PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit arteri koroner adalah penyakit di mana arteri koroner di jantung, yang memasok oksigen dan nutrisi ke otot jantung, tidak mampu menjalankan fungsi normalnya. Posbindu PTM merupakan inisiatif deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung koroner (Nur Amri, 2015).
Rumusan Masalah
Salah satu program pemerintah untuk memberikan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap penyakit adalah dengan didirikannya Posbindu PTM.
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Akademis
- Praktis
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi lembaga pendidikan dalam pengetahuan, pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa depan. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan pengetahuan keperawatan dan pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner dengan masalah intoleransi olahraga.
Metode Penulisan
- Metode
- Teknik Pengumpulan data
- Sumber Data
- Studi Kepustakaan
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian antara lain data nama, umur, jenis kelamin, tempat, tanggal lahir, berat badan, tinggi badan, data konsumsi nutrisi sehari-hari, data kualitas tidur klien. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga klien atau orang terdekatnya, rekam medis perawat, hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lainnya.
Sistematika Penulisan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu keadaan dimana berkurangnya ketidakseimbangan pasokan darah ke otot jantung akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner, dengan penyebab tersering adalah aterosklerosis (Wijaya, dkk, 2013). Keluhan utama klien penyakit jantung koroner adalah lemas saat beraktivitas dan sesak nafas (Mutaqqin, 2014b).
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Penyakit Jantung Koroner
- Definisi Penyakit Jantung Koroner
- Etiologi Penyakit Jantung Koroner
- Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
- Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
- Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
- Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
- Pemeriksaan Penunjang Penyakit Jantung Koroner
- Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, penyumbatan arteri koroner oleh lipid dan plak fibrosa. Plak yang mengeras akan mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah kaya oksigen ke jantung.
Konsep Intoleransi Aktivitas
- Definisi Intoleransi Aktivitas
- Etiologi Intoleransi Aktivitas
- Manifestasi Intoleransi Aktivitas
- Patofisiologi Intoleransi Aktivitas
- Komplikasi Intoleransi Aktivitas
- Tipe Keluarga
- Fungsi Keluarga
- Tugas Keluarga
- Struktur Keluarga
- Stress dan Koping Keluarga
- Perkembangan Keluarga
Keluarga terbentuk karena perkawinan, orang tua atau kelahiran. Keluarga terdiri dari suami, istri dan anak, baik karena alasan biologis maupun karena alasan angkat. Sebuah keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihan atau perpisahan, seperti perceraian atau kematian. l) Keluarga Binuklir.
Konsep Terapi Aktivitas
- Definisi Terapi Aktivitas
- Tujuan Terapi Aktivitas
- Manfaat Terapi Aktivitas
- Struktur Terapi Aktivitas
Program olahraga di rumah sakit dapat dilakukan 48 jam setelah gangguan jantung selama tidak ada kontraindikasi. Pada fase awal (1 hingga 3 hari setelah infark miokard atau prosedur pembedahan) pada pasien rawat inap yang menjalani program olahraga, aktivitas harus dibatasi pada intensitas rendah (sekitar 2 hingga 3 MET). Program latihan mencakup aktivitas sehari-hari dan latihan kaki dan lengan untuk menjaga tonus otot, hipotensi ortostatik, dan kapasitas sendi.
Oleh karena itu perlu adanya pemantauan program olah raga pada orang dengan riwayat gangguan jantung (Jolliffe et al., 2001:87). Program ini sebaiknya dipimpin oleh seorang dokter yang dapat melakukan kontak rutin dengan pasien, melakukan kunjungan rumah, atau mengawasi program olah raga (Marchionnot al. Program olah raga pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama dengan individu normal, dengan penekanan pada aerobik. latihan). jenis latihan.
Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Misalnya saja faktor ekonomi, karena keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan yang sehat dan aman, anggota keluarga mudah terserang penyakit. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit berisiko rendah, cara mencegah penyakit tersebut dengan imunisasi, fasilitas kesehatan apa saja yang dapat diakses, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat perkembangan serta kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan. Komunikasi yang berjalan dengan baik mudah dikenali oleh anggota keluarga yang merupakan pendengar yang baik, memiliki pola komunikasi yang tepat, menyampaikan pesan yang jelas, dan menyertakan perasaan dalam berinteraksi.
Tidak ada anggota keluarga yang lepas dari perannya, baik orang tua maupun anak. Untuk setiap fungsi perlu ditekankan beberapa hal yang harus diketahui perawat... a) Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responnya, b) Apakah perasaan individu terhadap individu lain dalam keluarga,... c) Tahukah suami istri menggambarkan kebutuhan pribadi dan anggota lainnya, .. d) Bagaimana kepekaan antar anggota keluarga, .. e) Bagaimana keluarga menciptakan rasa keterhubungan dengan anggota keluarga, .. f) Bagaimana caranya? apakah anggota keluarga saling mempercayai, mengabdi, dan mendukung, . g) Bagaimana hubungan dan interaksi keluarga dengan lingkungan, 2) Fungsi sosial. Perawat fokus menanyakan penyakit yang dialami anggota keluarga, khususnya anggota keluarga yang.
Kerangka Masalah
P pun menuturkan, dirinya baru didiagnosis mengidap penyakit jantung koroner oleh dokter sebulan lalu. P baru didiagnosis mengidap penyakit jantung koroner sebulan yang lalu sehingga menyebabkan sianosis akibat rendahnya kadar oksigen pada Ny. P tidak tahu apa-apa tentang penyakit yang dideritanya karena tidak ada satu pun anggota keluarganya yang pernah menderita penyakit jantung koroner.
P juga mengatakan, dirinya baru didiagnosis mengidap penyakit jantung koroner oleh dokter sebulan lalu. Dapat dijadikan sebagai masukan pengetahuan keperawatan dan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan penyakit jantung koroner. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit jantung koroner.
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
- Data Umum
- Riwayat dan Tahapan Keluarga
- Data Lingkungan
- Struktur Keluarga
- Fungsi Keluarga
- Pemeriksaan Kesehatan
- Stress dan Koping Keluarga
- Pemeriksaan Fisik Tiap Individu
- Harapan Keluarga
Saat ini dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang sedang sakit (Ibu P. sehingga hubungan antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain sangat baik dan terbiasa saling membantu. S terbuka untuk bertemu untuk menyelesaikan masalah, anggota keluarga yang dominan yang berbicara adalah Tuan.
Saling menyayangi seperti saling memberi perhatian dan mendukung dan jika salah satu anggota keluarga sukses maka anggota keluarga yang lain pun ikut merasa bahagia dan sebaliknya. Dan jika ada anggota keluarga yang menderita suatu penyakit, seluruh keluarga bekerja sama untuk merawatnya. Diperiksa, pola buang air besarnya tidak ada masalah, rata-rata pola buang air besar di keluarga dalam sehari sebanyak 2 kali, sedangkan pola buang air besar pada Tn.
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
Skoring Masalah
1 2/3 x 1 = 2/3 Jika pengetahuan tentang merawat saudara yang sakit kurang dan tidak diberikan pendidikan, dikhawatirkan akan terjadi kesalahan saat merawat klien di rumah. 2 2/2 x 2 = 2 Pendidikan yang tepat dan komprehensif kepada klien dan keluarga tentang penyakit yang dialaminya diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan klien. 1 3/3 x 1 = 1 Defisit pengetahuan penyakit sangat mudah diatasi jika klien, keluarga dan petugas kesehatan dapat bekerja sama untuk menciptakan kualitas kesehatan yang lebih baik pada klien.
1 1/2 x 1 = 0 Keluarga berpendapat bahwa kurangnya pengetahuan tentang penyakit tersebut dapat diatasi karena mudahnya mencari informasi di Internet.
Prioritas Masalah
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Catatan Perkembangan
Evaluasi Keperawatan
Diagnosa ini didukung oleh data subjektif, klien mengaku sama sekali tidak mengetahui penyakit yang dideritanya, klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung koroner, klien tidak mengetahui penyebabnya sehingga tidak menderita penyakit jantung koroner. penyakit. penyakit jantung Dan didukung dengan data obyektif berupa klien terlihat bingung ketika ditanya tentang penyakit yang dialaminya, pihak keluarga menanyakan penyebab penyakit jantung koroner yang dialami Ny. P, dan pelanggan bertanya apakah dia masih bisa memperbaiki atau tidak. Setelah melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien penyakit jantung koroner di Desa Pohgedang-Pasrepan, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan serta saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien penyakit jantung koroner.
Dapat dijadikan referensi dan pengetahuan untuk memberikan pelayanan yang lebih berkualitas kepada pasien penyakit jantung koroner mengikuti perkembangan ilmu keperawatan terkini. Judul : “Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Masalah keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner di Desa Pohgedang Pasrepan”. Studi kasus tanggal 20 Januari 2021. Penyakit arteri koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat kekurangan darah pada otot jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner.
PEMBAHASAN
Pengkajian
Data diperoleh dengan menggunakan format penilaian dan teknik pengumpulan data melalui wawancara terhadap klien dan keluarganya (anak dan pasangan klien), observasi, dan pemeriksaan fisik klien. P mengatakan, ia sering menggosok tangan saat atau setelah beraktivitas dan merasa sangat lelah, padahal ia hanya melakukan aktivitas ringan (berjalan kaki sebentar). Sedangkan data obyektif yang penulis peroleh adalah kesadaran umum, klien tampak lemas, aktivitas sehari-hari klien didukung oleh keluarga, dan terlihat adanya edema pada tungkai satunya.
Setelah membandingkan case review dengan teori yang ada, ditemukan adanya gap yaitu pada teori disebutkan bahwa pada EKG menunjukkan adanya aritmia pada saat/sesudah beraktivitas. P Tidak ada hasil EKG terbaru sehingga belum dapat dipastikan adanya aritmia pada hasil EKG klien. Kesenjangan lain yang penulis temukan adalah teori yang menyebutkan adanya sianosis pada kaki, tangan, selaput lendir bibir dan pipi.
Diagnosa Keperawatan
Setelah membandingkan tinjauan kasus dengan teori yang ada, diputuskan bahwa penulis mengambil kasus intoleransi aktivitas sebagai diagnosis prioritas dan defisit kognitif sebagai diagnosis kedua pada Ny. Q. Alasan mengapa diagnosis intoleransi aktivitas dipilih sebagai prioritas adalah karena Ny. P mengalami 5 dari 7 gejala yang disebutkan dalam teori yaitu keluhan mudah lelah, sesak saat/sehabis beraktivitas, rasa lemas, detak jantung meningkat, dan tekanan darah tinggi. Mengambil diagnosis defisit pengetahuan sebagai diagnosis kedua karena Ny. P memenuhi 3 dari 5 gejala yang disebutkan dalam teori, yaitu menanyakan masalah, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, dan menunjukkan persepsi yang salah terhadap masalah. P meningkat setelah terdiagnosis penyakit jantung koroner yaitu menjadi 93x/menit dari sebelumnya hanya sekitar 65-73x/menit sebelum terdiagnosis penyakit jantung koroner.
Namun penulis hanya memilih beberapa intervensi berdasarkan keluhan yang dialami Ny. P.4.4 Penerapan Keperawatan. Beberapa tindakan mandiri pada klien yang terdiagnosis penyakit jantung koroner antara lain dengan menganjurkan klien untuk menerapkan pola hidup sehat dan melakukan aktivitas olah raga secara teratur, misalnya: latihan duduk tanpa bantuan di samping tempat tidur, berdiri tanpa bantuan, berjalan tanpa bantuan dengan jarak yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien, sarana dan prasarana yang ada di rumah pasien serta kemampuan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis juga melibatkan keluarga dan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara keluarga, klien dan penulis. Dapat dijadikan sarana untuk secara kompetitif mengembangkan dan meningkatkan pemahaman penulis terhadap konsep-konsep kemanusiaan sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan secara efektif.
Dengan ini saya menyampaikan wasiat saya setelah memahami segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh peneliti mengenai proses pengambilan studi kasus ini dengan baik.