PRISYLA LARASATI (B011171596) Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pemalsuan Identitas dalam Perjanjian Fidusia (Studi Kasus pada Putusan Nomor 1097/Pidsus/2019/PNMks)” (Di bawah bimbingan Amir Ilyas selaku pembimbing utama dan pembimbing Hijnarah Adhyanti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualifikasi tindak pidana pemalsuan identitas dalam perjanjian jaminan perwalian dan mengetahui pertimbangan hakim dalam mengambil putusan dalam perkara tindak pidana pemalsuan identitas dalam perjanjian jaminan perwalian dalam putusan no.1097/Pid.Sus/PN .Mks. Rasa syukur dan gembira menemani saya hingga kata pengantar ini ditulis untuk menyelesaikan tugas akhir penulis sebagai mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Berjudul Tinjauan Hukum Tindak Pidana Pemalsuan Identitas dalam Perjanjian Jaminan Fidusia (Putusan Kajian No. 1097/PidSus/2019/PNMks). Tak lupa juga ayah saya, Edy Badallah yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan studinya di universitas, yang selalu memberikan nasehat kepada penulis dan membantu kesulitan dan permasalahan yang penulis hadapi. Hijri Adhyanti Mirzana, S.H., M.H selaku Pembimbing II, Terima kasih atas bimbingan dan arahannya serta waktu yang anda luangkan untuk memberikan saran dan masukan yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
Audyna Mayasari Muin S.H, M.H, CLA selaku Penguji II, terima kasih atas segala saran dan arahan yang diberikan serta waktu yang diberikan untuk menguji kelayakan skripsi yang disusun penulis. Keluarga Besar Pledoi 2017 atas segala pengalaman selama penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin;
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam mengambil putusan dalam perkara pidana penipuan identitas dalam perjanjian jaminan kepercayaan pada putusan no.
Tujuan Penelitian
Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya mengenai penerapan hukum pidana terhadap pelaku delik pemalsuan identitas dalam perjanjian fidusia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebagai bacaan tambahan bagi mahasiswa fakultas hukum dan masyarakat yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai tindak pidana penipuan identitas dalam perjanjian fidusia.
Keaslian Penulisan
21 Yurisdiksi Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Identitas Dalam Jaminan Fidusia” belum pernah dibahas sebelumnya, namun mempunyai persamaan dengan beberapa penelitian yang sudah ada, antara lain: 1. Yurisdiksi TERHADAP KEJAHATAN PENGELOLAAN IDENTITAS (STUDI KASUS KEPUTUSAN NO. 19/PidB./2019 /PN.Skg)” oleh Denada Dwiyanty Zainal, Fakultas Hukum Universitas Bosowa Persamaan penelitian yang dilakukan Denada Dwiyanty Zainal dengan penulis adalah sama-sama melakukan penelitian mengenai penipuan identitas dan menggunakan pendekatan kasus.
Sedangkan yang membedakan tesis ini dengan penelitian ini adalah titik fokus dalam tesis Sinta Denada memfokuskan penelitiannya pada tindak pidana pemalsuan identitas dalam perkara perceraian, sedangkan penelitian ini fokus pada tindak pidana pemalsuan identitas dalam jaminan fidusia. Selain itu perbedaan lainnya adalah pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah dengan bantuan wawancara dan dokumentasi, sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan penelitian kepustakaan saja. Penelitian pada tahun 2017 dengan judul penelitian “TINJAUAN HUKUM HUKUM PIDANA PALSU DI KOTA MAKASSAR (Studi Kasus SK No. Pid.B/2017/PN.Mks)” oleh AGUSSALIM (B Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menjadikan pemalsuan identitas sebagai objek penelitian. Namun penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan memfokuskan penelitian pada pemalsuan dokumen, sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada peraturan tertulis dan memfokuskan penelitian khusus pada pemalsuan identitas dalam jaminan fidusia.
Metode Penulisan
23 peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti 3 Pendekatan perundang-undangan mengutamakan bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan sebagai bahan acuan dasar dalam melakukan penelitian. Pendekatan kasus merupakan salah satu jenis pendekatan dalam penelitian hukum normatif dimana peneliti mencoba mempelajari kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Jenis dan sumber bahan hukum yang diperlukan dan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan mengenai hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, karya ahli hukum, dan lain-lain.5. Bahan hukum tersier memberikan penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya: kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.6. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder sebagai bahan penelitian, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan.
Pengumpulan data kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data tentang subjek yang diteliti berupa buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu, penulis mengambil informasi dari dokumen-dokumen dalam kasus tersebut, seperti berita acara, dakwaan, keputusan pengadilan, dan banyak lagi. Bahan-bahan hukum yang dikumpulkan penulis kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan menurut.
25 sifat-sifat yang berlaku pada kenyataan kemudian disajikan secara deskriptif oleh penulis, yaitu dengan menjelaskan, mendeskripsikan dan menguraikan permasalahan serta solusi yang erat kaitannya dengan tulisan ini.
Tindak Pidana
- Pengertian Tindak Pidana
- Jenis-Jenis Tindak Pidana Pemalsuan
- Peraturan Terkait Tindak Pidana Pemalsuan Identitas
28 Tindak Pidana dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai sanksi pidana. 11. Lamintang berpendapat bahwa pada dasarnya kita dapat menguraikan unsur-unsur setiap tindak pidana yang terdapat dalam KUHP dan membaginya menjadi dua unsur yaitu unsur subjektif dan elemen obyektif. Sekalipun dalam KUHP tidak ada penjelasan mengenai pengertian tindak pidana penyertaan (partisipasi delicten), namun pengertian “penyertaan” yang terdapat dalam literatur hukum menyatakan bahwa penyertaan adalah keikutsertaan satu orang atau lebih ketika orang lain melakukan suatu perbuatan. pidana. bertindak. 18.
Orang-orang yang terlibat dalam kerja sama ini melakukan tindakan sesuai “porsinya” dan mungkin berbeda satu sama lain. Namun perbedaan-perbedaan tersebut tetap menimbulkan hubungan yang begitu erat dimana perbuatan-perbuatan saling mendukung hingga semuanya berujung pada terwujudnya suatu tindak pidana.19. Pelaku (pengasuh) dikategorikan sebagai peserta karena pelaku dipandang sebagai orang yang terlibat dalam suatu peristiwa pidana yang pesertanya ada beberapa orang20.
Pelaku ialah orang yang melakukan sesuatu perbuatan melalui campur tangan orang lain, sedangkan perantara hanya digunakan sebagai bantuan. Menurut MvT, pelaku bersama ialah seseorang yang sengaja membantu sesuatu berlaku. 36 Penganjur ialah orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan kesalahan jenayah menggunakan cara yang diperuntukkan oleh undang-undang.
38 Pelanggaran yang mengandung berita palsu atau konten tertulis dapat dinyatakan sebagai pelanggaran ganda.24. Istilah lain dari tindak pidana pemalsuan uang dan uang kertas adalah tindak pidana peniruan dan pemalsuan uang kertas dan uang. Padahal, tindak pidana yang berkaitan dengan uang tunai lebih luas dari sekedar pemalsuan dan peniruan uang sebagaimana diatur dalam Pasal 244 KUHP, namun dapat juga berupa: Mengedarkan uang palsu atau uang palsu (Pasal 245 KUHP ). ); Pengurangan nilai uang tunai (Pasal 246 KUHP) dan.
Mengenai dokumen identitas pribadi seperti identitas pribadi, terdapat beberapa aturan dalam hukum positif di Indonesia yang mengatur mengenai tindak pidana pemalsuan, yaitu. “Barangsiapa tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi unsur data dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak 2 (dua) tahun. Rp 25 juta rupiah.” . Barangsiapa dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan, atau dengan cara apa pun memberikan keterangan yang menyesatkan, yang apabila diketahui salah satu pihak tidak menimbulkan perjanjian jaminan kepercayaan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun. terbanyak 5 (lima).
Perjanjian Fidusia
- Pengertian Perjanjian Fidusia
- Ruang Lingkup dan Objek Jaminan Fidusia
Jaminan fidusia adalah hak tanggungan atas benda bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Sedangkan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, dipandang perlu membentuk Undang-Undang Jaminan Fidusia.34. Berdasarkan pengertian Fidusia menurut UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sebagaimana disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peralihan hak kepemilikan pada setiap jaminan fidusia.
Untuk memberikan jaminan perlindungan kepentingan kreditor, Undang-Undang Jaminan Fidusia mengharuskan kewajiban fidusia dibuat dengan menggunakan akta notaris. Jaminan fidusia adalah suatu hak tanggungan terhadap harta benda bergerak, berwujud dan tidak berwujud, serta harta tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan (sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. Witanto Tahun 2015, Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Aspek Jaminan Fidusia) Komitmen, Pendaftaran dan Eksekusi), CV. 47 dalam kaitannya dengan hak tanggungan) yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai jaminan pelunasan utang-utang tertentu, yang memberikan kedudukan lebih diutamakan kepada Penerima Fidusia dari pada kreditur-kreditur lainnya.”
Merujuk pada pasal tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi obyek jaminan fidusia adalah segala benda yang dapat dimiliki dan dapat dialihkan hak kepemilikannya, baik benda berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar atau tidak terdaftar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan sitaan atau hipotek). Bangunan-bangunan milik orang lain yang tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang Hak Tanggungan, dapat dijadikan obyek jaminan fidusia. Pemegang fidusia yang memindahtangankan, menggadaikan, atau menyewakan barang-barang yang menjadi obyek asuransi fidusia sesuai dengan pasal 23 ayat dua, tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pemegang fidusia, diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun. dan denda maksimal. Rp lima puluh juta rupee).”
Pasal 50 adalah “pemalsuan, perubahan, penghilangan atau pemberian keterangan yang menyesatkan dengan sengaja, yang jika diketahui oleh salah satu pihak, tidak akan dijadikan dasar untuk mengadakan perjanjian fidusia”, yang diancam dengan pidana penjara satu tahun. sampai lima tahun dan denda Rp. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 35 yang unsur-unsurnya dapat dirinci sebagai berikut. Ketika melakukan tindak pidana terhadap penjamin fidusia, pelaku secara sadar menyadari bahwa perbuatannya melanggar hukum.
Bahwa tergugat dalam perkara ini dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan dan dengan cara apapun memberikan keterangan yang menyesatkan yang apabila diketahui oleh salah satu pihak tidak akan menimbulkan perjanjian jaminan fidusia. 53 Hak tanggungan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang kemudian menjadi akta jaminan fidusia. Dalam Pasal 6 UUJF disebutkan bahwa akta jaminan fidusia paling sedikit harus memuat: 1) Identitas pihak yang memberi dan menerima fidusia.