BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan topik penelitian ini mencakup berbagai studi sebelumnya yang memberikan wawasan mendalam tentang implementasi Smart Grid dan integrasi energi terbarukan di Indonesia. Berikut ini adalah rangkuman singkat dari beberapa penelitian yang relevan yang telah dipublikasikan dalam sepuluh tahun terakhir.
1. Hermawan, R., & Utomo, P. (2015). "Implementasi Smart Grid di Indonesia: Tantangan dan Peluang"
Studi ini mengidentifikasi tantangan utama dalam implementasi Smart Grid di Indonesia, termasuk kendala infrastruktur dan regulasi, serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem tenaga listrik.
2. Suryadi, E., & Adi, W. (2017). "Integrasi Energi Terbarukan dalam Sistem Tenaga Listrik Indonesia"
Penelitian ini mengkaji potensi energi terbarukan di Indonesia dan tantangan teknis yang dihadapi dalam integrasinya ke jaringan listrik nasional. Penelitian ini menyoroti pentingnya teknologi kontrol yang efektif untuk mengelola variabilitas daya.
3. Yulianto, T., & Santoso, H. (2018). "Pemodelan dan Simulasi AGC untuk Smart Grid dengan Energi Terbarukan"
Studi ini berfokus pada pengembangan dan simulasi model AGC untuk mengelola variabilitas daya dari sumber energi terbarukan, menunjukkan peningkatan keandalan sistem tenaga listrik.
4. Pratama, R., & Raharjo, D. (2019). "Penggunaan Algoritma Optimasi dalam AGC pada Sistem Tenaga Listrik Terdistribusi"
Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan algoritma optimasi seperti algoritma genetika dan swarm intelligence dalam AGC untuk meningkatkan respons terhadap perubahan beban dan fluktuasi pembangkitan dari energi terbarukan.
5. Wibowo, S., & Ahmad, F. (2020). "Analisis Dampak Integrasi Energi Terbarukan terhadap Stabilitas Sistem Tenaga Listrik di Indonesia"
Studi ini mengkaji dampak integrasi energi terbarukan terhadap stabilitas sistem tenaga listrik, menyoroti perlunya strategi kontrol yang lebih maju untuk mengatasi variabilitas dari sumber energi terbarukan.
6. Ningsih, A., & Putra, R. (2021). "Implementasi Teknologi Penyimpanan Energi untuk Meningkatkan Keandalan Smart Grid"
Penelitian ini meneliti peran teknologi penyimpanan energi dalam meningkatkan keandalan Smart Grid yang terintegrasi dengan energi terbarukan, menunjukkan bahwa penyimpanan energi dapat membantu mengatasi fluktuasi daya.
7. Hidayat, S., & Maulana, M. (2016). "Smart Grid dan Manajemen Beban di Indonesia"
Studi ini membahas konsep Smart Grid dan penerapan manajemen beban di Indonesia, termasuk strategi untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi beban puncak.
8. Lestari, D., & Nugroho, A. (2017). "Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Implementasi Smart Grid di Indonesia"
Penelitian ini mengeksplorasi peran teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam implementasi Smart Grid, termasuk bagaimana ICT dapat digunakan untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol dalam jaringan listrik.
9. Kurniawan, H., & Susanto, D. (2018). "Kendala dan Solusi Integrasi Energi Surya ke dalam Smart Grid di Indonesia"**
Studi ini mengidentifikasi kendala utama dalam integrasi energi surya ke dalam Smart Grid di Indonesia dan mengusulkan solusi teknis untuk mengatasi tantangan ini.
10. Yusuf, M., & Setiawan, B. (2020). "Pengembangan Smart Grid dengan Fokus pada Energi Angin di Indonesia"
Penelitian ini mengevaluasi potensi energi angin di Indonesia dan pengembangan Smart Grid untuk memanfaatkan energi angin secara efektif, termasuk tantangan teknis dan solusi yang diusulkan.
Publikasi-publikasi ini memberikan wawasan mendalam dan kontribusi penting dalam bidang implementasi Smart Grid dan integrasi energi terbarukan di Indonesia, serta menjadi referensi utama dalam penelitian yang lebih lanjut.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Konsep Energi Terdistribusi
Energi terdistribusi (distributed energy) merupakan paradigma baru dalam pengelolaan energi yang mengacu pada sistem pembangkit energi yang tersebar di berbagai lokasi dalam jaringan listrik. Berbeda dengan sistem pembangkit energi terpusat tradisional yang terkonsentrasi di beberapa lokasi besar, energi terdistribusi menawarkan pendekatan yang lebih terdesentralisasi dan inklusif. Sistem ini dapat memanfaatkan berbagai sumber energi, baik yang terbarukan maupun konvensional, untuk memenuhi kebutuhan energi lokal. Dalam konteks energi terdistribusi, beberapa sumber energi yang dapat dimanfaatkan meliputi panel surya, turbin angin, pembangkit biogas, pembangkit tenaga air mikro, pembangkit energi panas bumi skala kecil, serta sumber energi konvensional seperti generator diesel dan generator gas alam (Ma et al., 2023).
2.2.2 Keunggulan Energi Terdistribusi
Beberapa keunggulan dari energi terdistribusi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan Keandalan Pasokan Energi
Salah satu keunggulan utama energi terdistribusi adalah meningkatkan keandalan pasokan energi. Hal ini terjadi karena sistem energi terdistribusi tidak bergantung pada satu sumber energi tunggal. Dengan tersebarnya pembangkit energi di berbagai lokasi, jaringan listrik menjadi lebih tahan terhadap gangguan dan pemadaman listrik yang disebabkan oleh kegagalan pada satu titik tertentu. Dalam situasi di mana salah satu pembangkit mengalami masalah, sumber energi lainnya dapat terus beroperasi untuk mempertahankan pasokan energi ke konsumen (Khubrani & Alam, 2023).
b. Meningkatkan Efisiensi Energi
Energi terdistribusi juga dapat meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan. Hal ini terkait dengan penempatan pembangkit energi yang lebih dekat dengan konsumen.
Dengan jarak yang lebih pendek antara pembangkit dan konsumen, kerugian energi selama proses transmisi dan distribusi dapat diminimalkan. Ini berarti lebih sedikit energi yang terbuang dan lebih banyak energi yang efektif digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
c. Meningkatkan Penggunaan Energi Terbarukan
Sistem energi terdistribusi menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam jaringan listrik. Dengan distribusi yang lebih merata dari sumber energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin, sistem ini
memungkinkan integrasi energi terbarukan dengan lebih mudah ke dalam jaringan listrik.
Hal ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
d. Mendorong Partisipasi Masyarakat
Energi terdistribusi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam produksi dan konsumsi energi. Dengan adanya sistem yang memungkinkan produksi energi di tingkat lokal, seperti instalasi panel surya di atap rumah atau pembangkit biogas skala kecil di lingkungan sekitar, masyarakat dapat menjadi produsen energi mandiri. Hal ini tidak hanya memberikan kontrol lebih besar atas sumber energi yang digunakan, tetapi juga dapat mengurangi biaya energi jangka panjang bagi individu dan komunitas.
2.2.3 Implementasi Energi Terdistribusi di Indonesia
Meskipun memiliki potensi besar, implementasi energi terdistribusi di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan energi terdistribusi (Ghiasi et al., 2023). Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong implementasi energi terdistribusi di Indonesia meliputi:
1. Pembangunan Infrastruktur: Investasi dalam pembangunan infrastruktur yang mendukung energi terdistribusi, seperti jaringan listrik yang terintegrasi dan sistem penyimpanan energi.
2. Insentif dan Kebijakan: Pemerintah dapat memberikan insentif dan mengembangkan kebijakan yang mendukung penggunaan energi terdistribusi, termasuk pembebasan pajak, subsidi, dan tarif yang menguntungkan bagi produsen energi terbarukan.
3. Edukasi dan Sosialisasi: Mengedukasi masyarakat tentang manfaat energi terdistribusi dan cara partisipasi dalam sistem ini melalui kampanye sosialisasi dan pelatihan.
4. Kolaborasi antar Pihak: Mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk mengembangkan proyek energi terdistribusi yang berkelanjutan dan efektif.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan energi terdistribusi dapat menjadi salah satu solusi yang efektif dalam mengatasi tantangan energi di Indonesia dan mendukung transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
2.2.3 Smart Grid
Smart grid merupakan konsep jaringan listrik yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk meningkatkan efisiensi, keandalan, dan keberlanjutan sistem kelistrikan. Dalam konteks smart grid, komunikasi dua arah antara berbagai komponen dalam jaringan menjadi kunci utama, memungkinkan pengendalian yang lebih presisi dan responsif terhadap permintaan energi secara real-time. Smart grid menggabungkan teknologi- teknologi canggih dalam sistem distribusi energi untuk memperbaiki cara listrik dihasilkan, didistribusikan, dan digunakan (Yang et al., 2022).
Gambar 2.1 Desain Jaringan Smart Grid
A. Komponen Smart Grid
Komponen dari smart grid mencakup berbagai teknologi dan aplikasi yang saling terintegrasi. Berikut adalah beberapa komponen utama dari smart grid:
1. Smart Metering (Pengukuran Pintar):
Smart meters adalah meteran yang bisa komunikasi dua arah antara konsumen dan penyedia layanan listrik. Mereka memungkinkan untuk pengukuran waktu nyata penggunaan dan pengelolaan energi yang lebih efisien.
2. Advanced Metering Infrastructure (AMI):
AMI adalah sistem yang mengintegrasikan smart meters, komunikasi data, dan sistem manajemen data untuk mengelola data pengukuran dan penggunaan energi secara waktu nyata atau hampir waktu nyata.
3. Distributed Energy Resources (DER):
Termasuk sumber energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin, dan sistem penyimpanan energi yang terintegrasi dengan jaringan untuk meningkatkan ketahanan dan efisiensi sistem.
Distribution Automation (DA):
Menggunakan teknologi untuk mengotomatisasi pemantauan, proteksi, dan optimasi proses distribusi energi di jaringan untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi.
4. Demand Response (DR):
Program yang mendorong konsumen untuk mengurangi atau memindahkan waktu penggunaan energi mereka selama periode permintaan puncak, melalui insentif keuangan atau perjanjian lain.
5. Integrated Communication:
Teknologi komunikasi yang memungkinkan pertukaran informasi dua arah antara komponen-komponen sistem untuk pengelolaan dan operasi yang lebih efisien.
6. Grid Management Systems:
Meliputi sistem Advanced Distribution Management System (ADMS) dan Outage Management System (OMS) yang membantu operator jaringan memantau, menganalisis, dan mengoptimalkan operasi jaringan secara waktu nyata.
7. Cybersecurity:
Mekanisme dan protokol keamanan penting untuk melindungi infrastruktur smart grid dari ancaman cyber dan memastikan privasi data pengguna serta keandalan sistem.
8. Electric Vehicles (EV) and Charging Infrastructure:
Integrasi kendaraan listrik dan infrastruktur pengisian yang cerdas ke dalam jaringan, mendukung pengelolaan pengisian berdasarkan kondisi jaringan dan permintaan energi.
9. Home and Building Automation:
Sistem otomasi dalam rumah dan bangunan yang memungkinkan penggunaan energi yang lebih efisien melalui kontrol cerdas atas peralatan dan sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning).
Komponen-komponen ini bersama-sama membentuk ekosistem smart grid yang tidak hanya meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan sistem energi tetapi juga memberikan kontrol yang lebih besar pada konsumen terkait dengan penggunaan energi mereka, sekaligus meningkatkan keandalan seluruh sistem.
B. Manfaat Smart Grid
Beberapa manfaat dari implementasi smar grid adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi Energi: Salah satu manfaat utama smart grid adalah meningkatkan efisiensi energi. Dengan penggunaan teknologi monitoring dan kontrol yang canggih, smart grid dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya energi dan mengelola permintaan energi secara lebih efisien (Kampelis & Kolokotsa, 2022).
2. Keandalan Pasokan Energi: Smart grid juga dapat meningkatkan keandalan pasokan energi. Dengan sistem monitoring yang terus-menerus memantau jaringan listrik, gangguan atau kegagalan dapat dideteksi dan diatasi dengan cepat. Hal ini mengurangi risiko pemadaman listrik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Integrasi Energi Terbarukan: Salah satu aspek penting dari smart grid adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan sumber energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, ke dalam jaringan listrik dengan lebih mudah. Ini mendukung transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
4. Pemberdayaan Konsumen: Smart grid memberdayakan konsumen untuk menjadi lebih aktif dalam manajemen energi mereka. Dengan informasi yang transparan mengenai konsumsi energi dan opsi kontrol yang fleksibel, konsumen dapat mengambil langkah-langkah untuk menghemat energi dan mengurangi dampak lingkungan.
C. Implementasi Smart Grid di Indonesia
Beberapa hal terkait dengan implementasi Smart Grid di Indonesia antara lain adalah:
a. Proyek Percontohan: Beberapa daerah di Indonesia telah memulai proyek percontohan smart grid dan integrasi energi terbarukan, seperti di Pulau Sumba dan beberapa wilayah di Jawa.
b. Kerjasama Internasional: Indonesia juga menerima dukungan dari berbagai negara dan organisasi internasional untuk mengembangkan smart grid dan energi terbarukan.
Kerjasama internasional dalam implementasi Smart Grid dan integrasi energi terbarukan di Indonesia melibatkan berbagai bentuk, antara lain:
1) Pendanaan dan Investasi:
Bank Dunia (World Bank): Bank Dunia telah memberikan pinjaman dan hibah untuk proyek-proyek energi terbarukan dan pengembangan infrastruktur smart grid di Indonesia.
Asian Development Bank (ADB): ADB mendanai berbagai proyek energi bersih, termasuk pembangunan jaringan smart grid dan fasilitas penyimpanan energi.
2) Teknologi dan Inovasi:
Kerjasama dengan Negara-Negara Maju: Indonesia bekerja sama dengan negara-negara seperti Jepang, Jerman, dan Korea Selatan dalam transfer teknologi smart grid dan energi terbarukan. Misalnya, Japan International Cooperation Agency (JICA) mendukung proyek-proyek pembangkit listrik tenaga surya dan penyimpanan energi.
Inisiatif Global: Indonesia berpartisipasi dalam inisiatif global seperti International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (IRENA), yang memfasilitasi pertukaran teknologi dan pengetahuan.
3) Proyek Percontohan dan Demonstrasi:
Proyek Sumba Iconic Island: Didukung oleh Hivos dan Millennium Challenge Corporation (MCC) dari Amerika Serikat, proyek ini bertujuan menjadikan Pulau Sumba sebagai model energi terbarukan dengan integrasi smart grid.
Kerjasama dengan Uni Eropa: Program seperti EU-Indonesia Business Network (EIBN) mendukung pengembangan dan demonstrasi teknologi smart grid dan energi terbarukan di Indonesia.
4) Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas:
Program Pelatihan: Berbagai program pelatihan dan workshop diadakan dengan dukungan dari negara-negara maju dan organisasi internasional untuk meningkatkan kapasitas teknis dan manajerial di sektor energi terbarukan dan smart grid.
Pertukaran Pengetahuan: Melalui platform seperti ASEAN Smart Grid Initiative, Indonesia berbagi dan menerima pengetahuan dari negara-negara tetangga mengenai implementasi smart grid.
5) Penelitian dan Pengembangan:
Kolaborasi Akademis: Universitas dan lembaga penelitian di Indonesia bekerja sama dengan institusi internasional untuk penelitian dan pengembangan teknologi smart grid dan energi terbarukan.
Proyek R&D Internasional: Indonesia terlibat dalam proyek penelitian dan pengembangan internasional yang didanai oleh Uni Eropa dan lembaga penelitian global lainnya.
Integrasi smart grid dengan energi terbarukan adalah langkah penting menuju keberlanjutan energi di Indonesia. Upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan implementasi ini.
D. Peluang dan Tantangan Implementasi Smart Grid di Indonesia
Implementasi smart grid di Indonesia menyimpan banyak peluang dan tantangan yang perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik. Smart grid, atau jaringan listrik pintar, merupakan konsep modernisasi jaringan listrik yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi, keandalan, dan keberlanjutan sistem distribusi energi.
Berikut ini adalah beberapa peluang dalam implementasinya di Indonesia:
1. Efisiensi Energi:
Implementasi smart grid memungkinkan monitoring dan pengelolaan distribusi energi yang lebih efisien, mengurangi kehilangan energi, dan mendukung penggunaan energi yang bertanggung jawab.
2. Integrasi Energi Terbarukan:
Smart grid memudahkan integrasi sumber energi terbarukan ke dalam sistem jaringan listrik, mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
3. Penyediaan Listrik yang Lebih Andal:
Dengan smart grid, gangguan listrik dapat dideteksi dan diperbaiki secara lebih cepat, meningkatkan keandalan pasokan energi.
4. Pemberdayaan Konsumen:
Konsumen dapat memonitor dan mengelola penggunaan energi mereka secara lebih efektif, memungkinkan penghematan biaya dan pengurangan dampak lingkungan.
5. Dukungan untuk Infrastruktur Kendaraan Listrik:
Smart grid memungkinkan pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik, mendukung transisi ke transportasi yang lebih bersih.
6. Inovasi Teknologi:
Implementasi smart grid juga mendorong inovasi teknologi di sektor energi, menciptakan peluang baru untuk pengembangan solusi pintar dalam manajemen energi.
Disamping memiliki beberapa peluang yang cukup besar tersebut, implementasi smart grid di Indonesia menghadapi beberapa tantangan yaitu sebagai berikut:
1. Investasi Awal yang Tinggi:
Implementasi smart grid membutuhkan biaya investasi awal yang tinggi, terutama dalam pengadaan perangkat dan teknologi ICT yang diperlukan (Qi, 2023)..
2. Kesiapan Infrastruktur:
Kesiapan infrastruktur eksisting dan integrasi sistem yang efektif adalah tantangan utama, termasuk penggantian meteran listrik tradisional dengan smart meters.
3. Masalah Keamanan dan Privasi:
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam smart grid menimbulkan tantangan terkait keamanan data dan privasi pengguna.
4. Kebijakan dan Regulasi:
Perlu adanya kebijakan dan regulasi yang mendukung, serta kerjasama antar sektor industri, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk implementasi yang sukses.
5. Ketahanan terhadap Ancaman Siber:
Sistem smart grid yang terhubung secara digital perlu dilengkapi dengan pertahanan yang kuat terhadap ancaman siber.
6. Kebutuhan Tenaga Ahli:
Diperlukan tenaga ahli yang terampil dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT) serta sistem kelistrikan untuk mengelola dan memelihara smart grid (Lovell, 2021).
7. Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat: Kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang manfaat smart grid perlu ditingkatkan melalui program edukasi dan sosialisasi yang efektif (Stoustrup et al., 2019).
Implementasi smart grid di Indonesia memberi peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan sistem energi, namun memerlukan perencanaan, investasi, dan kerjasama yang komprehensif untuk mengatasi tantangan yang ada. Pengembangan kapasitas, edukasi
bagi pelaku industri dan masyarakat, serta peningkatan kerjasama internasional akan menjadi kunci dalam mengatasi hambatan tersebut.
2.2.4 Automatic Generation Control (AGC)
2.2.4.1 Pengertian Automatic Generation Control (AGC)
Automatic Generation Control (AGC) adalah salah satu mekanisme kontrol penting dalam sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara pembangkitan daya dan beban listrik secara otomatis. AGC berperan dalam menjaga stabilitas frekuensi dan tegangan pada jaringan listrik dengan mengatur keluaran daya dari pembangkit listrik sesuai dengan perubahan beban atau kondisi sistem lainnya. AGC memastikan bahwa pasokan daya selalu seimbang dengan permintaan, yang penting untuk menjaga kinerja optimal dan keandalan sistem tenaga listrik.
2.2.4.2 Tujuan dan Fungsi AGC
Tujuan utama dari AGC adalah untuk:
1. Menjaga Frekuensi Sistem: AGC membantu menjaga frekuensi sistem pada nilai nominalnya (misalnya, 50 Hz atau 60 Hz) dengan mengatur keluaran daya pembangkit listrik secara dinamis sesuai dengan fluktuasi beban.
2. Pengaturan Interchange Power: AGC memastikan bahwa aliran daya antar area kontrol sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, menghindari ketidakseimbangan daya antar area.
3. Pembagian Beban Ekonomis: AGC mendistribusikan beban secara ekonomis antar pembangkit listrik untuk memaksimalkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya bahan bakar.
2.2.4.3 Komponen dan Mekanisme Kerja AGC
AGC terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk:
1. Unit Kontrol Primer: Merespons perubahan frekuensi dengan cepat untuk menjaga stabilitas sistem. Unit ini biasanya menggunakan kontrol governor pada turbin generator untuk menyesuaikan keluaran daya secara otomatis.
2. Unit Kontrol Sekunder: Mengembalikan frekuensi sistem ke nilai nominalnya setelah terjadi perubahan beban atau gangguan. Kontrol ini bekerja dengan waktu respons yang lebih lambat dibandingkan kontrol primer.
3. Unit Kontrol Tersier: Bertugas untuk mengoptimalkan distribusi beban antar pembangkit listrik, memastikan bahwa pembangkit yang paling efisien digunakan terlebih dahulu.
2.2.4.4 Algoritma dan Metode AGC
AGC menggunakan berbagai algoritma dan metode untuk mengontrol keluaran daya pembangkit, termasuk:
- Proportional-Integral-Derivative (PID) Control: Algoritma kontrol klasik yang mengatur keluaran berdasarkan kesalahan antara nilai yang diinginkan dan nilai aktual.
- Fuzzy Logic Control: Menggunakan logika fuzzy untuk menangani ketidakpastian dan non- linearitas dalam sistem tenaga listrik.
- Model Predictive Control (MPC): Menggunakan model matematika untuk memprediksi respons masa depan dan mengoptimalkan kontrol berdasarkan prediksi tersebut.
- Machine Learning dan AI: Algoritma berbasis data yang mempelajari pola dari data historis untuk mengoptimalkan kontrol secara adaptif.
2.2.4.5 Integrasi AGC dengan Energi Baru Terbarukan (EBT)
Integrasi sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti tenaga surya dan angin menambah kompleksitas dalam sistem tenaga listrik karena sifat intermittency dan variabilitasnya. AGC harus dapat beradaptasi dengan fluktuasi daya yang dihasilkan oleh sumber EBT. Beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengatasi tantangan ini meliputi:
- Penyimpanan Energi: Menggunakan baterai dan teknologi penyimpanan lainnya untuk menyimpan kelebihan daya saat produksi tinggi dan menggunakannya saat produksi rendah.
- Forecasting: Menggunakan model prediksi untuk memantau dan memprediksi keluaran dari sumber EBT, membantu AGC dalam perencanaan pengaturan daya.
- Responsive Load Management: Mengatur beban secara dinamis untuk menyesuaikan dengan perubahan keluaran dari sumber EBT.
2.2.4.6 Manfaat Implementasi AGC
Implementasi AGC yang efektif membawa berbagai manfaat, antara lain:
- Stabilitas Frekuensi yang Lebih Baik: Mengurangi fluktuasi frekuensi yang dapat mengganggu peralatan dan operasional sistem.
- Keandalan Jaringan yang Lebih Tinggi: Menjaga keseimbangan daya dan mencegah blackout.
- Efisiensi Ekonomi: Mengoptimalkan penggunaan pembangkit yang lebih efisien secara ekonomi.
- Integrasi Energi Terbarukan: Memfasilitasi integrasi lebih banyak sumber EBT tanpa mengorbankan stabilitas dan keandalan sistem