• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KESIAPAN LABORATORIUM BIOLOGI MAN SE-KOTA PADANG DALAM MENDUKUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN KESIAPAN LABORATORIUM BIOLOGI MAN SE-KOTA PADANG DALAM MENDUKUNG "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KESIAPAN LABORATORIUM BIOLOGI MAN SE-KOTA PADANG DALAM MENDUKUNG

PEMBELAJARAN BIOLOGI

ARTIKEL

JUMILIA KESNA NIM. 09010295

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)

TINJAUAN KESIAPAN LABORATORIUM BIOLOGI MAN SE-KOTA PADANG DALAM MENDUKUNG PEMBELAJARAN BIOLOGI

Oleh :

Jumilia Kesna1, Ardi2, dan Vivi Fitriani1

1Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang

2Jurusan Biologi FMIPA UNP, Padang e-mail : LiaKesna@gmail.com

ABSTRACT

Biology is the study of living things were born and developed through observation or experiment one of them with practical activities in the laboratory. To be able to carry out practical activities necessary preparedness and good cooperation between the human resources involved as well as the completeness of laboratory facilities and infrastructure in accordance with the standards. In this research, there are some schools that do not meet the standards laboratory and the lack of preparedness in supporting learning biology laboratory biology. This study aims to reveal the biology laboratory preparedness MAN city of Padang in supporting the learning of biology. This research is a descriptive. This research was conducted in April-May 2015 in MAN city of Padang. The population in this research were all heads of laboratories and biology teacher at MAN city of Padang. The sampling technique is total sampling. Techniques analysis used in the form of a percentage statistics. The results of analysis of the data shows that the percentage of biology laboratories and preparedness criteria MAN city of Padang in supporting the learning of biology are respectively 61,8% MAN 1 (criteria ready), MAN 2 77% (criteria ready), and MAN 3 63% (criteria ready). The average percentage and the criteria is 67,2%, to the criteria ready.

Therefore, it can be concluded that the biological laboratories MAN city of Padang is ready to support the learning of biology.

Keywords: preparedness, laboratory, learning biology.

PENDAHULUAN

Biologi merupakan ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang makhluk hidup dan dapat diperoleh melalui penyelidikan atau penelitian dengan menggunakan metode ilmiah salah satunya dengan kegiatan praktikum di laboratorium.

Keberadaan laboratorium diharapkan mampu menunjang kegiatan-kegiatan yang berpusat pada pengembangan keterampilan tertentu, antara lain keterampilan proses, keterampilan motorik dan pembentukan sikap ilmiah, khususnya pengembangan minat untuk melakukan penyelidikan, penelitian dan minat mempelajari alam secara lebih mendalam (Hudha, 2011: 37).

Menurut Utomo (2009: 1), untuk dapat melaksanakan kegiatan praktikum bagi peserta didik diperlukan kesiapan dan kerjasama yang baik antara sumber daya manusia yang terlibat yaitu kepala laboratorium, laboran, pengampu praktikum, dan peserta didik serta petunjuk praktikum juga harus siap. Selain itu sarana prasarana seperti ruang laboratorium, peralatan praktikum, bahan praktikum juga harus siap dan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tanggal 28 Juni Tahun 2007.

Menurut Indriastuti, Herlina dan Widiyaningrum (2013: 126), kesiapan laboratorium biologi dalam menunjang kegiatan praktikum mencakup kesiapan sarana dan prasarana laboratorium biologi, kesiapan pengelolaan penyelenggaraan praktikum biologi dan kesiapan laboratorium dalam membelajarkan keterampilan laboratorium (praktikum) atau kegiatan di laboratorium.

Untuk mencapai kesiapan laboratorium biologi tersebut diperlukan penyediaan sarana prasarana laboratorium yang baik, lengkap dan siap pakai agar pelaksanaan pembelajaran di laboratorium dapat berjalan maksimal dan kompetensinya tercapai.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan masing-masing kepala laboratorium MAN Se-Kota Padang terungkap bahwa masih ada sekolah yang memiliki laboratorium biologi yang berfungsi rangkap dengan ruang kesenian dan sebagai laboratorium IPA, tidak semua materi biologi dipraktikumkan, masih ada sekolah yang tidak

(3)

memiliki laboran, laboratorium biologi juga digunakan dalam kegiatan belajar teori karena kekurangan kelas untuk proses pembelajaran.

Selain itu, guru juga jarang memberikan contoh cara pemakaian alat dan bahan praktikum sebelum praktikum dimulai, masih ada sekolah yang hanya bisa melakukan praktikum yang sederhana saja. Dalam hal ini tentu peserta didik kurang mengetahui dalam menggunakan atau mengoperasikan alat dan bahan praktikum yang sebenarnya. Selanjutnya, peserta didik juga sering mengalami kesulitan untuk melihat obyek pengamatan. Setelah itu, hasil dari praktikum yang dilakukan sebagian sekolah tidak mempresentasikan hasil laporannya didepan ruang labor. Hal ini dikarenakan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ketidaklengkapan sarana dan prasarana di laboratorium, seperti meja persiapan, meja demonstrasi, ruang persiapan, ruang penyimpanan, bak cuci, alat peraga, alat dan bahan praktikum, pemadam kebakaran, masker dan jas laboratorium serta keterbatasan waktudan managemen guru dalam kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang dalam mendukung pembelajaran biologi. Penelitian yang relevan dengan penelitan ini adalah tentang tentang Analisis Kesiapan Laboratorium Dalam Mendukung Pembelajaran Biologi SMA Negeri Di Kabupaten Demak yang dilakukan oleh Awwaluddin Tahun 2012. Hasil dari penelitiannya adalah 68% yang dapat disimpulkan bahwa kesiapan laboratorium biologi SMA Negeri di Kabupaten Demak termasuk dalam kategori cukup siap dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran biologi.

Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian tentang Tinjauan Kesiapan Laboratorium Biologi MAN Se-Kota Padang Dalam Mendukung Pembelajaran Biologi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif untuk melihat, meninjau, melukiskan dan menggambarkan kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang dalam mendukung pembelajaran biologi sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di MAN Se-Kota Padang.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala laboratorium dan guru biologi yang mengajar di MAN Se-Kota Padang. Pada penelitian ini sampelnya adalah semua anggota

populasi. Karena jumlah anggota populasi kecil, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel (total sampling). Jumlah kepala labor dan guru biologi yang ada di MAN Se-Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Kepala labororatorium dan guru biologi MAN Se-Kota Padang

Sumber:Tata Usaha Masing-Masing Sekolah Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket yang disebarkan kepada kepala laboratorium dan guru biologi MAN Se-Kota Padang. Angket ini diperoleh dari dua sumber penelitian terdahulu, yaitu angket dari penelitian terdahulu oleh Apriliani (2014) dengan judul Tinjauan Standarisasi Laboratorium Pembelajaran Biologi di SMA Negeri Se-Kabupaten Pasaman Barat dan angket dari penelitian Awwaluddin (2012) dengan judul Analisis Kesiapan Laboratorium dalam

Mendukung Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Demak. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan data dan penyajikan data dalam bentuk distribusi frekwensi dengan presentase merujuk pada Purwanto (2010: 102).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data angket yang diperoleh pada tiga MAN Se-Kota Padang, maka dapat dideskripsikan hasil kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang dalam mendukung pembelajaran biologi secara umum dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Deskripsi Umum Data Persentase Angket Tinjauan Kesiapan Laboratorium Biologi MAN Se-Kota Padang dalam Mendukung Pembelajaran Biologi

No Nama Sekolah Kepala laboratorium

Guru biologi 1. MAN 1 Kota

Padang 1 orang

1 orang 2. MAN 2 Kota

Padang 1 orang 2 orang

3. MAN 3 Kota

Padang 1 orang 1 orang

Jumlah 3 orang 4 orang

(4)

Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa persentase rata-rata kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang Dalam Mendukung Pembelajaran Biologi adalah sebesar 67,2% dengan kriteria siap. Selain itu, dapat dilihat bahwa MAN 2 Kota Padang memiliki persentase yang tertinggi untuk kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang Dalam Mendukung Pembelajaran Biologi yaitu sebesar 77% dengan kriteria siap.

B. Pembahasan

Berdasarkan Tabel 5 deskripsi data persentase angket di atas, secara umum dapat dilihat bahwa kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang dalam mendukung pembelajaran biologi yaitu dengan persentase 67,2% yang dikategorikan pada kriteria siap.

Hasil ini diperoleh dari rata-rata persentase hasil pengisian angket yang diberikan kepada 7 responden terpilih yaitu MAN 1 Kota Padang, MAN 2 Kota Padang, dan MAN 3 Kota Padang yang akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Kesiapan Laboratorium Biologi Ditinjau Dari Standarisasi Laboratorium Biologi a. Tata Guna Ruang Laboratorium Biologi

Berdasarkan hasil analisa angket yang diberikan kepada 7 responden, tata guna ruang laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 50% (kriteria cukup siap), MAN 2 100% (kriteria sangat siap), dan MAN 3 0%

(kriteria tidak siap) sehingga diperoleh rata-rata

persentase yang memenuhi standar adalah sebesar 50% dengan kriteria cukup siap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari segi tata guna ruang laboratorium biologi telah memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. Ruang laboratorium biologi MAN 1 Kota Padang telah difungsikan sebagai tempat kegiatan praktikum biologi, tetapi juga digunakan untuk kegiatan lain seperti kegiatan kesenian. Sedangkan ruang laboratorium biologi pada MAN 2 Kota Padang telah memenuhi standar Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007. Selanjutnya, ruang laboratorium pada MAN 3 Kota Padang belum memiliki laboratorium biologi tersendiri atau masih bergabung dengan laboratorium lainnya (fisika- kimia) dan juga digunakan untuk kegiatan belajar teori.

b. Desain Ruang Laboratorium Biologi

Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh, diketahui bahwa desain ruang laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 33,3% (kriteria kurang siap), MAN 2 66,6% (kriteria siap), dan MAN 3 83,3% (kriteria sangat siap), sehingga diperoleh rata-rata persentase yang memenuhi standar adalah 61% dengan kriteria siap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa desain ruang laboratorium

No Sub

Variabel

No Indikator Variabel MAN 1 MAN 2 MAN 3 Persen- tase

Kriteria

1 Standari- sasi Labora- torium Biologi

1 Tata guna ruang laboratorium biologi

50 % 100 % 0 % 50 % Cukup

Siap 2 Desain ruang laboratorium

biologi

33,3 % 66,6 % 83,3 % 61 % Siap

3 Perabot 50 % 70 % 70 % 63,3 % Siap

4 Peralatan pendidikan 44,8 % 61,6 % 38,3 % 48,2 % Cukup Siap

5 Media pendidikan 100 % 100 % 100 % 100 % Sangat

Siap 6 Bahan habis pakai 38,4 % 53,8 % 53,8 % 48,6 % Cukup

Siap

7 Perlengkapan lain 60 % 100 % 60 % 73,3 % Siap

2 Kegiatan di Labora- torium

8 Keterampilan keselamatan

dan keamanan laboratorium 79,7 % 79,7 % 74,9 % 77,8 % Siap 9 Keterampilan melakukan

manipulasi laboratorium 66,6 % 74,9 % 91,6 % 77,3 % Siap 10 Keterampilan proses di

laboratorium

72,9 % 70,8 % 54,1 % 65,5 % Siap 11 Keterampilan berpikir 85 % 69,9 % 68,3 % 74 % Siap

Jumlah 680,7 % 847,3 % 694 % 739 %

Rata-rata 61,8 % 77 % 63 % 67,2 % Siap

Kriteria Siap Siap Siap Siap

(5)

biologi MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

Secara keseluruhan, rata-rata desain ruang laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang adalah 96 m². Berdasarkan hasil angket yang didapatkan, luas ruang laboratorium biologi pada MAN 1 Kota Padang adalah 48 m² dan tidak memiliki ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Selanjutnya, luas ruangan laboratorium biologi pada MAN 2 Kota Padang adalah 120 m² dan tidak memiliki ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Sedangkan luas ruang laboratorium pada MAN 3 Kota Padang adalah 120 m² dan tidak memiliki ruang persiapan tetapi memiliki dua buah ruang penyimpanan alat dan bahan seluas 24 m².

Namun satu ruang penyimpanan alat dan bahan pada MAN 3 Kota Padang digunakan sebagai gudang atau tempat meletakkan barang-barang yang telah rusak.

Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 standar desain ruang laboratorium biologi diantaranya rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik dan idealnya untuk satu rombongan belajar dengan jumlah peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2 dengan lebar minimum ruang laboratorium biologi 5 m.

Berhubungan dengan hal ini, luas ruangan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007. Selain itu, pencahayaan dan ventilasi dan juga fasilitas merupakan hal penting di laboratorium, dalam hal ini rata-rata telah dimiliki oleh masing-masing MAN Se-Kota Padang. telah sesuai dengan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa ruang laboratorium biologi harus memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk mengamati obyek percobaan dan membaca buku.

c. Perabot

Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa kelengkapan perabot laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 50% (kriteria cukup siap), MAN 2 70% (kriteria siap), dan MAN 3 70% (kriteria siap) sehingga diperoleh rata-rata persentase yang memenuhi standar adalah 63,3% dengan kriteria siap, ini berarti dari segi perabot, laboratorium di MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar minimum yang telah ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

Ketersediaan perabot yang masih kurang di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yaitu meja kerja, meja demonstrasi, meja persiapan, bak cuci. Menurut Tarmizi (2009:

58), bak cuci merupakan suatu perlengkapan yang sangat penting, dengan adanya bak cuci memudahkan pengadaan air dalam laboratorium, karena air adalah bahan yang sangat dibutuhkan dalam laboratorium. Hal penting yang harus ada di laboratorium adalah ketersediaan air bersih, tetapi ini justru yang masih belum tersedia di MAN Se-Kota Padang yakni MAN 1 dan MAN 3 Kota Padang sehingga peserta didik dalam melakukan praktikum harus mengambil air ke luar ruang laboratorium.

d. Peralatan Pendidikan

Berdasarkan data hasil angket peralatan pendidikan di laboratorium MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 44,7% (kriteria cukup siap), MAN 2 61,6% (kriteria siap), dan MAN 3 38,3% (kriteria kurang siap), sehingga diperoleh rata-rata persentase yang memenuhi standar adalah 48,2% dengan kriteria cukup siap, dapat diketahui bahwa dari segi peralatan pendidikan laboratorium MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

Peralatan pendidikan yang tidak dimiliki di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang diantaranya, gambar pewarisan sifat Mendel, gambar sistem pencernaan burung, gambar sistem pencernaan amfibi, gambar sistem pencernaan cacing tanah, gambar sistem pernapasan burung, gambar sistem pernapasan reptil, gambar sistem pernapasan amfibi, gambar sistem pernapasan ikan, gambar sistem pernapasan cacing tanah, gambar sistem peredaran darah burung, gambar sistem peredaran darah reptil, gambar sistem peredaran darah amfibi, gambar sistem peredaran darah ikan, gambar sistem peredaran darah cacing tanah, gambar sistem pengeluaran burung, gambar sistem pengeluaran reptil, gambar sistem pengeluaran amfibi, gambar sistem pengeluaran cacing tanah, gambar sistem reproduksi burung, gambar sistem reproduksi cacing tanah, gambar sistem syaraf burung, gambar sistem syaraf reptil, gambar sistem syaraf amfibi, gambar sistem syaraf ikan, gambar sistem syaraf cacing tanah dan gambar pohon evolusi.

e. Media Pendidikan

Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh diketahui bahwa media pendidikan di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut

(6)

pada MAN 1 100% (kriteria sangat siap), MAN 2 100% (kriteria sangat siap), dan MAN 3 100%

(kriteria sangat siap), sehingga diperoleh rata- rata persentase yang memenuhi standar adalah 100% dengan kriteria sangat siap. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi media pendidikan di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

f. Bahan Habis Pakai (Kebutuhan per Tahun) Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh diketahui bahwa dari segi bahan habis pakai (kebutuhan per tahun) di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 38,4% (kriteria kurang siap), MAN 2 53,8%

(kriteria cukup siap), dan MAN 3 53,8%

(kriteria cukup siap), sehingga diperoleh rata- rata persentase yang memenuhi standar adalah 48,6% dengan kriteria cukup siap. Ini berarti bahwa bahan praktikum di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar minimum yang telah ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

Lebih jelasnya terungkap bahwa bahan habis pakai yang tersedia di laboratorium biologi MAN 1 Kota Padang dan jumlahnya sesuai dengan standar Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 adalah eosin, etanol, iodium, KOH dan kertas saring. Selanjutnya bahan pada MAN 2 Kota Padang yang tersedia adalah HCl, eosin, etanol, iodium, KOH, vaselin dan kertas saring.

Sedangkan pada MAN 3 Kota Padang yang tersedia adalah asam sulfat, HCl, indikator universal, iodium, KOH, NaOH dan kertas saring.

g. Perlengkapan Lain

Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh, diketahui bahwa perlengkapan lain di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 60% (kriteria cukup siap), MAN 2 100% (kriteria sangat siap), dan MAN 3 60%

(kriteria cukup siap), sehingga diperoleh rata- rata persentase yang memenuhi standar adalah 73,3% dengan kriteria siap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, dari segi perlengkapan lain di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang telah memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

Lebih jelasnya terungkap bahwa perlengkapan lain yang tersedia di laboratorium biologi MAN 1 Kota Padang dan jumlahnya sesuai dengan standar Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 adalah kontak listrik, peralatan P3K dan jam dinding. Selanjutnya perlengkapan lain yang tersedia di laboratorium biologi MAN 2

Kota Padang dan jumlahnya sesuai dengan standar Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 adalah kontak listrik, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah dan jam dinding.

Sedangkan perlengkapan lain yang tersedia di laboratorium biologi MAN 3 Kota Padang dan jumlahnya sesuai dengan standar Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 adalah kontak listrik, peralatan P3K dan tempat sampah.

2. Kesiapan Laboratorium dalam Membelajarkan Keterampilan Laboratorium (Praktikum) atau Kegiatan di Laboratorium a. Keterampilan keselamatan dan keamanan

laboratorium (Safety Skills)

Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh diketahui bahwa keterampilan keselamatan dan keamanan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memnuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 79,7%

(kriteria siap), MAN 2 79,7% (kriteria siap), dan MAN 3 74% (kriteria siap), sehingga diperoleh rata-rata persentase yang memenuhi standar adalah 77,8% dengan kriteria siap.

Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa tingkat kepedulian sekolah terhadap keselamatan dan keamanan saat bekerja di laboratorium sudah optimal, tetapi masih ada kekurangan-kekurangan lainnya seperti adanya beberapa guru biologi MAN Se-Kota Padang tidak selalu memberi peringatan kepada peserta didik terhadap pemakaian bahan berbahaya.

Selanjutnya, guru biologi MAN Se-Kota Padang jarang menganjurkan peserta didik untuk menggunakan pelindung keselamatan laboratorium untuk melindungi diri dari bahan kimia berbahaya seperti jas praktikum, masker, sarung tangan, dan sebagainya.

Menurut Kancono (2010: 20-38), menjaga agar suasana praktikum tenang dan tetap waspada juga sangat penting untuk dijaga apabila terjadi kecelakaan, segera melaporkan kejadian yang terjadi pada guru apabila ada yang terluka atau terjadi kerusakan alat sehingga dapat segera diatasi, setiap peserta didik atau guru maupun penanggung jawab laboratorium wajib menjaga ketertiban dan kebersihan ruang laboratorium. Apabila pekerjaan telah berakhir, maka tempat kerja harus diamankan dengan menutup semua kran air, gas, uap dan dengan mencabut steker.

Sedapat mungkin kran induk ditutup dan tombol induk dimatikan. Hal ini sesuai dengan yang diterapkan oleh semua guru biologi dan peserta didik MAN Se-Kota Padang sehingga keadaan ruangan laboratorium selalu dalam keadaan bersih, aman, tenang, dan nyaman baik sebelum maupun sesudah melaksanakan praktikum.

(7)

b. Keterampilan melakukan manipulasi laboratorium (Manipulative Laboratory Skills)

Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh, diketahui bahwa keterampilan melakukan manipulasi laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 66,6%

(kriteria siap), MAN 2 74,9% (kriteria siap), dan MAN 3 91,6% (kriteria sangat siap), sehingga diperoleh rata-rata persentase yang memenuhi standar adalah 77,3% dengan kriteria siap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, secara keseluruhan keterampilan manipulasi dalam menggunakan alat dan bahan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang sudah mampu dilaksanakan oleh peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa beberapa guru biologi MAN Se-Kota Padang selalu mempelajari pemakaian alat praktikum sebelum praktikum dimulai seperti mempelajari penggunaan mikroskop, termometer, indikator pH, respirometer dan sebagainya, dengan demikian kegiatan praktikum akan berjalan dengan lancar dan menghindari ketidaktahuan dalam penggunaan alat laboratorium. Sejalan dengan hal ini, menurut Siagian (1982: 12), kegiatan praktikum tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila guru atau penanggung jawab laboratorium tidak menguasai soal seluk beluk peralatan dan bahan laboratorium, tempat penyimpanannya, pembeliannya, dan nama alat dan bahan tersebut.

Selain itu, guru biologi MAN Se-Kota Padang selalu membantu peserta didik dalam menggunakan alat praktikum secara benar, misalnya saat melakukan praktikum jaringan tumbuhan, disaat peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat sayatan tipis pada daun atau batang Rhoeo discolor dan mengamatinya di bawah mikroskop. Disamping itu, peserta didik sebelum melaksanakan praktikum, guru biologi selalu memberikan contoh cara pemakaian alat-alat laboratorium seperti bagaimana cara membawa, meletakkan dan menggunakan mikroskop, bagaimana cara membuat sayatan tipis pada daun atau batang Rhoeo discolor dengan menggunakan silet dan pisau cutter, selanjutnya bagaimana cara meletakkan obyek pengamatan di atas kaca preparat lalu menutupnya dengan kaca penutup, dan bagaimana cara menetesi zat pewarna anilin sulfat di atas obyek pengamatan dengan menggunakan pipet tetes. Dalam hal ini peserta didik akan lebih lama mengingat konsep- konsep, lebih lama tersimpan dalam ingatan, dan tidak mudah terlupakan.

c. Keterampilan proses di laboratorium (Process Laboratory Skills)

Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh, diketahui bahwa keterampilan proses di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang yang memenhui standar adalah sebagai beikut pada MAN 1 72,9% (kriteria siap), MAN 2 70,8% (kriteria siap), dan MAN 3 54,1%

(kriteria cukup siap), sehingga diperoleh rata- rata persentase yang memenuhi standar adalah 65,5% dengan kriteria siap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, secara keseluruhan keterampilan proses di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang sudah baik dikuasai oleh peserta didik.

Berdasarkan wawancara dan hasil data angket didapat bahwa selama bekerja di laboratorium peserta didik sudah sesuai dengan prosedur di dalam petunjuk praktikum seperti pada saat melakukan praktikum jaringan tumbuhan, diawali dengan cara membawa dan meletakkan mikroskop, membuat sayatan tipis daun atau batang Rhoeo discolor, meletakkan sayatan tersebut di atas kaca preparat dan menetesinya dengan zat pewarna anilin sulfat, seterusnya ditutupi dengan kaca penutup, dan kemudian mengamatinya di bawah mikroskop.

Dalam melakukan prosedur tersebut, peserta didik akan mengembangkan keterampilan proses melalui tahapan-tahapan proses sains.

Menurut Semiawan, dkk (1992: 17), kemampuan atau keterampilan proses meliputi mengobservasi (mengamati), membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan (memprediksi), menerapkan (mengaplikasikan), dan mengkomunikasikan. Selama dalam melakukan kegiatan praktikum jaringan tumbuhan tersebut, peserta didik sudah mampu mengamati obyek pengamatan di bawah mikroskop, tetapi dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan responden masih ada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menemukan obyek pengamatan seperti yang terjadi pada MAN 3 Kota Padang. Hal ini disebabkan karena kurangnya perencanaan yang tepat yang seharusnya dianjurkan kepada peserta didik, seperti melakukan kegiatan praktikum sederhana di rumah sebelum melaksanakannya di sekolah.

Sejalan dengan hal itu, Wirasasmita (1989: 6) menyatakan bahwa dengan perencanaan yang baik percobaan akan berjalan lancar, pemilihan alat akan tepat, pengumpulan data teratur sehingga pengolahan akan mudah, dan akhirnya penafsirannyapun akan tepat. Jika

(8)

pengumpulaan data telah selesai dilakukan, maka data tersebut harus disimpulkan. Hal ini berarti data diinterpretasikan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hal ini dapat dilakukan dalam kelompok kecil sebelum dikomunikasikan kepada seluruh kelas.

Meskipun demikian, dari hasil data angket yang diperoleh diketahui bahwa tidak semua peserta didik dapat menarik kesimpulan sesuai dengan tujuan praktikum yang dilakukan di laboratorium biologi seperti yang terjadi pada MAN 3 Kota Padang. Hal ini disebabkan karena kelengkapan peralatan laboratorium yang kurang memadai, dan keterbatasan waktu dan managemen guru dalam kegiatan pembelajaran.

d. Keterampilan berpikir (Thinking skills) Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh, diketahui bahwa keterampilan berpikir di MAN Se-Kota Padang yang memenuhi standar adalah sebagai berikut pada MAN 1 85% (kriteria sangat siap), MAN 2 69,9% (kriteria siap), dan MAN 3 68,3%

(kriteria siap), sehingga diperoleh rata-rata persentase yang memenuhi standar adalah 74%

dengan kriteria siap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, secara keseluruhan keterampilan berpikir di laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang sudah dikuasai peserta didik saat bekerja di laboratorium.

Lebih jelasnya terungkap bahwa, guru biologi MAN Se-Kota Padang telah menyediakan petunjuk praktikum/LKS karena dengan adanya petunjuk praktikum biologi/LKS akan dapat mendukung keberhasilan kegiatan praktikum. Menurut Rohyami (2011: 7), sistematika laporan praktikum adalah judul, tujuan, dasar teori, alat dan bahan, prosedur kerja, data pengamatan, analisis data, pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka, dan pengesahan. Sesuai dengan wawancara dan data hasil angket, guru biologi MAN Se-Kota Padang sudah menyusun petunjuk praktikum sesuai dengan pedoman yang ada.

Setelah melaksanakan kegiatan praktikum, peserta didik harus membuat laporan praktikum dan menjawab semua pertanyaan yang ada di petunjuk praktikum. Dalam laporan praktikum, peserta didik harus melaporkan apa yang telah didapatkan sewaktu praktikum dan data yang diperoleh, sebab dari data tersebut peserta didik dapat membahas hasil praktikum baik yang berupa gambar, diagram, maupun grafik.. Namun, guru biologi tidak selalu menganjurkan peserta didik untuk membuat laporan praktikum dalam bentuk diagram/grafik, karena dari hasil data angket dan wawancara guru biologi tersebut baru menganjurkan peserta

didik jika materi yang dipraktikumkan tersebut dibutuhkan dalam bentuk diagram/grafik.

Melalui pertanyaan yang ada di petunjuk praktikum yang disediakan akan mendukung peserta didik untuk berpikir kritis. Menurut Redhana, (2010) dalam Adnyana (2012: 202), keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dalam membuat keputusan yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Keterampilan berpikir kritis berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis dapat menumbuh kembangkan kemampuan untuk menyelidiki masalah, mengajukan pertanyaan, mengajukan jawaban baru, dan menemukan informasi baru.

Setelah mendapatkan jawaban dari berbagai informasi maka data tersebut harus disimpulkan dan diinterpretasikan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam kelompok masing-masing sebelum dikomunikasikan di depan ruangan. Dalam hal ini guru sebaiknya memberikan waktu luang atau kesempatan kepada peserta didik agar dapat menyimpulkan hasil dari kegiatan praktikum yang dilakukan. Terungkap dari hasil data angket, semua guru biologi MAN Se-Kota Padang telah melaksanakan hal tersebut, meskipun demikian tidak semua guru biologi MAN Se-Kota Padang menganjurkan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil laporan praktikum keseluruh ruangan seperti pada MAN 2 dan MAN 3 Kota Padang. Hal ini disebabkan karena kelengkapan peralatan laboratorium yang kurang memadai, dan keterbatasan waktu dan managemen guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengkomunikasikan hasil laporan keseluruh ruangan, maka akan terjadi umpan balik antara guru, peserta didik dan peserta didik lainnya.

Selain itu, guru perlu memberikan dorongan kepada peserta didik dengan menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan, maka persentase dan kriteria kesiapan laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang dalam mendukung pembelajaran biologi secara berurutan adalah MAN 1 61,8% (kriteria siap), MAN 2 77% (kriteria siap), dan MAN 3 63% (kriteria siap). Persentase rata-rata dan kriterianya adalah 67,2% dengan kriteria siap.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

(9)

laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang siap dalam mendukung pembelajaran biologi.

Namun demikian masih banyak yang perlu dibenahi lagi agar proses pembelajaran biologi dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sekolah khususnya laboratorium biologi MAN Se-Kota Padang, agar lebih mengoptimalkan pengadaan sarana dan prasarana laboratorium agar proses pembelajaran biologi dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan yang ditetapkan dari Permendiknas No. 24 Tahun 2007, serta dilengkapi dengan tenaga laboran, agar proses penyelenggaraan, penggunaan laboratorium dapat berjalan dengan lancar, dan kemampuan peserta didik dapat teraktualisasi secara maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Departemen Agama di Kota Padang agar lebih memperhatikan dan melengkapi pengadaan sarana dan prasarana khususnya laboratorium sehingga tujuan pembelajaran dalam kurikulum dapat tercapai dan dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Gede P. (2012). Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran (Jilid 45 Nomor 3).

Hlm. 201-209

Apriliani, Enjang. (2014). Tinjauan Stamdarisasi Laboratorium Pembelajaran Biologi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi.

Padang : FMIPA STKIP PGRI Sumatera Barat

Awwaluddin, Asief. (2012). Analisis Kesiapan Laboratorium Dalam Mendukung Pembelajaran Biologi SMA Negeri Di Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang : FMIPA Universitas Negeri Semarang Hudha, Atok M. (2011). Analisis Pengelolaan

Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan (Vol. 1 No. 1).

Hlm. 37-51

Indriastuti. Herlina L., Widiyaningrum P.

(2013). Kesiapan Laboratorium Biologi

Dalam Menunjang Kegiatan Praktikum SMA Negeri Di Kabupaten Brebes.

Unnes Journal of Biology Education2 (2) (2013) ISSN 2252-6579.

Kancono. (2010). Manajemen Laboratorium IPA. Bengkulu : FKIP UNIB

Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-Prinsip Dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Rosda Karya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA), (online)

http://www.ziddu.com/download/971988 4/SARPRAS Nomor 24 Tahun 2007_doc.pdf.html, diakses tgl 15 Mei 2014

Rohyami, Yuli. (2011). Panduan Penulisan Laporan Praktikum. Yogyakarta : Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universtas Islam Indonesia

Semiawan, C, Tangyong, Belen, Matahelemual.

Y, Suseloardjo, W. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Siagian, Mayer G. (1982). Pedoman Pengelolaan Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi SMTP Dan SMTA. Jakarta : Karya Utama

Utomo, M. (2009). Pengelolaan Praktikum Di Laboratorium Kimia SMA/MA. Makalah

Pengabdian Pada

Masyarakat.Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Wirasamita, Omang. (1989). Pengantar Laboratorium Fisika. Jakarta : Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Contents lists available at Journal IICET Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia ISSN: 2502-8103 PrintISSN: 2477-8524Electronic Journal homepage: