• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TINDAKAN DIREKTUR JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TERHADAP PEMUTUSAN SISTEM JARINGAN LAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TINDAKAN DIREKTUR JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TERHADAP PEMUTUSAN SISTEM JARINGAN LAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KOTA "

Copied!
83
0
0

Teks penuh

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN DIREKTUR JENDERAL PENDAFTARAN SIPIL TENTANG PENGHENTIAN SISTEM JARINGAN PELAYANAN ADMINISTRASI KOTA. Pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat telah sesuai dengan apa yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik khususnya pada Pasal 1 yaitu. Pasal 4 berbunyi “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara publik”. 6.

Dalam penyelenggaraan hubungan pemerintah dengan masyarakat dikenal berbagai konsep seperti hukum administrasi negara, hak penyelenggaraan pemerintahan atau hukum tata negara, dan hak pelayanan publik. 5 Menurut Cornelis van Vollenhoven, undang-undang pelayanan publik mengatur tentang hak dan kewajiban penyelenggara pelayanan publik serta mempunyai sanksi bagi pelanggarnya. Hukum pelayanan publik, sebagaimana hukum pada umumnya, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan ketertiban sosial di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 5 ayat (1), “Ruang lingkup pelayanan publik meliputi barang publik dan pelayanan publik, serta pelayanan administrasi yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.” Administrasi kependudukan adalah serangkaian kegiatan penataan dan pengendalian penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan dan pemanfaatan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lainnya.9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan Online menjelaskan bahwa “Administrasi Kependudukan Online yang selanjutnya disebut Administrasi Kependudukan Online adalah serangkaian kegiatan penataan dan pengendalian dalam penerbitan surat elektronik. dokumen berbasis kependudukan dan data melalui registrasi kependudukan, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan dan pemanfaatan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan di sektor lain”.10.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Administrasi Kependudukan Online, segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi kependudukan dimulai.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keabsahan tindakan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam penghentian jaringan sistem informasi administrasi kependudukan online 2.

Kegunaan Penelitian

Keaslian Penelitian

23 penyusunan undang-undang dalam bentuk Prolegnas, penyusunan undang-undang melalui rancangan undang-undang, penyiapan naskah akademik, pembahasan dan pengesahan rancangan undang-undang, pengumuman, pendistribusian dan peran serta masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Amanah Nur Hasanah, mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Jember dengan judul “Tanggung Jawab Pemerintah Atas Kesalahan Pendaftaran Data Administrasi Kependudukan (Studi Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi)” pada tahun 2020. Hasil penelitian yang diperoleh adalah perbedaan penafsiran terhadap ketentuan UU tentang kesalahan redaksional mengakibatkan kasus kesalahan redaksional memasuki tahap sidang penetapan di pengadilan.

Apabila terjadi kesalahan ketik redaksional, maka tindakan Dinas Dukcapil Kabupaten Banyuwangi berupa koreksi dokumen kependudukan apabila terdapat kesalahan ketik yang disebabkan oleh pegawai (human error). Berkaitan dengan hal tersebut, sanksi administratif dapat ditujukan kepada kepala dinas CPR dan kepala Dinas Pendaftaran Rakyat selaku penanggung jawab penerbitan dokumen kependudukan (KK), kecuali keduanya dalam SOP.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Pendekatan Penelitian
  • Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum doktrinal, sumber datanya hanyalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, atau data tersier.24. Bahan hukum sekunder yaitu bahan pustaka yang memuat informasi tentang bahan primer berupa tulisan-tulisan yang diterbitkan seperti buku, jurnal yang dibuat oleh para pemerhati hukum, serta hasil-hasil penelitian lain yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data tinjauan pustaka yang merupakan satu-satunya metode yang digunakan dalam penelitian hukum normatif.

Tinjauan pustaka merupakan metode pengumpulan data yang digunakan bersamaan dengan metode lain seperti wawancara, observasi, dan angket. Peneliti yang melakukan tinjauan pustaka hendaknya memperhatikan hal-hal berikut jika menginginkan data yang valid. Bahan pustaka ini dapat berupa bahan primer maupun bahan sekunder, yang mana kedua bahan tersebut mempunyai sifat dan jenis yang berbeda.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum dan pendekatan konseptual. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang sedang ditangani.26 Sedangkan pendekatan konseptual adalah pendekatan yang menyimpang dari pandangan dan doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum.27 Setelah semua materi hukum telah ada, telah dikumpulkan, data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu mengkaji dan menggambarkan hubungan suatu peristiwa hukum dengan peraturan hukum sesuai dengan permasalahan yang berkaitan erat dengan penelitian ini, untuk diambil kesimpulan.

Teori Kewenangan

  • Pengertian Kewenangan
  • Sumber-Sumber Kewenangan
  • Penyalahgunaan Wewenang
  • Pengertian Keputusan
  • Unsur-unsur Keputusan
  • Macam-macam Keputusan
  • Syarat Sahnya Keputusan

Hal ini didasarkan pada asas legalitas yang merupakan salah satu asas penyelenggaraan negara, dimana pengambilan keputusan dilakukan oleh suatu instansi dan/atau pejabat pemerintah. Peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa instansi dan/atau pejabat pemerintah memperoleh kewenangan melalui atribusi jika. Sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, instansi dan/atau pejabat pemerintah memperoleh kewenangan secara pendelegasian jika.

Apabila mengambil tindakan dan/atau keputusan, pihak berkuasa negeri dan/atau pejabat dikatakan melebihi kuasa mereka dari titik a di atas. Badan dan/atau pejabat negeri dikategorikan sebagai badan campuran apabila keputusan dan/atau tindakan diambil. Badan dan/atau pejabat negeri dikategorikan sebagai sewenang-wenang apabila keputusan dan/atau tindakan diambil.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 menyatakan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara atau Keputusan Tata Usaha Negara, yang selanjutnya disebut Keputusan, adalah keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh suatu badan dan/atau pejabat di bidang penyelenggaraan pemerintahan.49. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, penetapan tertulis mengacu pada isi dan bukan bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat TUN. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan suatu tindakan dan/atau keputusan yang tidak sesuai substansinya atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terhadap pemutusan jaringan SIAK di kota Makassar yang tidak sesuai dengan lingkup wilayah atau materi kewenangan yang diberikan, maka dapat dikatakan bahwa tindakan pemutusan jaringan tersebut turut serta dalam keputusan dan/atau tindakan yang tidak sesuai dengan isinya. Oleh karena itu, dalam penghentian jaringan SIAK yang dilakukan oleh Dirjen Dukcapil berdasarkan syarat hukum pengambilan keputusan, peneliti menganalisis bahwa keputusan dan/atau tindakan tersebut merupakan keputusan dan/atau tindakan yang tidak benar secara administratif karena tidak terpenuhinya syarat-syarat hukum putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) UU No. Keputusan dan/atau tindakan yang secara administratif tidak benar karena tidak memenuhi syarat sahnya suatu keputusan, merupakan keputusan dan/atau tindakan yang dapat dibatalkan.

Sedangkan keputusan dan/atau tindakan pemerintah yang tidak sesuai dengan isi dan peraturan perundang-undangan disebut penyalahgunaan wewenang. Yang dimaksud dengan tindakan mencampurkan wewenang adalah apabila keputusan dan/atau tindakan yang diambil berada di luar ruang lingkup atau materi wewenang yang diberikan dan/atau bertentangan dengan tujuan pemberian wewenang tersebut. Keputusan dan/atau tindakan yang mengandung unsur penyalahgunaan wewenang yaitu kebingungan wewenang adalah keputusan dan/atau tindakan yang dapat dibatalkan apabila telah diuji dan terdapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Setiap keputusan dan/atau tindakan harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan AUPB.” 72 Selain memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, pemutusan jaringan. Kemudian tindakan pemutusan jaringan juga mengandung unsur penyalahgunaan wewenang, yaitu dalam hal ini tergolong perbuatan kebingungan wewenang, sehingga perbuatan penyalahgunaan wewenang merujuk pada keputusan dan/atau perbuatan yang batal atau dapat dibatalkan.

Referensi

Dokumen terkait

Neneng Yulia Barky, MT Dosen/ Arsitektur 6 Saufa Yardha Moerni, ST, MT Dosen/ Arsitektur 7 Rina Saraswaty, ST, MT Dosen/ Arsitektur Untuk melaksanakan kegiatan Program Kompetisi Kampus