Untuk mengantisipasi resesi yang terjadi di Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan Bantuan Sosial Covid-19 untuk memperkuat daya beli masyarakat dan menstabilkan perekonomian nasional. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Keuangan Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19 (Perppu 1/2020), yang dari segi pendanaan selanjutnya tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan No. Kebijakan Bansos Covid-19 merupakan salah satu Jaring Pengaman Sosial bagi masyarakat Indonesia, selain program Kartu Prakerja, subsidi listrik, dan lain-lain.
Terlepas dari bagaimana kebijakan penyaluran Bansos Covid-19 diterapkan di masyarakat, harus ada pembahasan mengenai keterkaitan antara kebijakan pemberian Bansos Covid-19. Selain itu, untuk mengawal Kebijakan Bantuan Sosial Covid-19 perlu dilakukan kajian implementasi kebijakan yang mengkaji tentang Bantuan Sosial Covid-19. Tulisan ini juga akan mengulas implementasi Kebijakan Bantuan Sosial Covid-19 dengan menggunakan pisau analisis model implementasi Van Horn dan Van Meter.
Pemerintah menyikapi lesunya daya beli masyarakat kelas bawah dengan meluncurkan berbagai program bantuan sosial yang ditujukan kepada keluarga miskin terdampak Covid-19. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 54 HUK Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 161 HUK Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan Sosial Tunai dalam Penanggulangan Dampak Corona Virus Disease (COVID-19) Tahun 2021;.
Keberadaan program bantuan sosial ini sendiri berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 54/HUK/2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam menanggulangi dampak bencana tahun 2019. penyakit virus corona (Covid-19), yang telah diubah dengan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 86/Huk/2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Sosial Nomor 54/Huk/2020 tentang pelaksanaan bantuan sosial sembako dan bantuan sosial tunai untuk menangani dampak penyakit virus corona 2019 (Covid-19).
Tinjauan Bantuan Sosial COVID-19 dengan Hak dan Tanggung Jawab Konstitusional
Hak masyarakat miskin untuk menerima bantuan sosial Covid-19 dapat dikategorikan sebagai hak asasi manusia di bidang sosial karena berkaitan dengan pemenuhan kesejahteraan masyarakat kurang mampu di tengah pandemi, sejalan dengan konsep kemanusiaan generasi kedua. hak yang diciptakan. oleh Karl Vasak yang berpendapat bahwa hak asasi manusia di bidang sosial sangat erat kaitannya dengan konsep negara kesejahteraan dan sosial demokrasi24. Selain itu, hak asasi manusia di bidang sosial muncul karena adanya tuntutan atau perlunya peran aktif negara dalam menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang25. 24 Bagir Manan dan Susi Dwi Hariiantii, 2013, PENGELOMPOKAN HAK ASASI MANUSIA DALAM UUD TAHUN 1945 BERDASARKAN KARL VASAK, J.
Kajian mengenai hak asasi manusia atas kesejahteraan dari sudut pandang hukum dapat dimulai dengan menginventarisasi pengakuan hukum di tingkat internasional, dimana Indonesia terikat pada hukum internasional sebagai pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia29. Sumber hukum internasional yang menjadi rujukan pertama bagi pengakuan hak asasi manusia saat ini adalah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) yaitu Pasal 25 alinea pertama yang diterjemahkan sebagai “setiap orang berhak atas suatu standar hak asasi manusia”. hidup yang layak bagi kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan. Pengakuan lebih lanjut tertuang dalam International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) / Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, yang mana telah disahkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005.
Dalam peraturan perundang-undangan di tingkat nasional, pengakuan hak asasi manusia secara signifikan mulai berlaku ketika dilakukan Amandemen Kedua UUD 1945 yang disepakati bersama sebagai UUD Nasional30. Pengakuan dalam tatanan hukum tersebut tersebar pada beberapa undang-undang, antara lain UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dan UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin. Menurut Julius Stahl, ada empat unsur yang menjadi ciri negara hukum (rechtsstaat), yaitu perlindungan hak asasi manusia, pemisahan kekuasaan, pemerintahan berdasarkan hukum, dan peradilan administrasi negara.
Dengan kata lain, gambaran pembangunan negara di atas bermuara pada satu unsur pokok, yaitu negara berkewajiban menjamin pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kewajiban dan tanggung jawab dasar negara atas perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia terakomodasi dalam instrumen hukum yang menjadi dasar pengakuan hak asasi manusia itu sendiri. Kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah juga ditegaskan dalam Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa perlindungan, pemajuan, pelaksanaan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, khususnya pemerintah, dan pada ayat (5 ) “.untuk melindungi dan membela hak asasi manusia Sesuai dengan prinsip negara hukum demokratis, pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan”.
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi, menjunjung tinggi, dan memajukan hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lainnya, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia.” Amanat lain juga ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 24(1) menyatakan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Mengingat ciri-ciri hak asasi manusia di lapangan merupakan hak positif, maka perlu adanya peran aktif dalam memaksimalkan seluruh sumber daya yang ada agar dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai upaya pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia tersebut36.
Analisis Implementasi Kebijakan Bantuan Sosial Covid-19
Bansos Sembako dan Bansos Tunai Dalam Penanggulangan Dampak Covid-19 didasarkan pada data kesejahteraan sosial yang terintegrasi; pemerintahan daerah kabupaten/kota; dan/atau sumber data lainnya. Salah satu Peraturan Daerah yang mengatur tentang tujuan kebijakan Bansos Covid-19 adalah Peraturan Daerah DKI Jakarta No. Peraturan Daerah ini tidak mencerminkan Peraturan Daerah di daerah lain, namun cukup mewakili tujuan kebijakan Bansos Covid-19.
Kebijakan Bansos Covid-19 mempunyai sumber kebijakan dari Perpu 1/2020 yang dari segi pembiayaannya dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Nomor. Dengan memperhatikan kejelasan dan konsistensi dalam mengkomunikasikan standar dan tujuan, maka Kebijakan Bansos Covid-19 mematuhi DKI Jakarta memenuhi kriteria sesuai Peraturan Daerah Nomor. Hal ini didukung dengan lancarnya arus komunikasi antar pemangku kepentingan eksternal dan internal yang terlibat dalam penyaluran Bansos Covid-19 di DKI Jakarta.
Organisasi pelaksana Kebijakan Bansos Covid-19 secara khusus adalah Kementerian Sosial, namun dalam pelaksanaannya perlu meminta arahan dari Presiden dan jajaran kementerian yang terkait dengan Bansos Covid-19. Kompleksitas peraturan tersebut membuat hierarki organisasi, tujuan, dan pembagian kerja dalam Kebijakan Bantuan Covid-19 menjadi jelas dan tepat sasaran. Untuk menjalin komunikasi antara Kemensos dan nonformal seluruh Indonesia, Kemensos menyelenggarakan video teleconference yang dihadiri oleh Menteri Sosial dan seluruh pilar sosial dalam kebijakan bansos Covid-19.
Pertemuan daring tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara organisasi pelaksana dengan lingkungan sekitar untuk mengawasi kebijakan bantuan sosial Covid-19.49. Sumber daya keuangan kebijakan Bansos Covid-19 cukup mendukung, meski kondisi perekonomian Indonesia sedang memasuki fase resesi. Kebijakan Bantuan Sosial Covid-19 mendapat dukungan finansial dari DIPA Kementerian yang sumber pendanaannya berasal dari APBN sesuai amanat Peraturan Menteri Kebijakan No.
Kebijakan ini diprediksi akan menyelamatkan Indonesia dari resesi.50 Tujuan kebijakan bantuan sosial Covid-19 antara lain meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dampak sosial dari penerapan Kebijakan Bantuan Sosial Covid-19 terlihat dari survei kepuasan masyarakat terhadap kebijakan ini. 56 Hingga saat ini, intensitas respons pelaksana dan masyarakat masih tergolong dominasi respons positif terhadap kebijakan bantuan sosial jaring pengaman sosial Covid-19.
Kesimpulan
Kebijakan Bansos secara umum telah dipahami oleh seluruh pelaksana kebijakan, namun ada beberapa kasus yang menunjukkan adanya kesimpangsiuran di hilir pelaksanaan kebijakan Bansos Covid-19, yaitu pemeringkatan RT/RW karena data penerima bantuan bansos tidak jelas. . 55 Kemudian, untuk sikap afirmatif para pelaksana terhadap kebijakan ini, tidak ditemukan penolakan yang berarti. Penolakan terhadap kesejahteraan ini lebih disebabkan oleh masyarakat yang merasa tidak layak mendapatkan kesejahteraan karena kondisi ekonominya lebih baik dibandingkan sebagian masyarakat lainnya. Salah satunya adalah Keputusan Menteri Sosial Nomor 54/Huk/2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai Dalam Penanganan Dampak Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan perubahannya. .
Bantuan sosial merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada masyarakat di masa pandemi ini. Pemenuhan hak-hak tersebut dibebankan kepada negara sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab konstitusional untuk melindungi, memajukan, memelihara, dan memenuhi hak asasi manusia berdasarkan Pasal 28I ayat Dari analisis model penerapan meteran dan klakson yang telah dilakukan, pelaksanaan Bansos Covid-19 dapat dikatakan cukup berhasil mengingat manfaat dari kebijakan ini dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat Indonesia.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kebijakan Bansos Covid-19 adalah pembaharuan data penerima, peningkatan koordinasi antar lembaga pemerintah khususnya pejabat pemerintah pusat, dan peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan penyebaran virus. Bantuan Sosial Covid-19. “Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Dalam Penyelenggaraan Bantuan Sosial Covid-19 Di Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.” “Efektifitas Penyelenggaraan Bantuan Sosial Pemerintah Bagi Masyarakat Terdampak Covid-19 di Desa Gendongarum Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.”
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan dalam rangka penanggulangan pandemi virus corona (Covid-19) tahun 2019 dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman terhadap perekonomian nasional yang membahayakan dan/atau stabilitas sistem keuangan menjadi undang-undang. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 86 HUK Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 54 HUK Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam menangani dengan Dampak penyakit virus corona (COVID-19).
Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 100 HUK Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 54 HUK Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam pengobatan dampak penyakit Virus Corona (COVID-19). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.05/2020 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja pada Belanja Pendapatan Negara dan Anggaran Belanja Dalam Penanganan Pandemi Virus Corona Tahun 2019.
Helen Keller