• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Jarimah “Al-Qatlul ‘Amdi” terhadap Tindak Pidana Pembunuhan dengan Mutilasi (Studi Putusan Nomor 101/Pid.B/2011/Pn.Parepare)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Tinjauan Jarimah “Al-Qatlul ‘Amdi” terhadap Tindak Pidana Pembunuhan dengan Mutilasi (Studi Putusan Nomor 101/Pid.B/2011/Pn.Parepare)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ada yang berpendapat bahwa hukuman mati melanggar hak asasi manusia untuk hidup, tetapi pendapat lain berpendapat bahwa kejahatan tertentu yang dilakukan oleh individu layak dihukum dengan melakukan hukuman mati. 7 Bambang Sugeng Rukmono, Sifat Pelaksanaan Pidana Mati dari Perspektif Hak Asasi Manusia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), hal.

Rumusan Masalah

Uraian kasus tersebut termasuk dalam kategori Jarimah Al-Qatlul 'Amdi, yang berarti pembunuhan sengaja dalam hukum pidana Islam. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan pelaku memiliki unsur kesengajaan dalam melakukan perbuatannya, terlihat dari pisau yang dibawanya, meskipun pelaku mengatakan mempunyai alasan lain membawa pisau tersebut.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Definisi Istilah

Menurut Simons, kejahatan adalah perbuatan melawan aturan yang terjadi dengan sengaja atau tidak sengaja oleh orang-orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukan. 14 Jefri Armando Pohan, Tesis: “Penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana pencucian uang di bidang hukum Pengadilan Tinggi Riau” (Pekanbaru: Universitas Islam Riau, 2018), h.

Tinjauan Penelitian Relevan

18 Muhammad Ikram Nur Fuady, tesis: “Peninjauan hukum terhadap tindak pidana pembunuhan berencana terkait budaya hukum masyarakat Sulawesi Selatan di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Putusan Nomor: 66/Pid.B/2012/PN.Sungguminasa)” (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2014). 19 Muchamad Imamudin, Disertasi: “Hukuman Mati Bagi Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif” (Semarang: UIN Walisongo, 2018).

Landasan Teori

Pembuktian adalah suatu tahapan dalam penyelesaian suatu perkara dengan menggunakan berbagai alat bukti yang diatur undang-undang, dan digunakan oleh hakim untuk membuktikan perbuatan terdakwa dalam proses persidangan, dan proses pembuktian kesalahan terdakwa untuk membuktikan tidak dapat dibuktikan. dilakukan tanpa dasar hukum dan berdasarkan keadilan. Pihak-pihak tersebut terikat pada aturan dan cara yang ditentukan undang-undang dalam penilaian alat bukti melalui proses persidangan. Namun, jika keterangan saksi tersebut sesuai dengan keterangan saksi yang mengucapkan sumpah, maka keterangan tersebut dapat dijadikan alat bukti tambahan.

Keterangan ahli diperlukan untuk menjelaskan sebab dan akibat suatu peristiwa pidana melalui bukti-bukti yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat digunakan untuk mengungkap kebenaran suatu perkara pidana. Pengertian surat tidak dijelaskan dalam KUHAP, tetapi buku tersebut hanya menentukan pembagian jenis surat yang termasuk sebagai alat bukti. Bantahan ini juga digunakan sebagai bukti untuk menghindari tuduhan, karena pada tahap penyidikan pidana terdakwa akan dipaksa untuk mengakui perbuatan dan kesalahannya.

Metode Penelitian

Penolakan atau pengakuan itu ada kaitannya dengan tindakan yang dilakukan atau dalam kondisi tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus, yaitu jenis pendekatan yang dilakukan dengan mengeksplorasi suatu fenomena atau kasus tertentu untuk mengumpulkan informasi secara rinci dengan menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data. Data sekunder merupakan data yang digunakan sebagai pelengkap sumber data primer 48 Data sekunder dalam penelitian ini dihasilkan melalui jurnal hukum pidana dan hukum Islam tentang pembunuhan, serta hasil penelitian sebelumnya berupa laporan sesuai fokus penelitian.

Studi pustaka yang dilakukan dalam perolehan bahan hukum bertujuan untuk memperoleh bahan hukum sekunder dengan mempelajari buku-buku yang sesuai dengan tujuan penelitian. Verifikasi merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti dalam mengamati atau mengoreksi data yang dihasilkan setelah dilakukan klasifikasi. Analisis merupakan tahapan dalam menganalisis data yang dibuat dengan mengaitkannya dengan subjek penelitian.

PENERAPAN SANKSI PIDANA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA

Pembunuhan dengan Mutilasi dalam Hukum Pidana

Tindak pidana pembunuhan dengan cara mutilasi merupakan pembunuhan yang melibatkan perbuatan yang sangat keji, dimana pelaku dalam melakukan perbuatannya diawali dengan membunuh korban dan dilanjutkan dengan memotong badan korban. Pasal 338 KUHP menyatakan: "Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain diancam dengan pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun." 54 Ahmad, dkk, "Tindak Pidana Pembunuhan dengan Mutilasi dalam Hukum Pidana Indonesia", KRTHA BHAYANGKARA Vol.

Pasal 340 KUHP menyatakan: “Barang siapa dengan sengaja dan dengan perencanaan terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, diancam dengan pembunuhan berencana, kematian atau penjara seumur hidup atau untuk waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana pembunuhan dengan mutilasi dalam putusan nomor 101/Pid.B/2011/Pn.Parepare. 57 Anak Agung Sagung Laksmi Dewi, dkk, “Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Pembunuhan Dalam Hukum Pidana Indonesia”, Journal of Legal Interpretation Vol.

PEMIDANAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

Pembunuhan dengan Mutilasi Perspektif Jarimah Al-Qatlul ‘Amdi

Definisi ini menjelaskan bahwa untuk mengatakan bahwa itu adalah qatlul 'amdi atau pembunuhan yang disengaja, selain unsur kesengajaan dalam melakukan pembunuhan, perlu ada niat dalam melakukan tindakannya. Jika seseorang menyebabkan kematian melalui tindakan yang dilakukan, tetapi tidak memiliki keinginan untuk korban jika itu terjadi, maka pembunuhan tersebut tidak dianggap sebagai pembunuhan yang disengaja. Pernyataan ini merupakan pendapat mayoritas peneliti 68 Lebih khusus lagi, pembunuhan dapat dikatakan sebagai pembunuhan yang disengaja apabila mengandung beberapa unsur, seperti: 1) korban adalah orang yang masih hidup, 2) akibat perbuatan pembuatnya. dalam kematian korban, dan 3) pelaku menginginkan kematian.

Dalam tindak pidana pembunuhan, beberapa pelaku terkadang menggunakan cara yang berbeda agar orang lain tidak mengetahui perbuatannya. Namun dalam hukum Islam, tindakan mutilasi agama dilarang keras, hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW. Sanksi pidana pembunuhan dengan mutilasi menurut hukum Islam Pembunuhan berencana dalam Islam, yang disebut qatlul 'amdi, diancam.

Sanksi Pidana Pembunuhan dengan Mutilasi menurut Hukum Islam

Sekitar pukul 14.50 WITA terdakwa kembali ke rumah korban melalui pintu samping untuk memastikan tidak ada orang yang masuk, untuk beberapa saat terdakwa termenung di dalam rumah sambil minum teh yang ada di lemari es; Menimbang bahwa kurang lebih 2 tahun kemudian yaitu pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2011, terdakwa berniat untuk meminjam mesin beras milik saudara korban yaitu saksi Petta Bustam, dimana seingat terdakwa bahwa saksi Petta Bustam sering berkunjung ke rumah korban Andi Ondong. ; Menimbang bahwa terdakwa berangkat ke rumah korban Andi Ondong sekitar pukul 09.00 WITA dengan mobil angkutan umum dan tiba sekitar pukul 10.00 WITA dimana sebelum tiba di rumah korban terdakwa melewati pos ronda yang tidak jauh dari rumah korban ;

Mengingat terdakwa kembali ke rumah korban melalui pintu samping sekitar pukul 14.50 WITA untuk memastikan tidak ada orang yang masuk, maka terdakwa sempat termenung di dalam rumah sambil minum teh yang ada di dalam kulkas; Berdasarkan tinjauan Jarimah al-qatlul 'amdi, tindak pidana pembunuhan dengan cara mutilasi termasuk pembunuhan sengaja menurut hukum Islam. Sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan dengan cara mutilasi dalam hukum pidana Indonesia. Jurnal Penafsiran Hukum Vol.

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TINDAK

Kasus Pembunuhan dengan Mutilasi dalam Putusan Nomor

Sekitar pukul 14.30 WITA, terdakwa pergi melalui pintu samping dekat TV dan menuruni tangga depan rumah dan keluar dari rumah korban sambil mengambil kunci rumah tempat terdakwa sebelumnya mengambil handphone korban yang disimpan. di atas rumah. mesin jahit; Mengingat bahwa majelis hakim telah menetapkan fakta hukum bahwa terdakwa hidup, dibesarkan dan dididik oleh korban Andi dengan keterangan para saksi, keterangan terdakwa yang dihubungkan dengan alat bukti surat dan alat bukti yang berkaitan. Rumah Ondong; Mengingat bahwa terdakwa kemudian memanggil saksi Petta Bustam dan menanyakan rhizomat, pada saat itu kepada terdakwa diberitahukan bahwa risotto sudah tidak ada lagi di Parepare, tepatnya di rumah korban;

Sejak Terdakwa WITA sekitar pukul 12.00 WIB walaupun sudah mengetahui bahwa saksi Petta Bustam tidak ada di rumah namun tetap datang ke rumah korban dari pos ronda bersama dengan saksi Aco, Terdakwa sempat berbincang-bincang sesampainya di rumah korban melakukan briefing dengan saksi Aco di bawah rumah korban, sedangkan korban di lantai atas; Menimbang bahwa sekitar pukul 14.30 WITA tersangka keluar melalui pintu samping dekat TV dan menuruni tangga depan rumah kemudian keluar rumah korban dengan membawa kunci rumah. Menimbang bahwa sekitar pukul 17.00 WITA tersangka keluar dari rumah korban melalui pintu samping dengan terlebih dahulu mengunci semua pintu rumah, kemudian setelah sampai di Jalan Andi Makkasau tersangka meninggalkan tersangka.

Menimbang bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 5 Maret 2011 sekitar Pukul 01.30 WITA tiba di Parepare melalui Jalan Andi Makkasau, terdakwa masuk ke rumah korban dengan membawa 2 buah karung dan tali rapia yang disimpan di bawah sadel sepeda motor, sedangkan sepeda motor terdakwa diparkir di lorong rumah bersama sepeda motor kepala menghadap ke luar, kemudian pergi setelah berada di dalam rumah terdakwa tempat jenazah korban disemayamkan, kemudian terdakwa melepas handuk yang dililitkan di leher korban dan terdakwa membersihkan darah yang masih berceceran di tubuh korban; Menimbang bahwa terdakwa sekitar Pukul 04.00 WITA mulai panik kemudian menyeret jenazah korban kembali ke dalam rumah yang di tempatkan di kamar kosong di lantai bawah, kemudian terdakwa keluar lagi dan meminta tolong kepada beberapa orang yang kebetulan lewat di depan lorong untuk membantu mengambil sepeda motor yang jatuh ke selokan, kemudian terdakwa kembali ke rumah korban kemudian terdakwa naik ke atas rumah dan mencari pisau dan pada saat itu terdakwa menemukan sebuah pisau di tubuhnya.

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Putusan Nomor

Dalam kasus pembunuhan dengan mutilasi dalam putusan nomor 101/Pid.B/2011/Pn.Parepare, pelaku dijerat dengan tindak pidana pembunuhan berencana dalam Pasal 340 KUHP. Seperti dalam kasus pembunuhan dengan mutilasi dalam putusan no. 101/Pid.B/2011/Pn.Parepare, terdakwa divonis hukuman mati berdasarkan Pasal 340 KUHP. Atas dasar pertimbangan hukum hakim ketika menilai sanksi pidana terhadap terdakwa pembunuhan dengan cara mutilasi dalam putusan no. 101/Pid.B/2011/Pn.Parepare, Senat menemukan bahwa berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum atau yakni pelanggaran Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Fleksibilitas Hukum Pidana Islam dalam Jarimah Hudud (Pendekatan Pencurian Jarimah Hudud). Al-Risalah: Jurnal Syariah dan Hukum Vol. Pembunuhan dengan mutilasi di bawah KUHP dan Hukum Pidana Islam.” Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam Vol. Tinjauan Hukum Pembunuhan dengan Mutilasi menurut Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam.” Medan: UIN Sumatera Utara, 2020.

PENUTUP

Kesimpulan

Pelaku tindak pidana yang melakukan tindak pidana pembunuhan disertai dengan penodaan dapat dikenakan sanksi berupa gabungan pidana. Hal ini terjadi karena dalam KUHP maupun undang-undang tidak ada aturan yang secara khusus mengatur tentang tindak pidana mutilasi. Namun, ini bukan alasan untuk memutilasi seorang pembunuh yang tidak dapat dikenai sanksi.

Bentuk kejahatan ini dapat dihukum melalui beberapa pasal terkait, antara lain pasal 338 KUHP untuk pembunuhan berencana, pasal 339 KUHP untuk pembunuhan berencana, pasal 340 untuk pembunuhan berencana dan pasal 181 untuk kejahatan terhadap mayat. Pelaku pembunuhan yang disengaja (al-qatl'amd) dapat dikenakan kishash atau hukuman mati. Hukuman dyad dapat ditiadakan sekalipun mendapat persetujuan dari keluarga korban dengan hukuman ta'zir sebagai pengganti dyad.

Saran

Beberapa hal yang memberatkan terdakwa dan tidak ada hal yang meringankan, sehingga dapat dikatakan bahwa hukuman mati sesuai dengan perbuatan terdakwa, dimana pembunuhan yang diikuti dengan tindak pidana mutilasi merupakan tindak pidana yang kejam. Tinjauan Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Terkait Budaya Hukum Masyarakat Sulawesi Selatan di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Putusan No: .66/Pid.B/2012/PN.Sungguminasa).” Makassar: Universitas Hasanuddin, 2014. Penjatuhan Sanksi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Singaraja No. 124/Pid.B/2019/PN.SGR).” Jurnal Komunitas Yustisia Vol.

Penerapan Rehabilitasi Medis dan Sosial pada Korban Penyalahgunaan Narkotika dari Teori Relatif Pidana.” Journal of Indonesian Law Enforcement Vol.

Gambar 2: Dokumentasi mencari referensi di Perpustakaan IAIN Parepare
Gambar 2: Dokumentasi mencari referensi di Perpustakaan IAIN Parepare

Gambar

Gambar 2: Dokumentasi mencari referensi di Perpustakaan IAIN Parepare

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia khususnya peranan Visum et Repertum pada proses penyidikan tindak pidana pembunuhan, Ketentuan yang mengatur hasil pemeriksaan dokter