempat, Nadzir mendapat bagian keuntungan sebesar Rp. Bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil yang dilakukan oleh warga desa Bumimas sesuai dengan sistem yang digariskan oleh agama Islam, khususnya di bidang pertanian yaitu bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil muzara'ah.

Dalam melakukan suatu bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil harus dilakukan secara adil dan harus sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat pada awal kesepakatan. Perjanjian Bagi Hasil Lahan Pertanian Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 di Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten Morowali (Studi Kasus Desa Bau). Pemanfaatan Tanah Wakaf dengan Bagi Hasil di Desa Bumimas Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah.

PENUTUP

Saran

Dalam hukum Islam, aturan sistem bagi hasil adalah mereka yang terikat pada suatu perjanjian akan berbagi hasil yang dicapai dan berbagi jika terjadi risiko. Ada 8 harta wakaf yang digarap dalam bentuk bagi hasil yaitu wakaf dari wakif Hi. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa kesepakatan bagi hasil yang dilakukan antara Nadzir dengan anggota koperasi dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya antar anggota masyarakat lainnya.

Sistem bagi hasil yang diterapkan adalah sistem bagi hasil muzara'ah, dimana penggarap hanya bertugas mengelola lahan pertanian sedangkan nadzir menyediakan tanah, bibit dan tanaman. Dari pernyataan di atas peneliti dapat memahami dan menganalisis bahwa bentuk perjanjian bagi hasil yang terdapat di Desa Bumimas banyak variasinya, namun sistem bagi hasil yang diterapkan tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal ini, antara nadzir dan petani yang melakukan perjanjian bagi hasil tidak hanya untuk kepentingan bisnis, tetapi karena nilai sosial melalui saling percaya satu sama lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya kesepakatan bagi hasil di desa Bumimas dikarenakan adanya keinginan kedua belah pihak untuk bekerja sama dalam mengolah lahan pertanian menjadi lahan produktif. Berdasarkan kesepakatan bagi hasil yang terjadi, besarnya bagian yang akan diterima masing-masing pihak dari hasil panen ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang telah disepakati di awal akad. Dimana dari hasil penelitian dan penjelasan sistem bagi hasil di atas maka hal ini sesuai dengan sistem muzara'ah yang dianjurkan oleh syariat Islam khususnya di bidang pertanian.

Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa ketentuan bagi hasil pertanian pada tanah wakaf produktif adalah tiga perjanjian bagi hasil telah dilaksanakan di Desa Bumimas.

Gambar

Tabel 4.1 Data harta benda wakaf di KUA Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur
Foto Bersama dengan Kepala Desa Bumimas, Nadzir dan Pengelola Tanah Wakaf

Referensi

Dokumen terkait

c) Skripsi yang ditulis oleh Romaini dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Bagi Hasil Majeng Ikan Studi Kasus Nelayan di Desa Kuripan Kecamatan Tiga Haji Kabupaten