PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebelum berakhirnya kontrak pengangkutan, terdapat serangkaian tindakan penawaran (ofter) dan penerimaan (accepting), yang dilakukan oleh pengangkut dan pengirim secara timbal balik. Muhammad memperjelas pernyataannya bahwa kontrak pengangkutan komersial adalah kontrak di mana pengangkut berjanji untuk melaksanakan pengangkutan penumpang atau barang secara aman dari suatu tempat ke tujuan tertentu, dan pengirim berjanji untuk membayar biaya pengangkutan. Perjanjian pengangkutan selalu dibuat secara lisan, namun didukung dengan dokumen pengangkutan yang membuktikan telah tercapainya kesepakatan.
Setuju artinya para pihak yang mengadakan perjanjian harus sepakat, sepakat untuk menyetujui segala sesuatu yang disepakati. Bisa juga terjadi perjanjian pengangkutan yang melibatkan 2 (dua) pihak, yaitu perusahaan jasa pengangkutan dan perusahaan PTPN III. Perjanjian sewa: suatu perjanjian dimana salah satu pihak berjanji untuk memberikan kepada pihak lain kenikmatan suatu barang, untuk jangka waktu tertentu dan dengan pembayaran harga yang bersedia dibayar oleh pihak terakhir.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian perjanjian khususnya pada perjanjian pengangkutan yang menggunakan angkutan darat sebagai alat pengangkutnya. Oleh karena itu akan penulis jelaskan secara lengkap dan cermat dalam skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BONCH BUAH SEGAR (TBS) ANTARA PT.
RumusanMasalah
TujuanPenelitian
Untuk mengetahui tanggung jawab hukum masing-masing pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan tandan buah segar (TBS) antara Perusahaan Perkebunan Nusantara III dengan Cv Ultra.
ManfaatPenelitian
Hipotesis
Aspek hukum pengangkutan barang menurut hukum perdata diatur dalam Buku III Burgerlijk Wetboek dalam Pasal 1131 bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih. Perjanjian pengangkutan barang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diharapkan dapat menciptakan kepastian hukum bagi pelanggan yang terlibat dalam penyediaan jasa angkutan, termasuk pengangkut, pekerja, dan penumpang. Tanggung jawab hukum masing-masing pihak dalam melaksanakan kontrak pengangkutan adalah tanggung jawab hukum para pihak dalam melaksanakan kontrak pengangkutan barang pada dasarnya dilihat dari dua segi.
TINJAUANPUSTAKA
Tinjauan UmumTentang Pengangkutan
- Pengertian Pengangkutan
- Jenis-Jenis Pengangkutan
Pemusnahan barang pada moda angkutan darat berkaitan dengan Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Bandung: Universitas Pasundan, 2016), hal. 4. Peraturan perundang-undangan tidak menjelaskan secara tegas pengertian perjanjian pengangkutan, tetapi hanya mengatur hakikat perjanjian yaitu sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 186 UU No. Menurut Tirtodiningrat, “Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang berdasarkan kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk menghasilkan akibat hukum yang diperbolehkan oleh undang-undang.” 41.
Adapun asas undang-undang perjanjian ini antara lain buku ketiga Kanun Undang-undang Sivil mengenai perikatan. Dalam hal ini, yang diancam oleh undang-undang mestilah perbuatan yang dilarang atau yang tidak dibenarkan (tidak dibenarkan) oleh undang-undang. Oleh karena itu perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh hakim, baik secara langsung maupun oleh orang yang mengawasinya.53 Menurut ketentuan Pasal 1329 KUH Perdata, setiap orang dapat mengadakan suatu perjanjian, apabila dinyatakan tidak mampu adalah melalui undang-undang.
Asas kebebasan berkontrak dapat diambil dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan: “segala perjanjian yang dibuat mempunyai sah sah menjadi undang-undang bagi yang membuatnya”. Dengan penekanan pada kata “semua”, maka pasal tersebut memuat pernyataan kepada masyarakat bahwa setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian dalam bentuk dan substansi apapun, dan perjanjian tersebut akan mengikat pihak-pihak yang menjadikannya sebagai suatu undang-undang. Kepastian ini dinyatakan dalam kekuatan mengikat perjanjian, yaitu sebagai hukum bagi para pihak.
Isi perjanjian yang mengikat itu kemudian menjadi undang-undang bagi para pihak yang mengadakannya.”61. Kontrak pengangkutan barang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan harus memuat dokumen pengangkutan orang/barang dengan kendaraan bermotor umum, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166 dan Pasal 167. Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 2009, diharapkan dapat membantu mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terlibat.
Pemerintah Republik Indonesia hendaknya membuat dan/atau merevisi Undang-Undang tentang Undang-Undang Pengangkutan Barang seluruh isinya mengenai perjanjian pengangkutan barang agar kedepannya dapat lebih spesifik. Pemerintah Republik Indonesia wajib menetapkan dan/atau merevisi peraturan lalu lintas dan angkutan jalan yang berkaitan dengan pengangkutan barang. Masih banyak kekurangan/kelemahan khususnya dalam pengolahan dokumen yang memakan banyak waktu karena rumitnya pengelolaan dokumen yang harus diselesaikan. Gultom, Parlin, Tanggung Jawab Pengangkut Kepada Pemilik Barang Atas Kerusakan dan Kehancuran Barang Pada Moda Angkutan Darat Terkait KUHPerdata, Bandung: Universitas Pasundan, 2016 Hartono, Sri Redjeki, Angkutan dan Angkutan Barang Darat,.
Tinjauan Umum Menurut KUHPerdata
- Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian
- Subjek dan Objek Perjanjian
- Syarat-Syarat Sahnya Suatu Perjanjian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan dalam waktu singkat yaitu setelah dilaksanakannya seminar ikhtisar skripsi yang pertama dan telah dilakukan perbaikan terhadap ikhtisar seminar yang akan dilakukan sesegera mungkin. Secara uraian waktu, penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian
- Sifat Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Anaslisis Data
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data yang diteliti dan dikumpulkan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah penelitian yang terdiri dari buku-buku ilmiah, makalah dan jurnal hukum. Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada tingkat deskripsi, yaitu analisis dan penyajian fakta secara sistematis agar lebih mudah dipahami dan diturunkan. Deskriptif dalam artian dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, segala sesuatu yang berkaitan dengan aspek hukum angkutan dalam perjanjian menurut KUHPerdata.
Penelitian ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data mengenai permasalahan yang sedang dibahas. Aspek hukum mengenai pengangkutan barang menurut hukum perdata sebagai suatu proses, yaitu serangkaian tindakan yang dimulai dari memuat ke dalam alat pengangkut, kemudian mengangkutnya ke tempat yang telah ditentukan dan membongkar atau menyerahkannya di tempat tujuan. Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya dibuat secara lisan, didukung dengan dokumen-dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian tersebut telah terjadi.
Perjanjian pengangkutan barang mempunyai hak dan tanggung jawab perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 186 sampai dengan pasal 196. Tanggung jawab hukum para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan selama jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian adalah antara PT. Dalam hukum pengangkutan dikenal tiga asas tanggung jawab pengangkut, yaitu yang pertama adalah asas pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (fault liability), yang kedua adalah asas pertanggungjawaban yang didasarkan atas anggapan pertanggungjawaban, dan yang ketiga adalah asas mutlak. beban.
Sehingga perjanjian pengangkutan ini dapat menghindari anggapan-anggapan buruk di mata masyarakat dan menjadikan perjanjian pengangkutan barang ini bermanfaat bagi masyarakat dan bukan suatu pelanggaran. Pemerintah Republik Indonesia memerlukan tindakan nyata. Selama ini sangat sedikit peraturan hukum yang membahas tentang tanggung jawab hukum kontrak angkutan barang berdasarkan KUHPerdata. Hal ini harus dilaksanakan untuk menjamin hak dan kewajiban serta perlindungan bagi kedua belah pihak dan mencegah terjadinya penipuan selama ini yang dapat merugikan semua pihak dalam kontrak pengangkutan barang. Yahya, Aspek Hukum Kontrak, Bandung: Penerbit Alumni, 1986 Hartini, Rahayu, Hukum Transportasi, Malang: UMM Press, 2007.
Khairandy, Ridwan, Machsun Tabroni, Ery Arifuddin og Djohari Santoso, Introduktion til indonesisk handelsret, bind 1, Yogyakarta: Gama Media, 1999. Muhammad, Abdulkadir, Kontraktret, Bandung: Citra Aditya Bakti Land-, sø- og lufttransportlov, Cet. Projodikoro, Wirjono, Principles of Contract Law, Bandung: Sumur, 1981 Purba, Hasim, Law of Carriage at Sea, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005 Purwosutjipto, H.M.N, Basic Understanding of Transport Trade Law.
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Tata Cara Pengangkutan CV ULTRA
Pembahasan
- Perjanjian Pengangkutan Barang Menurut Undang-Undang Nomor 22